Anda di halaman 1dari 8

e-ISSN: 2614-6452 Jurnal Persepsi Psikologi, Vol. 5, No.

2, Agustus 2022 : 75-82

ARTIKEL RISET
URL Artikel : http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jpp

STUDY COMPARATIVE PERSFEKTIF PERILAKU MENGKONSUMSI JAMU


PAGI DAN MALAM HARI

Perfective Comparative Study Of Consuming Jamu Behavior Morning And Night

Rahma Sari Siregar 1(k), Khairul Saleh 2, Khairul Saleh 2 Rika Fitri Ilvira3 Asih Nurpani4
Prodi S1 Agribisnis Universitas Medan Area, Indonesia
Email Penulis Korespondensi (K) : rahmasarisiregar@gmail.com

Abstrak
Jamu merupakan obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah diwarisan secara
turun-temurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan taraf atribut suatu
produk dan untuk mengetahui proses pengambilan keputusan bagi konsumen jamu pagi dan konsumen
jamu malam. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Denai, Kota Medan, Provinsi Sumatra
Utara. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan dengan metode purposive (sengaja). Penentuan lokasi
ini didasari dengan pertimbangan karena di Kecamatan Medan Denai diketahui terdapat adanya Sentra
Penjual Bahan-Bahan Jamu, Toko penjual jamu serbuk, dan jamu gilingan. Metode pengambilan
sampel dilakukan dengan metode purposive (sengaja) yaitu responden dalam penelitian ini adalah
konsumen yang sedang membeli jamu pada saat penelitian dilakukan yaitu sejumlah 60 konsumen.
Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan wawancara langsung menggunakan koesioner.
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif untuk mengetahui tingkat
kepentingan atribut dan untuk mengetahui perilaku konsumen pengambilan keputusan konsumen.
atribut jamu yang paling di pertimbangkan konsumen jamu pagi dan konsumen jamu malam berturut-
turut adalah khasiat, rasa, jenis, dan harga. Khasiat mendapat persentase paling tinggi. Keampuhan
khasiat jamu merupakan faktor penilaian utama yang mendorong konsumen jamu untuk menentukan
jamu yang diminum mempunyai dampak yang baik untuk kesehatan.
Kata kunci: preferensi, atribut produk, perilaku konsumen.

Abstract
Jamu is a traditional medicine made from natural cultural heritage that has been passed
down from generation to generation. This study aims to determine the level of importance of the
attribute level of a product and to determine the decision-making process for consumers of herbal
medicine and herbal medicine consumers. This research was conducted in Medan Denai District,
Medan City, North Sumatra Province.Determination of the location of this research is done by
purposive method (deliberately).Determination of this location is based on considerations because in
Medan Denai District it is known that there is a center for selling herbal ingredients, a shop selling
herbal powders, and milling herbs.The sampling method was carried out by purposive (deliberate)
method, namely the respondents in this study were consumers who were buying herbal medicine at the
time of the study, namely a number of 60 consumers.The data collected is primary data by direct
interview using a questionnaire. The analytical method used is descriptive analysis method to
determine the level of importance of attributes, and to determine consumer behavior in consumer
decision making.The attributes of herbal medicine that are considered the most by consumers of
herbal medicine in the morning and consumers of herbal medicine at night are efficacy, taste, type,
and price.Efficacy gets the highest percentage. The efficacy of herbal medicine is the main assessment

Publish By: Department of Pshycology, Faculty of Pharmacy and Health, Institut Kesehatan Helvetia
75
factor that encourages herbal consumers to determine which herbs they drink have a good impact on
health.
Keywords: preferences, product attributes, consumer behavior.

