Anda di halaman 1dari 4

PENGAWASAN OTONOMI DAERAH OLEH DPRD PEMERINTAH

DAERAH KOTA JEMBER

Pendahuluan

Sejak Indonesia menjalani reformasi politik, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
telah mengambil sejumlah peran dan fungsi penting, termasuk pengawasan. Namun, masih
banyak inkonsistensi dalam cara menjalankan pemerintahan, sehingga peran pengawasan DPRD
tidak efektif. Oleh karena itu, penting untuk meneliti pengawasan DPRD dalam penyelenggaraan
pemerintahan (Rahman, n.d.). Selain itu, pengawasan yang efektif harus memenuhi sejumlah
persyaratan, antara lain mendukung kegiatan, melaporkan segala jenis penyimpangan, berpikiran
maju, faktual, akurat, dan sesuai standar yang berlaku, adaptif, dan sesuai.

Paradigma organisasi menuntut agar supervisi mudah dipahami, diluruskan, dan


dikoreksi kembali (Leonade, 2019). Bagian penting dari penyelenggaraan pemerintahan daerah
dimainkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sebuah entitas daerah yang
mewakili kepentingan rakyat. Anggota DPRD mampu berbicara mewakili masyarakat di
lingkungannya yang secara aktif mendorong pertumbuhan demokrasi dan pemerintahan yang
kompeten di daerahnya melalui partai politik (Mahadiansar et al., 2020).

Upaya tersebut dilakukan dengan memaksimalkan fungsi DPRD yaitu: fungsi legislasi,
dimana DPRD bekerjasama dengan bupati membentuk peraturan daerah; fungsi anggaran, di
mana DPRD bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menyusun dan menetapkan APBD;
dan fungsi pengawasan, di mana DPRD sangat terlibat dalam pengawasan kegiatan. Pelaksanaan
undang-undang, peraturan daerah, keputusan Bupati, dan kebijakan lainnya menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah. Kapasitas DPRD perlu diperkuat agar elemen-elemen tersebut dapat
diterapkan seefisien mungkin. Selain itu, karena banyaknya persoalan pembangunan nasional,
DPRD memiliki tanggung jawab dalam memberdayakan dan meningkatkan kualitas masyarakat
melalui proses tersebut (Dedeh Maryani, 2019).

Sebagai tanda kepercayaan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, pemerintah


daerah memiliki kewenangan untuk menanggapi segala jenis kebutuhan, termasuk yang
dianggap esensial, dalam proses mewujudkan pembangunan nasional (Husnul Imtihan,
Wahyunadi, 2017). Menurut sejumlah penelitian, pembangunan nasional adalah upaya
pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan kesejahteraan masyarakat secara
adil dan merata (Bonaraja Purba, 2021). Peningkatan produksi di sektor industri dan jasa, yang
meningkatkan kontribusinya terhadap pendapatan nasional, merupakan salah satu cara perubahan
struktur ekonomi (Bappeda, 2017).

Berbagai pihak yang bertanggungjawab memulai kegiatan pembangunan juga harus turut
membantu tercapainya suatu pembangunan di wilayah hukum Pemerintah Kota. Tentunya selain
masyarakat, fungsi ini memerlukan pengawasan dari lembaga yang telah disetujui (Firgiawan,
2018). Terciptanya pembangunan atau program pemerintah yang tepat sasaran merupakan tujuan
dari terlaksananya pengawasan dalam pembangunan sekaligus terwujudnya kebijakan.

Dalam pelaksanaannya, pelibatan lembaga yang diamanatkan undang-undang sangat


menentukan karena akan menciptakan tatanan yang lebih baik. Sehingga perlu adanya kerjasama
atau koordinasi agar suatu pemerintahan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan prinsip-
prinsip good governance. Namun, Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD) mengalami beberapa kendala dalam hal pengesahan sehingga terjadi keterlambatan
dalam penyusunannya. Melalui prinsip-prinsip pemerintahan yang baik, proses pembangunan
yang dilakukan oleh Pemerintah diharapkan dapat menciptakan prinsip akuntabilitas,
transparansi dan supremasi hukum dalam proses memajukan Kota di Kabupaten Jember.

Pembahasan

Sebagai negara demokrasi yang menggunakan sistem politik trias politica untuk membagi
kekuasaannya menjadi tiga kekuasaan (Rio R, 2021). Sebagaimana diketahui bahwa Negara
Indonesia membagi kekuasaan di antara tiga peran utama dalam menjalankan pemerintahan:
lembaga eksekutif, yang melaksanakan program atau kebijakan; legislatif yang
menyelenggarakan tugas perencanaan, pengawasan, dan penganggaran; dan yudikatif, yang
menjalankan tugas yudisial. Bersama-sama, ketiga organisasi ini membangun pemerintahan yang
tahan lama dan adil bagi rakyat, berdasarkan negara demokrasi. Sistem trias politica pembagian
kekuasaan politik berarti bahwa satu-satunya tujuan pemerintah adalah untuk mengawasi satu
sama lain (Antari, 2020).
Hal ini mencoba untuk mengurangi kesalahan dan penyalahgunaan wewenang dari
masing-masing pihak. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota juga dapat menggunakan layanan
dari ketiga entitas tersebut. Badan legislatif yang diwakili oleh DPRD menjalankan peran
pengawasan. Sedangkan pemerintah daerah, termasuk gubernur dan wakilnya, walikota dan
wakilnya, serta bupati dan wakilnya, menjalankan peran eksekutif. Peraturan tentang pembagian
pengawasan juga harus menjadi landasan bagi tugas pengawasan yang dilakukan oleh DPRD
Kota Jember.

