Anda di halaman 1dari 6

Argumentasi Hukum Putusan Pidana Umum

 Putusan Pidana Umum


Putusan Pengadilan Negeri Purworejo
Nomor : 43/Pid.B/2019/PN Pwr
Klasifikasi : Pidana umum, penganiayaan
Tingkat Proses : Pertama
Tanggal : 25 Juni 2019
Terdakwa : Iswanto Bin Somo Diharjo (37 tahun)
Hakim ketua : Mardison
Hakim anggota : Samsumar Hidayat, Setyorini Wulandari
Panitera : Lulus Triatmoko
Link putusan:
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/
3f604a6c4582490d25e0f4b10810680d.html

 Ringkasan tindak pidana


Pada awalnya, korban bersama rekan-rekannya akan mendatangi
rekan lain yang sedang berusaha untuk mendamaikan diri setelah terjadi
insiden yang kurang menenakkan. Sesampainya di tempat, rekan terdakwa
mengatakan bahwa urusannya telah selesai dan mengajaknya pulang.
Namun, terdakwa justru mendatangi saksi korban. Saksi korban bertanya
apakah terdakwa merasa tidak terima dengan kesalahan yang dibuatnya.
Pertanyaan diucapkan berulang-ulang hingga terdakwa mengeluarkan
sebilah kapak dan melakukan pembacokan beberapa kali kepada saksi
korban.
Dalam hal ini, Terdakwa diduga telah melakukan tindak
penganiayaan dan didakwa dengan pasal 351 (1) KUHP yang berbunyi (1)
“Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua
tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500”

