Anda di halaman 1dari 19

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PEMBERITAAN KELOMPOK TERORIS SANTOSO DALAM MEDIA


MASSA
(Analisis Framing Tentang Pemberitaan Kelompok Teroris Poso Santoso dalam
Koran Tempo edisi Januari – Maret 2016)

Galih Fitraditya
Mursito BM

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik


Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract
Based on interest in research , researchers raised terrorist case Poso Santoso
due to the thing to be examined in preaching.In reveal news Santoso, researchers
used framing analysis to see How the newspaper due reconstruction news about
terrorism Poso Santoso. The message of the terrorists Santoso Koran Tempo always
sustained in early January until March .Framing analysis used researchers in this
research used the presented by Zhongdang Pan and Gerlad M. Kosicki . Approach
Pan and Kosicki in doing framing divide in four structure great: Syntactic structure ,
Script structure , Thematic structure and Retorik structure.
Conclusion reached by the analysis of Koran Tempo Framing is tend further
support the Government, TNI and POLRI efforts in capturing of Terrorist Group
Poso Santoso. Selection of speakers Who do more weighted to the Government, which
sHowed a same ideology's Koran Tempo over the election of the speaker.

Keywords : Framing Media, Print Media, Terrorist Poso Santoso

Pendahuluan
Terorisme bagi kalangan media merupakan suatu pembahasan yang memiliki
nilai khusus tersendiri, karena menjadikan suatu fenomena khusus yang banyak
menyedot perhatian khalayak. Seperti yang dituliskan Hamed Tofangsaz (2015: 112)
dalam penelitiannya bahwa, meskipun terorisme bukanlah fenomena yang baru-baru
ini ada, tampaknya menjadi perhatian luas atas "intensitas dan urgensi" serangan
commit
terhadap sipil atau properti sipil yang to user dengan tujuan mengancam orang-
dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

orang biasa, pemerintah atau organisasi internasional dengan cara tertentu atau dari
tindakan. Terorisme seperti tak pernah absen dalam pemberitaan media tanah air, baik
cetak maupun elektronik.
Kasus terorisme yang sampai saat ini belum juga menemui titik terang
mengundang ketertarikan tersendiri oleh para pencari berita untuk mengungkapkan
kepada khalayak seperti apa yang sebenarnya terjadi. Terorisme sendiri banyak
digambarkan oleh media sebagai sebuah kejadian yang memiliki nilai kekerasan dan
pastinya memakan korban disaat berita tersebut dimuat oleh media. Ideologi setiap
media berbeda-beda dan sudah menjadi ketentuan yang mutlak bahwa sebuah media
tidak boleh membuat sebuah berita berdasarkan subyektifitas dari wartawan media
tersebut. Namun tak jarang bahkan hampir semua media memperkuat argumennya
dengan memilih narasumber yang memiliki sudut pandang yang sepaham, sehingga
subyektifitas sebuah berita terbungkus rapih hingga tak terlihat dan menjadi sebuah
berita yang obyektif. Secara tidak langsung sebuah pemberitaan yang media buat
dapat mempengaruhi opini masyarakat.
Seperti halnya kasus kelompok Teroris Santoso yang sampai saat ini belum
juga usai. Pemberitaan kasus Santoso ini seakan terus berlanjut seperti halnya kasus-
kasus pemberitaan teroris sebelumnya namun dengan penyelesaian yang tergolong
lama. Beberapa wartawan ada yang menyoroti seputar kasus terorisme Santoso dilihat
dari sisi ke Islaman sementara ada pula yang membahas secara dalam dari berbagai
sudut pandang dan dikupas dengan dalam serta berani meungungkap secara dalam.
Koran Tempo merupakan salah satu media yang berani dalam mengungkap
adanya sebuah ancaman dari kelompok radikal yang mana ideologi wartawan dan
redaktur diperkuat dengan adanya statement dari narasumber yang memiliki ideologi
yang sama serta posisi yang kuat. Beberapa fakta yang ada sebenarnya dipilih dan
yang tidak sesuai dengan ideologi wartawan akan dikesampingkan sehingga fakta
yang menurut sang penulis dianggap mewakili dari opininya akan dipilih dan
dikonstruksikan kedalam tulisan beritanya.
commit to user

