Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

BAB I

A. Latar Belakang

Korban virus Corona jenis COVID-19 terus berjatuhan. Penyebaran virus


juga semakin meluas dengan jumlah puluhan negara yang terjangkit. Seiring dengan
meningkatknya kasus di seluruh dunia, Beragam langkah ditempuh oleh sejumlah
negara guna membendung penyebaran virus Corona, mulai dari penghentian
penerbangan dari dan ke wilayah-wilayah di China yang terdampak virus tersebut,
mengevakuasi warga mereka dari Wuhan, sebuah kota di Provinsi Hubei yang
menjadi tempat awal penyebaran virus Corona. Berbagai langkah tersebut dilakukan
agar pergerakan manusia yang berpotensi membawa virus dapat diminimalisir serta
menjaga agar tidak bertambahnya jumlah manusia yang tertular virus Corona.
Indonesia menjadi salah satu negara yang menyatakan zero virus Corona, bahkan
masyarakat Indonesia sempat ragu virus Corona belum masuk ke Indonesia, tidak
hanya masyarakat Indonesia sendiri yang ragu bahkan WHO sebagai lembaga
kesehatan dunia sempat meragukan pernyataan tersebut.

Perkembangan era digital, media dan teknologi saling berkaitan. Kemajuan


teknologi memberikan dampak besar pada perkembangan media. media harus
mempertahankan eksistensinya. Salah satunya dengan menyuguhkan informasi lewat
media online. Media onlline memiliki karakteristik yakni mampu menggabungkan
ketiga jenis unsur teks, audio dan visual serta perpaduan layanan interaktif, misalnya
dengan pencarian berita baru atau yang telah berlalu, forum diskusi, tanggapan
langsung, dan sebagainya.

Pengumuman kasus pertama virus Corona yang disampaikan Presiden Joko


Widodo (Jokowi) pada tanggal dua maret 2020 menjadi sorotan pemberitaan media
nasional dan juga internasional. Masyarakat dunia dan jagat media sosial ramai

1
2

membicarakan virus Corona yang saat ini sedang mewabah. Banyak media massa
yang mencari tahu tentang siapa yang menjadi korban pertama dan banyak media
nasional yang menjadikannya sebagai berita utama. Perkembangan era digital saat ini
mendorong cepatnya pertukaran informasi dan sejalan dengan itu media online
dengan sistem kerjanya yang mengedepankan kecepatan informasi yang disajikan
terus memberitakan informasi yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo tentang
korban pertama virus Corona di Indonesia.

Tempo.co merupakan media online yang aktif memberitakan korban pertama


virus corona di Indonesia, Tempo.co salah satu media yang gencar memberitakan
kasus tersebut, dalam sehari tempo bisa mengankat sampai lima atau lebih berita
dengan tema tersebut, Dari pantauan www.alexa.com, Tempo.co tidak memiliki
peringkat yang tinggi, Tempo.co menduduki peringkat 34 sebagai situs yang paling
dicari di Indonesia. Namun, dengan gencarnya pemberitaan mengenai kasus korban
virus corona pertama di Indonesia oleh Tempo.co bisa jadi membuatnya menjadi
rujukan pertama masyarakat Indonesia dalam mencari informasi tentang kasus
tersebut.

Pada awal berdirinya, portal berita ini bernama Tempo Interaktif. Portal
berita ini merupakan pionir dari portal berita lainnya. Jumlah pengakses Tempo
Interaktif via mobile meningkat lebih dari 500 persen, manajemen TEMPO setuju
untuk mengubah nama portal Tempo Interaktif menjadi Tempo.co. Langkah
perubahan ini merupakan bagian dari upaya TEMPO meningkatkan kualitas dan
menyempurnakan sajian produk. Jumlah total follower Tempo di Twitter, Instagram,
dan YouTube, mencapai 6,8 juta. Follower di Facebook naik 24 persen menjadi 1,6
juta. Engagement media sosial Tempo.co meningkat 94 persen dibanding tahun
sebelumnya. Di Instagram, follower Tempo.co juga naik menjadi 102 ribu pada 2018.
Pembaca majalah Tempo dan Koran Tempo digital pun sudah melewati angka 150
ribu.1

