Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGARUH STRATIFIKASI SOSIAL TERHADAP HUKUM


( Pengaruh Kehormatan Terhadap Penciptaan Hukum )

OLEH
Nama : Abdullah Rosyidi Lumban Gaol
NIM : 220200001
Dosen Pengampu : H. Muhammad Husni, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar .............................................................................................................

2. Bab 1 Pendahuluan ......................................................................................................


a. Latar Belakang .........................................................................................................
b. Rumusan Masalah ....................................................................................................
c. Tujuan Dan Manfaat Pembahasan ............................................................................

3. Bab II Pembahasan ......................................................................................................

4. Bab III Penutup ...........................................................................................................


a. Kesimpulan .............................................................................................................
b. Daftar Pustaka ..........................................................................................................
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah yang berjudul Pengaruh
Stratifikasi Sosial Terhadap Hukum dengan berfokus pada konsep kehormatan.

Tak lupa, Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah hukum dan masyarakat. Bapak H. Muhammad Husni, S.H., M.H. yang telah
memberikan arahan dan bimbingan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, penulis sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis selalu
mengharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Pengaruh Stratifikasi Sosial
Terhadap Hukum ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Medan, 21 Oktober 2022


Penulis

Abdullah Rosyidi A Lumban Gaol


NIM. 220200001
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stratifikasi sosial merupakan gejala sosial yang tidak dapat dihindari,
artinya terdapat dalam setiap lapisan masyarakat, selanjutnya pandangan
mengenai kehormatan. Mendapat kehormatan merupakan cita-cita setiap
orang, dipihak lain kehormatan merupakan hal yang berpengaruh dalam
tatanan masyarakat. Alokasinya berakibat pada terbentuknya stratifiksasi
sosial, jadi secara langsung dan tidak langsung kehormatan dengan faktor-
faktor lain yang mendukung, melestarikan adanya stratifikasi sosial ini.

Meskipun stratifikasi sosial tidak dapat dihindari dalam masyarakat


yang menganut sistem stratifikasi sosial terbuka, seseorang mempunyai
kesempatan luas untuk berusaha naik ke tangga sosial yang lebih tinggi,
namun besar pula konsekuensinya. Kesempatan untuk jatuh atau turun dari
tangga sosial juga besar, peristiwa naik turunnya ini disebu sebagai
mobilitas sosial yang tidak terdapat dalam masyarakat yang menganut
sistem stratifikasi sosial tertutup.

Stratifikasi sosial adalah pelapisan orang-orang yang berkedudukan


sama dalam rangkaian kesatuan status sosial, para anggota status sosial
tertentu sering kali memiliki penghasilan yang relatif sama dan pola hidup
yang hampir sama. Namun lebih penting dari pada itu, mereka memiliki
sikap dan nilai dengan gaya yang sama. Yang mana hal tersebut
merupakan sesuatu yang di hargai, kemampuan memiliki sesuatu yang
dihargai tersebut akan melahirkan pengaruh terhadap hukum, dan memberi
celah kepada mereka untuk mengisi sendi sendi hukum dalam masyarakat
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu stratifikasi sosial?
2. Ada berapa pembagian stratifikasi sosial?
3. Apa itu konsep kehormatan dalam stratifikasi soial?
4. Bagaimana konsep kehormatan menjadi salah saru unsur
stratifikasi sosial?
5. Apa itu penetapan dan penegakan hukum?
6. Contoh fenomena pengaruh kehormatan dalam penegakan dan
penetapan hukum!

C. Tujuan Dan Manfaat Pembahasan


Diharapkan dengan terbitnya kara ilmiah ini, apa pembaca dapat
mengambil intisari yang dapat menambah wawasan mengenai
pengaruh stratifikasi sosial berupa kehormatan terhadap penetapan
dan penegakan hukum.
BAB II PEMBAHASAN

1. Apa itu stratifikasi sosial?a


Stratifikasi sosial adalah pembedaan atau pengelompokan para
anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Menurut sosiolog
Italia, Gaetano Mosca bahwa pembedaan di dalam masyarakat ini
terkait dengan konsep kekuasaan, yakni ada sekelompok orang memang
berkuasa atas kelompok orang yang lain.

