Anda di halaman 1dari 11

13

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


TIPE TIME TOKEN BERBANTU PUZZLE TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
KELAS X PADA MATERI GELOMBANG

Sri Latifah
Program Studi Pendidikan Fisika, FTK IAIN Raden Intan Lampung; E-mail: Srilatifah21@yahoo.com

Abstract: The purpose in this research is to know the influence of cooperative Learning Models Time Type
Token with puzzle toward critical thought abilityof the students grade X on Wave material at MA Al Hikmah
Bandar Lampung year2014/2015 This research is quantitative with quasi experiment. Reasearch design that
used is Nonequivalent Control Group Design with the population of all the students in grade X semestre even at
MA Al Hikmah, Bandar Lampung year 2014/2015. The Sample of this research are used 2 classes; experiment
and control class, where as experiment class (XA) used cooperative time type token model with puzzle and
control class (XB) used cooperative learning model with pictures as media. Data colecting is using test (pretest
and posttest), observation and documentation. After the data test collected, then it is analyzed by using normality
test of statistic analysis, homoginity test and test-t. According to the result, it can be concluded that time type
token with puzzle application influence significantly ttoward the ability of critical thinking of the students on
Wave material at MA Al Hikmah Bandar Lampung year 2014/2015.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe time
token berbantu puzzle terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X pada materi Gelombang di
MA Al Hikmah Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 .Penelitian ini termasuk kedalam penelitian
kuantitatif dengan jenis penelitian Quasi Eksperimen. Desain penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control
Group Design dengan populasi yaitu seluruh peserta didik kelas X semester genap di MA Al Hikmah Bandar
Lampung T.P 2014/2015. Sampel penelitian ini menggunakan 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kontrol,
dimana kelas eksperimen (XA) menggunakan model kooperatif tipe time token berbantu puzzle dan kelas
kontrol (XB) menggunakan model pembelajaran kooperatif media gambar. Teknik pengambilan data
menggunakan test (pretest dan posttest), observasi dan dokumentasi. Setelah data test dikumpulkan kemudian
akan dianalisis menggunakan analisis statistik dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji-t.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model time token berbantu puzzle
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi Gelombang di MA
Al Hikmah Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015

Kata kunci: gelombang, kemampuan berpikir kitis, model pembelajaran time token berbantu puzzle.
14

