Anda di halaman 1dari 2

Materi Cantus Kelas X

#3. Elemen Musik: Harmoni (Harmony)

- Dibandingkan dengan ritme dan melodi, harmoni adalah elemen musik yang lebih canggih. Kita biasa
berpikir mengenai harmoni dalam musik, tanpa menyadari bahwa inovasi dalam harmoni belum lama
terjadi. Bila ritme dan melodi datang secara alamiah (natural), harmoni berevolusi secara bertahap dari
suatu konsep intelektual manusia.
- Harmoni yang kita kenal baru muncul sekitar abad ke-9. Sampai saat itu, semua musik yang dikenal
hanya berbentuk melodi tunggal. Harmoni pada awalnya sangat sederhana. Ada tiga bentuk harmoni
awal: Organum, descant, dan faux-bourdon. Dalam bentuk musik yang dikenal sebagai “organum”, kita
tinggal membuat harmoni dengan interval tiga atau enam, di atas atau di bawah melodi utama. Bila
yang digunakan interval empat di bawah atau lima di atas, maka interval tiga dan enam tidak
digunakan. Jadi, organum adalah melodi tunggal yang ditambah interval keempat atau kelima di atas
atau dibawahnya. (contoh hal. 63)
- Dua ratus atau tiga ratus tahun setelah organum, barulah muncul bentuk yang lain yaitu “descant”.
Descant bukan lagi merupakan melodi tunggal yang digandakan dalam interval yang sama, tetapi dua
melodi independen yang bergerak dalam arah berlawanan. Saat suara tinggi bergerak turun, suara
yang lebih rendah bergerak naik. Begitu pula sebaliknya. Aturan interval (kelima, keempat, oktaf) tetap
digunakan, tetapi diaplikasikan secara lebih baik. (contoh hal. 64)
- Dalam bentuk ketiga “faux-bourdon” (false bass), dikenalkan interval ketiga dan keenam, yang menjadi
dasar dari seluruh perkembangan harmoni. Interval kelima masih menyisakan “ruang kosong” dalam
pendengaran, sehingga tambahan interval ketiga dan keenam memberi rasa merdu.
- Bunyi bersamaan dari nada yang berbeda-beda membentuk akord. Harmoni adalah studi terhadap
akord-akord dan hubungan akord-akord tersebut satu sama lain. Detil harmoni tidak mudah untuk
dipelajari, namun baik kita tahu bahwa harmoni memberi daging pada “tulang”, yaitu harmoni dalam
keseluruhan struktur. Teori harmoni didasarkan pada asumsi bahwa semua akord dibangun dari not
terbawah, diikuti rentetan interval ketiga di atasnya. Misalnya, A-C-E-G-B-D-F (1-3-5-7-9-11-13). Secara
praktis, musik yang kita ketahui hanya berdasarkan pada 1-3-5, yang dikenal sebagai “triad”. Akord
penuh selalu terdiri dari tiga not atau lebih. Susunan 1-3-5 dan selebihnya ini bisa dipertukarkan satu
sama lain, misalnya 1-5-3, atau 5-1-3. Faktor penentunya adalah dasar/akar (root) dari akord.
- Akord-akord dibangun dengan relasi yang sama seperti not-not dalam melodi: tonika, dominan, dan
subdominan. Tonalitas pada suatu rangkaian akord ditemukan dalam akord tonikanya. Harmoni juga
tidak hanya ditentukan oleh 1-2 akord saja, namun ada yang dinamakan “progresi harmoni” atau
“progesi akord”, yaitu perpindahan dari satu akord ke akord lain sehingga membentuk sebuah
rangkaian. Rangkaian ini bisa menjadi motif atau bingkai dari suatu komposisi musik yang terus
diulang.
- Dalam periode-periode musik selanjutnya, tonalitas akord mulai digugat. Wagner, misalnya,
mempelopori kromatisisme-menggunakan keduabelas nada (dari kebiasaan diatonis). Bila sebelumnya
modulasi hanya bersifat sementara, Wagner begitu sering bergerak dari satu tonalitas ke tonalitas lain
sehingga perasaan mengenai adanya nada dasar utama atau tonalitas mulai hilang. Begitu pula,
Schoenberg mengabaikan prinsip tonalitas, sehingga gayanya disebut atonalitas (tanpa tonika). ada
pula Debussy yang mengandalkan telinganya sebagai satu-satunya penilai dari harmoni yang
diciptakannya.
- Maka, disonan tidaknya suatu harmoni sangat relatif, tergantung dari zamannya, dan bagaimana
harmoni “disonan” itu dimainkan (alat musik, dinamika). Inovasi harmoni lain diperkenalkan sebelum
perang dunia I, dan terkadang digunakan oleh Milhaud, yaitu “politonalitas”. Politonalitas adalah dua
atau lebih tonalitas terpisah yang dibunyikan secara bersama-sama. Misalnya dalam Corcovado,
tangan kanan memainkan nada dasar D mayor, sementara tangan kiri pada G mayor. Meskipun inovasi
harmoni berkembang pesat dengan praktik atonalitas maupun politonalitas, namun musik
kontemporer masih tetap mendasarkan diri pada harmoni yang tonal dan diatonis, meskipun bukan
lagi tonal dan diatonis seperti pada periode-periode sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai