A. Latar Belakang
Menyusui adalah proses memberikan awal kehidupan terhadap seorang bayi. Menyusui juga
perintah Allah SWT dalam setiap agama. Organisasi kesehatan dunia (WHO) dan UNICEF
memberikan rekomendasi menyusui secara ekslusif sejak bayi lahir selama 6 (enam bulan
pertama) hidupnya, dan tetap disusui bersama pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
yang bergizi hingga 2 (dua) tahun atau lebih.
Kegagalan menyusui disebabkan oleh banyak hal salah satunya adalah kondisi dimana keadaan
lidah dan bibir bayi yang terikat (tongue tie – Ankyloglossia/lip tie) atau Tethered Oral Tissues-
TOTS. Konselor Menyusui dengan latar belakang ilmu yang berbeda diharapkan dapat
melengkapi diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dapat mengenali dan melakukan
rujukan (KM Non Medis) dan melanjutkan tindak lanjut penanganan (KM Medis).
C. Peserta
Peserta workshop dan seminar berjumlah 78 orang dengan mayoritas peserta adalah Konselor
Menyusui yang berasal dari medis (Perawat, Bidan, Dokter umum, dr SpA, Dokter Obgyn) dan
juga non medis dari beberapa propinsi di Indonesia
D. Proses pelaksanaan
07.30 – 08.00 : Registrasi dan kudapan pagi
08.00 – 08.46 : Pembukaan , sambutan dan foto bersama
08.10-08.20 : MC (dr Fransiska Erna MPH)
Mengucapkan selamat datang kepada semua peserta seminar “Mengenali Tongue tie dan Lip tie dalam
upaya membantu ibu menyusui dan membantu bayi dalam menyusu” yang telah hadir. Menjelaskan
tentang kegiatan hari ini dan meminta peserta untuk mengambil snack pagi, mengisi biodata dan duduk
di tempat yang telah disediakan
08.30-08.40 : Sambutan Ketua IKMI : Hesti Kristina P Tobing, SKM, CIMI, IBCLC
Mengucapkan selamat datang untuk semua konselor menyusui dan bukan konselor menyusui yang
bergabung pada workshop dan seminar kali ini. Menjelaskan bahwa informasi tongue tie sudah ada
cukup lama, tapi masih banyak yang belum tau. Melalui seminar ini diharapkan peserta mendapatkan
informasi terbaru dan meningkat kompetensinya. Dan sekaligus membuka acara workshop dan seminar.
09.12-09.45 : PEMBICARA 1 : dr Asti Praborini, SpA, IBCLC : Tongue tie dan lip tie from A to Z
Menjelaskan tentang tongue tie mulai dari A sampai Z.
Catatan :
- Tidak semua tongue tie dapat menyebabkan lecet. Jika putting ibu panjang dan bibir anak lentur
maka tidak menyebabkan lecet.
- Masalah menetei menjadi hal serius jika ternyata diketemukan kendala dalam hal menyusui.
- Untuk anak-anak yang besar : Jika mengalami TT/LT, dikerjakan oleh dokter bedah
- Penyebab TT/LT banyak salah satunya adalah keturunan/kongenital
- Untuk speech delay yang mengganggu adalah anterior, oleh karena itu protocol yang ada di brazil
disampaikan bahwa pengecekan tentang TT pada bayi baru lahir wajib dilakukan pada pemeriksaan
bayi baru lahir mulai feb 2016.
- Di Indonesia informasi tentang TT bisa dilihat di Facebook dengan nama Tongue tie Support group
Indonesia
09.45 – 10.00 : Penyematan logo IKMI dan pengalungan kain IKMI kepada 2 orang yang berpengaruh
di dunia kesehatan Ibu dan Anak. Diberikan kepada dr Asti Praborini, SpA, IBCLC dan dr Tan Shot Yen
Noted dari moderator : Alangkah baiknya kita berjuang untuk membuat generasi yang akan datang
menjadi baik.
Noted dari dr Tan shot yen : Semua yang baik harus benar. Dan semua yang baik itu harusnya
mempunyai nilai kebaikan. Datangnya berasal dari ibunya sendiri. Mari kita sama-sama membantu
10.00-10.12 : TESTIMONI ke 1 : ibu Prima dan Noco Simamorang : Diagnose TT/LT dengan tingkat
paling atas dengan potensi gagal tumbuh
Mempunyai anak saat ini berusia 7.5 bulan. Lahir 30 mei 2015 dengan BB 3.150 gram dengan panjang
48 cm di RS Sentra Mediaka Cibinong. Pada usia 1 minggu periksa ke RS kembali tanggal 4 Juni 2015,
dan dicek BB turun menjadi 2,8 kg. Dokter bilang itu normal karena berat badan turun 10 % dari berat
lahir. Tetapi Istri merasa kok BB anak makin turun. Padahal anak menyusu sangat sering terutama di
malam hari. Keluarga ini mengatakan mungkin karena kebutuhan anak memang tinggi.