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara besar Nyonya Meneer, Leo, Sido Muncul, Jamu
yang terkenal karena keanekaragamannya, Simona, Jamu Borobudur, Jamu Dami, Jamu
salah satunya adalah keanekaragaman hayati Air Mancur, Jamu Pusaka Ambon, Jamu Bukit
(megabiodiversity) khususnya tumbuhan. Mentjos, dan tenaga Tani Farma (Aceh).
Selain itu Indonesia juga memiliki Hingga saat ini keberadaan jamu terus
keanekaragaman etnis yang memiliki berbagai berkembang (evrina, 2013).
macam pengetahuan tentang obat tradisional Jamu adalah obat tradisional berbahan
yang menggunakan bahan-bahan dari alami warisan budaya yang telah diwariskan
tumbuhan. Banyak dari jenis tumbuhan itu secara turun-temurun dari generasi ke generasi
telah ribuan tahun digunakan oleh nenek untuk kesehatan. Pengertian jamu dalam
moyang bangsa Indonesia dan dokter sebagai Permenkes No.003/Menkes/Per/I/2010 adalah
bahan obat atau jamu tradisional untuk bahan atau ramuan bahan yang berupa
berbagai macam penyakit dan memberikan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
hasil yang baik bagi pemeliharaan kesehatan sediaan sarian (galenik), atau campuran dari
serta pengobatan {Formatting Citation} bahan tersebut yang secara turun-temurun telah
Sudah banyak usaha yang dilakukan digunakan untuk pengobatan, dan dapat
pemerintah dalam usaha perluasan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
pemerataan pelayanan kesehatan ini, di masyarakat. Sebagian besar masyarakat
Disamping itu, terdapat juga obat tradisional mengkonsumsi jamu karena dipercaya
yang dikenal dengan sebutan jamu. memberikan andil yang cukup besar terhadap
Perkembangan industri jamu di Indonesia kesehatan baik untuk pencegahan dan
sendiri baru dimulai Sekitar tahun 1900-an pengobatan terhadap suatu penyakit maupun
dimana pabrik-pabrik jamu besar mulai berdiri dalam hal menjaga kebugaran, kecantikan dan
di Indonesia seperti Jamu Jago, Mustika Ratu, meningkatkan stamina tubuh.
Tabel 1. Jenis Tanaman Obat yang Dominan Dipasok Negara-negara Industri
Farmasi.
Bagian
No Komoditas Nama Ilmiah Tanaman yang Negara Tujuan Ekspor
Digunakan
1 Tapak dara Catharanthus roseus Daun Amerika Serikat, Jepang,
2 Kecubung Datura metel Daun Jerman, Prancis,
3 Liquorice Glyzirizha glabara Akar Switzerland, United
Kingdom
4 Jahe Zingiber officinale Rimpang
5 Pulai punduk Rauwolfia vomitoria Akar
6 Valeria Valerian officianls Akar
Sumber : Dirjen Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian (2004)

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat farmasi dan negara tujuan ekspor komoditas
berbagai jenis tanaman obat Indonesia banyak tanaman obat Indonesia yang memiliki potensi
diminta oleh pasar dunia internasional, pasar yang baik dan berprospek adalah USA,
beberapa diantaranya yang mendapat perhatian Perancis, Jepang, Jerman, Switzerland dan
dan memiliki prospek cerah adalah tapak dara, Inggris.
kecubung, dan jahe. Beberapa negara industri
Tabel 2. Sentra Produksi Tanaman Obat/Biofarmaka di Indonesia
No Provinsi Luas (ha) No Provinsi Luas (ha)
1 Sumatra Utara 350 9 Banten 190
2 Riau 160 10 Bali 170
3 Jambi 70 11 Kalimantan Barat 40
4 DKI Jakarta 2 12 Kalimantan Timur 30

Publish By: Department of Pshycology, Faculty of Pharmacy and Health, Institut Kesehatan Helvetia
75
5 Jawa Barat 4200 13 Sulawesi Utara 30
6 Jawa Tengah 3290 14 Sulawesi Selatan 220
7 DI Yogyakarta 570
15 Gorontalo 10
8 Jawa Timur 2570
Sumber : Dirjen Bina Produksi Hotikultura, Departemen Pertanian (2004)

