Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

ASMIDAR UMAGAPI
09320180265

LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2020
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum geologi struktur adalah suatu ilmu yang memepelajari perihal bentuk
arsitektur kerak bumi beserta gejala-gejala geologi yang menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan bentuk (deformasi) pada batuan. Geologi struktur adalah ilmu yang
mempelajari struktur- struktur individual (kerak bumi) seperti antiklin-antiklin, sesar
sungkup (thrust), sesar-sesar, liniasi dan lainnya dalam suatu unit tektonik. Geologi struktur
adalah meliputi struktur primer dan sekunder. Struktur primer adalah struktur yang
terbentuk saat pembentukkan batuan, misalnya struktur sedimen pada batuan sedimen,
struktur aliran pada batuan beku dan struktur foliasi pada batuan metamorf. Probema tiga
titik merupakan salah satu cara memetakan suatu singkapan menjadi sebaran berdasarkan
kedudukan yang terbentuk pada daerah kontur yang searah bidang lapisan atau mengikuti
kontur searah dengan dipnya. Bumi terdiri atas berbagai komponen penyusun, baik itu
komponen paling luar yang disebut kerak bumi yang tersusun oleh berbagai lapisan
batuan.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi
mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture),
patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit),
sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang lebih
besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan sedimentasi, rangkaian
pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya. Seringkali singkapan yang ada di daerah
tropis dengan curah hujan yang tinggi tertutupi soil yang tebal dan vegetasi yang lebat
sehingga sangat sulit untuk mendapatkan singkapan yang segar. Metode ini dikenal dengan
metode problema tiga titik. Selain dari data singkapan bor. Selain dari data singkapan,
metode ini juga dapat digunakan untuk mencari kedudukan lapisan batuan dengan
menggunakan data lubang bor. Kedudukan suatu singkapan umumnya terdapat di bawah
permukaan bumi. Sehingga untuk mengetahui kedudukan dari suatu singkapan tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan metoda pengukuran tiga titik.
Manfaat mengikuti laboratorium geologi struktur mata acara problema tiga titik dan
pola penyebaran singkapan yaitu agar dilapangan nanti kita dapat mengetahui kedudukan
dari suatu bidang perlapisan dan juga mengetahui arah penyebaran dari suatu singkapan.
RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI
09320170046 09320180265
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini dapat memahami problema tiga titik dan pola
penyebaran batuan di lapangan nantinya agar mengetahui kedudukan dari suatu bidang
perlapisan.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Praktikan dapat memahami definisi problem set tiga titik (Three-Point Problem)
dan pola penyebaran singkapan;
2. Praktikan dapat menentukan kedudukan bidang dari tiga titik yang diketahui
posisi dan ketinggiannya yang terletak pada bidang rata yang sama;
3. Menentukan penyebaran dari singkapan yang telah diketahui kedudukannya dari
satu titik.
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1 Alat
a. Mistar 30 cm;
b. Busur derajat 360˚;
c. Papan standar;
d. Mistar;
e. Penghapus;
f. ATM (alat tulis menulis).
1.3.2 Bahan
a. Problem set (kertas grafik 15 lembar);
b. Kertas hvs;
c. Buku penuntun.

RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI


09320170046 09320180265
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Problema Tiga Titik

Probema tiga titik merupakan salah satu cara memetakan suatu singkapan menjadi
sebaran berdasarkan kedudukan yang terbentuk pada daerah kontur yang searah bidang
lapisan atau mengikuti kontur searah dengan dipnya. kegiatan ini seperti memetakan suatu
singkapan yang terbentuk hingga menjadi pada suatu model yang dapat diambil dan
dihitung dengan baik karena sudah mebentukruang. Kegiatan ini seperti memetakan suatu
singkapan-singkaan yang terbentuk hingga menjadi suatu model yang dapat diambil dan
dihitung dengan baik karena sudah membentuk ruang.

Gambar 2.1 Ilustrasi tiga titik.

