Anda di halaman 1dari 20

Nama : Tiara Meiralda Dwistimaya Panjaitan

Nim : 010002000503

Mata Kuliah : Hukum Pidana

Dosen Pengampu : - Dr. Yenti Garnasih, S.H., M.H.

- Albert Aries, S.H., M.H.

SOAL

Mencari minimal 3 (tiga) putusan pengadilan yang menerima pembelaan dari


terdakwa atau penasihat hukumnya yang berkaitan dengan alasan penghapus
pidana umum atau alasan penghapus pidana di luar undang-undang, serta
memberikan uraian deskripsi yang menjelaskan substansi putusan-putusan
tersebut (amar putusan dan pertimbangan hukumnya).

KASUS 1 : “Putusan Nomor 32/Pid.B/2021/PN Dgl”

Kasus posisi

Bahwa Terdakwa KHOFIFA Alias FIFA (untuk selanjutnya disebut Terdakwa)


pada hari Rabu, tanggal 04 November 2020 sekitar Pukul 11.00 WITA, atau
setidak-tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2020 bertempat di Desa
Kalukubula, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Sigi atau setidak-tidaknya di suatu tempat
yang masih termasuk dalam Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Donggala yang
berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, “melakukan penganiayaan”,
perbuatan mana dilakukan oleh Terdakwa dengan cara sebagai berikut:

Bahwa berawal pada hari Rabu tanggal 04 November 2020 sekitar Pukul 11.00
Wita Terdakwa sedang berada dirumah Terdakwa, kemudian Saksi MAGHFIRA
datang dengan menggunakan sepeda motor. Setelah itu Terdakwa keluar
mendatangi Saksi MAGHFIRA, kemudian Terdakwa terlibat cekcok dengan
Saksi MAGHFIRA dan Saksi MAGHFIRA turun dari motor. Setelah itu
Terdakwa memukul Saksi MAGHFIRA dibagian pipi kiri dengan menggunakan
tangan kanan terkepal sebanyak 2 (dua) kali, kemudian menendang Saksi
MAGHFIRA dibagian perut kiri sebanyak 1 (satu) kali, kemudian Saksi
MAGHFIRA pergi dan ketika berada di atas motor Terdakwa memukul Saksi
MAGHFIRA dibagian tangan kanan sebanyak satu kali. Setelah itu keluarga
Terdakwa menahan Terdakwa untuk melerai Terdakwa dengan Saksi
MAGHFIRA; Akibat perbuatan Terdakwa, Saksi MAGHFIRA mengalami
kemerahan pada pipi kiri, terdapat kebiruan pada daerah perut bawah sebelah kiri
dan terdapat kebiruan pada jari manis tangan sebelah kanan yang diduga akibat
kekerasan benda tumpul sebagaimana hasil Visum Et Repertum RSUD Tora Belo
No: 940/445/800/VM/RSUD SIGI/XI/2020 yang dibuat dan ditanda tangani oleh
dr. Rini Nurdiana selaku Dokter Pemeriksa; Perbuatan Terdakwa tersebut
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 351 ayat (1) KUHP

Keterangan Saksi

Keterangan saksi, keterangan Terdakwa, serta dihubungkan dengan bukti surat


yang diajukan di persidangan diperoleh fakta hukum bahwa benar Terdakwa
melakukan pemukulan terhadap Saksi MAGHFIRA, yang mana kejadian tersebut
terjadi hari Rabu tanggal 04 November 2020, sekitar Pukul 11.00 WITA
bertempat di depan rumah Terdakwa di Desa Kalukubula, Kecamatan Sigi
Biromaru, Kabupaten Sigi, dengan kronologis sebagai berikut:

 Bahwa antara Terdakwa dan Saksi MAGHFIRA pada awalnya terlibat adu
mulut, selanjutnya Saksi MAGHFIRA menarik kerah baju Terdakwa dan
hendak memukul Terdakwa dan Terdakwa menangkis tangan Saksi
MAGHFIRA;
 Bahwa Terdakwa mendorong tubuh Saksi MAGHFIRA agar terpisah dari
Terdakwa dan Terdakwa tidak tahu kenapa Saksi MAGHFIRA terjatuh
dan pada saat itu tangan Saksi MAGHFIRA masih memegang kerah baju
Terdakwa sampai robek, dan disitulah kemudian Terdakwa menendang
dan memukul Saksi MAGHFIRA;
 Bahwa Terdakwa melakukan pemukulan terhadap Saksi MAGHFIRA
adalah 2x di bagian pipi kiri dengan tangan terkepal dan 1x di tendang di
bagian perut Saksi MAGHFIRA

Menimbang bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan alasan


Terdakwa melakukan penganiayaan tersebut kepada Saksi MAGHFIRA, yang
dalam hal ini Terdakwa telah menyatakan dalam persidangan hal-hal sebagai
berikut:

1. Bahwa benar Terdakwa dengan sengaja melakukan pemukulan kepada


Saksi MAGHFIRA, namun pemukulan tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk membela diri Terdakwa dikarenakan pada saat itu Terdakwa dalam
posisi Hamil 4 (empat) bulan dan kerah baju daster Terdakwa telah sobek
sampai bagian tubuh Terdakwa terlihat.
2. Bahwa Terdakwa terpaksa melakukan pemukulan kepada Saksi
MAGHFIRA dikarenakan Terdakwa merasa terdesak dan terancam,
terutama karena Terdakwa sedang mengandung anak Terdakwa serta
semata-mata untuk melepaskan genggaman Saksi MAGHFIRA pada
Daster milik Terdakwa.
3. Bahwa Saksi MAGHFIRA-lah yang menyerang Terdakwa terlebih dahulu,
namun tidak sempat mengenai tubuh Terdakwa dikarenakan Terdakwa
menangkis.

Menimbang, bahwa setelah mempertimbangkan fakta hukum di persidangan, serta


mencermati ketentuan Pasal 49 KUHP beserta Pendapat Ahli mengenai hal
tersebut, telah sampailah Majelis Hakim pada suatu pendirian bahwa perbuatan
Terdakwa yang melakukan pemukulan terhadap Saksi MAGHFIRA adalah
termasuk dalam kategori “pembelaan terpaksa” atau “Noodweer” sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 KUHP tersebut di atas, dengan pertimbangan sebagai
berikut:
 Bahwa perbuatan Terdakwa melakukan pemukulan terhadap Saksi
MAGHFIRA dilakukan karena adanya serangan terlebih dahulu kepada
diri Terdakwa yang dilakukan oleh Saksi MAGHFIRA;
 Bahwa perbuatan Terdakwa melakukan pemukulan terhadap Saksi
MAGHFIRA dilakukan semata-mata untuk mempertahankan kehormatan
kesusilaan pada diri Terdakwa yang mana pada saat kejadian Saksi
MAGHFIRA telah menarik kerah baju Terdakwa hingga sobek sehingga
memperlihatkan bagian tubuh Terdakwa yang sensitif;
 Bahwa perbuatan Terdakwa melakukan pemukulan terhadap Saksi
MAGHFIRA dilakukan semata-mata untuk mempertahankan kehamilan
Terdakwa yang pada saat kejadian berusia kehamilan 4 (empat) bulan
sehingga jalan satu-satunya yang dapat Terdakwa lakukan adalah dengan
melakukan pemukulan terhadap Saksi MAGHFIRA;

Amar putusan

1. Menyatakan Terdakwa KHOFIFA ALIAS FIFA telah terbukti secara sah


dan meyakinkan melakukan “Penganiayaan” sebagaimana dalam Dakwaan
Tunggal Penuntut Umum, akan tetapi tidak dapat dijatuhi pidana karena
didasarkan pada pembelaan terpaksa (noodweer).
2. Melepaskan Terdakwa KHOFIFA ALIAS FIFA oleh karena itu dari segala
tuntutan hukum.
3. Memulihkan hak-hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, harkat
serta martabatnya.
4. Membebankan biaya perkara kepada Negara.
KASUS 2 : “Putusan Nomor 15/Pid.B/2016/PN Mll”

Kasus posisi

Bahwa Ia Terdakwa NURTANG Alias MAMA HAM, pada hari Minggu tanggal
10 Januari 2016 sekitar jam 17.30 Wita atau pada suatu waktu sekitar bulan
Januari tahun 2016, bertempat di Jalan Pelabuhan Wotu, Desa Bawalipu, Kec.
Wotu, Kab Luwu Timur atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih
termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Malili, melakukan
penganiayaan terhadap saksi korban NUR JAYA Alias MAMA ECCE yang
mengakibatkan luka berat yang dilakukan terdakwa dengan caradan perbuatan
sebagai berikut : Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana diuraikan diatas
berawal ketika saksi korban NUR JAYA Alias MAMA ECCE mendatangi rumah
terdakwa NURTANG Alias MAMA HAM dan meminta cucu saksi korban yakni
RISKA dan RISKI yang telah seminggu menginap di rumah terdakwa untuk
kembali ke rumah saksi korban tetapi terdakwa mengatakan “jangan mi dulu, kasi
bermalam mi dulu”. Bahwa saksi korban terus mendesak terdakwa sehingga
terdakwa merasa emosi dan langsung melempar saksi korban dengan
menggunakan batu kecil dan mengenai muka saksi korban kemudian. Selanjutnya
terdakwa menarik baju dan rambut saksi korban, sehingga saksi korban melawan
dengan cara menarik rambut terdakwa kemudian terdakwa membanting saksi
korban sehingga terdakwa serta saksi korban saling mengguling di tanah. Bahwa
selanjutnya saksi MARNI dan saksi NURFADILLAH Alias DILLA datang untuk
melerai dan saksi korban ditolong oleh saksi SALMAWATI Alias MAMA KIKI
yang membantu saksi korban berdiri. Bahwa akibat perbuatan terdakwa saksi
korban NUR JAYA Alias MAMA ECCE mengalami luka sebagaimana diuraikan
dalam Visum Et Repertum Nomor: 01/PKM-WT/I/2016, tanggal 14 Januari 2016
yang diperiksa dan ditandatangani oleh dr. Sri Nur Ramadhani dari Puskesmas
Wotu yang menerangkan bahwa saksi korban mengalami :