Berdasarkan tabel 2 Sentra Produksi teknologi yang digunakan untuk memproduksi


Tanaman Obat/Biofarmaka di Indonesia untuk jamu yang dihasilkan industri-industri besar,
provinsi Sumatra Utara berada di urutan ke 5 masih terdapat usaha jamu yang dikelola
dengan luas 350 ha. Saat ini jamu telah secara tradisional dan sangat sederhana.
diproduksi secara modern dan besar-besaran Berdasarkan Data Produksi Tanaman
oleh perusahaan jamu bermodal besar, seperti Biofarmaka Menurut Jenis Tanaman di
PT. Sidomuncul, PT. Jamu Jago, PT. Martina Sumatera Utara pada tahun 2011-2017 dapat
Berto, PT. Indofarma, PT. Air Mancur dan dilihat sebagai berikut :
Nyonya Meneer. Di tengah tengah kemajuan
Tabel 3 Produksi Tanaman Biofarmaka Menurut Jenis Tanaman di Sumatra Utara Tahun 2011-2017

No Jenis Tanaman 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017


1 Dlingo/Dringo 10.834 56.08 105.032 20.162 31.29 9.691 1.612
2 Jahe 4.718.540 8.018.847 10.462.30414.020.614 7.669.989 8.400.336 7.263.534
3 Kapulaga 2.212 52.638 39.203 134.191 103.129 66.5 46.071
4 keji Beling 3.713 3.445 46.335 5.475 8.449 1.699 352
5 Kencur 451.913 249.77 238.444 346.683 367.775 315.861 212.238
6 Kunyit 4.128.350 4.469.263 9.384.621 5.960.304 3.894.542 1.913.923 4.565.882
7 Laos/Lengkuas 1.196.467 895.393 2.373.388 1.184.701 956.97 729.991 1.250.007
8 Lempuyang 63.662 73.749 38.732 26.293 22.687 29.714 15.539
9 Lidah Buaya 7.1 0 4.302 5.38 3.351 658 928
10 Mahkota Dewa 63.994 83.272 57.743 176.694 275.135 35.97 10.911
11 Mengkudu/Pace 44.498 17.742 22.131 295.288 183.919 34.715 3.792
12 Sambiloto 4.347 2.417 17.962 9.919 51.124 2.865 1.863
13 Temuireng 1.795 3.495 17.679 15.617 8.518 4.338 506
14 Temukunci 3.579 5.537 21.397 19.828 17.952 6.693 933
15 Temulawak 55.59 238.027 294.417 161.575 121.255 63.677 50.502
Jumlah
Berdasarkan 713.237
tabel 1681.565 903.377 konsumen
3 Perkembangan 1217.105 pendagang
2151.554 jamu
1959.714 3061.528
terdapat pergeseran
produksi
Sumber :tanaman
Statistikaobat mengalami
Tanaman peningkatan
Hortikultura yang
Provinsi Sumatra mengakibatkan pedagang jamu tidak
Utara
dari 713.237 ton pada tahun 2011 menjadi hanya pagi saja bahkan sekarang sudah banyak
3.061.528 ton pada tahun 2017. Produksi kita temui pedagang jamu malam.
tertinggi berturut-turut dari tahun 2012-2017 Medan denai adalah salah satu
adalah jahe, lengkuas, dan kunyit. kecamatan yang dimana dilokasi ditemui
Sumatera utara salah satu daerah adanya Sentra Penjual Bahan-bahan Jamu,
dimana memiliki konsumen peminat jamu toko penjual jamu serbuk dan jamu gilingan.
yang banyak dapat dilihat dengan produksi Dilokasi tersebut banyak ditemui pedagang
jamu yang semakin berkembang dan semakin jamu dimana para pedagang jamu tersebut
banyaknya penjual jamu yang dapat kita temui membeli bahan-bahan untuk berjualan jamu ke
sampai ke berbagai penjuruh daerah-daerah sentra tersebut. dimana yang didorong karena
yang ada di sumatera utara. Pedagang jamu dekatnya akses untuk mendapatkan bahan-
yang dimana kita ketahui dulunya penjual jamu bahan untuk berjualan jamu sehingga membuat
hanya di pagi hari, yang dimana dengan banyaknya masyarakat untuk menjadi seorang
berkembangnya dan banyaknya minat pedagang jamu atau berkerja sebagai penjual