Tanggal 17 Juni 2015 saat usia bayi 18 hari. BB anak turun menjadi 2,7 kg. Tidak ada perkembangan dari
1 minggu menjadi 2 minggu malah turun 1 kg. Mertua dan orang tua mulai menyodorkan susu formula
karena pertumbuhan anak tidak naik. Tapi karena Nico dan prima berkomitmen untuk tetap
memberikan ASI. Browsing di google, muncullah informasi TT dengan dr Asti. Asumsi mereka anak
mengalami TT/LT. Dibawalah anak ke RS Puri Cinere dan ketemu dengan dr Asti, dan setelah didiagnosa
mengalami TT langsung diinsisi.
Bp Nico menunjukkan slide tentang grafik perkembangan berat badan anak. Terlihat paska insisi
pertumbuhan BB anak meningkat. Setelah insisi BB anak mengalami kenaikan hari demi hari dan
panjang badan juga meningkat. Gagal tumbuh yang awalnya menjadi ketakutan mereka tidak terjadi.
Setelah dilakukan insisi, maka ada pemberian suplementasi pada anak. Pemberian suplementasi terakhir
diberikan saat usia anak 66 hari. Tanggal 8 Januari 2017, kondisi anak mengalami peningkatan yang baik.
Kedua orang tua setelah diinformasikan mendukung tindakan kami,
Kesimpulan :
ASI adalah yang terbaik
Pengecekan kondisi anak sejak dini
Kesepakatan suami istri
Pengetahuan tentang tongue tie dan lip tie
Insisi merupakan langkah terbaik
Butuh tanggung jawab sebagai orang tua
Anak adalah titipan Tuhan
10.12 –10.50 : PEMBICARA 2 : dr Anjar Setyani, SpA : Metode diagnosis tongue tie dan lip tie
Catatan :
- Menjelaskan tentang definisi TT yaitu lipatan membran mukosa yang memanjang dari dasar mulut
ke bagian tengah bawah lidah. Di dunia medis tongue tie, lower lip tie, upper lip tie disebut dengan
Tethered oral (TOTs).
- Diputarkan juga Video tentang TT dari dr Christofer Chang : www.fauquierENT.net
- Di dalam presentasi dijelaskan bagaimana TT dapat menyebabkan kesulitan menyusui, informasi
bagaimana memeriksa TT/LT dan beberapa type TT menurut beberapa pakar kedokteran seperti
Caryloss dll.
- Dikarenakan ada beberapa type TT, sehingga dibuat kesepakatan tentang beberapa type TT
menurut AP Lactation yang merupakan tim dr Asti Praborini, SpA, IBCLC, yaitu :
1) Anterior : di depan
2) Medial : tengah
3) Posterior : Dibelakang lidah
4) Submukosa : tidak terlihat
- Ada cara menilai fungsi lidah :
1. Menjulur ke depan sampai melewati gusi bawah
2. Mengulur ke atas sampai menyentuh gusi atas dan langit-langit
3. Lidah bagian belakang dapat bergerak naik dan turun
4. Jari pemeriksa menyentuh langit-langit untuk memeriksa bentuk dan kedalamannya, atau ada
kelainan di langit-langit, misalnya celah pada langit-langit
10.55 - 11.04 : TESTIMONI ke 2 : Kamelia. Ibu, dengan anak Tongue tie dan lip tie yang kemudian
bingung putting
Ibu Kamelia menjelaskan anaknya lahir di Kemang Medical Care dengan kondisi bilirubin tinggi. Saat itu
DsA hanya fokus pada tingginya bilirubin. “Dokter bilang bahwa anak ibu menyusunya kuat sekali, coba
pikirkan untuk memberi susu tambahan”. Ibu kamelia juga terkena baby blues. Orang tua menyuruh
memberikan sufor merk NAN, sehingga menambah stress. Diberitahu oleh saudara untuk bertemu
dengan dr Asti Praborini di klinik laktasi, dan ditemukan ada TT.
Saat itu yang dilakukan adalah melakukan metode praborini : melakukan insisi dengan dibantu rawat
inap dengan metode skin to skin 3 hari 2 malam, menggunakan terapi SNS. Berjuang dengan terapi
selama 3 bulan. Saat ini anak tumbuh dengan baik. Senang bertemu dengan dr Asti dan tim karena bisa
terbebas dari TT. Dukungan suami juga menambah semangat untuk tetap memberikan ASI.
11.04- 11.50 PEMBICARA 3 : Dr Ratih Ayu Wulandari, IBCLC, Haruskah frenotomy ?
Catatan :
- Saat ini sudah mulai banyak informasi tentang TT/LT di google, media social. Saat ini juga sudah
banyak keluarga yang lebih aware terhadap masalah TT.
- Tindakan frenotomy tidak hanya bisa dilakukan oleh dokter, tapi juga oleh bidan atau tenaga
kesehatan terlatih
- .Video Ella Jackson : menunjukkan tentang frenotomy bisa dilakukan oleh bidan.
- Menjelaskan pengalaman 2 anak dengan TT dan LT dan juga pengalaman pribadi yang kemudian
dilakukan frenotomy 2 bulan lalu
- Memberikan penjelasan tentang 7 kontak anjuran kepada konselor menyusui yaitu :
1) Usia kehamilan 28 minggu’Usia kehamilan 36 minggu
2) Pada saat Insisasi menyusu dini
3) Setalah persalinan selama perawatan di RS
4) Usia bayi 7 hari
5) Usia bayi 14 hari
6) Usia bayi 40 hari
- Diharapkan dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh : lihat payudara ibu, apakah lecet ?
bagaimana dengan supply ASI. Lihat mulut bayi, lihat dan raba, pemeriksaan menyusui
- Melekat dengan baik (AMBIGU)?
- Penilaian dengan skoring : menggunakan frenotomy decision tool for breastfeeding dyas (Alat bantu
pengambil keputusan frenotomy untuk pasangan ibu dan bayi yang menyusui)
- Tongue tie dapat mengganggu pelekatan optimal ke payudara, penggunaan putting artifisial dapat
menyebabkan bingung putting dan tidak tercapainya menyusui ekslusif
- Frenotomy itu mudah. Tapi lacht setelah frenotomy itu tantangan tersendiri
- Informasi tentang menjadi jadi IBCLC : http://ibclc.org/flags/Indonesian/ . Ujian dilakukan setiap
bulan april dan oktober. Pendaftaran pertengahan maret – 15 mei 2017
11.54 – 12.10 : Testimoni ke 3, Ibu Verda : Ibu dengan anak Tongue tie dan lip tie yang kemudian jadi
terlambat berbicara
Mengira dari sejak awal anaknya autis. Tidak bisa bersosialisasi dengan anak yang lain. Sebagai seorang
ibu sedih, karena anak mengalami terlambat berbicara. Setiap kali ada pertemuan, anak saya selalu
menggigit, menjambak kawan-kawannya dan pasti ada korban dari kenakalan anak saya. Bertahun-
tahun saya sedih, karena anak saya dianggap nakal. Dan akhirnya tidak pernah mengajak anaknya ke
pertemuan-pertemuan apapun karena khawatir anaknya akan membuat ulah. Saya sedih karena
sebentar lahi akan masuk sekolah sedangkan kondisi anak berbeda dengan anak-anak seusianya.
Pada saat anak saya berumur 5 tahun, mendaftar sekolah dan dilakukan tes psikologo. Oleh psikolognya
dikatakan bahwa anak saya belum bisa berbicara dan tidak bisa jalan. Jadi akan sulit mengikuti kegiatan
yang akan dilakukan. Suatu saat makan bareng di sebuah kantin, bertemu dengan ibu yang anaknya baru
dilakukan frenotomi oleh dr Asti. Setelah berkonsultasi dengan suami dan browsing google, dan
menemukan nama dr Asti, akhirnya memutuskan untuk menemui dr Asti. Dari hasil pemeriksaan
memang ada indikasi TT, dan perlu penanganan terapi.
Setelah diambil tindakan, kondisi anak menjadi lebih baik, terlihat dari kenaikan BB dan nafsu makan
menjadi bertambah. Anak menjadi lebih cerewet, serta kosa katanya sudah bertambah. Mulai jelas jika
berbicara dan lebih aktif. Saya bersyukur di usia yang sudah besar dipertemukan dengan dr Asti dan
timnya.
Tongue tie sudah jelas ada organisasi profesi di dunia yang sekarang
based di Kanada. Pertanyaannya sekarang kalau di Indonesia siapa
yang berwenang memasukkan TT/LT ke kurikulum. Saat ini saja ilmu
posisi dan pelekatan tidak masuk kurikulum.
TERMIN KEDUA :
No
1 Penanya Nani, Semarang
Ditujukan kepada Semua narasumber
Pertanyaan Saya seorang bidan dan juga KM. Paska pelatihan KM, saya langsung
mempraktekkan kegiatan konseling menyusui di klinik, dan angka
keberhasilan menyusui 100 %. Saat ini saya juga mencoba melakukan
deteksi dini untuk kondisi TT. Jika ditemukan ada kasus TT, saya merujuk
ke dr yeti IBCLC. Saat ini ada 5 bayi yang terindikasi TT. Jika ada pelatihan
bidan yang bisa melakukan frenotomi saya akan ikut. Mohon pencerahan
Jawaban Jawaban merujuk jawaban dr Asti di soal di atasnya
2 Penanya dr Yoselina SpA dari Martapura
Ditujukan kepada Semua narasumber
Pertanyaan Saat ini ditempat saya, posisi dan pelekatan masuk di MTBS, sehingga
sebagian ilmu manajemen laktasi masuk ke dalam kurikulum di klinik
kebidanan. Permasalahannya memang yang mengajar mungkin belum
kompetensi. Saya mengajar juga, dan akan memasukkan informasi
TT/LT pada saat mengajar. Saat ini materi asi terlalu banyak, sehingga
memang kasian muridnya.