Keadaan Umum : Sadar

Kepala : Tidak ada kelainan


Wajah : Bengkak pada rahang atas kanan Gigi seri pertama kiri rahang bawah
tanggal

Badan : Tidak ada kelainan

Anggota Gerak Atas : Tidak ada kelainan

AnggotaGerakBawah : Luka lecet pada lutut sebelah kanan ukuran ± 2 cm

Alat Kelamin/Genital : Tidak ada kelainan

Kesimpulan : Luka tersebut diakibatkan trauma benda tumpul

Bahwa akibat perbuatan terdakwa saksi korban mengalami kesulitan dalam


aktifitas makan dan dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari

Keterangan saksi

CITRA JAIS

- Bahwa saksi mengerti dihadapkan dipersidangan sehubungan dengan masalah


pertengkaran yang berujung perkelahian antara terdakwa dengan Saksi korban
Nurjaya Alias Mama Ecce;

- Bahwa pertengkaran itu terjadi pada hari Minggu tanggal 10 Januari 2016 sekitar
jam 17.30 Wita di jalan pelabuhan Wotu Desa Bawalipu Kec. Wotu Kab. Luwu
Timur;

- Bahwa saksi hanya mendengar saksi korban datang ke rumah terdakwa


berteriakteriak di depan rumah terdakwa dengan mengeluarkan kata-kata pelacur
dan perampok;

- Bahwa, saksi tidak keluar dari dalam rumah pada saat itu karena saksi merasa
takut.

MARSUKI Alias BAPAK YANA


- Bahwa saksi mengerti dihadapkan dipersidangan sehubungan dengan
pertengkaran antara antara terdakwa dengan Nurjaya Alias Mama Ecce;

- Bahwa pertengkaran yang saksi maksudkan adalah perkelahian;

- Bahwa pertengkaran itu terjadi pada hari Minggu tanggal 10 Januari 2016 sekitar
jam 17.30 Wita di jalan pelabuhan Wotu Desa Bawalipu Kec. Wotu Kab. Luwu
Timur;

- Bahwa pertengkaran berawal dikarenakan saksi korban mendatangi rumah


terdakwa dimana terdakwa saat itu berada di dalam rumahnya;

- Bahwa sewaktu saksi korban berada di depan rumah terdakwa, saksi korban
berteriak-teriak memanggil terdakwa sambil meminta kepada terdakwa untuk
memulangkan cucunya yang bernama citra yang saat itu tinggal bersama
terdakwa;

- Bahwa saat berada di depan rumah terdakwa, saksi korban selain meminta
cucunya untuk dipulangkan dengan cara berteriak, saksi korban juga berteriak-
teriak kepada terdakwa dengan mengucapkan kata-kata kasar yangdimana
menuduh terdakwa adalah seseorang pencuri dan anak perempuan terdakwa yang
bernama NURFADILLAH alias DILLA adalah seorang pelacur.

- Bahwa dikarenakan saksi korban tidak berhenti berteriak-teriak di depan rumah


sambil memamaki-maki terdakwa, maka terdakwa mendatangi saksi korban untuk
menegur saksi korban;

- Bahwa saksi dan warga yang kebetulan berada di tempat kejadian, sudah
beberapa kali menasehati dan menegur saksi korban agar berhenti berteriak dan
berkata-kata kasar namun saksi korban tidak memperdulikan atau tidak
mendengarkannya;

- Bahwa selanjutnya terdakwa menghampiri/mendatangi saksi korban yang berada


di depan rumah terdakwa dansesampainya di depan rumah dimana saksi korban
berdiri dan saat saling berhadapan saksi korban langsung mengayunkan kepalan
tangannya (pukulan) ke arah wajah Terdakwa, namun terdakwa menangkisnya
kemudian terdakwa mengayunkan tangannya yang sudah terkepal ke arah wajah
saksi korban;

- Bahwa saksi tidak mengetahui pukulan terdakwa tersebut mengenai bagian mana
dari wajah saksi korban, selanjutnya antara saksi korban dan terdakwa
salingtarikmenarik rambut dan selanjutnya saksi korban dan terdakwa terjatuh dan
berguling di tanah;

- Bahwa saat perkelahian tersebut saksi melihat Sumarni hendak


melerai/memisahkanterdakwa dan saksi korban, tetapi sewaktu saksi sumarni mau
melerai, saksi korban malah menendang saksi korban ke arah perut Saksi Sumarni
namun saksi Sumarni sempat menghindar sehingga tidak mengenainya dan
selanjutnya saksi Sumarni diamankan oleh warga sekitar yang berada di tempat
kejadian tersebut dikarenakan saksi sumarni sedang hamil;

- Bahwapertengkaran antara terdakwa dengan saksi korban berhenti dikarenakan


warga yang ada di sekitar tempat kejadian memisahkan keduanya;

- Bahwa setelah keduanya dipisahkan terlihat mulut saksi korban mengeluarkan


darah;

- Bahwa saksi tidak melihat terdakwa melempar batu kepada saksi korban. Atas
keterangan saksi tersebut diatas terdakwa membenarkan

Keterangan terdakwa

bahwa terdakwa dihadapkan dipersidangan sehubungan dengan masalah


pertengkaran yang berujung perkelahian antara terdakwa dengan Saksi korban
Nurjaya Alias Mama Ecce.