1
PT Tempo Inti Media Tbk, Laporan Tahunan 2018, h. 19.
3

Haris Sumadiria mendefinisikan berita adalah laporan tercepat mengenai


fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan peting bagi sebagian besar khalayak,
melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau media online internet.2
Dalam sebuah media, tentunya tidak hanya wartawan yang bekerja untuk membuat
sebuah pemberitaan. Media memiliki struktur organisasi media, mulai dari pemilik,
pemimpin redaksi, marketing, hingga waratwan. Setiap pekerja tersebut memiliki
pengaruh terhadap isi pemberitaan serta memiliki andil untuk melakukan konstruksi
atau pembingkaian(framing).Framing merupakan pendekatan untuk mengetahui
bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika
menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya
menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan,
serta hendak dibawa kemana berita tersebut.3

Media massa seringkali lebih mengedepankan rating dan mengejar jumlah


pembaca dengan menyuguhkan judul berita yang bombastis dan menarik perhatian
yang tak ayal menuai kontroversi. Maka, tidak heran jika kita melihat banyak berita
bertebaran di media sosial khususnya mengenai berita-berita yang tidak jelas
sumbernya dan diragukan faktanya. banyak Media massa (dalam hal ini wartawan)
harusnya dapat membedakan fakta publik, yaitu fakta yang bisa dikonsumsi oleh
publik, dengan fakta personal. Fakta personal haruslah mendapat izin dari sumber
terkait atau mempertimbangkan apakah sumber terkait mempersilahkan fakta
personalnya dipublikasi. Maka dari itu, untuk media massa terutama media online
dalam memberitakan virus Corona terutama pada pihak korban haruslah berdasarkan
pada prinsip jurnalistik serta haruslah terdapat unsur jurnalisme empati. Jika memang
jurnalisme empati hilang dalam pemberitaan untuk kasus-kasus serupa, maka
indikasi hilangnya sisi kemanusiaan dalam pemberitaan media massa.

2
Drs. AS Haris Sumadiria, M.Si, Jurnalistik Indonesia, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media
2006), h. 65.
3
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana Analisis Semiotika
Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.164
4

Pemberitaan korban pertama virus Corona di Indonesia harus sangat


diperhatikan agar tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan pada setiap
pemberitaanya, pada minggu pertama setelah penguman media massa nasional tidak
berhenti memberitakan hal – hal yang berkaitan tentang korban pertma virus Corona
begitu pun dengan Tempo.co media ini selalu mengupdate tentang pemberitaan
tentang korban pertama virus Corona dan tidak ingin ketinggalan dengan media
lainnya yang juga memberitakan hal yang sama.

Penggunaan prinsip – prinsip jurnalisme empati dalam pemberitaan media


massa harusnya bisa lebih melindungi korban, bukan malah mengeksploitasinya.
Terdapat beberapa unsur penting dalam jurnalisme empati yaitu harus ada unsur sisi
belas kasihan dalam pemberitaan. Selanjutnya, tugas wartawan untuk mengajak
pembaca merasakan apa yang dirasakan orang lain yang menjadi korban dalam
pemberitaan tersebut dan bukan sebaliknya, apalagi mengeksploitasi korban demi
rating dan klik semata.

Jurnalisme empati adalah “upaya untuk memberikan dorongan, membangun


optimisme hidup, dan dukungan bahwa hidup seberapa pun panjangnya adalah
karunia”. Menurut Ashadi Siregar, jurnalisme empati diharapkan dapat melukiskan
empati sebagai to see with eyes of another, to hear with the ears of another and to
feel with heart of another.4

Jurnalisme empati adalah jurnalisme yang berempati terhadap penderitaan


orang, baik yang disebabkan oleh kultur, struktur sosial, maupun individual tanpa
batas – batas yang dikontruksi secara etnis, agama, gender, kelas, dan lain – lain.
Jurnalisme empati tidak boleh mengeksploitasi penderitaan manusia, justru
jurnalisme empati sangat tepat digunakan untuk isu – isu yang terkait dengan
kehidupan mereka yang tidak bisa bersuara di ruang publik, mereka yang terbisukan,

