Anda di halaman 1dari 35

BAB III

STANDART FASILITAS

A. Denah Ruangan

Terlampir

B. Standart Fasilitas

Agar kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit berjalan dengan optimal, maka perlu
didukung sarana, peralatan dan perlengkapan yang memadai baik untuk rawat jalan
maupun rawat inap maupun di Unit Gizi.

Fasilitas ruangan dan peralatan yang tersedia di unit gizi Rumah Sakit Umum Aek
Kanopan adalah sebagai berikut :

1. Ruang/tempat penerimaan bahan makanan tersedia fasilitas

 Timbangan bahan
 Pemeriksa kualitas telur.

2. Ruang/Tempat penyimpanan bahan makanan yang memenuhi persyaratan kesehatan


yaitu sirkulasi udara baik, penerangan baik, kelembaban tertentu, bebas serangga,
bebas binatang pengerat menurut Kemenkes Nomor 1204 tahun 2004. Adapun
persayaratan penyimpanan bahan makanan kering dan bahan makanan basah sebagai
berikut :

 Semua gudang bahan makanan hendaknya dibagian yang paling tinggi.


 Bahan makanan sebaiknya tidak diletakkan dibawah saluran/pipa air (air
bersih maupun air limbah) sehingga terhindar dari kebocoran
 Tersedia troli tertutup
3. Ruang / tempat persiapan makanan
 Blender bumbu
 Penggilingan bumbu

4. Ruang / tempat produksi yang meliputi tempat pemasakan, pembagian dan penyajian
 Ruang pemasakan dibedakan antara pasien dan karyawan
 Tersedia meja kerja stenlis di ruang pemasakan, pembagian dan penyajian
makanan
 Ruang pengolahan snack terpisah dari ruang pengolahan
 Pembagian / penyajian makanan pasien dilakukan oleh petugas gizi sesuai
dengan permintaan masing-masing ruang dan diet yang sudah ditentukan.
 Petugas gizi mengirim makan menggunakan troli makan tertutup
 Petugas gizi menyajikan makanan kepada pasien sesuai dengan rruangan
pasien, nama pasien serta menyerahkan etiket makan pasien.
 Pembagian / penyajian makanan karyawan dilakukan di unit gizi dan dilayani
oleh penanggung jawab makanan karyawan.

5. Ruang / tempat penyucian alat

 Tersedia tempat pencucian peralatan dapur


 Tersedia air panas dan air dingin
 Terseida 2 bak pencucian
 Pencucian peralatan makanan menggunakan klorin dan sabut sunlight
 Pencucian peralatan masak menggunakan sabun sunlight

6. Ruang / tempat penyimpanan makanan

Penyimpanan peralatan makan pasien di letakkan di gudang tempat penyimpanan


peralatan pada makanan tertutup

 Penyimpanan peralatan masak di letakkan di gudang peralatan makanan


dengan menggunakan rak

7. Ruang / tempat dapur susu


 Ruang dapur susu terletak di ruang produksi makanan pasien
 Tersedia meja kerja stenlis dan rak susu
 Tersedia rak alat stenlis

8. Ruang perkantoran dan administrasi

 Tersedia lemari penyimpanan arsip


 Tersedia komputer sebagai fasilitas pendukung kerja dan penyelesaian
administratif
 Tersedia papan informasi yang mengisi visi, misi unit gizi, jadwal dinas,
jadwal menu dan lain-lain

9. Tempat cuci tangan

 Tersedia wastafel di ruang penerimaan bahan makanan


 Tersedia wastafel di ruang ganti dan kamar mandi pegawai
 Ada sabun cuci tangan anti bakteri
 Tersedia lap untuk pengering tangan

10. Toilet

 Tersedia shower
 Sabun
 Gayung
 Penampung air

11. Pembuangan sampah

 Pembuangan sampah menggunakan tempat sampah tertutup dan


berlapis kantong plastik hitam yang disiapkan masing-masing oleh
Cleaning Service
 Sampah diambil setiap hari oleh petugas cleaning service untuk di
buang ketempat pembuangan sampah sementara.

12. Ruang / tempat penyuluhan dan konsultasi gizi

 Penyuluhan dan konsultasi gizi rawat jalan dilakukan oleh ahli gizi di
klinik konsultasi gizi
 Penyuluhan dan konsultasi gizi rawat inap dilakukan oleh ahli gizi di
ruang rawat inap.
 Penyuluhan keluarga pasien dan kelompok masyarakat dilakukan di
ruang pertemuan
 Tersedia leaflet, lembar balik dan food model sebagai sarana
pendukung penyuluhan dan konsultasi gizi.

Standar fasilitas pendukung


1. Fasilitas / peralatan untuk konsul gizi/penyuluhan diet teridiri dari
2. Penanggung jawab logitsitik gizi melakukan penerimaan dan memeriksa jumlah
atau jenis bahan makanan yang diterimanya dengan nota 2 rangkap dari supplier,
serta mencocokan dengan surat pemesanan
3. Penanggung jawab logistik gizi memeriksa kebenaran pembebanan harga sesuai
dengan harga yng diterima.
4. Penanggung jawab logistik gizi mengotorisasi nota dari supplier kolom
“penerima”
5. Penanggung jawab logistik gizi mencatat semua bahan makanan kering yang telah
diterima dalam kartu stok kolom “masuk” dan menyimpan sesuai dengan
spesifikasi dan tata laksanan bahan kering yang terdapat pada gudang
penyimpanan gizi. Sedangkan untuk bahan makanan basah, penanggung jawab
logistik segera mendistribusikan ke bagian persiapan (bumbu, lauk, sayuur) untuk
pengolahan

C. Penyimpanan Bahan Makanan

Suatu kegiatan yang menyangkut pemasukan bahan makanan, penyimpanan


bahan makanan, serta penyaluran bahan makanan sesuai dengan permintaan untuk
persiapan pemasakan bahan makanan.

Adapun prinsip dalam penyimpanan bahan makanan :

1. Tempat yang tepat


2. Waktu yang tepat
3. Mutu yang sesuai standar rumah sakit
4. Jumlah yang sesuia dengan surat pemesanan yang diberikan oleh rumah sakit.

Dimasukkan kedalam plastik putih untuk dilakukan penyimpanan dilemari es agar menjaga
kualitas bahan makanan. Kaur gizi melakukan pelaporan kepada bagian pemeliharaan sarana
untuk melakukan pengecekan keakuratan suhu atau temperatur pada lemari es.

Karyawan di unit gizi membersihkan lemari es setiap 3 hari sekali yang disesuaikan
dengan jadwal dinas. Untuk menghindari pengerasan es. Penyimpanan bahan makanan basah
menggunakan sistem penyimpanan Just in time sehingga bahan makanan langsung digunakan
untuk proses selanjutnya.
Penyimpanan bahan makanan basah menggunakan sistem FIFO jika terdapat stok akibat
terjadi penurunan jumlah pasien tiap harinya, maka untuk pengolahan selanjutnya stok yang
lama digunakan terlebih dahulu.

Penanggung jawab logistik gizi melakukan pengecekan suhu refrigerator, chiller, dan
freezer dengan mengisi pada from ceklist suhu dalam waktu intensitas 1x24 jam. Suhu
penyimpanan untuk refrigerator di anjurkan yaitu 00C, sedangkan untuk freezer yaitu -200 – (-50)
C sedangkan untuk chiller -20 sampai -120C.

d. Pemeliharaan dan Perawatan

Suatu Kegiatan untuk menjaga kualitas bahan makanan kering maupun bahan makanan
basah untuk menghasilkan makanan yang baik untuk dikonsumsi. Prinsip dalam pemeliharaan
dan perawatan adalah adanya pengawasan ruangan penyimpanan baik bahan makanan kering dan
bahan makanan basah misalnya suhu pada lemari es untuk bahan makanan basah terpantau.
Penanggung jawab logistik menjaga kebersihan ruangan penyimpanan untuk menghidari bahaya
binatang (kecoa,tikus, dll) agar bahan makanan dapat terjaga dengan baik.

e. Pengeluaran dan Penyerahan Bahan Makanan

Suatu kegiatan yang mengawasi persediaan bahan makanan baik kering maupun
basah sehingga tidak terjadi penumpukan bahan makanan yang terlalu banyak, dan
mengevaluasi bahan makanan yang digunakan selama kebutuhan di unit gizi dan
permintaan bagian yang terkait. Penanggung jawab logisitk melakukan evaluasi
pengeluaran bahan makanan dan kebutuhan selama prosses produksi untuk perencanaan
selanjutnya.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata Laksana pelayanan gizi di unit gizi terdiri dari 4 cakupan pelayanan dengan
mekanisme kerja sebagai berikut :
A. Tata Laksana Produksi dan Distribusi Makanan.

1. Menyusun Standart Makanan Rumah Sakit sesuai dengan Penuntun Diet

 Penyusunan Standart makanan rumah sakit berdasarkan penuntun diet


 Penyusunan menu makanan disesuaikan dengan jumlah pasien dan kondisi
pasien
 Pemberian diet kepada pasien disesuaikan dengan rekomendasi dokter
pemeriksa

2. Menyusun Kebutuhan Diet Pasien Rawat Inap

 Kebutuhan diet pasien disusun berdasarkan pesanan diet pasien di ruang


rawat inap.
 Kebutuhan tersebut direkap dalam buku permintaan makanan pasien
 Ahli gizi menghitung jumlah pasien yang mendapatkan terapi diet

3. Menyusun Formula, Menu dan Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan

 Menyusun Formula bagi pasien berupa Sonde susu


 Penyusunan siklus meni 10 hari untuk pasien. Semua ruangan
meggunakan menu standart, dengan pembedanan menu diruang VIP ada
menu penunggu. Sedangkan menu pilihan diberikan pada semua ruangan
dan khusukan untuk sarapan pagi saja
 Penyusunan siklus menu 10 hari untuk karyawan
 Penyusunan snack pasien disusun 31 hari
 Perencanaan kebutuhan bahan makanan disesuaikan dengan jumlah
pasien dan karyawan

4. Menyusun Anggaran Belanja Unit Gizi


 Ahli gizi menghitung jumlah pasien dan karyawan yang dilayani.
 Merencanakan kebutuhan bahan makanan basah dan kering.
 Kaur gizi menyusun rencana anggaran belanja sesuai kebutuhan dengan
prediksi kenaikan harga 10% dari rencana anggaran tahun sebelumnya.
 Kaur gizi melakukan perhitungan instalasicost per tahun.

5. Melakukan Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan dan Distribusi Bahan


Makanan.

 Pemesanan bahan makanan disesuaikan dengan jumlah pasien dan


karyawan
 Bahan makanan yang datang di cek sesuai dengan permintaan dan
spesifikasi
 Penyimpanan bahan makanan dikelompokkan sesuai dengan jenis dan
masa kadaluarsa
 Pendistribusian bahan makanan sesuai dengan permintaan masing-masing
yang dilayani.
 Penerimaan dan pengeluaran bahan makanan dicatat pada kartu stok

6. Mengelola Produksi dan Distribusi Makanan Bagi Pasien Rawat Inap, dan
Karyawan sesuai dengan kebutuhan.

 Produksi Makanan

 Pengolahan makanan pasien dilakukan oleh petugas produksi makan


pasien sesuai dengan menu dan permintaan diet pasien
 Pengolahan makanan karyawan dilakukan oleh petugas produksi makanan
karyawan sesuai dengan menu dan jumlah yang dilayani

 Distrubusi Makanan
 Pendistrubusian makanan pasien dilakukan oleh petugas gizi sesuai dengan
waktu yang ditentukan
 Distribusi makanan karyawan dilakukan oleh penanggungjawab logistik di
unit gizi
 Jadwal pemberian makanan kepada pasien
- Makan pagi : 07.00
- Snack pasien VVIP/VIP/Kelas 1 : 10.00
- Makan siang : 12.00
- Snack pasien VVIP/VIP/Kelas 1 : 15.00
- Makan malam : 17.00
 Jadwal Pemberian makanan pasien diabetes melitus
- Makan pagi : 07.00
- Snack pagi : 10.00
- Makan siang : 13.00
- Snack sore : 16.00
- Makan malam : 19.00
- Snack malam : 22.00

B. Tata Laksana Pelayanan Gizi Ruang Rawat Inap

1. Menyusun Rancangan Diet Rawat Inap Sesuai dengan Keadaan Pasien dan
Penyakitnya.

 Ahli gizi ruangan berkoordinasi dengan perawat ruangan, dengan adanya


pasien baru
 Ahli gizi melakukan pengkajian awal pada pasien dewasa dan manula
yang baru datang dengan menggunakan metode “Malnutrition Universal
Screening Tools (MUST)” dengan tujuan melaksanakan assesment pasien
nutrisi untuk mengidentifikasi pasien resiko nutrisi/malnutrisi dalam kurun
waktu maksimal 1x24 jam (lihat lampiran)
 Ahli gizi menentukan resiko nutrisional (pasien dewasa dan manula yang
teridentifikasi resiko nutrisi/malnutrisi) dengan mempertimbangkan
beberapa hak yakni :
 Berat badan (BB) dan Tinggi Badan(TB) yang secara aktual telah
dilakukan oleh perawat atau secara recall bertanya kepada pasien
atau keluarga pasien (untuk pasien yang tidak dilakukan proses
penimbangan dan pengukuran tinggi badan) dilakukan pengukuran
Lila (lingkar Lengan Atas) untuk menganalisa status gizi pasien
(IMT,RBW, dan % LilA).
 Food recall untuk mengetahui apakah terjadinya penurunan
konsumsi pasien selama satu minggu atau tiga bulan yang lalu.
 Mengklarifikasikan diagnosa klinik sesuai dengan skor yang telah
ditentukan.
 Menyimpulkan penetapan resiko nutritional sesuai dengan hasil
skor yang disesuaikan dengan kriteria.
 Kurang dari tiga (<3) : pasien tidak beresiko nutrisi/malnutrisi dan akan dilakukan
assesment ulang dalam waktu 7x24 jam kemudian
 Lebih dari sama dengan tiga (≥3) : pasien beresiko nutrisi/malnutrisi dan langsung
dilakukan pengkajian lanjut
Tabel Grafik MUST dapat dilihat seperti bawah ini :

Tabel grafik MUST dapat dilihat seperti dibawah ini :

• Pasien anak (0-14 tahun) yang baru datang langsung dilakukan pengkajian awal untuk
menetapkan pasien yang berisiko terhadap nutrisi/ malnutrisi dengan metode WHO-NCHS 2005
dalam kurun waktu maksimal 1x24 jam. Ahli gizi melakukan penetapan risiko nutritional pasien
anak (0-14 tahun) yang teridentifikasi resiko nutritional/malnutrisi dengan mempertimbangkan
beberapa hal yakni :

 Adanya keterlibatan diagnosa pasien dengan nutrisi (misalnya : diaer, alergi


terhadap suatu makanan)
 Food Recall untuk mengetahui konsumsi makanan pasien apakah pasien sudah
memenuhi kebutuhan gizi
 Berat badan adalah penentu utama untuk mengidentifikasi apakah pasien anak (0-
14 tahun) beresiko terhadap nutrisi/malnutrisi.

 Ahli gizi yang berkompeten akan melaksanakan pengkajian fungsional lanjut


untuk pasien yang beresiko nutrisi/malnutrisi, yaitu ;

 Seseorang yang lulus dari pendidikan gizi yang telah terintegrasi


 Seseorang yang memiliki komptensi yang diperoleh melalui pendidikan yang
berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat.
 Untuk Sarjana 1 gizi/Diploma IV gizi ditambah pendidikan profesi (intership) dan
ujian profesi serta dinyatakan lulus kemudian
 Untuk Diploma III gizi dinyatakan lulus dalam ujian kompetensi (Ahli Gizi yang
terintegrasi)
 Memiliki Surat Tanda Regristrasi (STR), sebagai bukti tertulis yang diberikan
oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi serta memiliki
sertifikat kompetensi.
 Ahli Gizi melaksanakan pengkajian fungsional lanjut sesuai dengan disiplin ilmu
(diabetses mellitus, CRF, Nefropaty diabetika, asuhan gizi anak untuk pasien (0-
14 tahun) dan asuhan gizi umum untuk pasien yang beresiko
 Nutrisi / malnutrisi selain diagonsa tersebut serta asuhan gizi critical ill untuk
pasien kritis (pasien di ruang ICU) dengan format asuhan gizi terstandart
 Dalam melaksanakan pengkajian lanjut, ahli gizi mempertimbangakan
beberapa hal yaitu :

 Antropometri, biokimia, kondisi klinis dan pola makan pasien


 Menentukan diagnosa gizi sesuai dengan hasil pengkajian yang telah dilakukan\
 Melakukan penetepan diet (reskripsi diet) yang bertujuan untuk untuk menentukan
kebutuhan fungsional sesuai dengan pengkajian lanjut
 Melakukan monitoring dan evaluasi untuk pasien yang beresiko nutrisi/malnutrisi
(food recall intake makanan, biokimia, keadaan klinis) setiap 1x24 jam.
 Melakukan edukasi, penyuluhan dan konsultasi gizi sesuai dengan hasil
pengkajian sebagai suatu proses skiring identifikasi pasien resiko
nutrisi/malnutrisi pada catatan pelayanan pasien terintegrasi ( RM...) dan lembar
edukasi ( RM...)
 Melakukan koordinasi kepada dokter yang merawat, perawat dan petugas gizi
ruangan
2. Melakukan Monitoring dan Evaluasi Pasien di Ruang Rawat Inap

 Ahli gizi melakukan monitoring dan evaluasi pasien beresiko terhadap nutrisi
dengan cara melakukan kunjungan setiap hari ke pasien
 Ahli gizi mengobsevasi pola makan pasien selama pasien dirawat di rumah sakit.
 Ahli gizi memberikan edukasi serta motivasi untuk tetap mematuhi dan
mengkonsumsi makanan yang telah disajikan di rumah sakit
 Bila ada pergantian diet maka dilakukan koordinasi dengan perawat dan DPJP

C. Tata Laksana Penyuluhan dan Konsultasi Gizi.

Merencanakan dan melakukan penyuluhan atau konsultasi diet dan rujukan diet secara
individual bagi pasien rawat inap dan rawat jalan dan melakukan penyuluhan kelompok yang
pada saat ini dibatasi untuk keluarga pasien.

1. Penyuluhan Gizi Rawat Inap

 Ahli Gizi memberikan penyuluhan di ruang rawat inap sesuai dengan materi
dan jadwal yang sudah ditentukan
 Ahli Gizi memberikan penyuluhan diet khusus satu kali sebelum pasien
pulang dengan memberikan leaflet
 Diet-diet yang diberikan kepada pasien berupa diet DM, diet rendah protein,
diet jantung, diet batu ginjal, diet rendah lemak, diet untuk ibu hamil dan
menyusui dan diet khusus lainnya.
 Setelah memberikan penyuluhan kepada pasiet dan keluarga pasien ahli gizi
melaporkan dan meminta sign perawat instalasi rawat inap.
 Penyuluhan gizi rawat inap dapat dilakukan bersama tim edukasi Rumah Sakit
Umum Aek Kanopan (dokter dan perawat)

2. Penyuluhan Gizi Rawat Jalan

 Pasien rawat jalan baik dari konsultan dokter umum maupun dokter spesialis,
melakukan pendaftaran di TPP RJ ke poli gizi, kemudian pasien diarahkan ke
poli gizi rawat jalan.
 Ahli gizi memberikan konsultasi gizi dengan memperlihatkan diagnosa
pasien, kondisi fisik, klinis
 Ahli gizi mencatat data-data pasien pada buku konsultasi gizi rawat jalan
 Ahli gizi memberikan keterangan tentang cara-cara diet yang sesuai dengan
penyakit pasien dengan memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga pasien
 Ahli gizi memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya tentang diet
yang diperlukan

3. Penyuluhan Kelompok

 Ahli gizi memberikan penyuluhan diruang instalasi sesuai dengan materi dan
jadwal yang sudah ditentukan.
 Ahli gizi memberikan informasi dengan mengenai diet-diet yang diberikan
kepada pasien, misal diet untuk ibu hamil dan ibu menyusui serta pemberian
nutrisi yang tepat untuk bayi.
 Ahli gizi memberikan laporan hasil penyuluhan kepada perawat yang bertugas
di instalasi

D. Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan

Melakukan pengkajian, perencanaan, penerapan dan penelitian diet secara


terintegrasi dengan tim asuhan gizi adapun kegiatan atau hal-hal yang
dilakukan antara lain :

 Mengenitegrasikan masalah yang ada diruangan rawat inap


 Menyusun rumusan masalah
 Mengambil data dasar
 Menyusun proposal penelitian
 Pengambilan data dan penyebaran quisioner penelitian
 Mengolah data dan menganalisa data
 Menyusun hasil dan pembahasan penelitan
 Menyusun kesimpulan dan saran
BAB V
LOGISTIK

A. Pengertian

Manajemen pelayanan logistik dan pergudangan unit gizi merupakan penyelenggaraan


pengurusan bahan makanan dan barang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan gizi di
rumah sakit atau institusi secara teratur dalam waktu tertentu dan kurun waktu tertentu
secara cermat dan tepa dengan biaya seefisien mungkin.