 Argumentasi Hukum dalam Uraian


Dalam kasus pidana ini, terdakwa didakwa dengan pasal 351
KUHP (1) yaitu tindak penganiayaan. Namun, di dalam pasal 351 KUHP,
tidak diberikan ketentuan atau unsur-unsur esensial mengenai apa yang
disebut sebagai penganiayaan. Maka dalam hal ini, Hakim merujuk pada
Yurisprudensi, dimana yang dimaksud dengan penganiyaan adalah
Sengaja dan Menyebabkan/menimbulkan rasa sakit atau luka kepada orang
lain.
Menimbang, terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim
mempertimbangkan sebagai berikut:
a. Dengan sengaja;
Menimbang, bahwa dalam delik penganiyaan sebagaimana diatur
dalam pasal 351 KUHP, kesengajaan itu haruslah ditujukan untuk
menimbulkan rasa sakit atau luka pada orang lain, sehingga
menimbulkan rasa sakit atau luka pada orang lain merupakan
tujuan atau kehendak dari si Pelaku; Menimbang, bahwa kehendak
atau tujuan si Pelaku, untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada
korbannya, dapat disimpulkan dari sifat perbuatan yang dapat
menimbulkan rasa sakit atau luka itu sendiri, sehingga dalam delik
penganiayaan harus ada sentuhan pada badan orang lain, yang
menimbulkan akibat rasa sakit atau luka, seperti misalnya,
memukul, menampar dengan tangan, menendang, menusuk atau
membacok dengan benda tajam dan sebagainya.
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum
dipersidangan yaitu pada pokoknya : − Bahwa benar pada hari
Minggu, tanggal 17 Februari 2019, sekitar pukul 21.00 Wib di
teras warung, Desa Sendangsari, Kec. Purwodadi, kab. Purworejo,
Terdakwa melakukan pembacokan terhadap saksi korban
Suparman Yulianto dengan menggunakan pisau alat berupa kapak
yang terbuat dari besi; − Bahwa benar pembacokan tersebut
dilakukan dengan cara Terdakwa pegang dengan menggunakan
tangan kanan, kemudian Terdakwa bacokkan kepada saksi korban
Suparman; − Bahwa benar Terdakwa membacok saksi korban
Suparman sebanyak 4 (empat) kali, mengenai bagian pelipis mata
kiri, kepala belakang sebelah bawah, tangan sebelah kiri, dan
pundak sebelah kiri; − Bahwa benar Terdakwa melakukan
pembacokan karena saksi korban Suparman menantang pada saat
Terdakwa akan mendamaikan masalah saksi Muryadi dengan saksi
korban Suparman; − Bahwa benar akibat perbuatan Terdakwa,
saksi korban Suparman tidak dapat beraktifitas selama 4 (empat)
hari karena dirawat inap di RSUD dr. Tjitro Wardojo Purworejo;
Menimbang, bahwa dengan adanya sakit yang diderita oleh saksi
korban Suparman yang diakibatkan oleh perbuatan Terdakwa
tersebut, telah menyebabkan terganggunya aktifitas atau kegiatan
sehari-hari dari saksi korban, sehingga tidak bisa beraktifitas
seperti biasanya; Menimbang, bahwa perbuatan Terdakwa tersebut
terdapat persentuhan pada badan saksi korban Suparman mengerti,
dimana kapak yang dibawa Terdakwa dibacokan kepada saksi
korban Suparman mengenai mengenai bagian pelipis mata kiri,
kepala belakang sebelah bawah, tangan sebelah kiri, dan pundak
sebelah kiri dan akibat perbuatan. Terdakwa tersebut, telah
menyebabkan terganggunya aktifitas atau kegiatan sehari-hari dari
saksi Suparman, sehingga tidak bisa beraktifitas seperti biasanya;
Menimbang, bahwa perbuatan Terdakwa membacok saksi korban
Suparman, yang mengakibatkan saksi korban mengalami luka,
sehingga menyebabkan terganggunya aktifitas atau kegiatan sehari-
hari dari saksi korban, dan Terdakwa menyadari perbuatannya
kepada saksi korban dapat mengakibatkan sakit, maka kesengajaan
untuk menimbulkan rasa sakit pada orang lain telah terbukti dari
adanya perbuatan Terdakwa tersebut, sehingga unsur kesengajaan
telah terpenuhi; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana diuraikan diatas, unsur sengaja telah terpenuhi,
dengan demikian cukup beralasan bagi Majelis untuk menyatakan
unsur ini telah terbukti menurut hukum; Ad.
b. Menyebabkan/menimbulkan rasa sakit atau luka kepada
orang lain;
Menimbang, bahwa Luka terdapat apabila terjadi
perubahan dalam bentuk badan manusia yang berlainan dari pada
bentuk semula, sedangkan pada rasa sakit hanya cukup bahwa
orang lain merasa sakit tanpa ada perubahan dalam bentuk badan;
Menimbang, bahwa mengenai unsur
menyebabkan/menimbulkan rasa sakit atau luka, Majelis Hakim
mempertimbangkan, yaitu sebagaimana telah diuraikan diatas,
berdasarkan keterangan saksi-saksi dan Terdakwa, ternyata
Terdakwa dengan menggunakan Kapak telah membacok saksi
korban Suparman sebanyak 4 (empat) kali mengenai bagian pelipis
mata kiri, kepala belakang sebelah bawah, tangan sebelah kiri, dan
pundak sebelah kiri; Menimbang, bahwa akibat perbuatan
Terdakwa tersebut, saksi korban Suparman mengalami luka robek
pada kepala bagian belakang, kelopak mata kiri, dan pundak kiri,
hal tersebut diperkuat dengan adanya surat hasil Visum Et
Repertum yaitu : − Visum Et Repertum Nomor : Nomor
445.1/02/2019 yang telah ditandatangani oleh tanggal 21 Februari
2019 yang dibuat dan ditandatangani oleh Dr. WAHYU
PURWOHADI, Sp. B selaku dokter Pemeriksa pada RSUD Dr
Tjitrowardojo Purworejo dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut
: Pemeriksaan Jasmani g. Kepala : Luka robek kepala bagian
belakang 10x3x3 cm. Luka pada kelopak mata kiri 3x 1 cm. h.
Leher : Luka robek pada pundak kiri ukuran i. Dada : Tidak ada
kelainan j. Perut : Tidak ada kelainan k. Anggota gerak atas : Luka
lecet pada lengan kiri dan anggota badan kiri l. Anggota gerak
bawah : Tidak ada kelainan Dengan kesimpulan : Sebab perlukaan
kemungkinan akibat kekerasan/benturan benda tumpul/benda tajam
dan penderita menjalani pemeriksaan di IGD/Rawat Inap di RSUD
Dr Tjitrowardojo Purworejo. Menimbang, bahwa adanya luka
robek pada kepala bagian belakang 10x3x3 cm, luka pada kelopak
mata kiri 3x1 cm, dan robek pada pundak kiri ukuran + 3 cm,
menurut kesimpulan Majelis Hakim, hal itu sebagai akibat
perbuatan Terdakwa yang dengan menggunakan kapak membacok
saksi korban Suparman, sehingga mengakibatkan saksi korban
Suparman mengalami sakit dibagian kepala, kelopak mata, dan
pundak sebelah kiri dan tidak dapat melakukan aktifitas kurang
lebih selama 4 (empat) hari; Menimbang, bahwa oleh karena rasa
sakit pada tubuh korban merupakan akibat dari perbuatan
Terdakwa dan dengan maksud supaya korban menderita sakit,
dengan demikan menurut pendapat Majelis Hakim unsur ini telah
terbukti menurut hukum;

Menimbang, bahwa dengan demikian unsur-unsur penganiyaan


sebagaimana disyaratkan, baik menurut Doktrin maupun Yurisprudensi
telah terpenuhi, karenanya terbukti menurut hukum; Menimbang, bahwa
oleh karena semua unsur dari Pasal 351 Ayat (1) KUHP telah terpenuhi,
maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam
dakwaan tunggal.

 Ringkasan Silogisme
Silogisme yang digunakan oleh hakim adalah silogisme disjungtif. Dengan
keterangan sebagai berikut:
Dalam KUHP 351 Ayat (1) tidak disebutkan ketentuan dan hal esensial
mengenai penganiayaan. Maka, hakim merujuk kepada yurisprudensi yang
menyatakan bahwa tindak penganiayaan adalah tindakan yang dilakukan
dengan sengaja dan menyebabkan/menimbulkan rasa sakit atau luka
kepada orang lain.
Premis Umum (PU): Tindakan terdakwa termasuk dalam tindak
penganiayaan atau bukan?
Premis Khusus (PK): Terdakwa melakukan tindakan yang disengaja dan
menimbulkan rasa sakit bagi korban.
Dalam hal ini terdakwa melakukan tindakan dengan sengaja ditunjukkan
dengan terdakwa membawa kapak besi dan melakukan pembacokan
kepada korban secara langsung, sadar tanpa pengaruh minum keras atau
obat-obatan, dan dilakukan berkali-kali. Meskipun terdapat orang-orang
disekitarnya yang mencoba mengingatkan dan melerai.
Tindakan yang dilakukan oleh terdakwa juga menimbulkan rasa sakit bagi
diri korban, hal ini ditunjukkan dengan luka-luka yang terdapat dalam diri
korban yang dibuktikan dengan visum secara resmi.
Oleh sebab itu, maka dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan oleh
terdakwa telah memenuhi ketentuan apa yang disebut sebagai
penganiayaan menurut Yurisprudensi.
Maka, dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan terdakwa
dilakukan dengan disengaja dan menimbulkan rasa sakit bagi korban.
Kesimpulan: Tindakan yang dilakukan terdakwa termasuk dalam tindak
penganiayaan.
Berdasarkan yurisprudensi, tindak penganiayaan adalah tindakan yang
dilakukan dengan sengaja dan menyakiti orang lain. Dalam hal ini,
tindakan terdakwa memenuhi kedua hal tersebut. Maka, tindakan terdakwa
adalah tindakan penganiayaan.

Anda mungkin juga menyukai