Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH SEBELUM DAN SELAMA ADANYA PANDEMI COVID-19

TERHADAP PENJUALAN MAKANAN DI MARKETPLACE


Nur Alifatul Maslina, Candra Setyawan, Mavida Puspadina, Novita, Emylia
Puspitaningtyas
nuralifatulmaslina@gmail.com, cetyawan6@gmail.com, mavidap88@gmail.com,
nvita1411@gmail.com, emiliapuspitasari11@gmail.com
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Abstract: In early 2020, society was shocked out with the appearance of the corona
virus that came from Wuhan. The step taken by the government is to impose Large-
Scale Social Restrictions (PSBB) which is in line with WHO recommendations to
implement physical distancing. This policy has certainly had a huge impact on the
entire Indonesian population, especially the food business, restaurant and other food
sellers whose sales have decreased and many have had to close their businesses. In this
study author focused discussions on differences in food sales in marketplace before the
Covid-19 and food sales in the marketplace during the Covid-19 pandemic. The data
used in this research is data that originates from lokadata taken from BPS data. The
method or analysis technique used by the author in this research is the Paired Sampel t-
Test. With results showing that there are differences in food sales in the marketplace
before the Covid-19 pandemic and during the Covid-19 pandemic, where food sales in
the marketplace during the pandemic increased rapidly compared to before the
pandemic.
Keywords: Covid-19, marketplace, foods, selling

Abstrak: Awal tahun 2020, masyarakat digemparkan dengan kemunculan virus Corona
yang berasal dari Wuhan. Langkah yang diambil pemerintah adalah memberlakukan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sejalan dengan anjuran WHO untuk
menerapkan physical distancing. Kebijakan ini tentunya membawa dampak yang besar
bagi seluruh masyarakat Indonesia khususnya bagi UMKM, usaha restoran, maupun
penjual makanan lainnya yang mengalami penurunan penjualan bahkan tak sedikit yang
harus menutup usahanya. Pada penelitian ini penulis menitik beratkan pembahasan pada

1
perbedaan penjualan makanan di marketplace sebelum pandemi Covid-19 dan
penjualan makanan di marketplace selama pandemi Covid-19. Data yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan data yang bersumber dari lokadata yang diambil dari
data BPS. Metode atau teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian yang
digunakan adalah metode Uji t Sampel Berpasangan (Paired Sampel t-Test). Dengan
hasil yang menunjukkan terdapat perbedaan penjualan makanan di marketplace sebelum
pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19, di mana penjualan makanan di
marketplace selama pandemi meningkat pesat dibanding sebelum pandemi.
Kata kunci: Covid-19, marketplace, makanan, penjualan

PENDAHULUAN

Awal tahun 2020, masyarakat digemparkan dengan kemunculan virus Corona


yang berasal dari Wuhan. Seiring dengan penetapan status pandemi oleh WHO pada 12
Maret 2020, maka berbagai negara di dunia mulai menerapkan lockdown untuk
memutus rantai penyebaran virus (Aida, 2020). Mengingat bahwa kondisi Negara
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang besar dan
karakteristik daerah yang beragam, maka pemerintah tidak memilih untuk ikut
menerapkan lockdown. Langkah yang diambil pemerintah adalah memberlakukan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sejalan dengan anjuran WHO untuk
menerapkan physical distancing. Penerapan PSBB setidaknya memberikan dampak
yang signifikan bagi kegiatan masyarakat. PSBB terus berjalan, namun kebutuhan hidup
selama masa PSBB juga harus selalu terpenuhi. Semua aktivitas semaksimal mungkin
dilakukan secara online (daring) guna menghindari berkumpulnya manusia dalam
jumlah skala besar. Oleh sebab itu,sudah otomatis terjadi peningkatan penetrasi
penggunaan internet. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) penggunaan internet di
Indonesia melonjak lebih dari 20% selama pekerjaan (work from home), sekolah
(school from home), atau aktivitas lainnya dilakukan secara online. Tak terkecuali ini
juga berdampak pada kebiasaan hidup masyarakat saat ini. Mewabahnya pandemi
Covid-19 telah mengakibatkan penurunan pendapatan bagi berbagai aspek bisnis
termasuk di industri kuliner. Saat ini, banyak pebisnis kuliner dan pemilik restoran di
dunia terpaksa menutup usahanya untuk sementara waktu, dan tidak sedikit yang
mengalami kebangkrutan.