2.2 Hubungan Metode Tiga Titik Terhadap Peta Geologi

Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pengumpulkan data-data hasil survei


lapangan berdasarkan analisis geologi pada analisa permukaan dimana menghasilkan suatu
bentuk laporan berupa peta yang dapat memeberikan gambaran berupa peta tentang susunan
perlapisan batuan pada suatu daerah. Selain itu biasanya peta geologi juga memuat suatu
bentuk perubahan permukaan lapisan batuan akibat adanya gejala sturktur yang terjadi dan
menggambarkannya pula dalam peta kedalam bentuk lapisan yang terpotong. juga memuat
pola-pola penyebaran batuan akibat struktur atau biasa disebut zona mineralisasi.

RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI


09320170046 09320180265

09320180183
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

Gambar 2.2 Contoh hasil Pemodelan Geologi

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keteliatian dari suatu peta geologi.
Penelitian peta geologi tergantung pada beberapa aspek diantaranya :
1. Penelitian pengamatan lapangan;
2. Penggunaan skala.
Hal-hal tersebut diatas sangat mempengaruhi ketelitian dari peta geologi.
Pengamatan lapangan tentu merupakan faktor utama dari ketelitian tersebut. Kesalahan
pengamatan di lapangan tentu akan menghasilkan output yang salah pula sedangkan skala
jika semakin kecil maka informasi yang digambarkan pada peta akan semakin mendetail.
Dalam metode tiga titik sebaran batuan yang berada dibawah permukaan digambarkan
seperti penggambaran metode topografi permukaan namun pada sebaran garis kontur
strukturnya ditarik secara linear yang menandakaan adanya kontur yang rata-rata namun
memiliki kemiringan. Garis cropline dari batas sebaran akan didapatkan ketika elevasi
kontur struktur bertemu dengan garis topografidengan elevasi yang sama.

2.3 Peta Topografi


Peta topografi merupakan salah satu jenis peta yang mempunyai ciri khusus yang
ditandai dengan skala besar dan juga detail. Peta topografi biasanya menggunakan garis
kontur dalam pemetaan modern. Peta topografi ini pada umumnya terdiri atas dua atau

RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI


09320170046 09320180265

09320180183
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

lebih peta yang kemudian digabung untuk membentuk suatu keseluruhan peta. Garis kontur
sendiri merupakan komponen peta yang tidak lepas dari peta topografi. Garis kontur
merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang saling berhubungan namun tidak saling
berpotongan. Ini merupakan titik elevasi pada peta topografi.
2.3.1 Karakteristik Peta Topografi
Peta topografi merupakan peta khusus yang tidak memberikan banyak informasi.
Infromasi yang disampaikan oleh peta topografi adalah hanya sebatas kenampakan alam
atau tinggi rendahnya bentuk permukaan bumi saja. Setiap jenis peta memiliki ciri khusus
yang mencerminkan karakteristik dari peta tersebut. Ciri khusus atau karakteristik peta ini
tentu saja berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Demikian halnya dengan peta
topografi ini. Peta topografi ini merupakan peta yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Tidak berwarna warni.
Apabila kita melihat peta-peta umum, yang sering kita lihat adalah peta yang
berwarna hijau dan diselingi warna kuning maupun coklat. Nah peta tersebut merupakan
jenis peta umum yang menggambarkan suatu wilayah atau peta Chorografi. Namun tidak
demikian dengan peta topografi. Peta topografi merupakan peta yang tidak kaya warna.
Peta topografi merupakan peta yang memiliki warna sangat sedikit, justru biasanya hanya
warna putih dan kuning dengan garis-garis yang tercetak jelas. Peta topografi mempunyai
warna yang tidak banyak karena kebutuhan informasi yang dia berikan. Informasi pokok
yang diberikan oleh peta topografi ini sebatas kontur tanah sehingga garis-garis kontur
harus tercetak jelas supaya pembaca dapat memahami isi dari peta tersebut.
2. Menggunakan skala besar dan disajikan secara detail.
Salah satu ciri khusus yang dimiliki oleh peta topografi adalah penggunaan skala
besar. Skala merupakan perbandingan ukuran antara yang ada di gambar dengan keadaan
sebenarnya. Skala peta berbeda-beda. Semakin kecil skala maka informasi yang
disampaikan semakin tidak mendetail. Sebaliknya apabila skala peta tersebut besar, maka
informasi yang disampaikan yang disampaikan akan semakin detail dan juga akurat. Hal
ini berarti gambar peta yang tersaji semakin besar pula. Nah, peta topografi merupakan peta
yang menggunakan skala besar. Mengapa peta topografi menggunakan skala besar? Hal ini
karena kebutuhan informasi yang disampaikan. Peta topografi menginformasikan
mengenai kontur tanah sehingga harus digambar secara teliti supaya kita mengetahui
dengan jelas keadaan topografi tanah yang sesungguhnya.
RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI
09320170046 09320180265