Publish By: Department of Pshycology, Faculty of Pharmacy and Health, Institut Kesehatan Helvetia
75
jamu. melakukan inefisien yang dapat menimbulkan
Seiring dengan perkembangan zaman, biaya tinggi karna melakukan strategi atau
dimana saat ini orang-orang lebih menyukai langkah-langkah pemasaran dengan coba-coba.
sesuatu yang praktis bahkan pada jamu Penelitian ini di tulis untuk meneruskan
sekalipun, maka para pembuat ramuan penelitian terdahulu dengan judul Analisis
tradisional atau produsen jamu pun mencari Perbandingan Pendapatan Pedagang Jamu Pagi
akal bagaimana agar produk mereka bisa tetap dan Jamu Malam (Studi Kasus : Kecamatan
bertahan dan dapat digunakan oleh masyarakat. Medan Perjuangan) yang disusun oleh
Pada zaman dahulu jamu biasa menggunakan Fitriayani Siregar. Berdasarkan uraian diatas,
ramuan yang dihaluskan ataupun hasil rebusan maka peneliti tertarik untuk melakukan
dari beberapa bahan alami, tetapi sekarang penelitian terhadap “Preferensi perilaku
juga banyak yang menggunakan alat modern konsumen pedagang jamu pagi dan pedagang
untuk memproduksinya sehingga berbentuk jamu malam”.
kapsul dan pil. Sehingga jamu yang dahulu
identik dengan “rasa pahit” karena harus METODE PENELITIAN
diminum untuk mengkonsumsinya sekarang Penentuan lokasi penelitian ini
sudah bergeser menjadi cara yang lebih praktis dilakukan dengan metode purposive (sengaja).
mendekati produk obat dan herbal. Penentuan lokasi ini didasari dengan
Menurut Suwarman (2004), perilaku pertimbangan karena di Kecamatan Medan
konsumen akan sangat terkait dengan atribut Denai diketahui terdapat adanya Sentra Penjual
produk. Atribut produk adalah karakteristik Bahan-Bahan Jamu, Toko penjual jamu
dari suatu produk yang menjadi pertimbangan serbuk, dan jamu gilingan. Dilokasi tersebut
konsumen dalam membeli suatu produk. banyak ditemui pedagang jamu dimana para
Produk tidak hanya terdiri dari komponen- pedagang jamu tersebut membeli bahan-bahan
komponen fisik penyusunnya, tetapi juga untuk berjualan jamu ke sentra tersebut.
terdapat kumpulan dari berbagai atribut yang Penelitian akan dilakukan pada bulan Mei
sering menjadi faktor penentu bagi konsumen 2020.
dalam memilih produk tersebut. Preferensi Metode Pengambilan Sampel
konsumen menunjukkan minat dan keinginan dilakukan secara sengaja (purposive) yang
konsumen terhadap kombinasi atau komposisi sedang membeli jamu pada saat penelitian
atribut-atribut suatu produk atau jasa baik baru dilakukan.Peneliti memutuskan mengambil
maupun lama yang paling disukai konsumen. sampel di lokasi sebanyak 30 pedagang jamu.
Tiap konsumen mempunyai minat dan Dari pedagang jamu tersebut akan dibagi dua
keinginan yang berbeda terhadap produk masing-masing diambil 15 pedagang jamu pagi
barang atau jasa yang paling mereka sukai. dan 15 pedagang jamu malam untuk mewakili
Perbedaan itulah yang menimbulkan seluruh pedagang jamu di Medan Denai. Dari
heterogenitas dalam preferensi konsumen masing-masing pedagang jamu akan diambil 2
terhadap suatu produk barang atau jasa konsumen yang dilakukan secara sengaja
(Supranto,2006). (purposive) di lokasi penelitian. Dari
Jamu pagi dan jamu malam dengan konsumen pedagang jamu pagi dan jamu
berbagai atribut akan menjadi pertimbangan malam diperoleh 60 konsumen jamu yang di
konsumen dalam membelinya. Oleh karena itu, ambil secara sengaja (purposive) yang sedang
produsen atau pemasar jamu pagi dan jamu membeli jamu pada saat penelitian dilakukan.
malam dituntut untuk mengetahui apa yang Metode Analisis Datayang akan
menjadi preferensi atau kesukaan konsumen digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.
dan memberikan yang terbaik sesuai dengan Penelitian dengan menggunakan metode
preferensi konsumen terhadap jamu pagi dan deskriptif kualitatif adalah penelitian yang
jamu malam. Selain itu untuk mengetahui menggambarkan atau melakukan objek
informasi konsumen secara akurat sehingga penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak
dapat mendukung untuk dilakukannya strategi atau sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif
pemasaran adalah mengetahui preferensi kualitatif berusaha mendeskripsikan seluruh
konsumen terhadap jamu (obat tradisional). gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan
Informasi yang benar dan akurat mengenai gejala menurut apa adanya pada saat penelitian
preferensi konsumen jamu diharapkan dapat dilakukan (Mukhtar, 2013:38).
dijadikan sebagai acuan bagi industri jamu Metode deskriptif bertujuan untuk
dalam memproduksi dan memasarkan menggambarkan dan menafsirkan data yang
produknya secara efektif, sehingga tidak berkenaan dengan situasi yang terjadi secara