B. Tujuan

1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang tepat
dan kualitas yang baik pada waktu yang dibutuhkan.
2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional tersebut diatas dapat tercapai,
maksudnya dengan biaya yang rendah.
3. Tujuan keutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan yang
menyebabkan hilangnya atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan tanpa hak,
sehingga dapat mempengaruhi sistem akuntansi atau pembukuan

C. Syarat Manajemen Logistik

1. Sirkulasi pengeluaran barang atau bahan makanan berdasarkan sistem FIFO dan
FEFO.
2. Fasilitas penyimpanan terstandart (bersih dan suhu sesuai).
3. Stok bahan makanan atau barang tersedia dalam kurun waktu tertentu.
4. Menjaga kualitas bahan makanan tetap terjaga.
5. Adanya sistem pencatatan dan pelaporan.

D. Kegiatan Logistik di Unit Gizi

a. Pemesanan Bahan Makanan

Rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan makanan yang disesuaikan


dengan spesifikasi yang memenuhi standart Rumah Sakit Aek Kanopan dalam
pemesanan surat belanja.
1. Bahan Makanan Kering

 Penanggung Jawab Logistik melihat persedian bahan makanan dan


minuman kering secara fisik dan mencocokan dengan kartu stok
kolom “sisa” yang ada di logistik unit gizi, apabila persediaan sudah
mulai menipis maka penanggung jawab menulis permintaan pembelian
bahan makanan kering
 Penanggung jawab mengajukan permintaan bahan makanan dan
minuman kering yang dibutuhkan selama 10 hari untuk memenuhi
kebutuhan bahan makanan kering pasien dan karyawan dalam bentuk
lembar perencanaan bahan makanan kering.
 Penanggung jawab logistik menyerahkan lembar perencanaan bahan
makanan kering kepada kaur gizi.
 Kaur Gizi menandatangani lembar permintaan bahan makanan kering,
untuk kemudian diserahkan kepada rekanan gizi.

2. Bahan Makanan Basah

 Kepala urusan gizi bersama-sama dengan penanggung jawab logistik


mengajukan permintaan bahan makanan basah untuk perencanaan
kebutuhan keesokan harinya. Kebutuhan ini berdasarkan jumlah
pasien yang dilayani pada hari itu dan jumlah karyawan yang
mendapatkan sarapan pagi
 Formulir perencanaan kebutuhan bahan makanan pasien dan karyawan
ditandatangani oleh kaur gizi
 Kaur Gizi kemudian menyerahkan lembaran pemesenan bahan
makanan tersebut kepada rekanan gizi.

b. Penerimaan Bahan Makanan

Rangkaian kegiatan meneliti, memeriksa, mencatat, dan melaporkan bahan


makanan yang diperiksa sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Rumah
Sakit Aek Kanopan dengan supplier yang bersangkutan.

Adapun prinsip dalam penerimaan bahan makanan :

1. Jumlah

Bahan makanan yang diterima harus sama dengan jumlah bahan makanan yag tertulis
dalam surat pemesanan bahan makanan RS Aek Kanopan
2. Mutu

Bahan makanan yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi bahan makanan di RS Aek
Kanopan

3. Harga

Bahan makanan yang tercantum pada surat pemesanan harus sama dengan harga bahan
makanan yang tercantum pada penawaran bahan makanan sebelumnya. Apabila terjadi
ketidaksesuaian baik dari segi jumlah, mutu ataupun harga makan pihak Rumah Sakit
Aek Kanopan berhak untuk mengembalikan bahan makanan tersebut untuk ditukar oleh
supplier sesuai dengan standart Rumah Sakit Aek Kanopan. Setiap ketidaksesuaian pada
saat penerimaan bahan makanan, maka penanggung jawab logistik mencatat pada buku
komplain terhadap leveransir atau rekanan sebagai evaluasi supplier setiap sebulan sekali.
Cara penerimaan bahan makanan di RSU Aek Kanopan secara konvensional masih
memperhatikan secara kualitas dan kuantitas bahan.

Prosedur dalam penerimaan bahan makanan meliputi :

1. Suplier melakukan permintaan bahan makanan sesuai dengan surat pemesananan


bahan makanan yang diberikan oleh Pihak Rumah Sakit.
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman,
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya resiko.

Sedangkan Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kematian dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan

Tujuan sisem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, terciptanya akuntabilitas rumah
sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan dirumah
sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien

Dalam melaksanakan keselamatan pasien ada 7 (Tuju) langkah menuju keselamatan


pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah :

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien ,dapat menciptakan


kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil .
2. Memimpin dan mendukung staf untuk membangun koitmen dan kefokusan yang
kuat,dan kejelasan tentang keselamatan pasien di rumah sakit
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko serta melakukan identifikasi hal hal
yang dapat menimbulkan masalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan dengan cara memastikan staf agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian atau insiden yang ada di rumah sakit serta mengatur
pelaporan kepada keselamatan pasien di rumah sakit.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien dengan cara mengembangkan
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasiendengan cara mendorong
staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa
kejadian itu timbul.
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien dengan cara
menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standart keselamatan pasien harus diterapkan. Standart
tersebut sebagai berikut :

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasisen
5. Peran kempemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien

Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit :

1. Menetapkan instalasi kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan


pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien di rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien di rumah sakit bagi jajaran manajemen
dan karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan dan insiden (peristiwa keselamatan pasien).
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut
diatas.
7. Menerapkan standart keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas dan
melakukan safety)
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Undang-undang No 36 Tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya kesehatan
ditunjukkan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan
serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang
termasuk kategori disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya kesehatan dan keselamatan
kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan
melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan didalam dan di luar rumah sakit.

Dalam Undang-undang dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa "setiap warga
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan". Dalam hal ini
dimaksudkan pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi yang memungkinkan pekerja
berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
sehingga dapat hidup layak sesua dengan martabat manusia.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau (K3) merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Unit Gizi dan perlindungan terhapad Rumah Sakit.
Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan kesehatan dan keselamatan kerja akan
meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang kesehatan
dan keselamatan kerja dimaksudkan untuk menjamin :

a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.

Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :

a. Kondisi dan lingkungan kerja

b. Kesadaran dan Kualitas pekerja

c. Peranan dan kualitas managemen

Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat terjadi bila :

 Peralatan tidak memenuhi standart kualitas


 Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut proses produksi
 Ruang kerja telalu sempit, venitlasi udara kurang memadai, ruag terlalu panas
atau terlalu dingin.
 Tidak tersedia alat-alat pengaman
 Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-
lain

a. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Petugas Kesehatan

 Petugas kesehatan yang merawat pasien menulae harus mendapatkan pelatihan mengenai
cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
 Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan umum
mengenai penyakit tersebut.
 Petugas kesehatan yang kontrak dengan pasien penyakit menular melalui udara harus
menjaga fungsi saluran pernafasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik dan
menjaga kebersihan tangan.

b. Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas Kesehatan.

 Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan, petugas
harus menggunakan APD yang sesuai untuk kewaspadaan standart dan kewaspadaan
isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan
penyebaran penyakit.
 Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejalan penyakit menular
yang sedang dihadapi.
 Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk memastikan
agen penyebab, dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari kontak langsung
dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di Unit Perawatan Intensif (UPI), ruang
anak dan ruang bayi.
 Semua petugas di Unit Gizi memakai apron, penutup kepala dan pelindung kaki
(sandal/sepatu boot) sebelum masuk dapur. Selain petugas gizi yang masuk ke dapur
harus menggunakan APD lengkap. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi yang
dapat mencemari makanan, sehingga makanan aman untuk di konsumsi. Petugas
pengolahan makanan harus menggunakan masker atau tidak diperkenankan untuk tidak
berbicara dengan petugas pengolahan lainnya.

1. Prinsip Keselamatan Kerja Karyawan dalam Proses Penyelenggaraan Makanan

a. Pengendalian teknis
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya
kebiasaan kerja yang baik oleh karyawan
c. Pekerja yang ditugaskan hendaknga sesuai dengan kemampuan kerja karyawana
d. Volume kerja yang dibebankan harus sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan.
e. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara rutin oleh petugas instalasi pemeliharaan
sarana sesuai jadwal
f. Adanya pendidikan mengenai Kesehatan dan Keselamatan kerja bagi karyawan
g. Adanya fasilitas atau peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang cukup.

2. Produser Keselamatan Kerja

a. Ruang Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan.

Keamanan kerja diruangan ini meliputi :

1. Menggunakan alat pembuka peti atau bungkus bahan makanan menurut cara yang
tepat.
2. Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah dan angkatlah dengan alat
pengangkut barang yang tersedia untuk barang.

3. Pergunakan kontak atau tutup panic yang sesuai dan hindari tumpahan bahan.
4. Tidak diperkenankan merokok di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan.
5. Lampu harus dimatikan jika tidak dipergunakan.
6. Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
7. Tidak mengangkat barang dalam jumlah besar, yang dapat membahayakan bahan dan
kualitas barang.
8. Membersihkan bahan yang tumpah, atau keadaan yang licin di ruang penerimaan dan
penyimpanan.

b. Ruang Persiapan dan Pengolahan Makanan

keselamatan kerja diruang ini meliputi:

1. Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik.


2. Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan atau mengolah bahan makanan.
3. Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk pemakaian.
4. Bersihkan mesin atau peralatan pengolahan sesuai dengan petunjuk atau aturan yang
ada.
5. Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang digunakan.
6. Berhati-hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan dan mematikan mesin,
lampu, kompor gas, atau peralatan lainnya.
7. Pada saat selesai menggunakan peralatan teliti dan cek kembali apakah alat yang
digunakan sudah dimatikan listrik dan lain sebagainya.
8. Mengisi panic menurut ukuran-ukuran semestinya dan jangan melebihi kapasitas atau
porsi yang ditetapkan.
9. Tidak memuat kereta makan atau troli distribusi makanan melebihi dari yang
dianjurkan.
10. Meletakkan alat yang digunakan sesuai dengan tempat dan jenis peralatan dan diatur
dengan rapi.

c. Ruang Distribusi

Keselamatan yang harus diperhatikan ditempat ini :

1. Tidak mengisi panic atau piring melebihi kapasitasnya.


2. Tidak mengisi kereta makan atau troli makan melebihi kapasitasnya.
3. Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi tempat air panas
tersebut sampai penuh.