2
Kebijakan ini tentunya membawa dampak yang besar bagi seluruh masyarakat
Indonesia khususnya bagi UMKM, usaha restoran, maupun penjual makanan lainnya
yang mengalami penurunan penjualan bahkan tak sedikit yang harus menutup usahanya.
Pengusaha kuliner menjadi salah satu yang sangat terdampak pandemi ini, kondisi
inipun memberikan tantangan bisnis tersendiri bagi pengusaha, kalangan pengusaha
menilai Covid-19 telah membawa dampak negatif besar terhadap perekonomian
Indonesia. Pasalnya, Covid-19 telah mengganggu mata rantai produksi industri sehingga
perputaran bisnis menjadi tidak lancar, sementara kewajiban para pengusaha tetap harus
berjalan. Akibatnya banyak karyawan yang terpaksa hilang pekerjaannya karena terkena
PHK. Oleh karena itu, tak sedikit para penjual makanan membanting setir dan
melakukan inovasi ke arah digital agar bisnis tidak merugi. Kenapa harus Digital?
Karena saat ini dunia menuju kehidupan yang serba otomatis, manusia mulai
tergantikan oleh mesin, software dan peralatan lainnya yang dapat bekerja 24 jam tanpa
istirahat sebagaimana manusia yang ada batasnya dalam bekerja. Dengan alasan itu
maka penguasaan akan digital marketing sangat ditekankan untuk memenangi
persaingan di dunia nyata baik tingkat lokal maupun internasional.

Saat ini semakin marak dan berkembangnya aplikasi penjualan online atau biasa
disebut dengan marketplace. Marketplace merupakan media online yang dapat
dijadikan wadah untuk bertemunya antara penjual dan pembeli sehingga dapat
terciptanya transaksi jual-beli. Tidak hanya memberikan kemudahan dalam bertransaksi,
namun marketplace juga dapat memperluas jangkauan pangsa pasar bagi pelaku bisnis
UMKM. Sehingga dapat lebih mudah dalam memasarkan produknya dengan lebih
efektif dan efisien.

Tabel 1

Data Penjualan Makanan di Marketplace Sebelum Pandemi dan Selama Pandemi


(Dalam Ribu Unit)

No Sebelum Pandemi Selama Pandemi


Nama Makanan
. (1 Jan – 15 Mar 2020) (16 Mar – 30 Jun 2020)
1. Biji-bijian 210 200
2. Biskuit dan kue kering 400 600
3. Bumbu instan 250 650
4. Cemilan instan 1000 1300

3
5. Cokelat 700 600
6. Daging segar 190 290
7. Es krim 20 10
8. Jus dan sirup 50 40
9. Makanan beku lain 600 900
10. Makanan instan lain 400 700
11. Makanan siap saji 580 1200
12. Mie dan pasta instan 590 900
13. Penyedap rasa 410 750
14. Permen 200 190
15. Roti 190 185
16. Sayuran Segar 20 400
Total 5810 8915
Sumber: Lokadata dari Badan Pusat Statistik

Data tabel 1 dapat dilihat bahwa total penjualan makanan di marketplace


mengalami kenaikan selama terjadinya pandemi Covid-19. Peningkatan tajam terjadi
pada sayuran segar yang meningkat sebesar 1900%, dari 20 ribu unit menjadi 400 ribu
unit. Kemudian disusul bumbu instan yang meningkat sebesar 160%, dari 250 unit
menjadi 650 ribu unit. Di urutan berikutnya terdapat makanan siap saji yang meningkat
105%, penyedap rasa 83%, makanan instan lain 75%, daging segar 53%, mie instan dan
pasta instan 53%, biskuit dan kue kering 50%, makanan beku lain 50%, dan cemilan
instan 30%. Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa tidak semua makanan mengalami
kenaikan penjualan di marketplace selama pandemi, namun juga ada beberapa
makanan yang mengalami penurunan, diantaranya es krim yang menurun 50% dari
sebelum pandemi, jus dan sirup menurun 20%, cokelat menurun 14%, permen menurun
5%, biji-bijian menurun 5%, dan roti menurun 3%.

Selama pandemi Covid-19, perilaku konsumen dalam melakukan pembelian


barang juga mulai bergeser untuk lebih memenuhi kebutuhan pokok. Survei yang
dillakukan Nielsen (2020) menyebutkan bahwa 49% masyarakat lebih sering memasak,
sehingga kebutuhan akan sembako juga ikut meningkat. Tidak dapat dipungkiri bahwa
perilaku konsumsi masyakarat Indonesia mulai beralih selama adanya pandemi dan
diprediksi bahwa perubahan tersebut tidak akan sepenuhnya kembali menjadi normal
seperti kondisi sebelum adanya pandemi. Pelaku usaha dan retail tentunya juga harus
beradaptasi dengan hal ini dan mengubah strategi bisnis agar usahanya tetap berjalan.
Jadi, selain membawa dampak buruk pandemi ini juga membawa dampak yang positif,

4
dimana para pengusaha khususnya dibidang kuliner mengalami peningkatan penjualan
selama pandemi.