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Selama beberapa bulan dari bulan Januari sampai dengan Maret 2016 Koran
Tempo hampir setiap harinya memberitakan kasus Santoso. Peneliti dengan metode
analisis framing bermaksud untuk menganalisis konstruksi media Koran Tempo
dalam memberitakan Kelompok Teroris Poso Santoso. Penelitian ini secara umum
berusaha melihat bagaimana sikap media terhadap pemberitaan kasus Kelompok
Teroris Poso Santoso.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, Koran Tempo merupakan koran


umum yang menempatkan persoalan terorisme sebagai persoalan menarik yang
dijadikan kekuatan pemberitaan mereka. Menurut Indiwan Seto Wahjuwibowo (2015:
90) Koran Tempo begitu juga majalah Tempo, dianggap sering bertindak „sinis‟
terhadap Islam dan aksi kelompok-kelompok Garis Keras Islam. Serta Tempo juga
mengupas sebuah kasus pemberitaan secara tuntas dan juga (indepth) dalam
membahas kasus yang sedang di beritakan saat itu juga. Berita yang terus berlanjut
dari bulan Januari sampai dengan Maret 2016 seputar Kelompok Santoso ini yang
menjadi salah satu alasan peneliti memilih periode tersebut.

Rumusan Masalah
Bagaimana Koran Tempo periode Januari 2016 - Maret 2016 mengkonstruksikan
realitas peristiwa Kelompok Teroris Poso Santoso?

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana Koran Tempo periode Januari 2016 - Maret 2016
mengkonstruksikan realitas peristiwa Kelompok Teroris Poso Santoso.

Kerangka Teori
1. Komunikasi Massa
Media massa adalah sarana komunikasi massa dalam menyampaikan pesan
kepada publik. Pesan disini diharapkan tersampaikan dengan secara langsung kepada
commit to user
publik melalui perantara media baik cetak maupun elektronik. Ardianto Elvinaro

3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(2004: 3) menyatakan bahwa komunikasi paling sederhana yang dikemukakan juga


oleh Bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah orang (Mass communication is messages communicated
through a mass medium to a large number of people), dari definisi tersebut dapat
diketahui bahwa komunikasi massa itu harus mengunakan media massa. Massa disini
menunjuk pada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau pembaca. Bentuk media
massa yang diyakini saat ini antara lain media elektronik (televise, radio), media
cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku dan film.
2. Terorisme dalam Media Massa
Adjie S (2005: 2) mengatakan pada dekade ini teror digunakan suatu
kelompok untuk melawan suatu rezim tertentu yang lahir sejak adanya kekuasaan dan
wewenang dalam peradaban manusia. Pada abad ke-20 motivasi dunia terorisme
berubah. Terorisme menjadi bagian dari ciri pergerakan politik dari kelompok
ekstrem kanan-kiri, dalam spektrum ideologi politik suatu Negara. Terorisme menjadi
aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York,
Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001, dikenal sebagai “September
Kelabu”, yang memakan 3000 korban. Tidak berselang lama kemudian terjadi
peristiwa bom Bali I pada tanggal 12 Oktober 2002. Tragedi bom di pusat wisata dan
hiburan Legian.
Menurut R. Suyoto Bakir dan Sigit Suryanto (2009) dalam Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, teror merupakan kegiatan yang mengganggu dan menciptakan
ketakutan (kengerian, kecemasan dan sebagainya), yang dilakukan oleh orang atau
golongan tertentu. Sedangkan terorisme mengandung arti penggunaan kekerasan
untuk menciptakan ketakutan dalam mencapai tujuan.
3. Berita
Dedi Iskandar Muda (2005:21) dalam bukunya menyatakan bahwa terdapat
beberapa pengertian tentang berita yang kiranya dapat dijadikan sebagai acuan. Berita
dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat
commit to user
menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca. Dengan demikian dapat

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

disimpulkan bahwa “Berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual yang
menarik dan aktual serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar,
maupun penonton.”
a. Unsur Layak Berita
Muhammad Budyana (2006:47) menyatakan dalam sebuah pembuatan
berita terdapat unsur-unsur layak berita yang dijadikan acuan, dimana berita
tersebut memiliki kelayakan untuk memenuhi unsur berita yang akan dijadikan
satu berita utuh.
1. Berita Harus Akurat
Wartawan harus memiliki kehati-hatian yang sangat tinggi dalam
melakukan pekerjaannya meningat dampak yang luas yang ditimbulkan oleh
berita yang dibuatnya. Akurasi berarti benar dalam memberikan kesan umum,
benar dalam dalam sudut pandang pemberitaan yang dicapai oleh penyajian
detail-detail fakta dan oleh tekanan yang diberikan pada fakta-faktanya.
Kredibilitas sebuah media baik cetak maupun elektronik sangat ditentukan
oleh akurasi beritanya sebagai konsekuensi dari kehati-hatian para
wartawannya dalam membuat berita.
2. Berita Harus Lengkap Adil dan Berimbang
Fakta-fakta yang akurat yang dipilih atau disusun secara longgar atau
tidak adil sama menyesatkannya dengan kesalahan yang sama sekali palsu.
Unsur adil dan berimbang dalam berita mungkin sama sekali sulitnya untuk
dicapai seperti juga keakuratan dalam menyajikan fakta.
3. Berita Harus Obyektif
Objektif artinya berita yang dibuat itu selaras dengan kenyataan, tidak
berat sebelah, bebas dari prasangka. Memang ada beberapa karya jurnalistik
yang lebih persuasive, artinya ada sikap subjektif didalamnya, dan
objektifitasnya agak kendur, misalnya dalam tulisan editorial atau komentar.
4. Berita Harus Ringkas dan Jelas
commit to user
Mitchel V. Charnley berpendapat bahwa pelaporan berita dibuat dan

