Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di era globalisasi ini merupakan sebuah kenyataan yang harus
dihadapi oleh setiap bangsa. Teknologi memberikan kemudahan dan
kesulitan dalam waktu bersamaan bagi sebuah bangsa yang akan semakin
berkembang, serta bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Agar suatu
bangsa mampu dalam menghadapi globalisasi saat ini, maka dibutuhkannya
warga negara yang berkualitas serta berkarakter. Di masa yang akan
mendatang sangat memungkinkan bahwa kita akan menjadi warga negara
globa, mempunyai rasa percaya diri dan kemampuan dalam berkomunikasi
adalah salah satu syarat untuk menjadi warga negara global yang
berkualitas. Tentu saja sebagai warga negara global, bahasa yang akan
digunakan bukanlah bahasa nasional atau bahasa Indonesia, melainkan
menggunakan bahasa internasional yaitu bahasa Inggris.
Keterampilan berbahasa Inggris merupakan salah satu keterampilan
yang menjadi tuntutan di era globalisasi saat ini, yang di implementasikan
dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang
sangat penting dalam suatu negara. Pola pendidikan di sekolah akan terus
berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan teknologi yang di
dalamnya terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Untuk saat ini,
pemerintah telah menetapkan pendidikan karakter sebagai aspek afektif.
Jadi, pendidikan bukan hanya sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi
juga sebagai sarana untuk membangun karakter peserta didik. Salah satu
karakter yang harus ditanamkan serta dikembangkan yaitu rasa percaya diri
pada peserta didik.
Tuntutan untuk memiliki karakter percaya diri sangatlah wajib, hal ini
dikarenakan karakter yang melekat pada masing-masing peserta didik
pastinya berbeda-beda. Perbedaan ini menunjukkan bahwa ada beberapa
orang yang memiliki rasa percaya diri, namun ada juga yang tidak memiliki
rasa percaya diri. Kurangnya rasa percaya diri membuat mereka kehilangan

1
2

kesempatan yang tersedia dalam kehidupannya, seperti pekerjaan. Dari


pembahasaan di atas, telah jelas bahwa kepercayaan diri adalah fondasi
kehidupan.
Kepercayaan diri merupakan aspek yang sangat penting untuk
memungkinkan seseorang dalam mengembangkan potensi dirinya. Jika
seseorang memiliki kepercayaan diri, maka dia dapat mengembangkan
potensinya, namun jika seseorang memiliki rasa percaya diri yang rendah,
maka ia akan lebih menutup diri dan sulit untuk menerima kenyataan. Cara
untuk membantu peserta didik mencapai prestasi serta hasil belajar yang
lebih baik yaitu dengan meningkatkan rasa percaya diri. Dengan begitu,
siswa tidak hanya mengalami proses perubahan pada hasil belajarnya, tetapi
juga perilaku dan sikapnya yaitu keberanian, aktivitas dan realisasi diri
mereka dalam proses belajar mengajar. Selain itu rasa percaya diri dapat
digunakan untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam
kegiatan berpartisipasi ini, adanya kemampuan rasa percaya diri untuk
melakukan komunikasi atau interaksi yang dapat meningkatkan efektivitas
melalui partisipasi di masyarakat. Dalam hal berkomunikasi sangat penting
bagi kehidupan, karena adanya makhluk sosial ini yang saling
membutuhkan satu dengan yang lainnya (berinteraksi). Berkomunikasi juga
menjadi bagian yang sangat penting pada proses pembelajaran, dengan
menyampaikan suatu materi untuk mencapai suatu pesan sehingga proses
belajar mengajar yang dilakukan guru terhadap siswa juga akan berpengaruh
terhadap hasil pembelajaran.
Masalah pertama yang dihadapi adalah kurangnya rasa percaya diri.
Kepercayaan diri masih menjadi ketakuan bagi para pembelajar. Beberapa
dari mereka mungkin memiliki pemahaman dengan sangat baik bahkan
mendapat nilai tinggi dalam ujian, tetapi keterampilan berbicara mereka
sangat buruk. Alasan utama di balik permasalahan ini ialah orang Indonesia
khususnya para pembelajar, masih terlalu malu untuk memulai percakapan
dengan bahasa Inggris dan takut membuat kesalahan. Ada asumsi dalam
pikiran bahwa orang lain akan menertawakan dirinya. Hal ini menyebabkan
mereka menghindari berbicara bahasa Inggris di depan orang lain.
3

