Anda di halaman 1dari 6

Kehidupan No di Korea ternyata tidak seperti mahasiswa lainnya. Banyak hal ajaib yang ia temui.

Tentang cinta dan keajaiban. Namun, cinta baginya bukan melulu tentang kisah sepasang kekasih.

....

No, mahasiswi tahun kedua Indonesia di Korea. Ia merupakan mahasiswa beasiswa, yg


menjadikannya harus punya 1001 lebih cara dari sekedar hanya kuliah belaka. No benar-benar
membuang semua kepribadian aslinya selama di Indonesia. Jika kau pernah mengenal nya di
Indonesia, jangan harap kau akan mengenali ia sebagai orang yang sama di Korea. Bukan secara fisik
memang. Fisiknya masih sama. Ia berwajah Melayu dengan kulit coklat, sedikit berbulu walaupun
tidak tebal, mata bundar, kepala sedikit lonjong persegi dan tinggi standar wanita Asia.

No menjalani hari-hari nya bukan hanya sekadar mahasiswa. Ia mengambil alih tanggung jawab dari
pemilik rusun ia tinggal sebagai kepala operator. Ia juga mengontrol dan mengawasi mekanisme
pembuangan sampah rumah tangga sampai di angkut oleh petugas kebersihan. Di kampus, ia cukup
cemerlang. Di tahun keduanya saja ia sudah menjadi asisten dosen. Juga, mendaftarkan dirinya
untuk menjadi petugas perpustakaan di kala senggang.

Terkadang, saat ada libur panjang, ia akan mengambil pekerjaan Cuma-Cuma yang di tawarkan
kenalannya di sebuah agensi entertainment top di Korea dan segala pekerjaan temporer lainnya.
Bukan tanpa alasan. No ingin membuktikan pada kakaknya, bahwa meskipun ia kuliah namun ia juga
bisa menghidupi keluarganya.

Ada masalah antara No dan Abang sulung nya. Orang yang pernah ia gila-gilai seumur sekolahnya.
Namun, orang yang amat mengecewakan di mata No

....

Suatu pagi, seorang pemuda baru pindah di satu kamar atap tepat di atas kamar No. Awalnya No kira
ia adalah seorang bapak-bapak. Namun, ternyata itu hanyalah orang yang ditugaskan oleh penyewa
asli. Dan keajaiban pun pun dimulai setelah itu.

....

No melihat ada truk jasa pindahan rumah di depan gedung rusun. Namun, sang penyewa belum juga
tampak. Begitupun seminggu setelahnya. Waktu itu adalah masa libur kuliah memasuki semester 4.
Ia sudah membuat jadwal daftar pekerjaan beserta jam kerja dan spesifikasi nya untuk mengisi masa
libur. Waktunya full diisi pekerjaan semua. Mungkin hanya ada sehari sebelum hari masuk yang ia
sengaja kosongkan. Mungkin untuk mengisi ulang tenaga dan pikiran sebelum kembali kuliah.

Besok, ia akan mulai Ikut bekerja di bagian kreatif sebuah konser boygrup agensi terkenal. Entah apa
nama bandnya, ia tak perduli. Ia hanya perduli uang dan orang-orang baru yang bisa ia temui dan
ajak kerjasama nantinya.

... D saat itulah Choi Minho, beberapa menit sebelum penampilan nya di panggung melihat No
bertugas. Siapa anak kecil ini? Kenapa ia ada di sini? Apa dia ikut dalam karyawan tim untuk
grupnya? Kenapa ia terlihat berbeda apa yang salah?

Minho tidak melihat si anak kecil itu lagi setelah ia turun dari panggung. Namun, ia tak akan
bertanya pada staf lain. Tubuhnya lebih capek untuk bicara hal tak penting. Minho dan teman teman
grupnya pun tidur di ruangan khusus untuk grupnya. Malam ini mereka menginap di sana. Itu
rencana mereka. Itu biasa mereka lakukan sebelum break aktivitas untuk persiapan album baru
mereka musim depan. Comeback satu dekade bagi grup mereka.

