Ringkasan Silogisme
Silogisme yang digunakan oleh hakim adalah silogisme disjungtif. Dengan
keterangan sebagai berikut:
Dalam KUHP 351 Ayat (1) tidak disebutkan ketentuan dan hal esensial
mengenai penganiayaan. Maka, hakim merujuk kepada yurisprudensi yang
menyatakan bahwa tindak penganiayaan adalah tindakan yang dilakukan
dengan sengaja dan menyebabkan/menimbulkan rasa sakit atau luka
kepada orang lain.
Premis Umum (PU): Tindakan terdakwa termasuk dalam tindak
penganiayaan atau bukan?
Premis Khusus (PK): Terdakwa melakukan tindakan yang disengaja dan
menimbulkan rasa sakit bagi korban.
Dalam hal ini terdakwa melakukan tindakan dengan sengaja ditunjukkan
dengan terdakwa membawa kapak besi dan melakukan pembacokan
kepada korban secara langsung, sadar tanpa pengaruh minum keras atau
obat-obatan, dan dilakukan berkali-kali. Meskipun terdapat orang-orang
disekitarnya yang mencoba mengingatkan dan melerai.
Tindakan yang dilakukan oleh terdakwa juga menimbulkan rasa sakit bagi
diri korban, hal ini ditunjukkan dengan luka-luka yang terdapat dalam diri
korban yang dibuktikan dengan visum secara resmi.
Oleh sebab itu, maka dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan oleh
terdakwa telah memenuhi ketentuan apa yang disebut sebagai
penganiayaan menurut Yurisprudensi.
Maka, dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan terdakwa
dilakukan dengan disengaja dan menimbulkan rasa sakit bagi korban.
Kesimpulan: Tindakan yang dilakukan terdakwa termasuk dalam tindak
penganiayaan.
Berdasarkan yurisprudensi, tindak penganiayaan adalah tindakan yang
dilakukan dengan sengaja dan menyakiti orang lain. Dalam hal ini,
tindakan terdakwa memenuhi kedua hal tersebut. Maka, tindakan terdakwa
adalah tindakan penganiayaan.