Selain terkait dengan konsep kekuasaan, stratifikasi sosial juga


memiliki keterkaitan dengan konsep status sosial - sebuah konsep yang
dikemukakan oleh antropolog Amerika Serikat, Ralph Linton. Dengan
adanya status sosial, baik itu status utama (master status), status yang
diraih (achieved status), dan status yang diperoleh (ascribed status).
Adanya perbedaan-perbedaan status sosial itu juga turut mempengaruhi
pembentukan stratifikasi sosial.

Stratifikasi sosial menurut Pitirim Sorokin adalah perbedaan


penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara
bertingkat (hirarkis). Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang
berjudul Social Stratification mengatakan bahwa sistem lapisan dalam
masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat
yang hidup teratur.

Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah


penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial
tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan,
privilese dan prestise.Statifikasi sosial menurut Max Weber adalah
stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk
dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis
menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Stratifikasi sosial menurut Astried S. Susanto adalah hasil kebiasaan
hubungan antarmanusia secara teratur dan tersusun sehingga setiap
orang mempunyai situasi yang menentukan hubungannya dengan orang
baik secara vertikal maupun mendatar. Stratifikasi sosial menurut D.
Hendropuspito adalah tatanan vertikal berbagai lapisan sosial
berdasarkan tinggi rendahnya kedudukan.

2. Ada berapa pembagian stratifikasi sosial?


Didalam ilmu sosiologi konsep stratifikasi sosial terbagi menjadi
empat, yaitu :
A. Kekayaan
Ukuran kekayaan adalah kepemilikan harta benda seseorang
dilihat dari jumlah materiil saja. Kekayaan (materi atau kebendaan)
dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling
banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan
sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan
digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat
dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang
dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam
berbelanja,serta kemampuannya dalam berbagi kepada sesama.

B. Kehormatan
Ukuran kehormatan dapat diukur dari gelar kebangsawanan, posisi
dalam suatu institusi atau dapat pula diukur dari sisi kekayaan materiil.
[6]
 Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan
atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini
sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat
menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat,
para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.

C. Kekuasaan
Ukuran kekuasaan dan wewenang adalah kepemilikan kekuatan
atau  power seseorang dalam mengatur dan menguasai sumber produksi
atau pemerintahan.[6] Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau
wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem
pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran
kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang
yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang
lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat
mendatangkan kekayaan.

D. Ilmu Pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota
masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling
menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam
sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan
ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik
(kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya
dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti
profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini
jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada
ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan
cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan,
misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan
seterusnya.
a) Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial

3. Apa itu konsep kehormatan dalam stratifikasi soial?b


Mendengar kata kehormatan, tentu para pembaca akan bertanya-
tanya “apa itu kehormatan?”. Kehormatan adalah pernyataan hormat
atau penghargaan atas jasa dan posisi atau kedudukan dalam suatu
instansi, misalnya Tetua adat untuk wilayah daerah dan ketua DPR-
RI dalam institusi pemerintahan dibidang legislatif

Terlepas dari konsep kekayaan, kekuasaan dan yang memiliki


ilmu pengetahuan, konsep kehormatan merupakan suatu konsep
yang dimana orang yang paling dihormati dan disegani mendapat
tempat yang teratas, hukum semacam ini masih banyak dijumpai
dalam masyarakat-masyarakat tradisional sampai modern bahkan
multinegara. Pada umumnya mereka adalah golongan tua atau yang
pernah berjasa serta para pejabat tinggi.

Maka didalam kajian ilmu masyarakat dan sosilogi hukum


konsep ini dinilai dapat mempengaruhi hukum baik dibidang
penetapan, penegakan serta pemahaman hukum.