Esoknya Minho sudah mau berkemas. Namun, di saat itu si anak kecil itu masuk. Ia tanpa permisi
hanya mengambil beberapa properti lalu keluar kembali. Minho yang satu satunya manusia yang
bangun di antara teman-temannya yang tidur yang mana hanya penghuni ruangan itu hanya
melongo memandang si anak kecil itu. Entah kenapa, otaknya tiba tiba blank seperti loading
pencarian aktivitas di mesin pencari.

...

No baru pulang jam setengah sebelas malam, besok jam 4 ia harus segera bergegas ke daerah
Gangnam untuk ikut di bagian relawan di kegiatan olimpiade. Di tangga, ia menyadari kamar atas
kamarnya sudah di tempati si pemilik. Mungkin besok aku bisa memperkenalkan diri kepada pemilik
baru. Toh, sudah terlalu larut malam. ....

No namnya, Minho tidak habis pikir dengan gadis wajah imut imut ini. Bayangkan, ia sudah umur 21
tahun! Ia pikir dia hanya anak SMP WNA yang jadi tetangga barunya di rusun tersebut. Ternyata No
mahasiswa beasiswa dari Indonesia. Satu hal yang ia tak habis pikir lagi, bagaimana badan kecil itu
bisa memuat begitu banyak bahasa dan teknik komunikasi manusia? Bahasa Korea, Inggris,
Indonesia, Melayu, Jerman. Belum lagi di tambah kemampuan bahasa isyarat, membaca huruf braille
dan kode Morse. Tidak, juga satu hal yang ia tau, dia seorang workaholic! Bagaimana mungkin ada
cewek sinting yang tidak pernah tertarik belanja shopping ke mall besar untuk sekadar beli parfum,
atau kosmetik dan berlibur. Bukan bukan berarti No tidak cantik.baru kali ini Minho sadar, orang
Melayu yang menarik perhatiannya. Mukanya begitu polos dan alami. Polos-polos yang menipu.
Seakan ia bisa ganti kepribadian dalam sekejap.

Ia dan No menjadi semakin akrab oleh ms. Acrya. Ia seorang warga asing. Asalnya dari bloomsburry,
Inggris sana. Pernikahan nya dengan sang suami yang merupakan tentara Korea menjadikan nya
pindah ke Korea di masa tuanya. Awalnya mereka hidup berpindah-pindah sesuai daerah penugasan.
Namun, sang suami lebih sering penugasan di luar negeri. Cocok baginya yang merupakan seorang
wanita abad 20 modern babak awal. Satu hari sebelum kepindahannya ke rusun tempat No dan
Minho tinggal ia mengalami kebutaan karena diabetes.

Suaminya, yang meninggal kan pesan sebelum wafat untuk pindah ke rusun milik mereka yang
menjadi investasi mereka selama ini. Tak ada yang tau, bagaimana keluarga mereka. Mereka begitu
misterius dan tertutup. Kebutaan menjadi kannya depresi dan tempramen. Apalagi dengan
kepindahannya di situasi yang sulit. Menjadikan nya begitu tempramen..

Pertemuan nanya dengan No, begitu mengobati rasa kesepian dan depresi nya. No ternyata bisa
membantunya dalam banyak hal. Dari membacakanya koran di jam 11 malam, setelah ia pulang dari
kerja atau kampusnya. Entahlah, kesibukan orang muda baginya. Lalu, No pula yang mengenal
kannya dengan huruf braille dan membuatkan beberapa surat elektronik kepada para sahabatnya di
Inggris sana. Terkadang No juga membuat kan paragraf braille dan meletakkan reglet di tempat ia
mau menulis untuk sahabat nya.
Ada satu kebiasaan lain selain hanya sekadar membantu hal sepele surat kabar dan surat. Semakin
lama Miss acrye mulai jatuh cinta dan sayang pada gadis itu. Meskipun ia tak mungkin akan tau
seperti apa dia dalam perwujudan visual nyatanya. Hanya deskripsi mata bentukan otaknya yang
menginterpretasikan nya.