- Bahwa pertengkaran itu terjadi pada hari Minggu tanggal 10 Januari 2016 sekitar
jam 17.30 Wita di jalan pelabuhan Wotu Desa Bawalipu Kec. Wotu Kab. Luwu
Timur.
- Bahwa kejadian tersebut berawal dikarenakan saksi korban mendatangi rumah
terdakwa dimana terdakwa saat itu berada di dalam rumah.

- Bahwa sewaktu saksi korban berada di depan rumah terdakwa, saksi korban
berteriak-teriak memanggil terdakwa sambil meminta kepada terdakwa untuk
memulangkan cucunya yang bernama citra yang saat itu tinggal bersama
terdakwa.

- Bahwa saat berada di depan rumah terdakwa, saksi korban selain meminta
cucunya untuk dipulangkan dengan cara berteriak, saksi korban juga berteriak-
teriak kepada terdakwa dengan mengucapkan kata-kata kasar yang dimana
menuduh terdakwa adalah seseorang pencuri dan anak perempuan terdakwa yang
bernama NURFADILLAH alias DILLA adalah seorang pelacur.

- Bahwa terdakwa tidak berniat untuk menahan citra melainkan pesan ayah dari
citra adalah dimana citra nanti kembali setelah ayahnya tiba di tempat tujuannya
dikarenakan saksi korban tidak berhenti berteriak-teriak di depan rumah sambil
memamaki-maki terdakwa, maka terdakwa mendatangi saksi korban untuk
menegur saksi korban.

- Bahwa selanjutnya terdakwa menghampiri/mendatangi saksi korban yang berada


di depan rumah terdakwa dan sesampainya di depan rumah dimana saksi korban
berdiri dan saat saling berhadapan saksi korban langsung mengayunkan kepalan
tangannya (pukulan) ke arah wajah Terdakwa, namun terdakwa menangkisnya
kemudian terdakwa mengayunkan tangannya yang sudah terkepal ke arah wajah
saksi korban sebanyak 1 (satu) kali.

- Bahwa terdakwa mengetahui pukulan terdakwa tersebut mengenai bagian mana


dari wajah saksi korban, selanjutnya antara saksi korban dan terdakwa saling
Tarik menarik rambut dan selanjutnya saksi korban dan terdakwa terjatuh dan
berguling di tanah.

- Bahwa saat perkelahian tersebut saksi melihat Sumarni hendak


melerai/memisahkan terdakwa dan saksi korban, tetapi sewaktu saksi sumarni
mau melerai, saksi korban malah menendang saksi korban ke arah perut Saksi
Sumarni namun saksi Sumarni sempat menghindar sehingga tidak mengenainya
dan selanjutnya saksi Sumarni diamankan oleh warga sekitar yang berada di
tempat kejadian tersebut dikarenakan saksi sumarni sedang hamil.

- Bahwa pertengkaran antara terdakwa dengan saksi korban berhenti dikarenakan


warga yang ada di sekitar tempat kejadian memisahkan keduanya.

Pertimbangan Hakim

Menimbang, bahwa selanjutnya yang dimaksud dengan unsur yang


mengakibatkan luka berat jika dikaitkan dengan fakta hukum dipersidangan baik
itu dari keterangan saksi korban maupun dari bukti surat Visum Et Repertum
Nomor. 01/PKM-WT/I/2016 tanggal 14 Januari 2016 tidaklah terdapat
persesuaian dengan apa yang dimaksud dengan Luka Berat sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 90 KUHP hal mana dibuktikan dengan keterangan saksi
korban yang menerangkan bahwa akibat perbuatan terdakwa tersebut saksi korban
hanya mengalami bengkak pada bagian wajah, luka lecet dan tanggalnya 2 (dua)
gigi dari saksi korban namun menurut saksi korban adapun saksi korban
merasakan dimana badannya terasa sakit tetapi tidak mengakibatkan
kegiatan/aktifitas keseharian saksi seperti mencuci dan memasak menjadi
terganggu.