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ada untuk melayani. Berita yangdisajikan haruslah dapat dicerna dengan


cepat. Ini artinya suatu tulisan yang ringkas, jelas, dan sederhana. Gaya
jurnalistik yang bagus, seperti juga gaya tulisan-tulisan lainnya tidak mudah
diwujudkan atau dipertahankan.
5. Berita Harus Hangat
Berita adalah padanan kata news dalam bahasa Inggris. Kata news itu
sendiri menunjukan adanya unsur waktu-apa yang new, apa yang baru yaitu
lawan dari lama. Meskipun berita seperti termuat dalam lembaran-lembaran
berita berbentuk poster itu tidak selalu merupakan berita hari ini atau berita
kemarin, namun itu adalah berita hangat yang dapat dibaca oleh publik saat
itu.
b. Nilai Berita
Walter Lippmann, mengatakan dalam buku Jurnalistik Teori dan Praktik
(Budyana, 2006: 90). Suatu berita memiliki nilai layak jika didalamnya ada
unsure kejelasan (clarity) tentang kejadiannya, ada unsure kejutan (surprise), ada
unsur kedekatannya (proximity) secara geografis, serta ada dampak (impact) dan
konflik personalnya. Dalam konteks ini dibedakan antara lingkungan sebenarnya
(=environment yaitu the world that is really out there) dan lingkungan-semu
(=pseudo-evironment, yaitu subjective perception of that world).
4. Konstruksi Realitas Media
Mursito (2013: 77) menyatakan bahwa Konstruksi realitas media mengacu
pada aturan dan pemenuhan syarat guna mencapai pengetahuan yang objektif, dimana
pekerjaan ini biasa dilakukan oleh seorang jurnalis. Jurnalis bertugas untuk membuat
realitas empirik dimana faktisitas atau kebebasan dari berita tersebut tetap terjaga
keasliannya. Sebuah berita diharapkan tetap sesuai dengan “kenyataan” serta kaidah-
kaidah jurnalisme yang bersifat etis, normatis dan teknis.
Fakta penting dalam sebuah persitiwa harus tercakup dalam sebuah berita agar
publik dapat mengetahui apa yang terjadi serta memahami duduk masalah peristiwa
commit to user
tersebut. Berita harus sama dengan peristiwa yang sedang terjadi, apa adanya, tidak

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

boleh ditambah maupun dikurangi. Inti dari berita yaitu harus objektif dan tidak
berpihak. Objektifitas adalah aturan yang harus ditaati seorang wartawan, agar disatu
sisi faktasitas sebuah peristiwa tidak akan hilang dan terjaga dan disisi lain agar
mengurangi subjektifitas dalam penulisan berita. Sebuah distorsi fakta dapat terjadi
baik pada meja redaksi, redaktur pelaksana maupun pimpinan redaksi.
Karenanya, Agus Sudibyo (2001: 31) mengatakan bahwa ada konteks sosial
dalam suatu berita agar berita itu dapat dibaca dan dipahami oleh khalayaknya. Isi
media memang didasarkan pada kejadian di dunia nyata, namun isi media
menampilkan dan menonjolkan elemen tertentu, dan logika struktural penulis media
dipakai dalam penonjolan elemen tersebut. Media tertentu cenderung membatasi dan
menyeleksi sumber berita, menyeleksi komentar- komentar sumber berita, dan
memberi porsi yang berbeda dalam perspektif lain. Yang kemudian terjadi adalah
penonjolan tertentu terhadap pemaknaan suatu realitas.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif degan
menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan metode penelitian analisis
framing, dimana secara umum membahas bagaimana media membentuk konstruksi
atas realitas, menyajikan dan menyampaikan kepada khalayak.
Dalam menganalisis peneliti menggunakan analisis framing metode Zhongdan
Pan dan Gerald M. Kosicki. Konsep framing dalam metode ini adalah strategi
konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam
mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan
konvensi pembentukan berita (Eriyanto, 2005: 68). Perangkat framing dalam metode
Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosciki dapat terbagi kedalam empat struktur besar
yakni, Struktur Sintaksis, Struktur Skrip, Struktur Tematik dan Struktur Retoris.