Miss acrye mulai membuka satu tabir baru. Tentang buku diary yang ia buat selama hidupnya. Ada
lebih dari 25 total diary kehidupan nya. Ada rahasia di balik semua kehidupan nya ia tuangkan dalam
diary tersebut. Penyesalan kehidupannya. Tentang ia dan kakaknya. Yang itu juga tercermin antara
No dan kakak sulung nya yang No ceritakan. Miss acrye mulai sadar, kewajiban nya sebelum ajal
menjemput adalah membuat suatu hubungan persaudaraan itu kembali menyatu sedekat sebuah
kain karpet kualitas terbaik.

...

Minho juga perlahan mulai dekat dengan No, dan juga Miss acrye. Ia perlahan mulai mencari arti
atau makna pasangan. Dan No, yang menarik baginya tentu mulai ia inginkan.

Sementara No lebih menganggap Minho sebagai replika kakak sulungnya. Yang ia butuhkan hanya
tempat berteduh dari seorang kakak yang hangat dan sayang padanya.

Bagaimana akhirnya?
...Kaca boarding pass...

Di saat terakhir itu, wajahnya menyembul di antara wajah keluargaku yang lain. Entah, mimik marah
atau sedih. Ia seakan pasrah memandang punggung adik bungsunya memasuki kapsul baja itu. Bias
memang tidak merencanakan akan ke Jakarta pagi ini. Menaiki penerbangan terkahir dari Surabaya
menuju Jakarta lalu langsung memesan jasa ojek online ke bandara Soekarno Hatta. Namun, yang ia
dapati, badan itu sudah lenyap. Padahal, itu adalah kesempatan baginya untuk meminta maaf dan
memberi semangat untuk adik bungsunya itu.

Namun, wajah No menyiratkan kesal sewaktu mereka bersitatap dalam sepersekian detik tadi. Apa
dia masih kesal pada kakaknya?

Anggota keluarga yang lain tidak menyadari kehadiran Bias. Mama yang pertama menyadari jika
anak sulungnya itu ikut menyusul di Jakarta. “lho, nak kamu ke Jakarta juga?”, seru mamanya
sembari berlari menghampirinya.

Bias kikuk, bukan bingung hanya kaget saja. Baru terpikir kalau No pasti diantar keluarganya yang
lain.

Akhirnya, Bias ikut keluarga kakak sepupu yang mengantar No. Ia akan istirahat sebentar untuk lalu
mengejar penerbangan terdekat untuk pulang ke Surabaya. Bagaimanapun ia tidak mengambil cuti
hari ini. Jadi ia harus segera tiba di Surabaya untuk masuk shif malam pekerjaan nya.

.....

Mesin pesawat berdesing keras awalnya, No, yang tidak pernah naik pesawat terlihat cemas.
Tenang, desingan keras tandanya semua mesin beroperasi dengan baik.

Pikirannya terbawa ke wajah kakaknya tadi. Kenapa dia bisa ada di sana? Apa itu Cuma kebetulan
kakak nya ada di Jakarta? Atau itu Cuma khayalannya saja yang terlalu mengharapkan kakaknya akan
ada di saat saat terakhirnya di Indonesia? Pertanyaan pertanyaan itu menjejali Kepala No. Kenapa
rasa dan pikiran ini masih rumit baginya. Tentang siapa yang belum dewasa antara dia atau kakak
nya.

Tidak, aku harus menyingkirkan pikiran keruh. Otakku harus tetap jernih. Selalu jernih untuk Lima
tahun yang akan penuh tantangan dan perjalanan baru. Korea, semoga aku bisa mendapat banyak
hal baru dan wunderbar*.

Sementara, pesawat masih mengambang di langit, Awan awan mulai merubah tampilan mereka
menjadi jingga. Semakin ke timur, waktu semakin larut pastinya. Bersama dengan itu, mimpi No ikut
mengambang, membumbung semakin tinggi dan tinggi. Melebihi dari sekadar kaca boarding pass
tadi.

Anda mungkin juga menyukai