4
Ashadi, Siregar. Penjaga Akal Sehat dari Kampus Biru. (Jakarta: Kepustakaan Popular
Gramedia. 2010). h, 297.
5

serta mereka yang termarginalkan.5Jurnalisme empati selalu memberikan


konsekuensi dalam mengerangkan framing suatu kenyataan sosial. Hal tersebut
terjadi karena dalam setiap kenyataan selalu berlangsung interaksi antar manusia, dan
dalam setiap interaksi secara potensial dapat diketemukan korban.6

Ada kalanya wartawan menerapkan jurnalisme empati dalam


pemberitaannya, namun jika seorang wartawan bekerja dalam suatu lembaga media
massa yang di dalamnya juga terkandung banyak kepentingan orang banyak dan
lembaga itu sendiri, maka terkadang jurnalisme empati tidak menjadi landasan
seorang wartawan untuk menulis suatu pemberitaan. yaitu bahwa ada tarik-menarik
antara orientasi dunia korban/ subyek pemberitaan dan dunia pasar.7

Peneliti ingin melihat dan meneliti bagaimana penggunaan jurnalisme empati


di media online, Tempo.co menempati peringkat ke 34 situs online yang sering dicari
di indonesia. Peneliti ingin melihat apakah situs yang mempati peringkat ketiga
dengan peringkat ke 34 dalam pemberitaannya tentang korban pertama virus corona
menggunakan jurnalisme empati dalam setiap pemberitannya atau tidak peneliti
tertarik untuk meneliti pemberitaan pertama virus Corona di Indonesia. Penelitian ini
ingin melihat pembingkaian berita sekaligus penggunaan jurnalisme empati yang
terdapat dalam pemberitaan dari media online Tempo.co terhadap peristiwa tersebut.
Penulis mengangkat skripsi dengan judul “JURNALISME EMPATI DALAM
PEMBERITAAN KORBAN PERTAMA VIRUS CORONA DI INDONESIA DI
MEDIA TEMPO.CO”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dituliskan

5
Ashadi, Siregar. Penjaga Akal Sehat dari Kampus Biru. h, 294.
6
Ashadi, Siregar. AIDS, Gender & Kesehatan Reproduksi: Pintu Menghargai Manusia Bagi
Media. (Yogyakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan Penerbitan Yogya. 2002). h, 42.
7
Ashadi, Siregar. AIDS, Gender & Kesehatan Reproduksi: Pintu Menghargai Manusia Bagi
Media.. h, 44.
6

rumusan masalah sebagai berikut:


1. Bagaimana pembingkaian berita korban pertama virus Corona di
Indonesia oleh media Tempo.co ?
2. Bagaimana penggunaan prinsip – prinsip jurnalisme empati pada
pemberitaan korban pertama virus Corona di Indonesia oleh media
Tempo.co ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetauhi pembingkaian berita pada pemberitaan korban pertama


virus Corona di Indonesia oleh media Tempo.co.
2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan prinsip – prinsip jurnalisme
empati pada pemberitaan korban pertama virus Corona di Indonesia oleh
media Tempo.co.

D. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi mengenai pemberitaan kasus pasien pertama virus


Corona di Indonesia pada Tempo.co yang terbit pada tanggal dua maret 2020
hingga lima maret 2020.. Alasan peneliti menetapkan jangka waktu pemberitaan
mulai dari tanggal dua maret 2020 hingga lima maret 2020 karena dalam kurun
waktu tersebut mulai banyak media yang gencar memberitakaan tentang kasus
pertama virus Corona di Indonesia termasuk juga Tempo.co yang juga terus
mengupdate atau memberitakan kasus tersebut.

Tabel 1

Pemberitaan korban pertama kasus virus Corona di Indonesia oleh Tempo.co.