Publish By: Department of Pshycology, Faculty of Pharmacy and Health, Institut Kesehatan Helvetia
75
sistematis, factual dan akurat mengenai fakta- memberikan informasi dari penilaian atribut
fakta serta hubungan antara variabel untuk yang diinginkan konsumen.
mendapatkan kebenaran, sedangkan metode
penelitian kualitatif merupakan metode HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian yang lebih difokuskan pemahaman Preferensi Konsumen Jamu Pagi dan
pada fenomena-fenomena sosial dari Konsumen Jamu Malam di Kecamatan
prospektif pasrtisipan dengan lebih menitik Medan Denai
beratkan pada gambaran yang lengkap merinci Preferensi konsumen adalah analisis
menjadi variabel yang saling terkait. yang bertujuan umtuk mengetahui apa yang
Pengolahan data dilakukan untuk disukai konsumen, juga untuk mengetahui apa
menyederhanakan data kedalam bentuk yang yang disukai dan apa yang tidak disukai
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan yang konsumen, juga untuk menentukan urutan
di ukur melalui hasil kuesioner yang kepentingan dari suatu atribut produk maupun
disebarkan, digunakan Skala Likert. Skala produk itu sendiri. Dengan menggunakan
Likert merupakan metode skala bipolar yang analisis preferensi ini akan diperoleh
mengukur baik tanggapan positif atau negatif kepentingan karakteristik produk seperti apa
terhadap suatu pernyataan. Untuk mengetahui yang paling penting atau yang paling disukai
sikap konsumen terhadap suatu produk (Oktaviani, 1996).
1. Atribut Rasa Jamu Konsumen Jamu Pagi dan Konsumen Jamu Malam
Tabel 4. Atribut Rasa Konsumen Jamu Pagi dan Konsumen Jamu Malam
Konsumen Jamu
No Atribut Rasa Pagi Malam
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
1 Tidak Pahit 19 63 2 7
2 Pahit 11 37 28 93
Jumlah 30 100 30 100
Sumber: Data Primer diolah 2020
Berdasarkan tabel 4, Atribut pahit, dengan alasan konsumen
Rasa konsumen jamu pagi dengan menyukai rasa pahit karna jamu salah
persentase 63% lebih menyukai rasa satu obat kesehat yang alami untuk
tidak pahit. Jamu yang sehat identik tubuh. Semakin pahit jamu yang
dengan jamu pahit. Sedangkan untuk dikonsumsi maka semakin alami bahan
konsumen jamu malam dengan dasar jamu yang dikonsumsi karena
persentase 93% lebih menyukai rasa tidak ada bahan tambahan.
2. Atribut Jenis Jamu Konsumen Jamu Pagi dan Konsumen Jamu Malam
Tabel 5. Atribut Jenis Jamu Konsumen Jamu Pagi dan Konsumen Jamu Malam
Konumen Jamu
Atribut Jenis
No Pagi Malam
Jamu
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
1 Tradisional 18 60 4 13
2 Modren 12 40 26 87
Jumlah 30 100 30 100
Sumber: Data Primer diolah 2020