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil prasurvey yang telah


dilakukan di MA Al Hikmah Bandar Lampung,
Perkembangan ilmu pengetahuan dan masalah yang muncul diketahui, bahwa banyak
teknologi telah membawa perubahan dalam peserta didik yang tidak berani bertanya karena
berbagai aspek kehidupan manusia. Dimana takut pertanyaan yang akan ditanyakan adalah
berbagai permasalahan hanya dapat pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan dan
diselesaikan dengan upaya penguasaan dianggap sebagai peserta didik yang bodoh,
dengan alasan itu mereka kesulitan dalam
serta peningkatan ilmu pengetahauan dan
menyampaikan pendapat ketika ada materi yang
teknologi. Oleh karena itu, mutu pendidikan
belum mereka mengerti. Sedangkan peserta
harus ditingkatkan guna meningkatkan didik yang sering bertanyalah yang
sumber daya manusia. mendominasi kelas. Oleh sebab itu perlu
Perspektif keagaman pun memandang adanya model pembelajaran yang mampu
pendidikan merupakan kewajiban bagi mengubah peserta didik untuk tampil percaya
setiap orang beriman agar memperoleh ilmu diri dalam menyampaikan pendapat mereka,
pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan salah satunya adalah model pembelajaran
seseorang akan menjadi mulia, terhormat, kooperatif tipe time token berbantu puzzle.
dan mampu menghadapi segala Menurut Miftahul Huda (2013) model
permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran time token merupakan model
kehidupan. Banyak sekali ilmu-ilmu yang pembelajaran yang inovatif dan
dipelajari dalam pendidikan, baik pada menyenangkan serta menuntut peserta didik
pendidikan dasar sampai menengah atas. untuk aktif dan kreatif. Model pembelajaran
Salah satunya adalah pelajaran IPA pada kooperatif tipe time token berbantu puzzle
sekolah menengah pertama. Pembelajaran merupakan model pembelajaran yang
pada dasarnya merupakan upaya untuk bertujuan agar masing-masing anggota
membantu peserta didik melakukan kelompok diskusi mendapatkan kesempatan
kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran untuk memberikan kontribusi mereka dan
menurut Fred Percival dan Henry Ellington mendengarkan pandangan serta pemikiran
dalam Hamzah B. Uno (2011) adalah suatu anggota lain. Model ini memiliki struktur
pernyataan yang jelas dan menunjukan pengajaran yang sangat cocok digunakan
penampilan atau keterampilan peserta didik untuk mengajarkan keterampilan sosial,
tertentu yang diharapkan dapat dicapai serta untuk menghindari peserta didik
sebagai hasil belajar. mendominasi pembicaraan atau peserta
Model pembelajaran mempunyai didik diam sama sekali.
andil cukup besar dalam meningkatkan Time token berasal dari kata dalam
mutu pendidikan. Berdasarkan fakta yang bahasa Inggris yaitu time yang artinya
ada bahwa model yang digunakan guru waktu dan token yang artinya berbicara.
monoton yang membuat peserta didik Secara bahasa time token dapat diartikan
merasa bosan dan tidak menyukainya. sebagai waktu untuk berbicara. Model
Kemampuan yang diharapkan dapat pembelajaran time token merupakan model
dimiliki peserta didik, akan ditentukan oleh pembelajaran yang bertujuan agar masing-
kerelevansian penggunaan suatu model masing anggota kelompok diskusi
yang sesuai dengan tujuan. mendapatkan kesempatan untuk
15

memberikan kontribusi dalam pembelajaran yang menyenangkan. Park dan


menyampaikan pendapatnya dan Park dalam analisisnya menyebutkan bahwa
mendengarkan pandangan serta pemikiran permainan puzzle dapat meningkatkan
anggota lain. Tipe pembelajaran ini konsentrasi, minat serta mengembangkan
kecerdasan. Jenis permainan yang akan
dimaksudkan sebagai alternatif untuk
digunakan dalam penelitian ini adalah .
mengajarkan keterampilan sosial yang
disini adalah permainan menyusun kepingan-
bertujuan untuk menghindari peserta didik kepingan gambar sehingga terbentuk suatu
mendominasi atau peserta didik diam sama gambar yang utuh. Puzzle merupakan alat
sekali dan menghendaki peserta didik saling peraga sederhana yang mudah dibuat tetapi
membantu dalam kelompok kecil dan lebih sangat mengasyikkan digunakan sebagai media
dicirikan oleh penghargaan kooperatif belajar peserta didik
daripada individu.( Aris Shoimin, 2014). Pembelajaran yang berlangsung di
Model pembelajaran time token kelas masih belum mengoptimalkan usaha
dipandang sebagai suatu solusi untuk untuk mengembangkan keterampilan
mengembangkan keterampilan peserta didik berpikir tingkat tinggi (higher order
dalam berkomunikasi sehingga peserta thinking) dalam hal ini keterampilan
didik tidak diam atau mendominasi berpikir kritis. Selama proses pembelajaran
pembicaraan, seperti yang telah biologi di kelas cenderung hanya mengasah
dikemukakan oleh Arends. Model aspek mengingat (remembering) dan
Pembelajaran time token digunakan untuk memahami (understanding), yang
melatih dan mengembangkan keterampilan merupakan low order of thinking, bahkan
sosial agar peserta didik tidak mendominasi proses pembelajaran tersebut kurang
pembicaraan atau diam sama sekali. memperhatikan aspek berpikir kritis.
Selain mengembangkan model Rendahnya keterampilan berpikir kritis
pembelajaran yang aktif, agar tercapai peserta didik disebabkan beberapa
tujuan pembelajaran seorang guru juga penyimpangan terhadap aturan yang telah
harus dapat memotivasi peserta didik. ditetapkan. Salah satu bentuk
Suasana pembelajaran yang menarik dan penyimpangan dalam pelaksanaan
menyenangkan akan lebih memotivasi pembelajaran adalah kegitan inti belum
peserta didik, sehingga tercapai optimal atau belum memenuhi proses
pembelajaran yang efektif. Salah satu cara eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
untuk menciptakan suasana yang Pengajaran keterampilan berpikir kritis di
menyenangkan dalam kelas adalah dengan Indonesia memiliki beberapa kendala, salah
menyajikan suatu permainan. Puzzle satunya adalah dominasinya guru dalam
merupakan salah satu media permainan proses pembelajaran dan tidak memberi
yang sederhana dan menarik serta mudah akses pada peserta didik untuk berkembang
untuk diterapkan dalam pembelajaran. secara mandiri melalui penemuan dan
Media permainan adalah permainan proses berpikirnya. Dalam usaha
menyusun potongan- potongan gambar agar meningkatkan keterampilan berpikir kritis,
tercipta suatu gambar yang utuh. diperlukan inovasi baru dalam
Permainan puzzle dapat meningkatkan pembelajaran yang relevan dengan keadaan
hasil belajar peserta didik dan menciptakan peserta didik saat ini.
16