Tanggal Judul berita


7

“Dua WNI Positif Virus Corona Asal


2 maret 2020 Depok Dibawa ke RS Sulianti
Saroso”

2 maret 2020 “Polisi Isolasi Rumah Pasien Virus


Corona Depok”

“Ambulance Kota depok Masuk ke


2 maret 2020 RSPI, Diduga Kerabat Pasien
Corona”

5 maret 2020 “Dua Pasien Corona Berpeluang


Segera Pulang”

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dalam pengembangan kajian


Ilmu Komunikasi khususnya kajian tentang kebijakan redaksional media massa.
Diharapkan pula dapat menjadi referensi dan peningkatan wawasan akademis
khususnya dalam penerapan jurnalisme empati pada media online melalui
berita-berita yang disajikan dan dapat diadopsi ke dalam ranah dakwah.

2. Manfaat Secara Praktis

Penelitian ini sedikitnya memberikan manfaat masing-masing: (1)


memberikan sumbangsih dan masukan bagi perkembangan studi analisis media
massa, khususnya analisis framing; (2) dapat memberikan masukan bagi ilmu
komunikasi khususnya pada dunia jurnalistik di Indonesia, yakni memberikan
8

gambaran mengenai kecendrungan isi pesan media yang mungkin disadari


maupun tidak disadari kesan kebijakan redaksi media dalam penerapan
jurnalisme empati, (3) dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam usaha
meningkatkan profesionalisme pers di Indonesia.

F. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari adanya kesamaan antara penelitian yang akan penulis


kaji dengan berbagai penelitian sebelumnya, maka penulis melakukan kajian
pustaka dengan melihat berbagai karya ilmiah berupa skripsi, jurnal atau artikel
yang memiliki keterkaitan dengan apa yang akan penulis kaji. Hal ini dilakukan
sebagai perbandingan sekaligus mempertegas bahwa penelitian yang akan penulis
lakukan belum pernah dilakukan oleh orang lain.

Ada beberapa karya ilmiah yang penulis pakai sebagai referensi. Pertama,
penelitian yang dilakukan oleh Hermiyani, dalam penelitiannya menggunakan
metode analisis isi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan penerapan jurnalisme empati
dari wartawan Detik.com dalam isi pemberitaan mengenai kasus pembunuhan Ade
Sara. Dalam hasil penelitiannya Hermiyani menjelaskan bahwa Detik.com
menerapkan jurnalisme empati pada sebagian kecil artikel berita pembunuhan Ade
Sara. Tidak lebih dari 30 artikel berita Detik.com diterapkan jurnalisme empati
oleh wartawan dalam penulisannya. Penerapan jurnalisme empati didapati dalam
artikel berita yang menonjolkan penderitaan manusia, berita dengan unsur belas
kasihan dan berita dengan fakta personal. Untuk penelitian yang menggunakan
metode kualitatif, jika dalam pemberitaan Detik.com lebih fokus kepada hal-hal
yang sifatnya netral dan tidak banyak mengusung nilai human interest, justru pada
saat peliputan, wartawan Detik.com menggunakan jurnalisme empati untuk
mendapatkan bahan pemberitaan.8

8
Hermiyani, Jurnalisme Empati dalam Pemberitaan Media Online Detik.com mengenai Kasus
Pembunuhan Ade Sara Periode Maret-April 2014. (Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta tahun 2014)
9

Persamaan penelitian Hermiyani dengan penelitian yang penulis kaji


adalah terletak pada teori yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan
jurnalisme empati. Namun dalam menganalisa penulis tidak menggunakan analisis
isi tetapi akan menggunakan analisis framing model Robert N. Entman. Subyek
dan objek yang diteliti pun berbeda. Jika Hermiyani memilih pemberitaan
Detik.com mengenai kasus pembunuhan Ade Sara.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Dimas Bagus, dalam penelitiannya