09320180183
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

3. Menggunakan garis-garis kontur.


Peta topografi meiliki ciri khusus yang barangkali tidak dimiliki oleh jenis peta
lainnya. Ciri khusus ini adalah adanya garis-garis halus namun tegas di dalam peta tersebut.
Garis- garis tersebut merupakan garis kontur. Garis kontur ini jumlahnya ada banyak dan
memenuhi peta. Garis kontur merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang saling
berhubungan namun tidak saling berpotongan. Ini merupakan titik elevasi pada peta
topografi supaya kita mengetahui dengan jelas keadaan pada wilayah yang dimaksud.
4. Menyajikan informasi mengenai keadaan tinggi rendahnya permukaan bumi atau
kontur tanah.
Karakteristik dari peta topografi yang selanjutnya adalah menjelaskan mengenai
kontur tanah atau keadaan tanah yang ada di suatu wilayah, termasuk tinggi rendahnya jenis
tanah yang ada di suatu wilayah. Hal ini akan sangat berguna bagi peruntukkannya.
Itulah beberapa karakteristik dari peta topografi yang sering kita temukan di badan-
badan atau lembaga tertentu. Karakteristik dari peta topografi tersebut ada di dalam peta
topografi yang merupakan peta khusus dan belum tentu akan kita temukan di peta lain.
2.3.2 Isi dan Fungsi Peta Topografi
Peta khusus memiliki fungsi yang khusus pula. Peta topografi memiliki fungsi
memberikan informasi mengenai kontur tanah di suatu wilayah. Peta topografi berisikan
garis- garis kontur yang akan memberikan informasi mengenai kontur tanah. Peta topografi
dibuat untuk memberikan informasi tentang keberadaan, lokasi, dan juga jarak seperti
lokasi penduduk, rute perjalanan dan komunikasi. Peta topografi ini tidak digunakan oleh
masyarakat umum namun digunakan oleh lembaga tertentu.
2.4 Hukum V (Ragan, 1973)
Pola penyebaran singkapan batuan dipengaruhi oleh kemiringan lapisan batuan dan
topografi daerah. Hubungan antara kemiringan aliran batuan dan topografi daerah
dirumuskan dengan Hukum “V”. Ada beberapa macam pola penyebaran singkapan:
1. Bidang horisontal. Pola penyebaran singkapan seluruhnya mengikuti pola garis
kontur. Pola singkapan membentuk “V” dengan ujung ke arah hulu.
2. Bidang miring ke arah hulu. Pola penyebaran singkapan membentuk “V” dengan
ujung ke arah hulu. Makin besar kemiringan bidang, pola “V” makin membuka.
3. Bidang vertikal. Pola penyebaran singkapan tidak membentuk “V’, tetapi garis

RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI


09320170046 09320180265

09320180183
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

lurus yang sejajar dengan jurus lapisan, dan memotong lembah.