Kemampuan berpikir kritis dapat digunakan dalam kegiatan mental seperti


ditingkatkan guru dengan pembelajaran memecahkan masalah, mengambil
menggunakan model pembelajaran tipe keputusan, membujuk, menganalisis
time token berbantu puzzle . Sebagaimana asumsi, dan melakuakan penelitian ilmiah.
berpikir kritis menurut Robert Ennis Secara umum berpikir kritis berarti
merupakan berfikir secara beralasan dan kemampuan untuk berpendapat dengan cara
reflektif dengan menekankan pada yang terorganisasi. Selain itu berpikir kritis
pembuatan keputusan tentang apa yang merupakan kemampuan untuk
harus dipercayai dan dilakuakan dan pada mengevaluasi secara sistematis bobot
akhirnya akan mengasilkan kesimpulan dan pendapat pribadi dan pendapat orang lain.
keputusan yang dapat dikomunikasikan (Elaine B. Johnson, 2014).
oleh pendengar melalui model Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu
pembelajaran kooperatif tipe time token Herlina, S.Pd sebagai guru bidang study IPA di
berbantu puzzle. Dengan model MA Al Hikmah Bandar Lampung pada hari
pembelajaran time token berbantu puzzle, rabu, tanggal 21 Januari 2015, guru tersebut
mengemukakan bahwa peserta didik masih
pendapat peserta didik mampu
rendah dalam kemampuan berpikirnya baik
tersampaikan dan didengarkan peserta didik
bertanya atau menyampaikan pendapat,
lainya, dengan begitu mereka dapat melatih sehingga berdampak pada hasil belajar peserta
dan meningkatkan kemampuan berpikir didik pada akhirnya. Sebagaimana Kriteria
kritis mereka. Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran
Masih rendahnya keterampilan IPA di MA Al Hikmah Bandar Lampung
bepikir kritis peserta didik dapat dilihat adalah 70.
pula dari hasil penelitian yang pernah Rendahnya kemampuan berpikir
dilakukan, oleh Tia Restiasari dkk (2015), kritis ditandai dengan masih sulitnya
bahwa terdapat permasalahan yang peserta didik untuk memberikan penjelasan
dijumpai dalam pembelajaran biologi, yang sederhana, membangun keterampilan
diantaranya yaitu pembelajaran yang dasar, menyimpulkan, memberi penjelasan
diterapkan guru masih lebih dominan lanjut dan mengatur strategi dan teknik
kepada aspek pengetahuan dan pemahaman dalam proses belajar mengajar. Kurikulum
konsep, belum menuntut peserta didik 2006 yang dikenal Kurikulum Tingkat
untuk aktif dan melatih peserta didik dalam Satuan Pendidikan (KTSP) memasukkan
berpikir serta menemukan sendiri konsep keterampilan-keterampilan berpikir yang
yang ada, peserta didik cenderung lebih harus dikuasai anak disamping materi isi
sering menghafal konsep tanpa mengetahui yang merupakan pemahaman konsep,
bagaimana proses untuk menemukan Dengan berpikir kritis peserta didik dapat
konsep sehingga mengakibatkan kurangnya meningkatkan kreativitas mereka sehingga
kemampuan peserta didik dalam berpikir hasil belajar pun akan ikut meningkat,
untuk pemecahan masalah. Kemampuan karena Untuk menunjuk pada pengaturan
berpikir kritis merupakan kompetensi yang kegiatan kognitif dapat digunakan
harus dimiliki oleh peserta didik. metagonition, yaitu pengetahuan tentang
Berpikir keritis merupakan sebuah kegiatan berpikir dan belajar serta kontrol
proses yang terarah dan jelas yang
17