menggunakan analisis framing Robert N. Entmant dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian ini menganalisis praktik Jurnalisme Damai dan Pratik analisis framing
Rober N. Entmant pada berita konflik Poso III antar umat Islam dan Kristen di
Harian Umum Republika. Hasil penelitian Dimas menunjukkan bahwa Republika
menampilkan Kasus Poso III sebagai konflik antarumat Islam dan Kristen.
Republika cenderung berat sebelah dalam segi penyajian berita. Dimana, selalu
menampilkan frame, jika umat Islam adalah korban, dan umat Kristen adalah
tersangka yang harus bertanggung jawab atas konflik yang sudah terjadi selama
beberapa periode tersebut. hal ini, diperkuat dari empat berita yang dianalisis oleh
Dimas, dimana hampir sebagian besar berita yang menyangkut umat Islam.
Republika selalu menuliskan dengan lengkap penyebab kejadian, narasumber,
hingga korban yang jatuh diuraikan secara detail. Hal ini kemudian berbanding
terbalik dengan frame berita Republika terhadap umat Kristen, padahal pada kasus
Poso III kedua belah pihak sama-sama dirugikan. Namun, dari segi pemberitaan,
Republika selalu menampilkan frame umat Islam yang paling dirugikan atas kasus
tersebut.9

Persamaan penelitian Dimas dengan peneliti terletak ada analisis yang


digunakan yaitu sama-sama menggunakan analisis framing model Robert N.
Entmant. Namun perbedaan penelitian Dimas dengan peneliti terletak pada
analisisnya yaitu sama-sama menggunakan analisis framing model Robert N.
9
Dimas Bagus Laksono, “Praktik Jurnalisme Damai dalam Pembingkaian Berita Konflik Poso
III Antarumat Islam dan Kristen di Harian Umum Republika”. (Skripsi Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta tahun 2017).
10

Entman. Perbedaan yang signifikan antara penelitian Dimas dan penelitian yang
akan penulis teliti terletak pada teori yang digunakan. Dimas menggunakan teori
jurnalisme damai sedangkan penelitian penulis menggunakan teori konstruksi
sosial media massa dan jurnalisme empati.

G. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Menurut Bogdan dan Biklen mengartikan paradigma sebagai kumpulan


longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi
yang mengarahkan cara berpikir dan penelitianPenelitian menggunakan
paradigma konstruktivis.10

Pada penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.


Paradigma constructionism, menganggap kenyataan itu hanya bisa dipahami
dalam bentuk jamak, berupa konstruksi mental yang tak dapat diraba, berbasis
social dan pengalaman yang bersifat lokal dan spesifik (ontologi).11

Paradigma konstruktivis memiliki beberapa karakteristik diantaranya,


memiliki tujuan untuk menentukan realitas yang terjadi sebagai hasil interaksi
antara penulis dengan objek penelitian, penulis melibatkan dirinya dengan
realitas yang diteliti, kualitas dilihat dari sejuh mana penulis mampu menyerap
dan mengerti bagaimana individu mengkonstruksi sebuah realitas.12

Paradigma konstruktivis hampir merupakan antithesis dari paham yang


meletakan pengamatan dan objektivis dalam menemukan suatu realitas atau ilmu
pengetahuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

10
H. Moh. Kasiram. Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif. (Malang: UIN Maliki Press,
2010), h. 147
11
H. Moh. Kasiram. Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif, h. 151.
12 8
Eriyanto, AnalisisFraming :Konstruksi, Ideologi&Politik Media. (Yogyakarta:LKiS
Yogyakarta, 2002), h. 43.
11

akan menghasilkan analisis berupa kata-kata atau deskripsi mengenai objek yang
diteliti. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif adalah sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dengan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.13

Penelitian kualitatif digunakan atas pertimbangan berikut: pertama,


metode ini lebih fleksibel karena mudah disesuaikan ketika ditemukan kenyataan
ganda atau jamak. Kedua, hakikat hubungan antar peneliti dan responden
disajikan secara langsung dan ketiga, metode kualitatif ini lebih peka dan mudah
disesuaikan dengan penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai
yang yang dihadapi.14

Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk menggali berbagai hal tersirat


dalam teks berita yang diamati. Penelitian ini ingin mendeskripsikan atau
menggambarkan penerapan jurnalisme empati dari wartawan Tempo.co dalam isi
pemberitaan mengenai kasus korban petama virus Corona di indonesia.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat subjek dan objek penelitian. Subjek


penelitiannya yaitu media Tempo.co, sedangkan yang menjadi objek yaitu
pemberitaan mengenai korban pertama virus Corona di Indonesia pada
Tempo.co. Peneliti juga akan menyertakan wartawan Detikcom untuk
dijadikan narasumber penelitian.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut :

13
Lexy j. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT remaja, 2007), h. 4.
14
Lexy j. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif,, h. 9-10.
12

a. Observasi teks

Mencari data mengenai hal – hal yang berkaitan dengan pemberitaan


korban pertama corona di Indonesia dalam bentuk berita, transkrip, teks
dan lain – lain yang ada di media Tempo.co.

b. Wawancara

percakapan dengan maksud tertentu. teknik pengumpulan data yang


dilakukan dengan cara dialog (face to face atau calling) untuk
mengetahui informasi yang mendalam. Wawancara yang dilakukan ini
termasuk dalam kategori in-dept interview, yang dalam pelaksanaannya
lebih bebas serta untuk menentukan permasalahan secara lebih terbuka,
sehingga pihak yang diwawancari dapat mengemukakan pendapat dan
ide – idenya. Dalam hal ini peneliti akan mewawancari Pemimpid redaksi
dari Tempo.co.

c. Dokumentasi

Metode penelitian dengan melihat atau menganalisis dokumen –


dokumen yang dibuat oleh subjek atau orang lain tentang subjek.
Pengamatan perperan serta dan wawancara mendalam dapat pula
dilengkapi dengan analisis dokumen.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan dipakai adalah analisis framing.


Analisis framing dipakai karena berguna dalam membedah cara-cara atau
ideologi media saat mengkonstruksi realitas. Analisis ini bekerja dengan
mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita
13

agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat, untuk
menggiring khalayak sesuai perspektifnya.15

Analisis framing yang dipakai adalah analisis framing model Robert


N. Entman. Proses framing adalah bagian tak terpisahkan dari bagaimana
awak media mengkonstruksi realitas. Framing berhubungan erat dengan
proses editing (penyuntingan) yang melibatkan semua pekerja dibagian
keredaksian. Reporter di lapangan menetukan siapa yang diwawancarainya
dan siapa yang tidak, serta pertanyaan apa yang akan diajukannya dan apa
yang tidak. Redaktur yang bertugas di desk yang bersangkutan, dengan
maupun tanpa berkonsultasi dengan redaktur pelaksana atau redaktur umum,
menentukan apakah laporan si reporter akan dimuat ataukah tidak, dan
mengarang judul apa yang akan diberikan. Petugas tata muka dengan atau
tanpa berkonsultasu dengan para redaktur- menentukan apakah teks berita itu
perlu diberi aksentuasi oleh suatu fotom karikatur atau bahkan ilustrasi mana
yang dipilih.16

Gagasan mengenai pembingkaian atau framing pertama kali


dilontarkan oleh Beterson pada 1995. Menurut para ahli analisis framing
merupakan pengembangan dari analisis wacana sehingga akhirnya
menghasilkan metode baru yang digunakan untuk melihat fenomena di
media.17Framing memberikan tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi
ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan/dianggap penting oleh
pembuat teks. Karena kemenonjolan adalah produk interaksi antara teks dan
penerima, kehadiran frame dalam teks bisa jadi tidak seperti yang dideteksi
oleh peneliti, khalayak sangat mungkin mempunyai pandangan apa yang dia

15
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik & Framing, h.
162.
16
Erianto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h 221.
17
Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, ( Yogyakarta: LkiS, 2001), h. 2-7.
14

pikirkan atas suatu teks dan bagaimana teks berita tersebut dikonstruksi
dalam pikiran khalayak.18

Framing pada dasarnya melibatkan seleksi dan arti-penting. Untuk


membingkai adalah untuk memilih beberapa aspek realitas yang dipahami
dan membuat mereka lebih menonjol dalam teks berkomunikasi, sedemikian
rupa untuk mempromosikan definisi masalah tersendiri, interpretasi kausal,
evaluasi moral, dan atau rekomendasi pengobatan untuk item yang
dijelaskan. Biasanya membingkai mendiagnosis, mengevaluasi, dan
meresepkan, titik dieksplorasi paling teliti oleh Gamson (1992). Contohnya
adalah bingkai "perang dingin" yang mendominasi berita AS tentang pameran
asing hingga baru-baru ini. Bingkai perang dingin menyoroti peristiwa-
peristiwa luar negeri tertentu - katakanlah, perang sipil - sebagai masalah,
mengidentifikasi sumber mereka (pemberontak komunis), menawarkan
penilaian moral (agresi ateistik), dan memuji solusi tertentu (dukungan AS
untuk pihak lain)19