Menimbang, bahwa dalam pada itu jika merujuk pada fakta hukum dimana
tanggalnya 2 (dua) gigi dari saksi korban yang menurut Penuntut Umum
dikategorikan sebagai perbuatan yang mengakibatkan cacat atau pun perbuatan
yang mengakibatkan panca indera, maka dengan demikian Majelis akan
menguraikan apa yang dimaksud dengan mengakibatkan cacat dan kehilangan
panca indera. Selanjutnya menurut Undang-undang RI No. 4 Tahun 1997 maupun
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan cacat adalah orang yang
mempunyai kelainan fisik dan atau mental yang dapat mengganggu atau
merupakan rintangan baginya untuk melakukan secara selayakanya. Dalam hal ini
cacat lebih pada penekanan bahwa orang yang menyandang cacat tidak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain baik itu bantuan bersifat kecil
maupun bersifat berat sebagai salah satu contoh adalah penyandang cacat
dikarenakan buta maka memerlukan orang lain untuk
memandunya/menggandengnya untuk berjalan. Selanjutnya yang dimaksud
dengan kehilangan panca indera adalah kehilangan salah satu alat penghubung
atau kontak antara jiwa dengan wujud kesadaran rohani diri dengan material
lingkungan dan alat panca indera antara lain: mata, telinga, hidung, lidah dan
kulit.

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum diatas yang dikaitkan dengan


Visum Et Repertum Nomor. 01/PKM-WT/I/2016 tanggal 14 Januari 2016
ternyata apa yang dimaksudkan dengan cacat berat dan kehilangan panca indera
tidak termuat dalam visum tersebut sehingga menurut Majelis Hakim Unsur Yang
mengakibatkan Luka berat tidaklah terpenuhi apalagi berdasarkan keterangan
saksi korban setelah kejadian tersebut tidak menghalangi korban untuk melakukan
aktifitas sehari-hari dan perawatan atas diri korban tidak dilakukan secara khusus
dan intensif;

Menimbang, bahwa dengan pertimbangan-pertimbangan diatas Majelis Hakim


berpendapat bahwa unsur yang mengakibatkan luka berat tidak terpenuhi oleh
perbuatan Terdakwa.

Menimbang, bahwa oleh karena salah satu unsur dari pasal tersebut diatas tidak
terpenuhi maka Terdakwa harus dibebaskan dari Dakwaan Primair tersebut dan
selanjutnya majelis mempertimbangkan selanjutnya, yaitu Dakwaan Subsidair.

Menimbang, bahwa pembelaan terpaksa yang dilakukan oleh Terdakwa dapat


dikategorikan melampaui batas (Noodweer Exces), karena menyebabkan diri dari
saksi korban mengalami luka sehingga akhirnya saksi korban melaporkan
tindakan Terdakwa itu kepada pihak yang berwajib (Kepolisian).

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian di atas dan berdasarkan Pasal 49 Ayat (2)
KUHP menurut Majelis Hakim, terhadap tindakan Terdakwa yang menyebabkan
luka pada diri saksi korban, tidak dapat dipidana karena termasuk pembelaan
terpaksa yang melampaui batas (Noodweer Exces);
Menimbang, bahwa oleh karena perbuatan terdakwa telah terbukti secara sah
menurut hukum dan meyakinkan telah melakukan penganiayaan karena
menimbulkan luka pada diri saksi korban dengan tanpa adanya tujuan yang pantas
untuk itu, tetapi karena sepanjang pemeriksaan alat bukti di depan persidangan,
yaitu pada waktu terdakwa melakukan perbuatan tersebut diketemukan adanya
alasan pemaaf atau tindakan terdakwa karena merupakan pembelaan terpaksa
yang melampaui batas (Noodweer Exces) sehingga tindakan Terdakwa itu tidak
dapat dipidana;

Menimbang, bahwa dari keseluruhan uraian mengenai pertimbangan unsurunsur


yang terdapat dalam dakwaan, maka Hakim berkesimpulan bahwa terdakwa telah
terbukti melakukan perbuatan sebagaimana didakwakan akan tetapi tidak dapat
dipidana dan oleh karenanya sesuai dengan Pasal 191 Ayat (2) KUHAP maka
terhadap terdakwa haruslah dilepaskan dari segala tuntutan hukum (onstlag van
alle recht vervolging).

Menimbang, bahwa Terdakwasampai dengan sekarang berada dalam status


sebagai tahanan Rumah Tahanan Negara, maka dengan dilepaskannya Terdakwa
dari segala tuntutan hukum (onstlag van alle recht vervolging), maka berdasarkan
pasal 191 Ayat (3) KUHAP. Majelis Hakim memerintahkan agar Terdakwa
segera dibebaskan atau dikeluarkan dari status penahanannya tersebut.