Hal ini tidak dapat dihindari karena memang sudah mendarah


daging di sendi-sendi hukum itu sendiri. Bahkan sudah menjadi satu-
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
b) Sumber: id.wiktionary.org/wiki/kehormatan

4. Bagaimana konsep kehormatan menjadi salah saru unsur


stratifikasi sosial?
Saya bandingkan dengan judul-judul karya ilmiah lainnya, rasanya
judul kita ini memang terlalu panjang, akan tetapi memang itulah
seharusnya dan akan kita dapati untuk judul-judul yang akan datang juga
demikian rupa dan bentuknya. Baiklah mari kita sederhanakan judul
tersebut dengan membaginya menjadi dua subjudul, yaitu:
a. Apa asal-muasal konsep kehormatan dalam stratifikasi
sosial?
b. Mengapa hal tersebut dapat mempengaruhi penegakan dan
penetapan hukum?
Baiklah mari kita bedah...
a. Asal konsep kehormatanc
Sudah kami sampaikan dimuka bahwa stratifikasi sosial adalah
penggolongan masyarakat kedalam golongan yang bertingkat dan
pelapisan dalam masyarakat.

Stratifikasi sosial berdasarkan kehormatan ditempati oleh mereka


yang dianggap memiliki kemampuan untuk memimpin, berjiwa
kharismatik atau seseorang yang tinggal daerah tertentu dalam jangka
waktu yang lama. Misalnya, pemuka adat yang sangat berpengaruh di
suatu wilayah untuk skala daerah, Tokoh-tokoh agama, pejabat atau
pejabat atau pimpinan suatu perusahaan untuk skala nasional dan
kepala negara beserta jajarannya untuk skala internasional.
c) Sumber: gramedia.com/literasi/pengertian-statifikasi-sosial

b. Mengapa hal tersebut dapat mempengaruhi penegakan dan penetapan


hukum?
Kehormatan dinilai dapat mempengaruhi hukum karena posisi
kehormatan atau orang yang memiliki kehormatan memiliki wewenang
dalam hal tersebut, atau ditinjau dari aspek negatif kurang tegasnya
dan ketiadaannya kepastian hukum dialam diri para aparat penegak
hukum, hal itu merupakanhal yang benar-benar terjadi dan menurut
saya memerlukan perhatian khusus yang lebih intensif mengingat
negara indonesia adalah negara hukum

Dikatakan bahwa kehormatan tidak selalu sejalan dengan kekayaan


dan kekuasaan, namun buktinya kita dapati orang yang berkuasa akan
memiliki kekayaan dan timbullah kehormatan atasnya. Sebagai contoh,
seorang komisaris KPK yang memiliki kekuasaan dibidangnya sudah
barangtentu diprioritaskan kesejahteraan ekonominya maka kaya lah
ia, dan karena ia menduduki jabatan sebagai komisaris KPK ia
mendapat kehormatan.
Itu adalah salah satu contoh relevannya kekayaan, kekuasaan dan
kehormatan dalam stratifikasi sosial, namun yang sangat disayangkan
adalah hilangnya menyalah.

Contoh Konkrit d
Seorang pengusaha sawit yang dihormati karena sudah lama tinggal
di daerah yang bernama kabupaten simalungun memiliki kekuasaan
atas tanah sekitar 47 ribu h/a dan merupakan seorang pengusaha yang
kaya raya, yang menurut informasi dikatakan bahwa ia suka merampas
tanah penduduk daerah ia berkebun. Dikatakan pula bahwa pengusaha
ini adalah seorang kader partai politik dan dekat dengan para pejabat
negara.
d) Sumber: medan.tribunnews.com/2022/06/30-pengusaha-asal-sumut

5. Apa itu penetapan dan penegakan hukum?


Penetapan hukum adalah suatu proses dimana sebuah hukum
tersebut ditetapkan, atau dalam artian proses diamana sebuah hukum
menjadi tetap dan sah dalam penggunaannya
Penegakan Hukum
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya
atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman
perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh
subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum
oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses
penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap
hubungan hukum. Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau
dari sudut objeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini,
pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti
luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang
terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan
yang hidup dalam masyarakat. Pembedaan antara formalitas aturan hukum
yang tertulis dengan cakupan nilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan
juga timbul dalam bahasa Inggeris sendiri dengan dikembangkannya
istilah ‘the rule of law’ versus ‘the rule of just law’ atau dalam istilah ‘the
rule of law and not of man’ versus istilah ‘the rule by law’ yang berarti
‘the rule of man by law’.