terhadap kegiatan itu pada diri sendiri. peserta didik) sebagai kelas kontrol dengan
(Djaali, 2008). model pembelajaran kooperatif media
Selain itu berdasarkan informasi dari gambar. Teknik pengambilan sampel pada
guru mata pelajaran IPA bahwa model penelitain ini dilakukan dengan cara
pembelajaran time token berbantu puzzle Purposive sampling yang merupakan cara
belum pernah diterapkan di sekolah ini atau teknik pengambilan sampel yang
sehingga peneliti mencoba meneliti model ditetapkan secara sengaja oleh peneliti atas
pembelajaran tersebut dengan tujuan untuk dasar kriteria atau pertimbangan tertentu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis yaitu kelas yang diajar oleh guru yang sama
peserta didik. Dengan demikian, dan yang memiliki keadaan rata-rata yang
diharapkan peserta didik terbiasa untuk hampir sama dan setara. Adapun teknik
berpikir kritis, dengan berani mengajukan pengumpulan data pada penelitian ini
pertanyaan, mengajukan pendapat, dan melalui test (pretest –posttest), observasi
mampu mengerjakan tugas yang diberiakan dan dokumentasi.
oleh guru. Selanjutnya, peserta didik akan Sebelum soal pretest dan posttest
menemukan makna dari pembelajaran itu digunakan pada kelas eksperimen dan
sendiri. kontrol, terlebih dahulu dilakukan uji coba
tes kemampuan berpikir kritis yang terdiri
METODE PENELITIAN dari 20 butir soal uraian pada peserta didik
diluar sampel penelitian. Uji coba tes
Jenis penelitian ini adalah penelitian dilakukan pada 30 peserta didik kelas XI.D
Quasi Eksperimen. Desain penelitian MA Al Hikmah Bandar Lampung. Uji
menggunakan Nonequivalent Control coba instrument tersebut bertujuan untuk
Group Design. Desain ini hampir sama mengetahui apakah instrumen tersebut
dengan pretest-posttest control group memiliki validitas, reliabilitas, tingkat
design, hanya pada desain ini kelompok kesukaran dan daya beda soal yang tinggi,
eksperimen maupun kelompok kontrol karena soal yang baik adalah soal yang
tidak dipilih secara random. Variabel bebas memenuhi syarat kriteria dari uji validitas,
dalam penelitian ini adalah model uji reliabilitas, uji taraf kesukaran dan uji
pembelajaran time token berbantu puzzle , daya beda. Berdasarkan hasil perhitungan
sedangkan variabel terikat adalah dari 20 soal yang telah diuji cobakan,
kemampuan berpikir kritis peserta didik. diperoleh hasil 10 butir soal yang
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dinyatakan valid dan 10 diantaranya
peserta didik kelas X semester genap di MA memilki validitas yang rendah atau dapat
Al Hikmah Bandar Lampung Tahun dikatakan tidak valid. Soal yang telah di
Pelajaran 2014/2015 yaitu 364 peserta validasi menggunkan program ANATES
didik, yang terdiri dari 14 kelas. Sedangkan dengan nilai α = 0,05. Soal yang telah valid
Sampel yang diambil dalam penelitian ini tersebut akan digunakan untuk soal pretest
terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas X.A (27 dan postest dalam penelitian sebanyak 10
peserta didik) sebagai kelas eksperimen butir soal uraian kemampuan berpikir kritis.
yang diberi perlakuan model pembelajaran Pada saat uji reliabilitas menggunakan
time token berbantu puzzle dan X.B (27 program ANATES, soal-soal yang valid
18