4. Bidang miring ke arah hilir
a. Kemiringan bidang lebih besar daripada gradien lembah. Pola penyebaran
singkapan membentuk “V” dengan ujung ke arah hilir.
b. Kemiringan bidang sama dengan gradien lembah pola penyebaran singkapan
tidak memotong lembah dan tidak ada “V”.
c. Kemiringan bidang lebih kecil dari pada gradien lembah pola penyebaran.
Pola penyebaran singkapan batuan berdasarkan topografi dan kemiringan lapisan
batuan (hukum V) seperti lapisan horisontal, lapisan miring ke arah hulu lembah, lapisan
tegak, lapisan miring ke arah hilir lembah, lapisan dan lembah memiliki kemiringan yang
sama, lapisan miring ke arah hilir lembah dengan sudut yang lebih kecil dari pada
kemiringan lembah (kemiringan lapisan < kemiringan lembah). (Ragan,1973)

2.5 Pola Penyebaran

Bumi terdiri atas berbagai komponen penyusun, baik itu komponen paling luar yang
disebut kerak bumi yang tersusun oleh berbagai lapisan batuan. Kedudukan batuan- batuan
tersebut pada setiap tempat tidak sama tergantung kekuatan tektonik yang
mempengaruhinya. Gaya-gaya yang bekerja menyebabkan batuan terangkat dan terlipat
serta jika terkena pelapukan dan erosi, maka batuan akan tersingkap di permukaan bumi.
Analisa singkapan batuan mampu menjelaskan keadaan geologi suatu daerah serta dari
fungsi itu dapat dibuat peta yang menggambarkan keadaan geologi daerah tersebut, baik
berupa penyebaran batuan (litologi), penyebaran struktur serta bentuk morfologinya. Peta
semacam itu disebut dengan peta geologi. Karena adanya kedudukan yang tidak sama dari
berbagai batuan dan bentuk relief permukaan bumi, maka bentuk penyebaran serta struktur
batuan yang tergambar dalam peta akan menciptakan pola tertentu. Bentuk penyebaran
batuan tersebut dikenal dengan pola singkapan. Besar dan bentuk dari pola peyebaran atau
singkapan tergantung dari beberapa hal, yaitu:
a. Tebal lapisan
Dalam hal ini suatu singkapan dengan tebal yang berbeda walaupun pada kemiringan
yang sama, tetapi keadaan topografi besar dan lebar pada peta singkapan akan berbeda.

RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI


09320170046 09320180265

09320180183
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

b. Topografi / morfologi
Tebal kemiringan suatu lapisan pada suatu peta topografi menggambarkan suatu
peta singkapan batuan yang relatif besar, sedangkan peta morfologi adalah kenampakan
pada pemukaan kulit bumi yang relatif memperlihatkan bentuk ketidakselarasan secara
vertikal baik dalam ukuran besar maupun ukuran yang sangat kecil dari permukaan litosfer.
c. Besar kemiringan lapisan
Lapisan yang tebalnya sama dengan topografi, tetapi bila suatu kemiringan yang
tebalnya berbeda dimana arah kemiringan suatu lapisan batuan yang sangat berbeda pula.
d. Bentuk struktur lipatan
Struktur lipatan akan membentuk pola singkapan yang sangat berlainan, untuk
lipatan yang menunjam terdiri dari sinklin dan antiklin akan membentuk pola zig-zag serta
mempunyai ekspresi topografi punggung.
Bila setiap singkapan batuan yang sama dihubungkan dengan yang lain, dan batas
satuan digambarkan pada peta topografi maka akan terlihat suatu bentuk penyebaran
batuan. Bentuk penyebaran tersebut dikenal dengan pola singkapan.
Hubungan antara kedudukan lapisan batuan, penyebaran singkapan dan topografi
dirumuskan dalam suatu aturan tertentu yang lebih dikenal dengan hukum V. Pola
penyebaran singkapan dapat digambarkan dalam peta topografi apabila:
a. Diketahui letak titik singkapan pada peta topografi;
b. Diketahui jurus dan kemiringan batuan;
c. Ada peta topografi (garis tinggi);
d. Singkapan dengan jurus dan kemiringan yang tetap, atau dengan kata lain
belum terganggu struktur patahan atau lipatan.

RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI


09320170046 09320180265

09320180183
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Pertama-tama tentukan satu titik untuk menempatkan titik A, setelah itu tentukan
arah untuk titik B dan C lalu Tarik garis titik A-B dengan panjang yang sudah di ubahdari
meter ke centimeter, begitu pula untuk garis A-C. Kemudian tarik garis B-C lalu tuliskan
panjang masing-masing titik, setelah itu tentukan titik ketinggian dari titik A, B dan C.
Setelah itu hitunglah data yang akan menentukan titik atau jarak untuk menarik garis kontur
dari A-B, A-C dan B-C, setelah mendapatkan hasil dari data yang di hitung titik lah posisi
dari data yang di hitung lalu tarik garis kontur menggunakan mistar. Kemudian tentukan
garis dip direction dari garis strike yang ada pada kontur, lalu masukkan angka dengan
interval 0,2 pada setiap garis kontur yang terkena garis dip direction, lalu ukur dari garis
pertama kontur yang terkena garis dip direction ke arah bawah sepanjang 0,2 untuk
menentukan garis dipnya, setelah itu tarik garis dip dan masukkan angka pada setiap kontur
yang terkena garis dip dengan interval 20. Kemudian tentukan arah dari dip direction dan
derajat dari garis dip direction ke garis dip.

RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI


09320170046 09320180265

09320180183
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Problem set 1


Suatu singkapan batugamping yabg tersingkap pada tiga titik pengamatan. Pada
lokasi B yang berjarak 650 m dari titik A dengan arah N 250o E dan lokasi C yang berjarak
800 m dari lokasi A dengan arah N 150o E, Ketinggian titik A = 299 m, B = 399 m dan C
=249 m, dengan skala 1:10.000 (Interval Kontur 20)

Gambar 4.1 Hasil Problem set 1

RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI


09320170046 09320180265

09320180183
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN
4.1.2 Problem set 2
Suatu singkapan batupasir yabg tersingkap pada tiga titik pengamatan. Pada lokasi B
yang berjarak 750 m dari titik A dengan arah N 40o E dan lokasi C yang berjarak 800 m
dari lokasi A dengan arah N 130o E, Ketinggian titik A = 299 m, B = 399 m dan C=249 m,
dengan skala 1:10.000 (Interval Kontur 20)

Gambar 4.2 Hasil Problem set 2


RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI
09320170046 09320180265

09320180183
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

4.1.3 Problem set 3


Suatu singkapan batubara yabg tersingkap pada tiga titik pengamatan. Pada lokasi B
yang berjarak 450 m dari titik A dengan arah N 120o E dan lokasi C yang berjarak 630 m
dari lokasi A dengan arah N 200o E, Ketinggian titik A = 299 m, B = 399 m dan C=249 m,
dengan skala 1:10.000 (Interval Kontur 20)

Gambar 4.3 Hasil Problem set 3


RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI
09320170046 09320180265

09320180183
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

4.1.4 Problem set 4


Suatu Laminasi batupasir yang tersingkap pada tiga titik pengamatan. Pada lokasi B
yang berjarak 520 m dari titik A dengan arah N 200o E dan lokasi C yang berjarak 400 m
dari lokasi A dengan arah N 170 o E, Ketinggian titik A = 299 m, B = 399 m dan C=249 m,
dengan skala 1:10.000 (Interval Kontur 20)