Dalam penerapannya, Pemerintah Kabupaten Jember menganut konsep prinsip good


governance. Dimana mereka mengandalkan peraturan perundang-undangan Kementerian Dalam
Negeri dalam mewujudkan good governance. Sehingga regulasi tersebut menjadi acuan dalam
penerapan prinsip-prinsip good governance dalam penyusunan anggaran pembangunan di
Kabupaten Jember. Dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Jember yang
pelaksanaannya masih kurang, walaupun dari segi Hak Asasi Manusia Kabupaten Jember sangat
baik dan antusias, namun dari segi pembangunan dan administrasi sangat kurang. Hal inilah yang
membuat pemerintahan kabupaten Jember tidak berjalan dengan baik. Jadi banyak masalah di
sana, mulai dari dugaan pelanggaran hukum.

Harus ada partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan yang dilakukan untuk
menjamin kerjasama, tidak hanya dalam hal pembangunan daerah, tetapi juga dalam pelaksanaan
pembangunan, dalam upaya mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan memenuhi tuntutan
masyarakat. Pemerintah melakukan musyawarah perencanaan pembangunan, atau musrenbang,
di daerah-daerah di mana pembangunan dilaksanakan agar masyarakat dapat terlibat. Dari sini,
masyarakat kini dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan karena pintu demokrasi
telah terbuka (Gorab et al., n.d.). Pelaksanaan reformasi telah meningkatkan kesadaran
masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat bahwa sistem pemerintahan yang terpusat
justru mematikan kemandirian dan melahirkan ketergantungan (Yasa et al., 2021).

Pemerintah pusat akhirnya menawarkan pelimpahan wewenang melalui otonomi daerah


setelah didorong atau mendapat tekanan dari daerah. Seiring dengan itu, keinginan untuk
otonomi atau pemerintahan sendiri mulai muncul dari masyarakat dan pemerintah; salah satu
tindakan yang dilakukan adalah pembuatan program untuk kesejahteraan masyarakat dan
fasilitasi transportasi masyarakat (Hamrun et al., 2020). Akibatnya, saat ini masyarakat di daerah
berjuang untuk meningkatkan pelayanan publik dalam rangka mempercepat pencapaian
kesejahteraan masyarakat serta pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya, untuk
mendapatkan kenyamanan dalam transportasi.

Penutup

Karena banyaknya pelanggaran peraturan perundang-undangan yang diterapkan oleh Pemerintah


Kabupaten Jember, prinsip-prinsip good governance masih belum diterapkan untuk memajukan
Kabupaten Jember. Mulai dari penyelenggaraan aparatur sipil negara (ASN), penggunaan
kekuasaan penyelenggara pemerintahan, dan pengelolaan keuangan daerah yang kesemuanya
berdampak signifikan bagi ASN dan masyarakat, Bupati Jember dimakzulkan oleh DPRD
Jember akibat kinerjanya yang buruk.

Daftar Pustaka

Rahman, M. F. (n.d.). Di Bidang Keuangan Dan Pembangunan Pada Masa Pandemi Covid-19
Di Kabupaten Tanah Laut
Leonade. (2019). Fungsi Pengorganisasian. Studi Manajemen, Organisasi.
https://www.studimanajemen.com/2019/03/fungsi-pengorganisasian-
manajemenorganisasi.html
Mahadiansar, M., Ikhsan, K., Sentanu, I. G. E. P. S., & Aspariyana, A. (2020). Paradigma
Pengembangan Model Pembangunan Nasional Di Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi:
Media Pengembangan Ilmu Dan Praktek Administrasi, 17(1), 77–92.
Husnul Imtihan, Wahyunadi, M. F. (2017). Peran Pemerintah Dan Partisipasi Masyarakat
Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah. Neo Bis, 11(1), 2.
Dedeh Maryani, R. R. (2019). Pemberdayaan Masyarakat. CV Budi Utama
Bonaraja Purba, M. F. (2021). Ekonomi Pembangunan. Yayasan Kita Menulis.
Bappeda. (2017, Mei 10). Pembangunan Ekonomi. Diambil kembali dari
bappeda@bulelengkab.go.id:
https://bappeda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/pembangunan-ekonomi-13
Firgiawan, D. A. M. (2018). Partisipasi Masyarakat pada Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrembang) Kelurahan Mallilingi Kecamatan Bantaeng. Ilmu
Komunikasi, 1(1), 83.
Putra, M. W. P., & Kasmiarno, K. S. (2020). Pengaruh Covid-19 Terhadap Kehidupan
Masyarakat Indonesia: Sektor Pendidikan, Ekonomi Dan Spiritual Keagamaan. POROS
ONIM: Jurnal Sosial Keagamaan, 1(2), 144–159.
Rio R, M. B. (2021). Tinjauan Fiqh Siyasah Terhadap Lembaga Yudikatif Di Indonesia.
Cakrawala: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Dan Studi Sosial, 5(2), 59–68.

Anda mungkin juga menyukai