memiliki koefisien reliabilitas dalam mengambil data tes kemampuan berpikir


penelitian sebesar 0,71 termasuk katagori kritis pesrta didik, karena soal nomor 12
tinggi, hal ini menyatakan bahwa soal-soal dan 17 merupakan soal yang tidak valid.
yang akan diujikan reliabel, karena soal Teknik analisis data yaitu uji normalitas
yang dikatakan reliabel apabila koefisien dengan menggunakan uji liliefors dan uji
reliabilitasnya > dari 0,70 homogenitas menggunakan uji fisher.
Berdasarkan uji tingkat kesukaran Hipotesis dalam penelitian ini
rata-rata butir soal menunjukkan bahwa menggunakan uji-t independent. Semua uji
hasil uji tingkat kesukaran dari 20 soal ini dilakukan dengan menggunakan
dihasilkan 1 soal berkriteria mudah dan 19 program Microsoft Excel.
soal berkriteria sedang sedangkan untuk
soal yang berkriteria sukar tidak ditemukan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap 1. Data Hasil Kemampuan Berpikir
jawaban peserta didik diperoleh daya Kritis
pembeda soal yang beragam, Berdasarkan Pengambilan data dilakukan dalam tiga
perhitungan menggunakan program kali pertemuan. Pada pertemuan tersebut
ANATES uji daya pembeda, menunjukan dilakukan pengambilan data menggunakan
dari 20 soal diperoleh1 butir soal yang soal kemampuan berpikir kritis dalam
memiliki daya beda lebih dari 0,71, bentuk uraian. Hasil penelitian yang dapat
sehingga daya beda berkriteria sangat baik, dijadikan data untuk mengetahui tingkat
didapat pula sejumlah 9 soal yang keberhasilan kemampuan berpikir kritis
mempunyai tingkat diskriminasi dari 0,41 peserta didik dalam kegiatan belajar
sampai 0,70 dan dikatakan daya beda mengajar yaitu dengan adanya pretest dan
berkriteria baik. 2 soal yang berkriteria postest, lembar kerja peserta didik dalam
cukup, ini berarti soal dapat diperbaiki atau bentuk kelompok. Berikut tabel hasil
dibuang, sedangkan 8 soal berkriteria kemampuan berpikir kritis peserta didik
ditolak atau jelek, maka butir soal tersebut kelas eksperimen dan kelas kontrol.
dibuang. Dari 12 butir soal yang diterima
hanya 10 yang layak digunakan untuk

Tabel 1. Kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen dan kontrol MA Al Hikmah
bandar lampung

No Indikator Eksperimen Kontrol


Pretest Posttest Pretest Posttest
1. Memberi Penjelasan
Sederhana 66% 77% 61% 73%

Membangun
2. Keterampi 63% 85% 57% 68%`
lan Dasar
3. Menyimpul 72% 87% 70% 72%
kan
19

Memberikan
4. penjelasan lebih 65% 76% 67% 71%
lanjut
Mengatur strategi 57% 81% 54% 65%
5. dan taktik

Total 65% 81% 62% 70%


rata-rata
a. Uji Normalitas
2. Uji Prasyarat Uji normalitas dalam penelitian ini
Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih digunakan untuk mengetahui apakah data
dahulu melakukan uji prasyarat. Uji berdistribusi normal atau tidak. Adapun
prasyarat dalam penelitian ini meliputi uji hasil uji normalitas dapat dilihat pada table
normalitas dan uji homogenitas. 2 dan 3