Berdasarkan tabel 5 jenis jamu dengan persentase (87%). Hal ini


konsumen jamu pagi dengan menunjukkan bahwa konsumen jamu
persentase tertinggi dengan malam lebih banyak mengkonsumsi
peresentase 60 % memilih jamu jenis jamu modern (sachet). Pada
tradisional. Hal ini menunjukkan umumnya konsumen jamu malam
bahwa konsumen jamu pagi dominannya laki-laki dimana laki-laki
mengkonsumsi jamu untuk menjaga mengkonsumsi jamu untuk pengobatan
kesehatan setiap hari secara rutin. . dan memelihara kesehatan, berfungsi
Atribut jenis jamu konsumen jamu untuk menambah stamina tubuh agar
malam menunjukkan bahwa jamu kembali sehat/kuat.
modern lebih banyak peminatnya

Publish By: Department of Pshycology, Faculty of Pharmacy and Health, Institut Kesehatan Helvetia
75
3. Atribut Harga Jamu Konsumen Jamu Pagi dan Konsumen Jamu Malam

Dari hasil penelitian dilokasi bahwa harga tidak menjadi faktor utama konsumen
mengevaluasi suatu produk karna untuk harga jamu masih tergolong murah dan standar untuk semua
kalangan konsumen mulai dari anak muda sampai orang tua.

Tabel 6. Atribut Harga Jamu Konsumen Jamu Pagi dan Konsumen Jamu Malam
Konsumen Jamu
No Atribut Harga Pagi Malam
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
1 Murah 20 67 4 13
2 Sedang 9 30 24 80
3 Mahal 1 3 2 7
Jumlah 30 100 30 100
Sumber: Data Primer diolah 2020
Berdasarkan tabel 6. untuk Hal ini menunjukkan bahwa pedagang
harga tertinggi jamu pada konsumen jamu pagi untuk jenis jamu yang dijual
jamu pagi yaitu murah dengan tidak lengkap seperti pedagang jamu
persentase 67%. Berdasarkan hasil malam yang menyediakan banyak
penelitian dilokasi bahwa untuk harga jenis jamu modern (sachet).
jamu pagi lebih murah dibandingkan Sedangkan untuk konsumen jamu
dengan harga jamu malam. dilihat dari malam harga tertinggi jamu dengan
sasaran konsumen jamu pagi pada harga sedanng. Dimana untuk kategori
umumnya perempuan berstatus harga jamu mulai dari murah (Rp
sebagai ibu rumah tangga dan 3.000-8.000/gelas), Sedang (Rp 9.000-
konsumen jamu pagi biasanya hanya 14.000/gelas), dan Mahal (Rp. 15.000-
mengkonsumsi jenis jamu tradisional. 20.000/gelas).
4. Atribut Khasiat Jamu Konsumen Jamu Pagi dan Konsumen Jamu Malam

Khasiat jamu merupakan faktor penilaian yang mendorong konsumen untuk menentukan
jamu. Bila ditinjau dari alasan konsumen jamu dalam mengkonsumsi jamu, bahwa aspek keampuhan
khasiat jamu merupakan faktor yang menjadi alasan utama konsumen dalam menentukan pemilihan
jamu.

Tabel 7. Atribut Khasiat Konsumen Jamu Pagi dan Konsumen Jamu Malam
Konsumen Jamu
No Atribut Khasiat Pagi Malam
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
1 Pencegahan 20 67 16 53
2 Pengobatan 4 13 7 23
Pemulihan
3 6 20 7 23
Kesehatan
Jumlah 30 100 30 100
Sumber: Data Primer diolah 2020

Berdasarkan tabel 7. maka keinginan konsumenjamu pagi memilih jamu berdasarkan


khasiat tersebut sesuai dengan hasil penelitian bahwa 67% dengan jumlah 20 orang memilih
jamu untuk pencegahan. Fungsi khasiat jamu sebagai pencegahan bisa untuk pencegahan
penyakit, dan pencegahan dari virus untuk menjaga imun tubuh tetap kuat dan sehat.
Sedangkan untuk konsumen jamu malam maka keinginan konsumen dalam memilih jamu
berdasarkan khasiat tersebut sesuai dengan hasil penelitian bahwa tertinggi 53% dengan
jumlah 16 orang memilih jamu untuk pencegahan.