Gambar 4.4 Hasil Problem set 4


RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI
09320170046 09320180265

09320180183
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

4.2 Pembahasan

4.2.1 Problem set 1


Suatu singkapan batugamping yabg tersingkap pada tiga titik pengamatan. Pada lokasi
B yang berjarak 650 m dari titik A dengan arah N 250o E dan lokasi C yang berjarak 800 m
dari lokasi A dengan arah N 150o E, Ketinggian titik A = 299 m, B = 399m dan C=249 m,
dengan skala 1:10.000 (Interval Kontur 20), Setelah dilakukan penggambaran dan
perhitungan maka kami memperoleh nilai kedudukannya adalah N 86o E/10o
4.2.2 Problem set 2
Suatu singkapan batupasir yabg tersingkap pada tiga titik pengamatan. Pada lokasi B
yang berjarak 750 m dari titik A dengan arah N 40o E dan lokasi C yang berjarak 800 m
dari lokasi A dengan arah N 130o E, Ketinggian titik A = 299 m, B = 399m dan C=249 m,
dengan skala 1:10.000 (Interval Kontur 20), Setelah dilakukan penggambaran dan
perhitungan maka kami memperoleh nilai kedudukannya adalah N 98o E/8 o
4.2.3 Problem set 3
Suatu singkapan batubara yabg tersingkap pada tiga titik pengamatan. Pada lokasi B
yang berjarak 450 m dari titik A dengan arah N 120o E dan lokasi C yang berjarak 630 m
dari lokasi A dengan arah N 200o E, Ketinggian titik A = 299 m, B = 399 m dan C=249 m,
dengan skala 1:10.000 (Interval Kontur 20), Setelah dilakukan penggambaran dan
perhitungan maka kami memperoleh nilai kedudukannya adalah N 90o E/40 o
4.2.4 Problem set 4
Suatu Laminasi batupasir yang tersingkap pada tiga titik pengamatan. Pada lokasi B
yang berjarak 520 m dari titik A dengan arah N 200o E dan lokasi C yang berjarak 400 m
dari lokasi A dengan arah N 170 o E, Ketinggian titik A = 299 m, B = 399 m dan C=249 m,
dengan skala 1:10.000 (Interval Kontur 20), Setelah dilakukan penggambaran dan
perhitungan maka kami memperoleh nilai kedudukannya adalah N 92o E/33o

RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI


09320170046 09320180265

09320180183
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum secara langsung dan meyelesaikan laporan kesimpulan


yang diperoleh ialah, problema tiga titik merupakan salah satu cara memetakan suatu
singkapan menjadi sebaran berdasarkan kedudukan yang terbentuk pada daerah kontur yang
searah bidang lapisan atau mengikuti kontur searah dengan dipnya. Sedangkan untuk
penyebaran batuan adalah kedudukan yang tidak sama dari berbagai batuan dan bentuk relief
permukaanbumi dan membentuk penyebaran serta struktur batuan yang tergambar dalam
peta akan menciptakan pola tertentu.
Terdapat dua cara menentukan kedudukan bidang dari tiga titik dan penyebaram dari
singkapan yaitu dengan cara proyeksi dan secara grafis.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk laboratorium


Agar supaya secepatnya diadakan laboratorium offline agar lebih banyak ilmu yang
didapatkan dan dapat lebih dimengerti.
5.2.2 Saran untuk asisten
Untuk asisten menjelaskan secara detail dalam pengerjaan problem set
agar praktikan mudah memahami cara kerjanya.

RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI


09320170046 09320180265

09320180183
PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN BATUAN

DAFTAR PUSTAKA

Djauhari, Noor.2010.Pengantar Geologi.Bogor.


Sudarno, Pramumijoyo, Subagyo, Husein, Salahuddin. 2008. Panduan Praktikum Geologi
struktur. Laboratorium Geologi Dinamika. Jurusan Teknik Geologi. Universitas
Gadjah Mada. Bandung.
Tim Dosen dan Asisten., 2016. “Penuntun Praktikum Geologi Struktur”. Laboratorium
Dinamis. Jurusan Teknik Pertambangan. Universitas Muslim Indonesia. Makassar.

RYAN SAPUTRA DJAYA ASMIDAR UMAGAPI


09320170046 09320180265

09320180183

Anda mungkin juga menyukai