Sebagian besar orang Indonesia masih belum memiliki kosakata


bahasa Inggris yang baik. Hal ini dikarenakan mereka kurang tertarik untuk
membaca. Padahal, membaca teks bahasa Inggris sangat penting bagi
seorang pembelajar untuk memperdalam kosa kata. Hal ini membuat mereka
sulit untuk mengungkapkan sesuatu akibat kosa kata yang kurang memadai.
Faktor lainnya adalah bahasa ini bukan bahasa pertama kita sebagai
masyarakat Indonesia. Jadi, tentu saja, jumlah kata bahasa Inggris yang kita
miliki dalam kosa kata kita tidak pernah cukup jika ingin disamakan dengan
penutur asli bahasa tersebut.
Masalah lain yang dihadapi orang Indonesia yaitu kurangnya latihan
saat berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Hal yang membuat mereka
kehilangan minat untuk berlatih dalam berbahasa Inggris yaitu mereka
berfikir bahwa kepercayaan diri dalam berbicara bahasa Inggris rendah serta
kosa kata bahasa Inggrisnya tidak mencukupi. Kondisi ini diperparah
dengan lingkungan atau circle mereka yang tidak mendukung untuk sering
mempraktikan bahasa Inggris, orang lain atau bahkan teman sendiri
mungkin berpikir bahwa mereka yang berbicara bahasa Inggris hanya ingin
pamer saja. Akhirnya, karena tidak ingin dianggap buruk oleh orang yang di
sekitarnya, mereka kembali menggunakan bahasa Indonesia dalam
percakapan sehari-hari. Akan tetapi dalam penguasaan bahasa Inggris telah
menjadi suatu kebutuhan bagi generasi saat ini di tengah persaingan global,
dikarenakan bahasa Inggris telah menjadi alat komunikasi internasional
umum yang digunakan di seluruh belahan dunia.
Indonesia masih di bawah nilai rata-rata kecakapan bahasa Inggris
kawasan Asia (53.00) atau peringkat ke-5 di bawah negara ASEAN lainnya
seperti Singapura dengan skor (66.82), Filipina (60.04), dan Malaysia
(58.55) di tingkat kecakapan sangat tinggi, serta Vietnam (51.57) di tingkat
kecakapan menengah. Sementara itu, peningkatan skor kemampuan bahasa
Inggris signifikan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia seperti
Yogyakarta yang menggungguli 23 provinsi lainnya di Indonesia, serta
Bandung. mediaindonesia.com (2019)
4

Pada saat ini, beberapa sekolah di Indonesia berstandar nasional


ataupun internasional telah memperkenalkan pendidikan bilingual ke dalam
pembelajaran di dalam kelas, terutama di kelas atas. Hal ini dianggap baik
karena dapat menghasilkan banyak keuntungan. Cara meningkakan rasa
percaya diri pada peserta didik untuk mempersiapkan diri menghadapi masa
depan dengan salah satunya dengan menggunakan metode bilingual ini.
Karakter rasa percaya diri peserta didik sangatlah penting, karena tanpa
adanya karakter ini siswa akan kesulitan untuk mencapai hasil belajar yang
optimal. Pada tahap proses pembelajaran, siswa harus berkontribusi dalam
kegiatan yang membutuhkan kepercayaan diri, seperti: berbicara,
memberikan pendapat, menjawab pertanyaan dari guru, serta maju ke depan.
Dalam menguatkan karakter siswa terutama pada sikap percaya diri peran
seorang guru sekolah dasar (SD) sangat penting, upaya untuk menguatkan
karakter siswa, guru dapat melatih dan membiasakan karakter percaya diri
siswa di kelas dengan melalui komunikasi 2 bahasa (Bilingual), sehingga
siswa nantinya dapat memiliki keyakinan pada diri sendiri.
Minimnya rasa percaya diri pada peserta didik, menunjukan bahwa
adanya permasalahan dalam hal pendidikan karakter, khususnya karakter
percaya diri. Peserta didik yang tidak menerapkan karakter percaya diri
dengan melakukan kemampuan berbicara dua bahasa (bilingual) di dalam
kelasnya, maka akan mendapatkan hasil yang kurang maksimal, sehingga
peserta didik tidak mengetahui batas kemampuan pada dirinya. Peserta didik
yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi akan mencapai apa yang
diinginkannya, walaupun dalam berbicara bahasa inggris masih terbata-bata,
dari situlah peserta didik memiliki dorongan untuk terus belajar dengan
memiliki rasa percaya diri.
Berbicara mengenai keterampilan berbahasa dan kepercayaan diri
sangat besar pengaruhnya bagi lingkungan. Oleh karena itu, daya dukung
lingkungan untuk meningkatkan kualitas keterampilan berbahasa Inggris
dan percaya diri sangat penting. Lingkungan penunjang sangat penting
untuk membentuk karakter percaya diri dan keterampilan berbahasa Inggris.
Hal yang tidak jauh berbeda juga dilakukan oleh SDIT Widya Cendekia
5