3. Alat Pelindung Kerja

1. Baju kerja, celemek, apron, dan penutup kepala terbuat dari bahan yang tidak
panas, tidak licin, dan enak dipakai sehingga tidak mengganggu gerak pegawai
sewaktu bekerja.
2. Menggunakan sandal atau sepatu yang tidak licin bila berada diluar dapur
3. Menggunakan cempal atau serbet sesuai dengan tempatnya dan jenisnya.

4. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan cukup,
sabun dan lain-lain sebagainya.
5. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik dan diletakkan ditempat
yang mudah terjangkau.
6. Tersedia alat-alat atau obat P3K
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

A. Bentuk Pengawasan dan Pengendalian Mutu

Pencatatan dan Pelaporan

a. Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan

1. Formulir pemesanan bahan makanan harian


2. Pencatatan bahan makan yang diterima bagian logistik gizi.
3. Pencatatan sisa bahan makanan (harian dan bulanan) bahan makanan basah dan
kering

b. Pencatatan dan Pelaporan tentang penyelenggaraan Makanan

1. Buku laporan diet pasien rawat inap


2. Laporan jumlah pasien setiap hari
3. Laporan jumlah karyawan yang dilayani

c. Pencatatan dan pelaporan tentang perlengkapan peralatan unit gizi

1. Pencatatan inventaris alat-alat gizi

d. Pencatatan dan pelaporan anggaran belanja bahan makanan

1. Pencatatan pemasukan dan pengeluaran bahan makanan harian


2. Rekapitulasi bahan masuk dan pengeluaran bahan makanan
3. Pencatatan penggunaan bahan baker
4. Informasi survey harga makanan
5. Laporan/ usulan anggaran belanja bahan makanan
6. Evaluasi anggaran

e. Pencatatan dan pelaporan pengkajian gizi rawat inap

1. buku catatan makanan pasien berisi nama pasien dan diet dibuat setiap hari untuk
rekapitulasi order diet
2. formulir catatan makanan sisa yang tidak dihabiskan
3. formulir permintaan makanan untuk pasien baru
4. formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang
5. formulir perubahan diet.
6. formulir permintaan makan pagi, siang dan sore.
7. laporan harian tentang kegiatan penyuluhan
8. catatan asuhan gizi rawat inap
9. laporan kegiatan asuhan gizi rawat inap

f. Pencatatan dan pelaporan penyuluhan dan konsultasi gizi di ruang rawat jalan

1. catatan registrasi pasien (nama, diagnosa, jenis diet, antropometri)

2. formulir anamnesis

3. formulir frekuensi makanan

4. formulir status pasien

5. laporan penyuluhan 9 laporan penyuluhan kesehatan masyarakat Rumah Sakit


(laporan penyuluhan pada pasien rawat jalan dan rawat inap)

6. catatan asuhan gizi rawat jalan

7. laporan asuhan gizi rawat jalan

B. Indikator Keberhasilan Pelayanan Gizi Rumah Sakit

1. keberhasilan konseling gizi


2. ketepatan diet yang disajikan
3. ketepatan penyajian makanan
4. sisa makan pasien
BAB IX

PENUTUP

Pelayanan Gizi Rumah Sakit merupakan bagian yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan yang lainnya di rumah sakit dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi suatu upaya dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan
dirumah sakit.

Dengan selesainya Buku Pedoman Pelayanan Unit Gizi RSU Aekkanopan, diharapkan
dapat membawa perubahan peningkatan mutu pelayanan gizi. Besar harapan kami semoga buku
pedoman pelayanan gizi dapat menjadi pegangan pihak manajemen, karyawan unit gizi
khususnya serta Rekan-rekan sejawat RSU Aekkanopan dalam menjalankan profesinya.

Tak lupa kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah memberikan saran dan kritik dalam penyusunan buku pedoman pelayanan gizi. Semoga
semua ide dan karya yang kita tuangkan mendapatkan Ridho dari Allah SWT.
5. Harganya sesuai dengan harga yang disepakati baik dari pihak rumah sakit dan supplier

Adapun prosedur penyimpanan bahan makanan Unit Gizi RSU Aek kanopan :

1. Penyimpanan Bahan Kering

Penanggung jawab logistik menata bahan makanan kering sesuai dengan spesifikasinya
dan mencatat pada kartu stok baik setiap bahan makanan datang maupun bahan makanan yang
keluar sesuai dengan kebutuhan selama pengolahan di unit gizi, selain itu sesuai dengan
permintaan dari bagian yang terkait. Penyimpanan bahan makanan di unit gizi RSU Aek kanopan
menggunakan sistem FIFO dan FEFO, sehingga stok bahan makanan yang lama dan masa
kedaluarsanya singkat segera dapat digunakan terlebih dahulu. Ruang penyimpanan bahan
makanan kering terdapat ventilasi sebagai sirkulasi udara agar ruangan tidak terlalu lembab dan
pengap, ruang penyimpanan juga dilengkapi dengan timbangan untuk membantu jalannya
permintaan bahan makanan tersebut. Penyimpanan bahan makanan kering juga harus disesuaikan
suhunya dengan suhu ruang yaitu antara 23°C - 27°C.

2. Penyimpanan Bahan Basah

Penanggung jawab logistik gizi langsung mendistribusikan bahan makanan kepada


bagian persiapan baik bumbu, lauk dan sayuran. Bahan makanan yang akan diolah untuk
keesokan harinya dibersihkan dan dicuci serta kemudian
• Tidak ada drainase disekitar gudang bahan makanan.
• Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak dengan ketinggian rak
terbawah 15 cm - 25 cm.
• Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 22° C
• Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga
• Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata tidak padat untuk menjaga
sirkulasi udara.

Bila bahan makan basah atau lunak bisa disimpan kedalam frezer atau almari pendingin dengan
suhu penyimpanan menurut jenis makanannya yang tercantum dalam tabel :

Tabel 3.1 : Penyimpanan Bahan Makanan Menurut Suhu

Jenis Bahan Makanan Digunakan


3 Hari atau 1 Minggu 1 minggu atau
kurang atau kurang lebih

Daging, ikan, udang dn olahannya -50C - 00C -100C – 5C Kurang 100C


Telur, susu dan olahannya 50C - 70C -50C - 00 C Kurang 50 C
Sayur, buah dan olahannya 100C 100C 100C
Tepung dan biji-bijian 250C 250C 250C
• Timbangan badan
• Timbangan bayi
• Microtoice
• Food model 1 set
• Daftar bahan makanan penukar
• Leaflet ( ibu menyusui, modisco, anak sehat, makanan bayi sehat, tinggi kalori
tinggi protein, diabetes melitus, rendah purin, diet batu ginjal, rendah kolesterol dan
trigliserida, diet lambung, diet rendah protein, diet rendah serat, diet tinggi serat,diet
rendah kalori, diet jantung, diet jantung, diet rendah garam)

1. Fasilitas penyimpanan bahan makanan

• Lemari pendingin 2 instalasi untuk penyimpan buah, bumbu, yakult dan bahan
makanan setengah jadi
• Freezer 3 instalasi untuk penyimpanan bahan mentah (daging, ayam dan ikan).
• Chiler 1 instalasi untuk penyimpanan sayuran

2.Fasilitas penerimaan bahan makanan

• Tersedia timbangan bahan makanan


• Tersedia termometer daging
• Pemeriksa kualitas telur
• Meja kerja stenlis

3. Fasilitas distribusi

• Tersedia troli tertutup


• Tersedia baki, dan peralatan makan pasien

4. Fasilitas alat pelindung diri

• Short / celemek

• Topi / penutup kepala

• Masker

• Sarung tangan

• Sepatu

• Cempal

5. Tersedia sumber air bersih

• Ada saluran PDAM ke unit gizi

• Pemeriksaan kekeruhan dan Ph dilakukan oleh petugas kesling

• Ada hasil pemeriksaan air bersih setiap bulan (data terlampir)

6. Tersedia sumber listrik yang baik dan aman, voltage yang stabil dan dapat dimonitor

• Sumber listrik 240 voltage

• Intensitas cahaya minimal 400 lux

7. Penerangan dan ventilasi cukup

• Tersedia penerangan (lampu) di setiap bagian dalam dan luar gedung unit gizi

• Tersedia sarana exhause fan, ventilasi fan, kipas angin baling-baling yang cukup
untuk membantu sirkulasi dan ventilasi ruangan

8. Alat pemadam kebakaran


B. Distribusi Tenaga

Kepala Unit Gizi membawahi penanggung jawab logistik, penanggung jawab produksi
dan distribusi, serta penyuluhan dan konsultasi gizi. Sedangkan penanggung jawab produksi dan
distribusi dibedakan menjadi penanggung jawab produksi dan distribusi makanan pasien dan
penanggung jawab makanan karyawan. Penanggung jawab logistik bertanggung jawab terhadap
penerimaan bahan makanan basah dan kering. Penanggung jawab penyuluhan dan konsultasi gizi
bertanggung jawab memberikan konsultasi pasien rawat jalan dan rawat inap. Di unit gizi terdiri
dari orang sesuai dengan struktur organisasi. Dalam hal ini kebutuhan masih kurang 5 orang di
penanggung jawab produksi dan distribusi makan karyawan, serta masih kurang 3 orang di
penanggung jawab penyuluhan dan konsultasi gizi.

C. Pengaturan jaga

Unit Gizi Rumah Sakit Umum Aekkanopan memberikan pelayanan selama 14,5 jam
dalam 7 hari. Sistem dinas diatur sedemikian rupa sehingga masing-
masing karyawan mempunyai waktu libur, waktu libur yang ada yaitu sejumlah hari
minggu yang ada, serta hari besar.

Pembagian petugas diatur melalui 3 tahap yaitu shift pagi, siang, dan malam. Petugas
shift pagi sebanyak 1 orang, shift siang sebanyak 7 orang.

Pembagian jam di Unit Gizi

Bagian Produksi dan distribusi

• Shift pagi : 05.00 - 13.30

• Shift siang : 12.30 - 19.30

Bagian logistik

• Pagi : 06.30 - 14.00

Kaur Gizi merangkap ahli gizi

• Pagi : 07.30 - 15.00


• Tersedia 1 instalasi tabung pemadam kebakaran

• Tersedia cek list pemeliharaan sarana

• Pengecekan fungsi tabung pemadam kebakaran dilakukan oleh petugas unit


pemeliharaan sarana sesuai dengan jadwal pemeliharaan.

Standar Inventaris Peralatan Unit Gizi

Tersedia inventaris peralatan yang digunakan di unit gizi yang dikelompokkan sesuai
dengan ruang/ tempat peralatan tersebut tersedia (inventaris peralatan terlampir).

Anda mungkin juga menyukai