Amar putusan

1. Menyatakan bahwa Terdakwa NURTANG alias MAMA HAM


sebagaimana identitas tersebut di atas, telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana “PENGANIAYAAN
YANG DILAKUKAN KARENA TERPAKSA UNTUK MEMBELA
DIRI DARI SERANGAN YANG MELAWAN HAK DAN
MENGANCAM PADA KETIKA ITU”;
2. Menyatakan Terdakwa tersebut tidak dapat dipidana karena telah
melakukan pembelaan terpaksa yang melampaui batas (Noodweer exces);
3. Melepaskan terdakwa oleh karena itu dari segala tuntutan hukum (onstlag
van alle recht vervolging);
4. Memulihkan hak terdakwa, dalam kemampuan, kedudukan dan harkat
serta martabatnya ;
5. Memerintahkan supaya Terdakwa segera dikeluarkan dari statusnya
sebagai tahanan Rumah Tahanan Negara;
6. Membebankan biaya perkara kepada Negara;
KASUS 3 : “Putusan Nomor 42/Pid/B/2018/PN Tul”

Kasus Posisi

Bahwa Terdakwa GIOFANI LEFTEUW Alias GIO pada hari Selasa tanggal 9
Januari 2018 sekira pukul 08.00 Wit atau setidak-tidaknya pada suatu waktu
dalam tahun 2018, bertempat di Lokasi Tanah Putih jalan lama menuju Ohoi /
Desa Kelanit Kec. Kei Kecil Kab. Maluku Tenggara atau setidak-tidaknya pada
suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Tual,
melakukan penganiayaan yang mengakibatkan luka berat terhadap korban
ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI, perbuatan tersebut dilakukan oleh
Terdakwa dengan cara sebagai berikut; - Bahwa berawal ketika Korban
ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI dari lokasi tanah putih hendak
menuju Ohoi / Desa Kelanit Kec. Kei Kecil Kab. Maluku tenggara untuk
menyelesaikan masalah sengketa tanah, diamana yang pada saat itu Korban
ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI yang berboncengan 1 (satu) motor
dengan Saksi HASAN JEN KILMAS Alias HASAN dan Saksi RIZAL
RENHORAN Alias RISAL yang berboncengan 1 (satu) motor dengan Saksi
KADIR KELANIT yang hendak bersama-sama menuju Ohoi / Desa Kelanit, pada
saat itu terdakwa datang dari arah depan sebelah kiri menghampiri korban
ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI yang pada saat itu sedang duduk
diatas sepeda motor yang dibonceng oleh saudara HASAN JEN KILMAS alias
HASAN kemudian terdakwa menyerang korban ALEXANDER RUDI KILMAS
Alias RUDI menggunakan linggis yang dipegang oleh terdakwa menggunakan
kedua tangannya kearah korban ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI dari
arah sebelah kiri korban ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI, lalu korban
ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI mengangkat kaki sebelah kiri nya
dengan maksud untuk menangkis ayunan linggis dari terdakwa dan mengenai kaki
kiri korban ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI. Setelah itu korban
ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI turun dari sepeda motor. Kemudian
terdakwa dengan menggunakan kedua tangannnya menyerang korban
menggunakan linggis kearah korban dengan cara mengayunkan dari kanan ke kiri
lalu korban menangkis ayunan linggis tersebut menggunakan tangan sebelah kiri
korban ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI yang mengakibatkan korban
ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI terjatuh;

- Bahwa akibat penganiayaan yang dilakukan oleh terdakwa, korban


ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI harus dirawat di Rumah Sakit Karel
Sadsuitubun dan tidak dapat menjalankan aktifitas pekerjaan sehari-hari;

- Bahwa akibat perbuatan terdakwa berdasarkan Visum Et Repertum Nomor :


449/17/RSUD-KS/I/2018 tanggal 9 Januari 2018 yang dilakukan pemeriksaan
terhadap korban ALEXANDER RUDI KILMAS menerangkan ditemukan : Pada
lengan kiri bawah dekat pergelangan tangan tampak bengkak membentuk sudut,
Tulang teraba; Pada tungkai kiri bawah tampak sebuah luka lecet dengan bentuk
tidak teratur. didapatkan tanda tanda kekerasan tumpul; Perbuatan terdakwa
melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 351
ayat (2) KUHP;