Dengan uraian di atas jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dengan


penegakan hukum itu kurang lebih merupakan upaya yang dilakukan
untuk menjadikan hukum, baik dalam arti formil yang sempit maupun
dalam arti materiel yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap
perbuatan hukum, baik oleh para subjek hukum yang bersangkutan
maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan
kewenangan oleh undang-undang untuk menjamin berfungsinya norma-
norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Dari pengertian yang luas itu, pembahasan kita tentang penegakan
hukum dapat kita tentukan sendiri batas-batasnya.Apakah kita akan
membahas keseluruhan aspek dan dimensi penegakan hukum itu, baik dari
segi subjeknya maupun objeknya atau kita batasi hanya membahas hal-hal
tertentu saja, misalnya, hanya menelaah aspek-aspek subjektifnya saja.
Makalah ini memang sengaja dibuat untuk memberikan gambaran saja
mengenai keseluruhan aspek yang terkait dengan tema penegakan hukum
itu.
6. Contoh fenomena pengaruh kehormatan dalam penegakan dan
penetapan hukum!
Berikut ini kami lamporkan kasus meneganai pengaruh kehormatan
terhadap penetapan undang-undang.
Agamawan dan Tetua adat Bali Tolak RUU Pornografi
Sejumlah agamawan dan budayawan Bali sepakat untuk menolak
RUU Pornografi dan Pornoaksi yang kini tengah dibahas di DPR RI.
Pengaturan dua hal dalam Undang-undang khusus dianggap berlebihan
karena telah diatur dalam berbagai UU lain dan cenderung membatasi
kreatifitas masyarakat. Kesepakatan itu diambil dalam Semiloka RUU
Anti Pornografi dan Anti Pornoaksi, Sabtu, (11/2) di Denpasar. Dalam
semiloka tersebut, beberapa tokoh yang hadir antara lain Ida Pedanda
Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa (Parisadha Hindu Dharma
Indonesia ), Prof. Dr. I Made Bandem (Rektor ISI Yogyakarta), I Ketut
Wiana (cendekiawan Hindu), Luh Anggraeni (LBH Bali), Wayan P
Windia (Pakar Hukum Adat), Drs. I Nyoman Nikenaya MM (Kepala
Dinas Kebudayaan), dan I Gusti Ngurah Harta (Perguruan Sandhi
Murti)."Urgensinya sangat lemah saat negara kita dipenuhi oleh
masalah korupsi dan kemiskinan," kata Prof. Dr. I Made Bandem.
Masalah-masalah pelanggaran kesusilaan dan kesopanan, Made
Bandem menambahkan, sesungguhnya telah diatur dalam sejumlah
produk legislasi lainnya, seperti KUHP, UU Pers, UU Perfilman, UU
Perlindungan Anak serta UU Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Secara
kelembagaan, pembentukan Badan Anti Pornografi dan Pornoaksi
Nasional (BAPPN) yang termaktub dalam RUU dikhawatirkan akan
melahirkan "polisi moral" yang bersifat represif dan berlawanan dengan
semangat demokrasi dan reformasi. Lembaga tersebut juga akan
tumpang tindih dengan lembaga-lembaga bentukan undang-undang
lainnya, seperti Dewan Pers (UU Pers), Badan Sensor Film (BSF) dan
Komisi Nasional Perlindungan Anak.Forum sepakat, yang dibutuhkan
saat ini adalah optimalisasi peran lembaga-lembaga tersebut serta
implementasi dan penegakan hukum yang lebih konsisten. Terlebih
lagi, masalah-masalah moralitas dan etika dinilai harus lebih ditangani
melalui jalur-jalur pendidikan dan keagamaan, bukannya jalur hukum.
"Kalau sampai diatur detail seperti itu bahkan menunjukkan kegagalan
lembaga keagamaan," kata cendekiawan hindu I Ketut Wiana.Secara
substansi RUU tersebut juga dinilai mengandung sejumlah kelemahan
mendasar. Antara lain, mengabaikan fakta bahwa bangsa Indonesia
adalah bangsa yang multikultural, yang memiliki keragaman dalam
tafsir atas berbagai elemen sensualitas. Pemaksaan tafsir tunggal atas
apa yang bisa dinilai sebagai pornografi maupun pornoaksi, berpeluang
memasung kebebasan berbagai kelompok agama dan budaya dalam
merayakan dan melestarikan kekayaan budaya, kepercayaan relijius
serta kreativitas estetiknya.Adanya bias gender yang teramat kental
juga dikhawatirkan peserta semiloka. Perempuan dikriminalisasikan
sebagai pelaku dan bukannya korban dari pornografi dan pornoaksi.
Tampak jelas bahwa RUU disusun dengan menggunakan paradigma
berpikir yang "machoistik", bahwa lelaki selalu benar dan bahwa
perempuanlah yang berkewajiban menjaga birahi dan moralitas laki-
laki.Pemaksaan dan pemasungan dinilai bisa menyebabkan disintegrasi
keutuhan dan kebanggaan rasa berbangsa . Sebab, menimbulkan
alienasi (keterpinggiran) terhadap minoritas dan hegemoni mayoritas .
"Itu benar-benar harus dihindari," kata Wiana. Upaya-upaya politik
untuk memaksakan lolosnya RUU ini akan ditanggapi dengan sebuah
pembangkangan sipil oleh kelompok masyarakat yang merasa kekayaan
kultural dan relijiusnya diinterpretasi dan dihakimi secara tidak adil.
Selain membuat petisi, semiloka juga sepakat untuk membentuk tim
yang akan mewakili masyarakat Bali untuk bertemu dengan Pansus
DPR RI. "Sebelum itu kami akan mengumpulkan tanda-tangan
sebanyak-banyaknya untuk mendukung petisi," kata Wayan Juniartha
yang menjadi koordinator aksi. Kesempatan bertemu dengan DPR RI
akan dimanfaatkan pula untuk menghentikan pembahasan RUU
tersebut.