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sajian dan Analisis Data


1. BIN Targetkan Rangkul Santoso dan OPM
Edisi 4 Januari 2016
a). Struktur Sintaksis
Dalam struktur Sintaksis pada bagian judul yang tertulis pada artikel
tersebut merupakan sebuah gambaran secara menyeluruh mengenai peristiwa
apa yang terjadi. Kata tersebut dapat diartikan bahwa wartawan ingin
menjelaskan fakta yang terjadi bahwa BIN memiliki langkah-langkah untuk
merangkul kedua kelompok radikal. Koran Tempo memunculkan sudut
pandang baru yang mana berlawanan dengan inti dari judul yang dibuat oleh
Koran Tempo, sudut pandang yang dibuat oleh Koran Tempo kurang
mendukung adanya pemberian Amnesti.
b). Struktur Skrip
Unsur Skrip yang menjelaskan 5W + 1H pada artikel ini adalah, What
yang dijelaskan pada berita ini adalah BIN yang menargetkan rangkul Santoso
dan OPM melalui iming-iming amnesti. Who yang diangkat adalah Sutiyoso,
Din Minimi, Pemerintah, Kapolda Sulawesi Tengah dan Lembaga lain yang
dimana mereka memiliki tanggapan berbeda dalam kasus.
When pada tanggal 3 januari 2016 disaat BIN mengeluarkan statement
ingin mereangkul Santoso dan OPM. Where disini berada di Jakarta, tempat
dimana BIN mengeluarkan Statement tersebut. Why disini dijelaskan mengapa
BIN menargetkan merangkul OPM dan Santoso yang dikarenakan agar
Santoso dan OPM dapat menyerahkan diri. How, bagaimana tanggapan yang
diterima BIN adalah masih banyaknya pertimbangan dari pemberian amnesty
tersebut.
c). Struktur Tematik
Unsur tematik dalam artikel ditunjukan pada kata penghubung
”dengan” menjelaskan cara yang dilakukan Sutiyoso untuk membujuk Din
commit to user
Minimi. Kata “dengan” yang digunakan Koran Tempo dalam kutipan tersebut

8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menjelaskan bagaimana “cara” iming-iming amnesty yang dilakukan telah


berhasil membujuk Din Minimi untuk menyerah kepada BIN.
Kata penghubung “dan” disini diimbuhkan guna menunjukan beberapa
langkah yang dilakukan Sutiyoso utnuk merangkul OPM dan Santoso melalui
cara pendekatan dan janji melalui pemberian amnesty. Dua kata ini saling
berhubungan dimana merupakan sebuah upaya Sutiyoso dalam merangkul dua
kelompok berbahaya.
d). Struktur Retoris
Struktur Retoris dalam artikel ditunjukan pada unit analisis leksikon
yang muncul pada kata ”iming-iming” yang menjadi kata ganti, dipilih
penulis salah satunya dirasa mampu menarik perhatian pembaca. Selanjutnya
pada kata “keji” disini Tempo menunjukan bahwa pemberitaan seputar
Santoso memiliki kesan bahwa kelompok tersebut sudah melakukan tindakan
yang sangat berbahaya bahkan sampai menghilangkan nyawa.

2. Terduga Teroris Poso Ditembak Mati


Edisi 1 Maret 2016
a). Struktur Sintaksis
Koran Tempo menambahkan kata “tembak mati” dalam judul sebagai
adanya perkembangan kasus Santoso. Pada pembuatan judul disini terlihat
bahwa koran Tempo kurang tepat dalam menggambarkan informasi secara
keseluruhan pada berita tersebut, yang ditunjukan pada kata “terduga”. Untuk
latar informasi disini koran Tempo kurang mencantumkan sumber data yang
diperoleh. Dimana koran Tempo menyebutkan bahwa sebelumnya kelompok
teroris Santoso berjumlah 28 orang yang kemudian bertambah menjadi 45
orang.