Bingkai yang memandu pemikiran dan kesimpulan penerima mungkin


atau mungkin tidak mencerminkan bingkai dalam teks dan tujuan framing
komunikator. Budaya adalah stok bingkai yang sering dipanggil; pada
kenyataannya, budaya dapat didefinisikan sebagai serangkaian kerangka
umum yang ditunjukkan secara empiris yang ditunjukkan dalam wacana dan
pemikiran sebagian besar orang dalam kelompok sosial. Pembingkaian di
keempat lokasi mencakup fungsi yang serupa: seleksi dan penyorotan, dan
penggunaan elemen yang disorot untuk membuat argumen tentang masalah
dan penyebabnya, evaluasi, dan / atau solusi.20

18
Erianto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h, 220.
19
Denis McQuail,McQuail's Reader in Mass Communication Theory.(London: SAGE
Publications L.td,2002),h.391
20
Denis McQuail,McQuail's Reader in Mass Communication Theory, h.391 – 392.
15

Dalam model analisis framing Robert N. Entman, Entman


menekankan framing dari dua aspek penting, yaitu seleksi isu dan penonjolan
aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu.21 Konsepsi Entman pada dasarnya
merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi
dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap
peristiwa yang diwacanakan.22

Bingkai, kemudian, define problem (menentukan masalah)


menentukan apa yang agen kausal lakukan dengan biaya dan manfaat,
biasanya diukur dalam hal nilai-nilai budaya umum; diagnose causes
(mendiagnosis penyebab)-mengidentifikasi kekuatan menciptakan masalah;
make moral judgments (membuat penilaian moral)- mengevaluasi agen
penyebab dan efeknya; dan suggest remedies (menyarankan tawaran)
perbaikan dan membenarkan perawatan untuk masalah dan memprediksi
kemungkinan efeknya. Satu kalimat dapat melakukan lebih dari satu dari
empat fungsi pembingkaian ini, meskipun banyak kalimat dalam teks
mungkin tidak dapat melakukan satu pun dan bingkai dalam teks tertentu
mungkin tidak harus mencakup semua empat fungsi.23

Define problems (pendefinisian masalah), adalah elemen yang


pertama kali dapat dilihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master
frame/bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa
dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah, atau peristiwa, bagaimana
peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami
secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini, akan menyebabkan realitas
bentukan yang berbeda.

Diagnosis causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan


elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari
21
Erianto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h, 221.
22
Erianto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h, 223.
23
Denis McQuail,McQuail's Reader in Mass Communication Theory, h.391.
16

suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga
berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa itu dipahami, tentu saja menetukan
apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Masalah yang
dipahami berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung akan dipahami
secara berbeda pula.24

Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen


framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada
pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah ditentukan,
penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang
kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan
dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.

Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini


dipakai untuk menilai siapa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang
dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat
bergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat, dan siapa yang dipandang
sebagai penyebab masalah.25

Sebagai pengawas, jurnalis harus waspada dan kuat dalam pikiran dan
hati. Saya tidak berpendapat bahwa wartawan atau siapa pun yang mencari
kebenaran terutama melalui pendekatan objektif tidak memiliki belas kasihan.
Wartawan hari ini harus mampu memberikan perlindungan yang manusiawi
dan adil atas layanan kesehatan, kemiskinan, hak GLBT, gerakan "Kehidupan
Hitam", bayar ekuitas, perdagangan manusia, senjata kontrol, dan banyak
perhatian masyarakat hadapi saat ini.26