Tabel 8. Rata-rata Preferensi Konsumen Jamu Pagi dan Konsumen Jamu Malam

Publish By: Department of Pshycology, Faculty of Pharmacy and Health, Institut Kesehatan Helvetia
75
Karakteristik Perilaku Konsuemen
Kunsume J S Pk
U Pdd Pdt PI EA PP PPP
n Jamu k p j PK
Merasa
Keluarg Jamu
30- ada yang Puas
a Keliling
40 SM <1.000.00 kurang Pencegaha
Pagi P M W
Th A 0 n
n Memelihar Harian, Tetap
Potonga
a dan membel
n Harga
Kesehatan Terencana i
Malam Jamu
Biasa saja Teman Puas
Menetap
30-
40 SM >2.000.00 Pencegaha
L M W Mingguan
Th A 0 Memelihar n Tetap
Potonga , dan
n a membel
n Harga Tergantun
Kesehatan i
g situasi
Sumber: Data Primer Diolah, 2021
Keterangan:
U : Umur
Jk: Jenis Kelamin
P: Perempuan
L: Laki-laki
Sp: Status Pernikahan
M: Menikah
Pdd: Pendidikan
Pkj: Pekerjaan
W: Wiraswasta
Pdt: Pendapatan
PK: Pengenalan Kebutuhan
PI: Pencarian Informasi
EA: Evaluasi Alternatif
PP: Proses Pembelian
PPP: Perilaku Pasca Pembelian

Rata-rata Karakteristik lebih memilih mengkonsumsi jamu pagi


Konsumen Jamu Pagi dan karena perempuan selain enggan untuk
Konsumen Jamu Malam membeli jamu pada malam hari, dapat juga
(1). Usia responden bervariasi mulai terjadi karena beberapa pedagang jamu malam
dari < 30 tahun hingga > 45 tahun. dari sisi segmen pasarnya menargetkan kaum
Berdasarkan tabel 8. dapat dilihat bahwa rata- laki-laki. Hal ini yang dapat menjadi alasan
rata usia sampel konsumen jamu pagi dan perempuan lebih memilih mencari alternatif
konsumen jamu malam terbesar berada pada lain untuk membeli jamu yaitu pada pedagang
kelompok umur 30-45 tahun. (2) Jenis kelamin jamu pagi yang biasanya mendatangi
sampel konsumen jamu pagi tertinggi berada konsumen secara langsung. (3) Status
pada tingkat perempuan . Hal ini menunjukkan pernikahan sampel konsumen jamu pagi dan
bahwa konsumen jamu berjenis kelamin konsumen jamu malam di daerah penelitian
perempuan yang lebih dominan dalam tertinggi berada pada status menikah. Hal ini
mengkonsumsi jamu pagi. sedangkan menunjukkan bahwa orang yang sudah
konsumen jamu malam adalah laki-laki. Hal menikah lebih memperhatikan kesehatannya
ini menunjukkan bahwa jenis kelamin sampel untuk tubuhnya agar tetap sehat sehingga ingin
konsumen jamu malam untuk keseluruhannya terlihat tetap awet muda dengan cara merawat
berada pada kelompok laki-laki. Secara umum tubuh dengan mengkonsumsi jamu yang
laki-laki banyak mengkonsumsi jamu pada terbuat dari bahan herbal. (4) Pendidikan
malam hari karna masalah waktu. Perempuan dianggap penting terkait korelasinya dengan