Kedua

Bahwa Terdakwa GIOFANI LEFTEUW Alias GIO pada hari Selasa tanggal 9
Januari 2018 sekira pukul 08.00 Wit atau setidak-tidaknya pada suatu waktu
dalam tahun 2018, bertempat di Lokasi Tanah Putih jalan lama menuju Ohoi /
Desa Kelanit Kec. Kei Kecil Kab. Maluku Tenggara atau setidak-tidaknya pada
suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Tual,
melakukan penganiayaan yang mengakibatkan luka berat terhadap korban
ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI, perbuatan tersebut dilakukan oleh
Terdakwa dengan cara sebagai berikut: - Bahwa berawal ketika Korban
ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI dari lokasi tanah putih hendak
menuju Ohoi / Desa Kelanit Kec. Kei Kecil Kab. Maluku tenggara untuk
menyelesaikan masalah sengketa tanah, diamana yang pada saat itu Korban
ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI yang berboncengan 1 (satu) motor
dengan Saksi HASAN JEN KILMAS Alias HASAN dan Saksi RIZAL
RENHORAN Alias RISAL yang berboncengan 1 (satu) motor dengan Saksi
KADIR KELANIT yang hendak bersama-sama menuju Ohoi / Desa Kelanit, pada
saat itu terdakwa datang dari arah depan sebelah kiri menghampiri korban
ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI yang pada saat itu sedang duduk
diatas sepeda motor yang dibonceng oleh saudara HASAN JEN KILMAS alias
HASAN kemudian terdakwa menyerang korban ALEXANDER RUDI KILMAS
Alias RUDI menggunakan linggis yang dipegang oleh terdakwa menggunakan
kedua tangannya kearah korban ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI dari
arah sebelah kiri korban ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI, lalu korban
ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI mengangkat kaki sebelah kiri nya
dengan maksud untuk menangkis ayunan linggis dari terdakwa dan mengenai kaki
kiri korban ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI. Setelah itu korban
ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI turun dari sepeda motor Kemudian
terdakwa dengan menggunakan kedua tangannnya menyerang korban
menggunakan linggis kearah korban dengan cara mengayunkan dari kanan ke kiri
lalu korban menangkis ayunan linggis tersebut menggunakan tangan sebelah kiri
korban ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI yang mengakibatkan korban
ALEXANDER RUDI KILMAS Alias RUDI terjatuh. Bahwa akibat penganiayaan
yang dilakukan oleh terdakwa, korban ALEXANDER RUDI KILMAS Alias
RUDI harus dirawat di Rumah Sakit Karel Sadsuitubun dan tidak dapat
menjalankan aktifitas pekerjaan sehari-hari. Bahwa akibat perbuatan terdakwa
berdasarkan Visum Et Repertum Nomor : 449/17/RSUD-KS/I/2018 tanggal 9
Januari 2018 yang dilakukan pemeriksaan terhadap korban ALEXANDER RUDI
KILMAS menerangkan ditemukan : Pada lengan kiri bawah dekat pergelangan
tangan tampak bengkak membentuk sudut, Tulang teraba; Pada tungkai kiri
bawah tampak sebuah luka lecet dengan bentuk tidak teratur ukuran tiga koma
satu sentimeter kali nol koma tiga senti meter. Tepi luka tidak rata. Pada pungung
kaki kiri tampak sebuah pembengkakan dengan bentuk tidak teratur ukuran empat
koma enam sentimeter kali lima koma dua sentimeter. Batas tidak tegas, warna
sama dengan kulit sekitar. Pada korban dilakukan Photo rontgen, hasil terdapat
patah tulang pengumpil dan tulang hasta. Dilakukan Photo rontgen pada kaki kiri
dan hasil terdapat patah tulang metatarsal ke lima (tulang panjang ke lima pada
kaki sebelum jari kelingking); Kesimpulan : Telah diperiksa seorang laki-laki
bernama Alexander Rudi Kilmas umur lima puluh sembilan tahun berdasarkan
hasil pemeriksaan luar atas korban tersebut didapatkan tanda tanda kekerasan
tumpul; Perbuatan Terdakwa melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam Pasal 351 ayat (1) KUHP;

Pertimbangan Hakim

- Bahwa berawal pada hari Selasa tanggal 9 januari 2018 sekitar pkl. 08.30 Wit
bertempat di lokasi galian tanah putih jalan lama menuju arah Desa Kelanit Kec.
Kei Kecil Kab. Maluku Tenggara ketika itu korban bersama dengan saudara Rizal
Renhoran, Kadir Kelanit dan Hazan Jen Kilmas;

- Bahwa kemudian datang 1 ( satu ) unit mobil Avansa warna putih dengan nomor
yang didalamnya terdapat saudara Bea Kelanit, Jefry Lefteuw, Rudy Lefteuw dan
Nyong Lefteuw mereka pada saat itu datang menemui korban dan meminta
korban dan saudara Rizal Renhoran, Kadir Kelanit dan Hazan Jen Kilmas ikut ke
rumah saudara Bea Kelanit untuk membicarakan tentang

permasalahan lokasi tanah putih tersebut yang awalnya dalam status sengketa. -
Bahwa kemudian korban bersama saudara Rizal Renhoran, Kadir Kelanit dan
Hazan Jen Kilmas dengan menggunakan sepeda motor secara berboncengan
menuju ke kampung Ohoi Kelanit;

- Bahwa tiba tiba dalam perjalanan dihadang oleh beberapa orang yang pada saat
itu salah satu diantaranya adalah terdakwa; - Bahwa saat itu terdakwa menuju ke
arah saudara Hazan Jen Kilmas dan korban yang saling berboncengan
menggunakan sepeda motor;

- Bahwa setelah korban turun dari sepeda motor, tiba tiba terdakwa langsung
memukul korban dengan menggunakan 1 ( satu ) buah linggis dengan cara
mengayunkan linggis tersebut dari atas ke bawah dan ayunan linggis tersebut di
tangkis oleh korban menggunakan tangan sebelah kiri hingga korban terjatuh .
- Bahwa akibat perbuatan terdakwa tersebut, korban mengalami luka sebagaimana
Visum et Repertum Nomor 449/17/RSUD-KS/I/2018 tanggal 9 Januari 2018 yang
ditanda tangani oleh dr. ARDIKA KARDJONO dokter pemeriksa pada RSUD
Karel Satsuitubun Langgur dengan hasil kesimpulan pemeriksaan luar atas korban
tersebut didapatkan tanda tanda kekerasan tumpul