commit to user

9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b). Struktur Skrip


Unsur What yang yang menonjol pada berita ini adalah, apa yang
terjadi adalah penembakan terduga Teroris Poso. Where pada berita ini terjadi
di daerah Torire, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Who yang ditonjolkan adalah anggota Santoso yang menjadi korban, Kombes
Leo Bona Lubis dan Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes POLRI
Kombes Suharsono. Unsur Why disini ialah dikarenakan kelompok Santoso
yang menjadi misi Operasi.
Unsur When terjadi pada Minggu 28 Februari 2016 sekitar Pukul
18.30 WITA. Tinombala yang dijalankan. Baku tembak yang terjadi dengan
polisi yang memakan korban anggota teroris Poso, unsur berita How diisi
dengan bagaimana terduga bisa tertembak.
c). Struktur Tematik
Pada berita ini memuat beberapa unsur koherensi yang dijadikan
analisis penelitian. Koherensi penjelas ditunjukan pada kata “dan” dan
“diantaranya” kata diantaranya menjelaskan siapa saja jumlah nama baru yang
disebutkan pada berita.
d). Sturktur Retoris
Pada berita terdapat unsur leksikon yang terlihat di awal judul yaitu
kata “mati” seharusnya kata mati biasa di tujukan pada binatang, Jabatan
nampak digunakan untuk mendukung narasumber agar terkesan bahwa
memang benar data tersebut valid, karena berasal dari orang yang memiliki
wewenang berbicara terkait dengan tema berita.

3. Keluarga Makamkan Terduga Teroris Poso


Edisi 19-20 Maret
a) Struktur Sintaksis
Fhonda dalam berita kali ini dikonstruksikan sebagai seorang yang
commit to user
memiliki jiwa sosial yang tinggi yang ditunjukan dengan banyaknya pemuda

10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang melayat jenazahnya. Berita ini juga ingin memaparkan perlakuan yang
tidak wajar terhadap jenazah, yang mana biasanya jenazah di bungkus kain
kafan namun ini tidak. Koran Tempo ingin memaparkan bahwa Fhonda yang
dijelaskan sebagai anggota Santoso memang berhubungan dengan kelompok
radikal ISIS. Dimana dalam berita ini dituliskan bahwa bendera hitam sebagai
simbol yang identik dengan ISIS berkibar. Latar informasi yang mengatakan
bahwa Fhonda disebut sebagai sebagai “tangan kanan” Santoso, tidak
memiliki sumber penguat baik kutipan wawancara maupun pencantuman
sumber data tersebut didapat.
b). Struktur Skrip
Unsur What disini adalah keluarga Fhonda terduga teroris Poso
memakamkan jenazahnya. Who yang diangkat dalam berita adalah Fhonda
sebagai terduga teroris yang dimakamkan dan keluarga korban yang diwakili
oleh Endro Sudarsono. Unsur Where disini adalah tempat pemakaman yang
berada di Polokarto, Sukoharjo. When yang diangkat adalah tanggal 18 Maret
2016 pagi. Unsur Why adalah karena baku tembak dengan aparat yang
menyebabkan fonda tewas. How yang ditonjolkan berita ini adalah bagaimana
suasana pemakaman yang banyak di datangi pemuda berjubah dan berkebar
bendera hitam mirip bendera ISIS.
c). Struktur Tematik
Dalam berita ini terdapat beberapa berita yang mencakup koherensi
penjelas dengan kata sambung “dan”. Selanjutnya terdapat juga yang
mengandung unsur penjelas yaitu “disebabkan”, kata “sebab” menjelaskan
hubungan dua kalimat yang disatukan dengan kata sambung tersebut karena
memiliki unsur sebab-akibat.
d). Strukur Retoris
Kata “berjubah” diatas ingin dikonstruksikan bahwa Fhonda adalah
umat muslim, namun koran Tempo memaparkan bahwa beberapa pelayat
commit to user
membawa bendera hitam dimana “bendera hitam” merupakan simbol dari

11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

masa pengikut ISIS. Kata lainnya yang muncul adalah kata “tangan
kanan”,dimana kata “tangan kanan” dipilih koran Tempo sebagai kata ganti
atas orang kepercayaan.