Table 2. Hasil uji normalitas pretest

Karakteristik Hasil Pretest


Kelas Eksperimen Kelas Hasil Interpretasi
Kontrol
Lhitung 65,33 62,44 Lhitung Berdistribusi
Ltabel 0,170 0,170 < Normal
Db 52 Ltabel
Taraf Signifikansi 5% (0,05)

Table 3. Hasil uji normalitas posttest


Karakteristik Hasil Pretest
Kelas Kelas Kontrol Hasil Interpretas
Eksperimen i
Lhitung 81,92 70,37 Lhitung Berdistribus
Ltabel 0,170 0,170 < i Normal
Db 52 Ltabel
Taraf Signifikansi 5% (0,05)
a. Uji Homogenitas populasi yang memiliki variansi yang sama.
Uji homogenitas dimaksudkan Adapun hasil uji homogenitas dapt dilihat
untuk memperlihatkan bahwa dua atau di Tabel 4.
lebih kelompok sampel berasal dari

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest


Karakteristik Pretest Posttest Hasil Interpretasi
Fhitung 1,85 1,43 Lhitung
Ftabel 1,90 1,90 < Homogen
Db 52 Ltabel
Taraf 5%(0,05)
Signifikansi

a. Uji-t manual pada hasil kemampuan berpikir


Hasil uji hipotesis yang menggunakan kritis peserta didik dapat dilihat pada Tabel
perhitungan rumus uji-t independent secara 5 di bawah ini.

Table 5
Hasil Perhitungan Uji-t
20

Karakteristik Hasil Uji t Hasil Interpretasi


thitung 7,80 thitung
ttabel 1,67 > H1 diterima
Db 52 ttabel
Taraf Signifikansi 5%(0,05)

perlakuan dengan model pembelajarn time


Pembahasan token berbantu puzzle untuk kelas
Berdasarkan tabel data hasil eksperimen dan model pembelajaran
kemampuan berpikir kritis tersebut dapat kooperatif media gambar pada kelas
dipahami bahwa masing- masing pada kelas kontrol. Berikut perbandingan posttest
eksperimen dan kontrol mengalami antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
kenaikan, yang mana pada kelas dalam tiap indikator berpikir kritis.
eksperimen nilai rata-rata pretes nya 65%
menjadi 81%, sedangkan untuk kontrol Berdasarkan grafik rata-rata skor indikator
rata-rata awal nya dari 62% menjadi 70%. kemampuan berpikir kritis kelas
Namun ada perbedaan yaitu pada kelas eksperimen dan kontrol pada kegiatan
eksperimen yang kemampuan awal berpikir posttest untuk setiap indikator diperoleh
kritisnya cukup dan setelah diberikan persentase hasil kemampuan berpikir kritis
perlakuan model time token berbantu puzzle peserta didik memberikan penjelasan
menjadi baik, sedangkan yang kelas kontrol sederhana sebesar 77%, membangun
mengalami kenaikan tapi masih sama- sama keterampilan dasar sebesar 85%,
dalam katagori cukup. Dari hasil tersebut menyimpulkan sebesar 87%, memberikan
dapat dikatakan bahwa model time token penjelasan lebih lanjut 76%, dan mengatur
berbantu puzzle dapat berpengaruh strategi dan taktik sebesar 81%. Hasil
terhadap kemampuan berpikir kritis peserta persentase tersebut peserta didik yang
didik. menyimpulkan memperoleh nilai lebih
Soal pretest dan posttest yang tinggi, hal tersebut dikarenakan pada saat
diberikan berupa soal uraian 10 soal proses pembelajaran dengan adanya diskusi
masing-masing soal mencakup lima kelas antar peserta didik dalam kelompok,
indikator berfikir kritis yaitu: 1) dan strategi peneliti untuk berinteraksi
memberikan penjelasan sederhan; 2) dengan peserta didik dengan memberikan
membangun keterampilan dasar; 3) fakta-fakta terkait Gelombang, dengan
menyimpulkan; 4) memberikan penjelasan pertanyaan yang terbuka maka pesrta didik
lebih lanjut; 5) mengatur strategi dan taktik. akan bertanya hal yang belum mereka tahu
Dalam lima indikator tersebut terbagi dalam dan dapat mendorong peserta didik untuk
10 sub indikator dimana setiap satu berfikir kritis dalam menjelaskan secara
subindikator mewakili satu soal sederhana apa yang sudah diketahui.
kemampuan berpikir kritis. Peningkatan Dengan begitu wawasan peserta didik akan
hasil kemampuan berpikir kritis peserta tergali dengan sendirinya, peserta didik
didik dapat dilihat dari hasil tes akhir atau begitu aktif menjawab atau menjelaskan
posttest yang dilakukan peserta didik kelas pertanyaan yang diberikan oleh pendidik
eksperimen dan kontrol setelah diberi atau peserta didik kelompok lainnya,
21