Publish By: Department of Pshycology, Faculty of Pharmacy and Health, Institut Kesehatan Helvetia
75
perilaku konsumen dalam melakukan tingkat pendidikan terakhir
keputusan pembelian, konsumen menggunakan SMA/Sederajat, dan bekerja sebagai
wawasan dan pengetahuan yang dimilikinya. wiraswasta dengan pendapatan rata-rata
Pendidikan sampel konsumen jamu pagi dan diatas Rp 2.000.000.
konsumen jamu malam di daerah penelitian Atribut utama konsumen jamu
dapat dilihat bahwa besar tingkat pendidikan malam adalah khasiat sebesar 70%,
sampel konsumen jamu pagi tertinggi berada dengan atribut rasa pahit. Jenis jamu
pada tingkat SMA. (5) Pekerjaan sampel modern dengan harga yang sedang
konsumen jamu pagi dan konsumen jamu sesuai dengan pendapatan konsumen.
malam dapat dilihat bahwa sampel konsumen Proses pengambilan keputusan
jamu pagi tertinggi berada pada pekerjaan konsumen jamu malam, yaitu tahapan
wiraswasta. (6) Pendapatan sampel konsumen pengenalan kebutuhan, dimana
jamu pagi dan konsumen jamu malam dengan konsumen mengkonsumsi jamu untuk
rata-rata pada tingkat pendapatan < 1.000.000. memelihara kesehatan. Pada tahap
Sedangkan konsumen jamu malam terbanyak pencarian informasi konsumen memilih
pada tingkat pendapatan > 2.000.000. teman sebagai sumber informasi utama.
SIMPULAN Proses keputusan pembelian untuk
1. Konsumen jamu pagi tempat pembelian konsumen memilih
Karakteristik konsumen jamu tempat jamu yang menetap. Tahap
pagi sebagian besar berjenis kelamin perilaku pasca pembelian, bahwa
perempuan sebesar 83% dengan usia loyalitas responden menginginkan jamu
produktif yaitu 30-45 tahun sebesar sangat tinggi, sebagian besar konsumen
50%, dimana sebagian besar konsumen akan tetap membeli meskipun
berstatus sudah menikah. Berdasarkan mengalami kenaikan harga.
tingkat pendidikan terakhir DAFTAR PUSTAKA
SMA/Sederajat, dan bekerja sebagai Dharmmesta, B.S. dan H. Handoko. 1997.
wiraswasta dengan pendapatan anatar Manajemen Pemasaran Analisis
Rp 500.000 – Rp 1.000.000. Perilaku Konsumen. BPFE.
Atribut utama konsumen jamu Yogyakarta.
pagi adalah khasiat sebesar 67%, dengan Engel, J., Roger D.B., dan Paul W.M., 1994.
atribut rasa tidak pahit, jenis jamu Perilaku Konsumen. Binarupa Aksara.
tradisional, dan harga yang murah Jakarta.
sesuai dengan pendapatan konsumen. Geertz, H. 1983. Aneka Budaya dan
Proses pengambilan keputusan Komunitas di Indonesia. Terjemahan
konsumen jamu pagi, mulai tahapan A. Rachman Zainudin. FIS-UI. Jakarta.
pengenalan kebutuhan, dimana sebagian Nazir, M. 1988. Metode Penelitian, Ghalia
besar konsumen mengkonsumsi jamu Indonesia: Jakarta
untuk memelihara kesehatan. Pada Oktaviani, C. 1996. Faktor-Faktor yang
tahapan pencarian informasi, konsumen Mempengaruhi Perilaku Orang Tua
lebih mempercayai sumber dari Dalam Keputusan Membeli Mainan
keluarga. Proses tahapan keputusan Anak dan Preferensi Anak di
pembelian memilih membeli dengan Kelurahan Pondok Kelapa Kecamatan
pedagang jamu keliling karena langsung Duren Sawit Jakarta Timur (Skripsi).
diminum, dilakukan terencana setiap Semarang: Fakultas Ekonomi UNS.
hari. Selanjutnya adalah perilaku pasca Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen Teori
pembelian, bahwa loyalitas responden dan Penerapannya Dalam
menginginkan jamu sangat tinggi, Pemasaran. Jakarta: Ghalia
sebagian besar konsumen akan tetap Indonesia.
membeli meskipun mengalami kenaikan Sumarwan, 2004. Perilaku Konsumen, Teori,
harga. dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia
2. Konsumen jamu malam Indonesia .
Karakteristik konsumen jamu Supranto, J. 2006. Pengukuran Tingkat
malam sebagian besar berjenis kelamin Kepuasan Pelanggan: Untuk
laki-laki sebesar 100% dengan usia Meningkatkan Pangsa Pasar. Jakarta:
produktif yaitu 30-45 tahun sebesar Rineka Cipta
43%, dimana sebagian besar konsumen
berstatus sudah menikah. Berdasarkan

Publish By: Department of Pshycology, Faculty of Pharmacy and Health, Institut Kesehatan Helvetia
75

Anda mungkin juga menyukai