4. Operasi Tinombala Jalan Terus


Edisi 22 Maret 2016
a). Struktur Sintaksis
Koran Tempo ingin menonjolkan bahwa Operasi Tinombala akan terus
jalan meskipun ada musibah (jatuhnya heli) ditambah dengan kutipan yang
disampaikan Kapolri. Dituliskan dalam berita tersebut pihak aparat yang
dikerahkan bahwa “sedikitnya” 1000 personel menejalaskan bahwa jumlah
tersebut bisa lebih sebagai bentuk keseriusan dalam penanganan kasus ini.
Koran Tempo mengemas berita ini dengan detail sampai akhir berita yang
dijelaskan dengan kelangsungan penangkapan Santoso yang sudah terkepung.
b). Struktur Skrip
Unsur What dalam berita ini adalah Operasi Tinombala yang tetap
berejalan meskipun adanya musibah jatuhnya heli. Unsur Who yang menonjol
adalah, Kelompok Santoso yang menjadi sasaran Operasi dan Kapolri Jendral
Badroidin Haiti, Mentri Kordinator Politik, Hukum dan Keamanan Luhut
Binsar Panjaitan serta Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo. Unsur Where
berada di Poso, Sulawesi Tengah.
Unusr When menonjol adalah dimulainya operasi Tinombala pada
awal Januari sampai dengan saat ini. Unsur Why adalah operasi ini berjalan
terus karena Polisi sudah melacak keberadaan Kelompok Santoso dan
mengetahui lokasi keberadaannya. Unsur How yang dicantumkan adalah
operasi ini berjalan dengan melibatkan 1000 personel dari masing-masing
pihak baik Polisi dan TNI.

commit to user

12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c). Struktur Tematik


Unit analisis Koherensi dalam berita ini kata “dan” digunakan sebagai
penjelas, selain itu koherensi antar kalimat terdapat kata “namun” yang
menekankan perbedaan situasi dan keadaan yang mengalami perubahan,
ditunjukan ditambahnya masa operasi.
d). Struktur Retoris
Kata memburu pada berita ini dituliskan Koran Tempo untuk
menekankan makna bahwa kelompol Santoso merupakan orang yang sangat
dicari dan dijadikan misi dalam operasi ini. Kemudaian kata mengotaki
menekankan makna bahwa kelompok ini merupakan pembuat rencana dan
tokoh utama dalam teror di Thamrin dan serangkaian teror di Poso.

5. Dua Teroris Poso Tertembak


23 Maret 2016
a). Struktur Sintaksis
Dalam judul tersebut menunjukan bahwa operasi tersebut kembali
berhasil melumpuhkan anggota teroris Poso tersebut, yang dituliskan dalam
kata “tertembak”. Koran Tempo mengkonstruksikan kejahatan terorisme
kelompok Santoso memiliki tingkatan yang sudah berbahaya serta merupakan
kejahatan global, sehingga perkembangan kasus tentang tewasnya anggota
teroris Santoso menjadi sangat penting.
Dari latar informasi yang diungkap diatas menunjukan bahwa koran
Tempo masih membahas seputar penembakan, dan disini dibahas bahwa
sebelumnya Operasi ini sudah membuahkan hasil dengan menangkap lagi dua
anggota kelompok Santoso tersebut. Seakan mendukung keberhasilan Operasi
ini koran Tempo menambahkan bahwa Saat ini Santoso sudah terpojok dan
beberapa anggotanya sudah ada yang tertembak juga pada bulan Februari

commit to user

13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b). Struktur Skrip


Unsur What yang ditonjolkan adalah, keberhasilan Operasi Tinombala
melumpuhkan Teroris Poso dengan menembak dua anggota teroris Poso
tersebut. Unsur Who yang ditunjukan disini ialah korban anggota Santoso
yang tertembak dan tewas serta Kapolri Jendral Badrodin Haiti, Kapolda
Sulawesi Tengah Brigjen Rudi Sufhariadi, Kepala Operasi Kombes Leo Bona
Lubis. Unsur Where adalah tempat kejadian baku tembak yaitu daerah Poso,
Sulawesi Tengah.
Unsur When yaitu pada tanggal 22 Maret 2016, sehari sebelum Kapolri
mengumumkannya. Unsur How yang diangkat ialah, bagaimana keberhasilan
Operasi Tinombala menmebak dua anggota teroris Poso. Unsur Why disini
adalah adanya baku tembak yang menyebabkan tertembaknya kedua anggota
Teroris Poso
c). Struktur Tematik
Dalam unit analisis koherensi penjelas dituliskan dengan kata “dan”
namun kata “dan” juga digunakan sebagai kata penghubung yang memiliki
makna sebagai kelengkapan berita.
d). Struktur Retoris
Kata “diwarnai” dalam paragraf diatas menekankan makna bahwa
operasi terebut didominasi dengan tembak-menembak antara aparat dan
kelompok teroris. Terdapat juga kata “angkat kaki” yang ditekankan yang
menunjukan bahwa kelompok Santoso berpindah dikarenakan aparat yang
mendesak keberadaan mereka, dan ada juga kata “Santoso adalah pentolan
teroris yang paling dicari”. Kata “pentolan” yang mengkonstruksikan bahwa
Santoso merupakan ketua dari kelompok tersebut dan juga menjadi misi dari
operasi Tinombala.

commit to user

14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Kapolri Optimistis Santoso Segera Tertangkap