sehingga mereka dapt membangun dengan tepat mengenai gelombang, seperti


keterampilan dasar mereka hingga dapat pada gambar 1 di bawah ini.
menyimpulkan suatu fakta atau asumsi

Gambar 1 . Rata-rata skor indikator kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan kontrol pada
kegiatan posttest untuk setiap indikator

Sedangkan peserta didik yang sudah mampu berpikir kritis dengan


memberikan penjelasan lanjutan katagori baik jika nilai persentase berpikir
memperoleh nilai yang rendah, hal tersebut kritis mencapai 76%-100%.
dikarenakan pada saat diskusi kelompok Berdasarkan analisis data pengujian
peserta didik masih banyak yang kesulitan hpotesis dengan menggunakan uji-t
untuk memahami konsep materi pelajaran, independent diperoleh hasil thitung = 7,80
sehingga pada saat guru memberikan fakta- sedangkan ttabel =1,67 sehingga thitung > ttabel
fakta terkait Gelombang peserta didik lebih yaitu 7,80 > 1,67 maka hipotesis H0 ditolak
banyak hanya diam dan kurang aktif pada dan H1 diterima, artinya ada pengaruh yang
saat proses pembelajaran, sehingga peserta signifikan antara kelas yang menggunakan
didik hanya dapat menyebutkan dan model time token berbantu puzzle dengan
menyimpulkan saja tanpa memberikan yang tidak menggunakan model time token
alasan yang tepat, karena berpikir kritis berbantu puzzle . Hal ini menunjukan
adalah berpikir bukan sekedar mengingat bahwa ada pengaruh yang signifikan
atau memahami suatu konsep, tetapi menggunakan model time token berbantu
berpikir yang beralasan untuk memecahkan puzzle terhadap kemampuan berpikir
suatu masalah dan menekankan untuk kritis peserta didik pada materi
membuat keputusan tentang apa yang harus Gelombang.Hasil uji-t posttest terhadap
dilakukan dan bisa dipercaya. Sebagaimana ttabel dapat dilihat pada gambar 2 di bawah
persentase capaian seseorang dikatakan ini.
22