dengan mengadakan program bilingual. Dengan mengadakan program


bilingual, siswa harus memiliki tingkat kepercayaan diri yang baik, juga
keaktifan serta memiliki keberanian untuk mengungkapkan pendapat pada
saat pembelajaran di kelas. Percaya diri termasuk suatu tindakan yang
muncul dari dalam diri seseorang bahwa ia yakin dan mampu dalam
melakukan sesuatu. Saat ini masih banyak peserta didik yang kurang berani
(takut) dan malu untuk mengungkapkan pendapatnya dalam proses belajar
mengajar. Contoh sederhana yang biasa terjadi pada saat pembelajaran
dikelas, yaitu ada beberapa siswa yang berani menjawab ketika jawaban
belum tentu benar, dan pada beberapa siswa tidak berani menjawab
meskipun mereka tahu jawaban mereka tepat. Inilah yang tertanam pada diri
anak dengan memiliki rasa percaya diri yang rendah akan membuatnya sulit
untuk melihat berbagai kemampun yang dimilikinya. Jika kurangnya
kepercayaan diri ini tetap berlanjut, pada akhirnya dapat memengaruhi
perkembangan karakter peserta didik.
Dalam mengatasi permasalahan kurangnya percaya diri ini, salah
satunya yaitu dengan proses pembelajaran di dalam kelas, guru memberikan
tugas kelompok dan peserta didik akan melakukan presentasi di depan kelas.
Dari kegiatan pembelajaran tersebut peserta didik akan perlahan memiliki
rasa percaya dirinya karena sering melakukan kegiatan tersebut (dengan
melatih berkomunikasi).
Selanjutnya untuk kegiatan yang dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam mengungkapkan pendapatnya selama proses pembelajaran. Hal ini
diperlukan untuk meningkatkan keterampilan serta kegiatan, sehingga siswa
tidak hanya harus mengekspresikan pendapat mereka secara aktif, tetapi
juga mampu mengungkapkan pendapat secara akurat dan tanpa melanggar
hak orang lain. Untuk mengatasi anak yang kurang berani (takut) dan malu
untuk mengungkapkan pendapatnya, bisa dengan memberikan nasehat,
menjadi panutan yang baik, memotivasikan anak yang kurang berani dan
malu dengan memberikan apresiasi.
6

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka selanjutnya


peneliti mencoba untuk mengangkat judul penelitian kali ini yaitu : “Proses
Pengembangan Karakter Percaya Diri melalui Pembelajaran Bilingual
di SDIT Widya Cendekia”

B. Fokus dan Subfokus


Dalam penelitian ini, peneliti akan berfokus pada Proses
Pengembangan Karakter Percaya Diri melalui Pembelajaran Bilingual di
SDIT Widya Cendekia, dengan beberapa subfokus antara lain :
1. Rencana pelaksanaan pengembangan karakter percaya diri melalui
pembelajaran bilingual
2. Proses pelaksanaan pengembangan karakter percaya diri melalui
pembelajaran bilingual
3. Hasil dari pengembangan karakter percaya diri melalui pembelajaran
bilingual

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas maka
yang menjadi rumusan masalah umum yaitu: “Bagaimana Proses
Pengembangan Karakter Percaya Diri melalui Pembelajaran Bilingual di
SDIT Widya Cendekia?” sedangkan yang menjadi rumusan masalah khusus
yaitu:
1. Bagaimana rencana pelaksanaan pengembangan karakter percaya diri
melalui pembelajaran bilingual di SDIT Widya Cendekia?
2. Bagaimana proses pelaksanaan pengembangan karakter percaya diri
melalui pembelajaran bilingual ?
3. Bagaimana hasil dari proses pengembangan karakter percaya diri melalui
pembelajaran bilingual ?
7

D. Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan masalah penelitian, selanjutnya peneliti akan
mencoba untuk Menyusun tujuan dari penelitian yang akan dilaksakan.
Tujuan penelitian juga akan dibagi menjadi dua, yaitu secara umum dan
khusus. Secara umum tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan Proses Pengembangan Karakter Percaya Diri melalui
Pembelajaran Bilingual di SDIT Widya Cendekia. Sedangkan secara
khusus, tujuan dalam penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui rencana pelaksanaan pembelajaran bilingual untuk
mengembangkan karakter percaya diri pada siswa
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pengembangan karakter percaya
diri melalui pembelajaran bilingual
3. Untuk mengetahui proses pengembangan karakter percaya diri melalui
pembelajaran bilingual

E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil beberapa manfaat baik
secara teoritis maupun manfaat secara praktis terhadap semua pihak yang
terkait.
1. Manfaat Penelitian Secara Teoritis/Umum
Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan
pendidikan tentang Bagaimana Proses Pengembangan Karakter Percaya
Diri melalui Pembelajaran Bilingual di SDIT Widya Cendekia
2. Manfaat Penelitian Secara Praktis/Khusus
Sedangkan manfaat yang diharapkan secara praktis pada kesempatan
penelitian kali ini dapat diambil oleh beberapa pihak seperti :
a. Bagi Siswa
Dengan adanya penelitian ini diharapkan para siswa mampu memiliki
rasa percaya diri yang tinggi sejak dini.
8

b. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru mampu melaksanakan
proses pendampingan terhadap siswa untuk mengembangkan karakter
percaya diri pada siswa melalui proses pembelajaran bilingual.
c. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan para peneliti mampu
menambah wawasan dan pengalaman untuk mengetahui bagaimana
proses pendampingan siswa untuk mengembangkan karakter percaya
diri dalam kegiatan pembelajaran dan mampu
mengimplementasikannya di masa yang akan dating.

Anda mungkin juga menyukai