a) https://nasional.tempo.co/read/73813/agamawan-dan-budayawan-bali-
tolak-ruu-pornografi
BAB III PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Kasus diatas adalah contoh pengaruh kehormatan dalam
penciptaan hukum, berdasarkan contoh kasus diatas dapat disimpulkan
bahwa pengaruh kehormatan dalam hal penetapan hukum itu benar-
benar ada dan memiliki pengaruh yang nyata, berupa dampak positive
dan negative.
REFERENSI

https://mediaindonesia.com/humaniora/533510/ini-pengertian-
stratifikasi-sosial-bentuk-sifat-dan-fungsinya
https://zippy-inc.com/app/webroot/userfiles/files/
busegajisibiwuvararo.pdf
https://antropologikelasxmipa8semestergenap.blogspot.com/2021/01/
pertemuan-1-kd-33-stratifikasi-sosial.html
https://nugrohopangestu57.blogspot.com/2019/10/stratifikasi-
sosial.html
https://twitter.com/Sosiologi_HM/status/1588547484216803328
https://apacode.com/bagaimana-terjadinya-stratifikasi-sosial-atau-
pelapisan-sosial-dalam-masyarakat
https://saintif.com/stratifikasi-sosial-adalah/
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-stratifikasi-sosial/
http://www.jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan_Hukum.pdf
https://www.academia.edu/4375428/Penegakan_Hukum
http://pkbh.uad.ac.id/penegakan-hukum/
https://moulvymufti.blogspot.com/2019/10/urgensi.html
http://library.upnvj.ac.id/pdf/artikel/artikel_ji_nasional/pusdiknas/pus-
vol2-no2-okt2015-des2015/21-28.pdf
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/0916051064-3-BAB%20II.pdf
https://www.scribd.com/doc/28833364/BAB-I-Skripsi-Jurusan-
Komunikasi
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022

Medan, 21 Oktober 2022


Pemakalah

Abdullah Rosyidi A Lumban Gaol


NIM. 220200001

Anda mungkin juga menyukai