Gambar 2. Uji-t posttest terhadap ttabel

Berdasarkan gambar diatas diketahui pada LKK (lembar kerja kelompok) yang
bahwa rata-rata nilai peserta didik pada telah tersedia. Tiap kelompok terdiri dari 5-
kelas yang pembelajarannya menggunakan 6 peserta didik. disini adalah menyusun
model time token berbantu puzzle kepingan-kepingan gambar sehingga
berbeda dengan kelas yang terbentuk suatu gambar yang utuh. Dengan
pembelajarannya tanpa menggunakan media tersebut proses pembelajaran di
model time token berbantu puzzle . Hal kelas menjadi lebih menyenangkan dan
ini menunjukan bahwa pembelajaran peserta didik menjadi termotivasi dalam
menggunakan model koopeartif tipe time memahami konsep materi Gelombang.
token berbantu puzzle memberi pengaruh Salah satu faktor yang mempengaruhi
terhadap kemampuan berpikir kritis peserta model pembelajaran kooperatif tipe time
didik (memberikan penjelasan sederhan, token berbantu puzzle terhadap
membangun keterampilan dasar, kemampuan berpikir kritis peserta didik,
menyimpulkan, memberikan penjelasan yaitu peserta didik mendapatkan peran atau
lebih lanjut, mengatur strategi dan taktik). terlibat pada pembelajaran, karena setiap
Hal tersebut dapat dilihat dari persentase peserta didik diwajibkan untuk
nilai rata-rata pretest dan posttest peserta menggunakan kartu bicaranya sampai
didik. habis. Berdasarkan teori, model
Pada kelas eksperimen penggunaan pembelajaran kooperatif tipe time token
model kooperatif tipe time token berbantu berbantu puzzle dapat mendorong peserta
puzzle memberikan efektifitas yang baik didik untuk meningkatkan inisiatif dan
terhadap hasil kemampuan berpikir kritis partisipasinya pada saat diskusi
peserta didik. Hal ini dikarenakan pada berlangsung. Sehingga peserta didik tidak
kelas eksperimen peserta didik lebih aktif mendominasi pembicaraan atau diam tak
dibandingkan dengan kelas kontrol disetiap berbicara sama sekali. Dengan demikian
tahap-tahap pembelajaran yang berlangsung peserta didik akan menjadi lebih aktif
ini dibuktikan dengan hasil kemampuan dalam kegiatan pembelajaran.
berpikir kritis. Model pembelajaran kooperatif tipe
Pada kelas eksperimen yang time token berbantu puzzle dapat melatih
menggunakan model kooperatif tipe time peserta didik untuk mengungkapkan
token berbantu puzzle , saat proses pendapatnya, mampu menumbuhkan
pembelajaran peserta didik terlebih dahulu kebiasaan pada peserta didik untuk saling
menyusun yang berisi gambar serta mendengarkan, berbagi, memberikan
keterangan gambar untuk menjawab soal masukan, dan keterbukaan terhadap kritik.
23

Selain itu, model pembelajaran ini dapat Huda, Miftahul. Model-Model Pengajaran
mengajarkan peserta didik untuk dan Pembelajaran. Yogyakarta:
menghargai pendapat dari peserta didik Pustaka Pelajar, 2013.
lainnya. Dengan adanya membuat peserta
Johnson, Elaine B. CTL (Contextual
didik tertarik untuk menyelesaikan LKK
dengan baik dan pembelajaran menjadi Teaching & Learning). Bandung:
lebih bervariatif, peserta didik lebih Kaifa Learning, 2014.
antuasias dan semangat untuk belajar Park E.Y dan Park Y.H. A Hierarchical
sehingga memacu keaktifan peserta didik. Interface Design of a Puzzle Game
for Elementary Education.
Kesimpulan International Journal of u- and e-
Berdasarkan hasil penelitian dan
Service, Science and Technology ,
pembahasan tentang model pembelajaran
kooperatif tipe time token berbantu puzzle Vol. 3, No. 2, h.43-49, 2010. ( On –
terhadap kemampuan berpikir kritis dapat line), tersedia di :
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang (http://www.SciRP.org/journal/ce).
signifikan antara penggunaan model (22 Januari 2015).
pembelajaran kooperatif tipe time token Ristiasari Tia, Priyono Bambang, Sukaesih
berbantu puzzle terhadap kemampuan Sri. Model Pembelajaran Problem
berpikir kritis peserta didik kelas kelas X
Solving Dengan Mind Mapping
semester genap pada materi Gelombang di
MA Al Hikmah Bandar Lampung Tahun Terhadap Kemampuan Berpikir
Pelajaran 2014/2015. Kritis Siswa. Unnes Journal of
Biology Education. 2012. (On–
DAFTAR PUSTAKA line), tersedia di:
Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi http://journal.unnes.ac.id/sju/index.p
Aksara, 2008. hp/ujbe/article/view/1498 (26
Hamzah,B.Uno.Perencanaan Januari 2015).
pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Shoimin, Aris. 68 Model Pembelajaran
Aksara, 2011. Inovatif Dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2014.

Anda mungkin juga menyukai