Edisi 26-27 Maret 2016
a). Stuktur Sintaksis
Pada judul tercetak tebal dan besar berada dipojok halaman serta
didukung dengan gambar, yang menggambarkan bahwa berita tersebut
memiliki validitas informasi bagi pembaca. Pada lead digunakan sebagai
penjelas keseluruhan isi berita dimana Koran Tempo mengemasnya dengan
mengemukakan faktor yang mendukung akan tertangkapnya Kelompok
Santoso. Dari lead yang ditulis singkat oleh koran Tempo menunjukan bahwa
kekurangan logistik merupakan salah satu faktor akan tertangkapnya
Kelompok Mujahidin Indonesia Timur, yang dipimpin Santoso. Koran Tempo
memaparkan bahwa keoptimisan ini didukung dengan startegi serta jumlah
personel yang cukup untuk menangkap Kelompok Santoso.
Latar informasi seputar jalannya operasi menjelaskan bahwa koran
Tempo ingin merincikan startegi yang dilakukan satgas Tinombala berhasil
membuat kelomompok Santoso terpecah, ditambah lagi dengan
menggungakan peralatan yang mendukung seperti drone.
b). Struktur Skrip
Unsur Who yang ditonjolkan dalam berita ini adalah Kapolri Jendral
Polisi Badrodin Haiti, Kelompok Santoso yang menjadi target utama dalam
Operasi Tinombala ini. Banyaknya ulasan yang memberitakan seputar
kelompok Santoso dengan beberapa narasumber menekankan bahwa Tempo
ingin membahas Operasi penangkapan kelompok Santoso lebih mendalam.
Unsur What yang terlihat ialah Kapolri optimis dapat menangkap kelompok
Santoso dengan berbagai strategi. Terlihat jelas pada judul yang di kutip dari
perkataan Kapolri.
Unsur Where adalah tempat operasi ini berjalan yaitu Poso, Sulawesi
Tengah. Unsur When disini adalah waktu Kapolri mengeluarkan pernyataan
commit to user
tersebut yaitu 26-27 Maret 2016. Sedangkan unsur How yang terlihat ialah

15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bagaimana situasi Kelompok Santoso saat ini yang sudah mulai terdesak oleh
serangkaian serangan dan strategi yang dilakukan Tim Satgas Tinombala.
Unusr Why disini ialah alasan terdesaknya Santoso dijelaskan oleh Tempo
adalah dikarenakan berkurangnya pasokan logistic karena sudah dipotong oleh
Satgas Tinombala, serta mulai berkurangnya anggota akibat baku tembak
dengan aparat. Ditambah serangan mendadak yang sering dilancarakn
menimbulkan kepanikan Kelompok Santoso.
c). Struktur Tematik
Unit analisis koherensi banyak terdapat kata penghubung yang
memiliki arti sebab akibat. Kemudian terdapat pula kohernsi penjelas seperti “
dan”.
d). Struktur Retoris
Menunjukan kata “berkejaran dengan waktu”, adalah bahwa koran
Tempo menunjukan kerja Aparat yang semakin cepat untuk meringkus
Santoso. Pergantian kata “membelah kelompoknya” menunjukan bahwa koran
Tempo ingin memperlihatkan bahwa kelompok Santoso menjalankan rencana
tersendiri untuk melawan sergapan Satgas Tinombala ini.

7. Setelah Mujahidin, Kini Giliran Abu Wardah


Edisi 26-27 Maret 2016
a). Stuktur Sintaksis
Pada berita ini menjelaskan keadaan bahwa kelompok Santoso yang
awalnya hanya sebagai incaran pemerintah Indonesia saat ini menjadi incaran
pemerintah Amerika Serikat. Tidak adanya narasumber dari pihak pemerintah
Amerika Serikat mengenai dukungan kasus kelompok Santoso dan kelompok
MIT yang sudah masuk daftar global Amerika. Narasumber yang
dicantumkan hanya dari pihak kepolisian Indonesia saja. Koran Tempo ingin
merekonstruksikan tanggapan Amerika Seputar Santoso, yang dimulai dengan
commit to user
tanggapan bahwa Santoso merupakan ancaman bagi Amerika Serikat serta