24
Erianto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, hlm 223.
25
Erianto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, hlm 223.
26
Janet D. Blank-Libra, pursuing an ethic of empathy in journalism (New York: Routledge, 2017),
h, 34
17

Media berkewajiban untuk memeriksa sifat penderitaan, untuk


menghilangkan prasangka stereotip yang merusak, untuk menghentikan orang
dari menempatkan diri mereka melawan satu lain. Mereka yang berada dalam
posisi untuk memperbaiki persepsi yang salah harus melakukannya.
Meskipun beberapa pembaca akan gagal terhubung dengan inti cerita yang
diberikan, yang lain akan membuat lompatan.27

Penelitian lintas disiplin tentang empati telah menghasilkan


penjelasan tentang peran empati dalam hubungan kita dengan orang lain,
menjelaskan hal itu membangun badan prinsip-prinsip yang didasarkan pada
teori yang mencerminkan jalan di mana wartawan yang baik secara naluriah
terlibat dan menulis tentang orang-orang, khususnya orang-orang yang
terpinggirkan dan disalahpahami atau stereotip. baik disengaja atau tidak,
para reporter ini bekerja dengan empatik, memberi kepada individu yang
telah terpinggirkan kesempatan untuk didengar.28 Sebagai etika jurnalistik,
empati dapat mengarah langsung pada belas kasihan suatu jenis tertentu:
Orang yang mengetahui dirinya telah didengar, khususnya seseorang yang
suaranya sering diabaikan, telah diperlakukan dengan kasih sayang.

Empati berasal dari kata empatheia yang berarti ikut merasakan.


Istilah ini, pada awalnya digunakan oleh para teoritikus estetika untuk
pengalaman subjektif orang lain. Kemudian pada tahun 1920-an seorang ahli
psikologi Amerika, E. B. Tichener, untuk pertama kalinya menggunakan
istilah mimikri motor untuk istilah empati. Istilah Tichener menyatakan
bahwa empati berasa dari peniruan secara fisik atas beban orang lain yang
kemudian menimbulkan perasaan serupa dalam diri seseorang.29

Praktek jurnalisme empatik terjadi hari ini dalam konteks minat


multidisiplin yang berkembang dalam penelitian empati. Penulis seperti itu
27
Janet D. Blank-Libra, pursuing an ethic of empathy in journalism, h, 35.
28
Janet D. Blank-Libra, pursuing an ethic of empathy in journalism, h, 36.
29
D. Goleman, Kecerdasan Emosional. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996), hlm 139
18

sebagai Katherine Boo, David Finkel, Alex Kotlowitz, Andrea Elliott,


Nicholas Kristof bagian dari “Jurnalis Baru Baru” karya Robert S. Boyton
menggunakan narasi untuk menyoroti kehidupan orang yang disalah pahami.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah, maka penulis membagi
pembahasannya ke dalam lima bab yang dibagi ke dalam sub-sub bab dengan
penyusunan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Penulis akan membahas tentang latar belakang masalah, perumusan dan


pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab II Kerangka Teoritis

Bab ini terdiri dari pembahasan mengenai media massa dalam perspektif
konstruktivis yang terdiri analisis framing model Robert N. Entman .
Selanjutnya membahas tentang konstruksi realitas media massa, konflik
dalam isi media, dan berita di media online.

Bab III Gambaran Umum

Bab ini akan menjelaskan tentang media Tempo.co, yang terdiri atas profil
Tempo.co, visi dan misi Tempo.co, struktur organisasi Tempo.co, prinsip
dasar Tempo.co, dan produk Tempo.co.

Bab IV Hasil Temuan

Penulis menguraikan hasil pemberitaan pemberitaan korban pertama virus


Corona di Indonesia di media Online Tempo.co.
19

Bab V Analisis Data

Bab ini berisi penjelasan analisis data dari hasil temuan yang sudah dibahas
pada bab empat. Analisis data yang dijelaskan penggunaan prinsip –
prinsip jurnalisme empati pada pemberitaan korban pertama virus
Corona di Indonesia pada berita Tempo.co.

Bab V Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan penulis dan hasil penelitian yang sudah
diteliti, serta memberikan saran-saran terkait hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai