Anda di halaman 1dari 6

TUGAS HUKUM ACARA PIDANA

ANALIS PEMBUKTIAN

Nama Anggota:

Galuh Ayu Prameswari (19040704016)

Azyzatul Layli (19040704026)

Alifa Nidia Septyarini (19040704038)

Jurusan Ilmu Hukum


Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
2021
1. Judul Vidio: Sidang Pemeriksaan Saksi Perkara Pidana (part 2)
Link Vidio: https://www.youtube.com/watch?v=xqEONEgdGDc
Penjelasan:
Menayangkan sidang pemeriksaan 3 orang saksi dalam perkara
dugaan tindak pidana korupsi pembangunan Gedung IPDN Sumatera
Barat di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, tanggal 9 September 2018. Di
vidio tersebut nerdurasi 50:31, terlihat saksi Marselina Tetty Samosir
sedang berbincang dengan saksi Didik Krisdayanto di menit 43:25.
Dalam Pasal 167 ayat (3) KUHAP telah mengatur bahwa para saksi
dilarang berbincang selama persidangan. Maka saksi Marselina Tetty
Samosir dan Didik Krisdayanto melanggar ketentuan di pasal 167 ayat
(3) KUHAP
2. Judul Vidio: Pembunuhan di BPKAD Sumsel | Istri Terdakwa Akui Sering
Digoda Korban
Link Vidio: https://youtu.be/GB6hxhkosPI
Penjelasan:
Kronologi kasus tersebut adalah terdakwa Pramos alias Amos (41)
nekat membunuh teman sekantornya sendiri, Ahmad Yoga Maydiko (33).
Pembunuhan itu terjadi di tempat mereka bekerja di Kantor Badan
Pengawasan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Sumatera Selatan pada
Selasa 21 April 2021 Siang hari. Pembunuhan trsebut terjadi lantaran
terdakwa kesal dengan korban yang kerap menggoda istrinya. Bahkan,
koran juga pernah mengirim foto porno ke ponsel istri terdakwa dengan
maksud yang tidak baik. Sebelum terjadi pembunuhan tersebut tedakwa
dan korban sempat melakukan cekcok hingga akhirnya terdakwa pulang
untuk mengambil sebilah pisau dan medatangi korban di ruang kerjanya
dan langsung menusuk perut dan punggung korban berkali-kali. Korban
tewas tak lama dalam perawatan di rumah sakit. Atas perbuatanya
terdakwa dikenakan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana
dengan ancaman seumur hidup penjara.
Dalam vidio tersebut agendanya adalah mendengarkan keterangan
saksi, namun saksi yang diajukan adalah istri dari terdakwa yang menurut
Pasal 168 huruf c KUHAP keterangannya tidak dapat didengar. Bunyi dari
Pasal 168 adalah:
Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat di
dengar keterangannya dan dapat mengundurkan dirisebagai saksi:
a. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke
bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-
sama sebagai terdakwa.
b. Saudara atau terdakwa yang bersama-sama sebagai terdakwa,
saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai
hubungan karena perkawinan dari anak-anak saudara terdakwa
sampai derajat ketiga.
c. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang
sama-sama sebagai terdakwa. Kecuali ditentukan lain dalam
undang-undang ini, maka tidak dapat didengar keterangannya dan
dapat mengundurkan diri sebagai saksi.

Namun apabila mereka yang disebutkan dalam Pasal 168 termasuk dalam
hal ini adalah istri menghendaki untuk memberikan keterangan dan
Penuntut umum juga secara tegas menyetujuinya maka dapat memberi
keterangannya di bawah sumpah. Namun apabila Penuntut Umum tidak
menyetujuinya maka mereka diperbolehkan memberikan keterangan tanpa
sumpah seperti yang tercantum dalam Pasal 169 KUHAP ayat (1) dan (2).

3. Judul Vidio: Momen Hakim Marahi Sakis Sidang Suap Romahurmuziy


Link Vidio: https://youtu.be/ytCHYZOXZJU
Penjelasan:
Persidangan tersebut adalah kasus dugaan suap beli jabatan di
Kementrian Agama. Terdakwa Rommy dijerat dengan Pasal 12 huruf a
atau huruf b Pasal 11 Undang-Undang Nomor 20/2001 tentang
Pemberantasan Timdak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Rommy didakwa menerima suap bersama-sama Menag Lukamn Hakim
Saifuddin. Uang Rp 325 juta itu disebut terkait dengan pemilihan Haris
Hasanudin sebagai Kepala Kanwil Kemenag Jawa Timur. Rommy dan
Lukman disebut jaksa melakukan intervensi langsung maupun tidak
langsung terhadap proses pengangkatan Haris Hasanudin. Rommy
didakwa bersalah melanggar Pasal 12 huruf b Undang-Undang Tindak
Pidana Korupsi Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.
Pasal 55 ayat (1) jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP
Dalam vidio tersebut saksi memberikan keterangan atau kesaksian
yang palsu dan sudah diingatkan oleh Hakim Ketua. memberikan
keterangan atau kesaksian yang palsu diatur dalam Pasal 174 yang
berbunyi:
1) Apabila keterangan saksi di sidang disangka palsu, hakim ketua
sidang memperingatkan dengan sungguh-sungguh kepadanya
supaya memberikan keterangan yang sebenarnya dan
mengemukakan ancaman pidana yang dapat dikenakan kepadanya
apabila ia tetap memberikan keterangan palsu.
2) Apabila saksi tetap pada keterangannya itu, hakim ketua sidang
karena jabatannya atau atas permintaan penuntut umum atau
terdakwa dapat memberi perintah supaya saksi itu ditahan untuk
selanjutnya dituntut perkara dengan dakwaan sumpah palsu.
3) Dalam hal yang demikian oleh panitera segera dibuat berita acara
pemeriksaan sidang yang memuat keterangan saksi dengan
menyebutkan alasan persangkaan, bahwa keterangan saksi itu
adalah palsu dan berita acara tersebut ditandatangani oleh hakim
ketua sidang serta panitera dan segera diserahkan kepada penuntut
umum untuk diselesaikan menurut ketentuan undang-undang ini.
4) Jika perlu hakim ketua sidang mengangguhkan sidang dalam
perkara semula sampai pemeriksaan perkara pidana terhadap saksi
itu selesai.

Dalam vidio tersebut setelah hakim menginggatkan saksi agar berkata


jujur selanjutnya saksi mengakui jika yang dia sampaikan hanyalah
karangan dan hal tersebut dilakukan agar dianggap berjasa kepada
terdakwa.

4. Judul Vidio: Potret Nyata Hakim dalam Sidang di PN Surabaya


Link Vidio: https://www.youtube.com/watch?v=YXTzL16n1cI
Penjelasan:
Dalam Vidio tersebut menayangkan sedang berjalan persidangan
dengan agenda pembacaan pembelaan terdakwa di Pengadilan Negeri
Surabaya. Namun saat pembacaan pembelaan, salah satu majelis hakim
terlihat tidak fokus dalam persidangan dan mengoperasikan ponsel. Hal
tersebut tidak mencerminkan sebagai aparat penegak hukum, memberikan
contoh yang tidak baik dan dapat melanggar kode etik serta tata tertib
dalam persidangan.
5. Judul Vidio: JPU Pertanyakan Kenapa Keterangan Jessica Berubah-ubah
Link Video: https://youtu.be/YM3xODxI5do
Penjelasan:
Dalam proses persidangan terdakwa diberikan kesempatan untuk
memberikan keterangan mengenai dugaan perbuatan tidak pidana yang
dilakukan oleh dirinya. Pada saat proses pemeriksaan yang dilakukan oleh
Jaksa penuntut umum, terdakwa memberikan keterangan yang berbeda
dengan berita acara pemeriksaan (BAP). Hal ini tentunya dapat
membingungkan jaksa penuntut umum dan dapat menimbulkan prasangka
lain oleh jaksa penuntut umum yaitu bahwa si terdakwa memberikan
keterangan yang tidak benar/palsu. Pada Pasal 184 ayat (1) yang termasuk
alat bukti yang sah adalah a. Keterangan saksi; b. Keterangan ahli; c.
Surat; d. Petunjuk; e. Keterangan terdakwa. Jadi pada proses pemeriksaan
yang dilakukan oleh jaksa penuntut umum terhadap terdakwa tersebut
terdapat 2 (dua) alat bukti yang sah yang mana sedang dilakukan
pembuktiannya, yaitu berita acara pemeriksaan (BAP) yang termasuk ke
dalam jenis alat bukti berupa surat dan juga keterangan terdakwa. Ketika
dilakukannya pemeriksaan oleh penyidik hingga sampai dibuatkannya
berita acara pemeriksaan, status yang diberikan oleh terdakwa masih
sebagai seorang saksi. Begitu pula ketika proses penyidikan, polisi juga
melakukan pemeriksaan mengenai catatan kriminal yang pernah dilakukan
oleh terdakwa ketika berada diluar negeri sehingga dapat di masukkan
dalam berita acara pemeriksaan yang mana dapat digunakan ketika proses
pembuktian dalam persidangan. Hal ini juga telah disebutkan dalam Surat
Edaran Nomor 1 Tahun 1985 Tentang Kekuatan Pembuktian Berita Acara
Pemeriksaan Saksi dan Visum Et Repertum yang Dibuat Di Luar Negeri
Oleh Pejabat Asing menyebutkan mengenai ini Mahkamah Agung
berpendapat bahwa berita acara pemeriksaan saksi yang dibuat oleh polisi
dari negara asing di luar negeri/dinegaranya, baru dapat digunakan sebagai
alat bukti yang sah apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Dalam berita acara tersebut kehadiran penyidik polri atau penyidik
lainnya harus dicantumkan dengan tegas.
2. Apabila kehadiran penyidik polri/penyidik lainnya tidak dicantumkan,
maka berita acara tersebut harus disahkan oleh kedutaan besar
R.I/perwakilan R.I di negara yang bersangkutan.
3. Saksi yang bersangkutan harus didengar dibawah sumpah dihadapan
penyidik polri/penyidik lainnya atau apabila tidak, dihadapan pejabat
dari kedutaan besar R.I/perwakilan R.I di negara yang bersangkutan.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka catatan kriminal yang dilakukan oleh


terdakwa ketika dilakukan di luar negeri hingga dibuatnya berita acara
pemeriksaan yang buat oleh polisi di negara tersebut merupakan alat bukti
yang sah dan dapat digunakan oleh jaksa penuntut umum dalam proses
pembuktian keterangan terdakwa. Namun ketika dilakukannya
pembuktian, keterangan terdakwa berbeda dengan yang diberikan
sebelumnya. Disinilah peran hakim dalam mencari kebenaran materiilnya.

Anda mungkin juga menyukai