16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memperingatkan warga Amerika untuk tidak berhubungan dengan segala


aktivitas kelompok Santoso yang berada di Amerika.
b). Struktur Skrip
Unsur What yang menjadi penekanan pada berita ini adalah Santoso
dan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang menjadi incaran
Amerika Serikat. Unsur Who adalah pihak Amerika yang selama berita
mejabarkan seputar Santoso dan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur
(MIT). Unsur When adalah hari Kamis Tanggal 24 Maret 2016, pada saat
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengumumkan seputar Santoso
yang dimasukan dalam daftar teroris Global.
Unsur Where yang menonjol adalah dimana tempat pernyataan dibuat
yaitu di Jakarta.Unsur How adalah bagaimana Amerika memasukan Santoso
dan Kelompoknya karena dianggap sebagai ancaman bagi Amerika Serikat.
Untuk unsur Why adalah alasan dijadikannya Santoso sebagai buronan global
dikarenakan Santoso memiliki rekam jejak pembunuhan di Tanah Air serta
sudah berbaiat denga ISIS.
c). Struktur Tematik
Koherensi penjelas “bukan lagi” dituliskan Tempo untuk menjelaskan
bahwa Kelompok Santoso saat ini memiliki status yang berbeda dari
sebelumnya. Terdapat pula kata penghubung “karena” yang memiliki makna
sebagai sebab akibat.
d). Struktur Retoris
Kata “dosa” yang ditekankan disini bahwa Santoso melakukan
kesalahan besar sehingga ditekankan kata “dosa”. Kesalahan besar yang
dimaksud tersebut adalah dikarenakan berbaiat dengan ISIS.

commit to user

17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kesimpulan

Dengan memandang media sebagai agen pengkonstruksi realitas, maka


media cetak Koran Tempo juga mengkonstruksikan realitas dalam memberitakan
aksi terorisme Kelompok Santoso. Banyak fakta-fakta yang terkait dengan aksi
terorisme Kelompok Santoso, namun media cetak Koran Tempo melakukan
strategi framing dengan menyeleksi fakta-fakta mana yang harus dituliskan dan
fakta-fakta mana yang harus dibuang. Untuk mengetahui framing yang dilakukan
oleh media cetak Koran Tempo dalam mengkonstruksikan realitas Kelompok
Terorisme Santoso digunakan pisau analisis framing model Pan dan Kosicki.
Dari analisis struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris yang berdasarkan lima
kategori didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Koran Tempo dalam mengkonstruksikan Berita Teroris Poso Santoso
cenderung mendukung upaya Pemerintah untuk segera menangkap Kelompok
Teroris Santoso, pemerintah disini ditujukan pada TNI, POLRI dan Kementrian
POLHUKAM. Dimana diperlihatkan dari isi berita Koran Tempo yang sebagian
besar mendukung adanya upaya Pemerintah dalam menangkap Kelompok
Santoso. Koran Tempo juga mengkonstruksikan peristiwa Kelompok Santoso ke
dalam berita dengan lebih melihat dari sisi akibatnya, ditunjukan melalui
pemilihan kata penghubung/koherensi “dan”, “dengan” yang masuk dalam
Struktur Tematik.
Koran Tempo lebih menonjolkan argumen dari pihak Pemerintah sebagai
sudut pandang dalam berita yang dimuat. Hal tersebut dapat terlihat dari
pemilihan narasumber berita yang secara keseluruhan mendukung penangkapan
Kelompok Santoso.

Saran
Dalam mencari data diperlukan beberapa narasumber sehingga informasi
yang didapat lebih variatif dan dalam memilih beberapa narasumber manjadikan
commit to user

18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berita tersebut menjadi lebih berimbang dan tidak subjektif. Dalam melakukan
penelitian analisis framing khususnya dalam koran Tempo diharapkan dapat
lebih cermat, karena koran Tempo memiliki detail informasi yang cukup lengkap
namun diperlukan analisis yang lebih mendetail dalam melakukan penelitian.

Daftar Pustaka

Adjie S. (2005). Terorisme. Jakarta: Sinar Harapan.


Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. (2004). Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Bakir, R. Suyoto dan Sigit Suryanto. (2009). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Budyana, Muhammad. (2006). Jurnalistik : Teori dan Praktik Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Muda, Deddy Iskandar. (2005). Jurnalistik Televisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mursito. (2013). Jurnalisme Komperhensif: Konsep, Kaidah dan Teknik Penulisan
Berita, Feature, Artikel. Jakarta: Literate.
Sudibyo, Agus. (2001). Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKIS.
Tofangsaz, Hamed Chelsea. (2015). Rethinking terrorist financing; Where does all this
lead?. Journal of Money Laundering Control, Vol. 18 Iss 1 pp. 112 – 130.
Wibowo, Indiawan Seto Wahyu. (2015). Terorisme dalam Pemberitaan Media:
Analisis Wacana Terorisme Indonesia. Tangerang: Rumah Pintar
Komunikasi.

commit to user

19

Anda mungkin juga menyukai