Saat ini saya banyak menemukan kasus TT/LT di martapura sehingga
selalu dirujuk ke Jakarta atau Surabaya. Padahal bisa juga koordinasi
dengan dokter bedah mulut local. Bagaimana pendapat narasumber?
Perlu ada perkumpulan keluarga yang punya pengalaman TT sehingga
membantu menjadi supporting
Di Martapura jika ada kesulitan menyusui, pasti diberikan air gula
sehingga kondisi gizi buruk sangat tinggi. Memang perlu ada
koordinasi dengan dokter-dokter.
Jawaban Jawaban tentang TT bisa merujuk ke jawaban soal di atasnya
Perkumpulan keluarga yang mempunyai pengalaman tentang TT di
Indonesia belum ada, tapi ada FB mengenai informasi Tongue Tie
yang di kelola oleh saya dan tim
3 Penanya Aceh, dr.
Ditujukan kepada Semua narasumber
Pertanyaan Ketika sudah mengikuti hari ini. Bisakah kita langsung bisa melakukan
frenotomy. Apakah harus ikut kelas atau magang? Mohon penjelasan
Bagaimana jika juga melakukan advokasi ke BPJS. kita rujuk ke bedah
mulut, bagaimana dengan pembiayaan. Jika dirujuk harus ke bedah
mulut, dokter gigi atau ke mana?
Jawaban dr Asti : Saat ini informasi tentang TT sudah mulai banyak di dengar.
Di LN masuk ke dalam kurikulum kedokteran. Sudah diperkenalkan
juga oleh Jack Newman, dan beberapa dokter. Jika ingin
memperdalam ilmu secara legal bisa ke Australia juga. JIka ada yang
ingin belajar tentang TT, saya dan tim siap untuk membantu
melakukan pendampingan
4 Penanya dr Jeana. Dr Anak
Ditujukan kepada Semua peserta
Pertanyaan Kegiatan ini merupakan pengingat buat kita. Bahwa saat kita melakukan
pemeriksaan pada anak perlu menyeluruh. Seminar ini lengkap untuk
dibawa pulang. Tindakan freotomi bisa dilakukan, tapi yang tidak kalah
penting bagaimana konselingnya
Jawaban Anggi Rosyidan : Pengurus IKMI
Saat ini secara umum di dunia laktasi, dukungan terhadap kasus TT masih
terbatas. Saat IKMI juga sedang bekerja keras untuk berjuang bagaimana
bisa diakui sebagai organisasi profesi, dan saat ini memang sedang
berproses.
Farida Ayu Erikawati Tiur Sitorus CIMI Hesti Tobing CIMI, IBCLC
(Note taker) (Ketua Panitia) (Ketua IKMI)
15.22 LANJUTAN NOTULENSI WORKSHOP PART 2 SUPLEMENTASI DAN RELAKTASI
dr Agusnawati Munandar, IBCLC, CIMI
Penjelasan video dari dompet Dhuafa tentang insisi dan suplementasi : Bayi Jihad
Kelompok dr Agusnawati Munandar
Diskusi dalam kelompok kecil untuk menjelaskan tentang bagaimana membantu proses relaktasi dan
menggunakan alat bantu.
Diskusi yang muncul :
- Faktor pendukung relaktasi : bayi pernah kenal ASI, umur bayi lebih muda,
- Yang dilakukan juga perlu skin to skin lebih lama
- Insisi bisa dilakukan walaupun anak belum bisa lact on. Setelah insisi sebaiknya skin to skin lebih
sering.
- Suplementasi diberikan disesuaikan dengan kondisi bayi itu sendiri. Biasanya akan dilihat saat
kondisi bayi lapar. Berdasarkan pengalaman 6 x 60 ml. Dan ini bisa diturunkan sesuai dengan
semakin pintarnya bayi menghisap. Ini harus dicek juga dengan kenaikan BB – 2 SD
- Bayi TT seringnya ngempeng sehingga bayi cepat lelah
- Bayi dengan suplementasi harus rajin control karena terkait dengan menaikkan atau
menurunkan jumlah cairan yang diberikan
- Saat suplementasi di stop masih diberikan donperidon.