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian dalam putusan ini, maka segala
sesuatu yang terjadi dalam persidangan sebagaimana termuat secara lengkap
dalam Berita Acara Sidang dianggap merupakan satu kesatuan dengan putusan
ini ;

Menimbang, bahwa dari fakta hukum sebagaimana disebutkan diatas, maka akan
dipertimbangkan apakah perbuatan terdakwa dapat dipersalahkan sebagaimana
yang didakwakan oleh Penuntut Umum ;

Menimbang, bahwa terdakwa diajukan ke Persidangan dengan dakwaan alternatif


sehingga dalam pertimbangannya Pengadilan akan langsung menunjuk dakwaan
yang sesuai dengan pembuktian di persidangan, yaitu melanggar Dakwaan Kedua
Pasal 351 Ayat (2) KUHP, yang unsur-unsurnya sebagai sebagai berikut : 1.
Barang siapa; 2. Melakukan penganiayaan, 3. Mengakibatkan Luka Berat.

Menimbang, bahwa dalam pembelaannya Tim Penasihat Hukum Terdakwa


berpendapat yang tertuang dalam pembelaannya halaman 9 bahwa berdasarkan
fakta di persidangan membuktikan bahwa sebenarnya terdakwa tidak bermaksud
memukul tangan saksi korban, akan tetapi terdakwa bermaksud menjatuhkan
parang yang digunakan oleh saksi korban untuk menyerang terdakwa, dari
keterangan saksi korban, keterangan saksi Marius Lefteuw dan keterangan
terdakwa dapat diketahui bahwa saksi korban lebih dahulu menyerang terdakwa
dengan menggunakan sebilah parang tetapi tidak mengenai sasaran sehingga saat
itu pula secara spontan terdakwa yang sedang memegang linggis bermaksud
menjatuhkan parang yang dipegang oleh korban akan tetapi korban menangkis
pukulan tersebut dengan menggunakan tangan kirinya sehingga pukulan linggis
yang dilakukan oleh terdakwa mengenai tangan kiri korban, saat itu yang ada di
dalam pikiran terdakwa adalah bagaimana membela dan mengamankan dirinya
dan sama sekali tidak ada waktu untuk berpikir tentang kemungkinan akan adanya
akibat yang ditimbulkan, dengan demikian maka dapat diketahui bahwa pukulan
linggis yang mengenai tangan kiri saksi korban sama sekali tidak dikehendaki
oleh terdakwa sehingga perbuatan terdakwa tidak dapat disebut sebagai perbuatan
penganiayaan yang dilakuan dengan sengaja, akan tetapi lebih tepat dipandang
sebagai suatu tindakan pembelaan diri secara terpaksa sebagaimana dimaksud
dalam pasal 49 ayat (1) KUHP;

Bahwa perbuatan pemukulan yang dilakukan oleh terdakwa memang sangat perlu
dilakukan pada saat itu karena adanya serangan yang dilakukan oleh saksi korban
dengan menggunakan parang terhadap terdakwa,dan tindakan pembelaan diri
terdakwa tersebut ternyata seimbang dan tidak melampaui batas karena ternyata
saksi korban menerangkan bahwa terdakwa hanya memukul sebanyak satu kali,
ketika menyadari bahwa saksi korban telah dilumpuhkan maka terdakwa tidak
lagi melakukan pemukulan, jika terdakwa bermaksud melakukan penganiayaan
terhadap saksi korban maka sudah tentu terdakwa akan melakukan pemukulan
berkali-kali ke tubuh saksi korban, akan tetapi ternyata hal itu tidak dilakukan
oleh terdakwa;

Menimbang, bahwa terkait poin pokok pembelaan tersebut, Majelis merujuk


kepada fakta-fakta hukum sebagaimana telah dipertimbangkan dalam uraian
unsur, selanjutnya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pembelaan
Terpaksa (noodweer) dalam KUHP dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu noodweer
(pembelaan terpaksa) dan noodweer-exces (pembelaan darurat yang melampaui
batas) terdapat dalam Pasal 49 KUHP yang berbunyi:

(1) Tidak dipidana, barang siapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk
diri sendiri maupun untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta Benda
sendiri maupun orang lain, karena ada serangan atau ancaman serangan yang
sangat dekat pada saat itu yang melawan hukum;
(2) Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh
keguncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak
dipidana;

Amar putusan

1. Menyatakan Terdakwa GIOFANI LEFTEUW Alias GIO telah terbukti


secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak Pidana
“Penganiayaan mengakibatkan luka berat“.
2. Menjatuhkan Pidana oleh karena itu kepada GIOFANI LEFTEUW Alias
GIO dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 1 (satu) bulan;
3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
5. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 5.000,- (lima
ribu rupiah);

Anda mungkin juga menyukai