TINJAUAN PUSTAKA

Virus Corona

Koronavirus atau coronavirus (istilah populernya: virus korona, virus corona,


atau virus Corona) adalah sekumpulan virus dari subfamily Orthocoronavirinae dalam
keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini yang dapat dapat
meneybabkan penyakit pada burung dan mamlia (termasuk manusia). Pada manusia,
koronavirus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya ringan, seperti
pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti Sars, Mers, dan Covid-19 sifatnya
lebih mematikan. Manifestasi klinis yang muncul cukup beragam pada spesies lain:
pada ayam, koronavirus menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas, sedangkan
pada sapi dan babi menyebabkan diare.1

Koronavirus merupakan virus beramplop dengan genom RNA utas tunggal plus
dan nukleokapsid berbentuk heliks simetris. Jumlah genom koronavirus berkisar antara
27–34 kilo pasangan basa, terbesar di antara virus RNA yang diketahui. Nama
koronavirus berasal dari bahasa latin Corona yang artinya mahkota, yang mengacu pada
tampilan partikel virus (virion): mereka memiliki pinggiran yang mengingatkan pada
mahkota atau korona matahari.

Marketplace

Secara umum, arti marketplace adalah suatu tempat tertentu dimana pasar atau
kegiatan jual-beli antara pemilik toko dan konsumen berlangsung secara publik. Saat
ini, istilah marketplace sangat erat hubungannya dengan kegiatan e-commerce. Dalam
hal ini, pengertian marketplace adalah suatu jenis website atau aplikasi e-commerce
yang memfasilitasi kegiatan jual-beli antara para pemilik toko dengan pembeli secara
online.2

1
Wikipedia, “Koronavirus” dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Koronavirus diakses pada tanggal
16 Juni 2021 pada pukul 20.18 WIB
2
M. Prawiro, “Pengertian Marketplace: Jenis-Jenis, dan Contoh Marketplace, dalam
https://www.maxmanroe.com/vid/marketing/arti-marketplace.html diakses pada tanggal 16 Juni 2021

5
Penjualan

Penjualan adalah kegiatan yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana


strategis yang diarahkan kepada usaha pemuasan kebutuhan serta keinginan
pembeli/konsumen, guna untuk mendapat penjualan yang menghasilkan lava atau
keuntungan. Atau definisi penjualan ialah merupakan suatu kegiatan transaksi yang
dilakukan oleh 2 “dua” belah pihak/lebih dengan menggunakan alat pembayaran yang
sah.

Penjualan juga merupakan salah satu sumber pendapatan seseorang atau suatu
perusahaan yang melakukan transaksi jual dan beli, dalam suatu perusahaan apabila
semakin besar penjualan maka akan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh
seseorang atau perusahaan tersebut.3

Makanan

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan
memerlukan pengolahan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Produk
makanan atau pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati atau air,
baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan untuk makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia (Saparinto & Hidayati, 2010).

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini penulis menitik beratkan pembahasan pada perbedaan


penjualan makanan di marketplace sebelum pandemi Covid-19 dan penjualan makanan
di marketplace selama pandemi Covid-19. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data yang bersumber dari lokadata yang diambil dari data BPS. Metode atau
teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian yang digunakan adalah metode
Uji t Sampel Berpasangan (Paired Sampel t-Test). Metode Uji t Sampel Berpasangan
(Paired Sampel t-Test) merupakan salah satu metode pengujian hipotesis dimana data

pada pukul 20.29 WIB


3
Dosen Pendidikan, “Penjualan dan Pemasaran” dalam
https://www.dosenpendidikan.co.id/penjualan-dan-pemasaran/ diakses pada tanggal 16 Juni 2021 pada
pukul 20.37 WIB

6
yang digunakan tidak bebas yang dicirikan dengan adanya hubungan nilai pada setiap
sampel yang sama (berpasangan).

Pada penelitian ini penulis tidak melakukan uji hipotesis, tetapi hanya ingin
mengetahui dan menyelidiki secara cermat keadaan antar variabel. Variabel penelitian
dalam analisis ada dua yaitu variabel penjualan makanan di marketplace sebelum
pandemi Covid-19 dan variabel penjualan makanan di marketplace selama pandemi
Covid-19. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Teknik
dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan dan mencatat
data-data yang diperlukan penulis untuk melengkapi penelitiannya. Data tersebut dapat
berupa tertulis ataupun elektronik.

HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas
Tabel 2

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sebelum Pandemi .160 16 .200* .930 16 .241
Selama Pandemi .130 16 .200 *
.948 16 .462

Dari hasil output uji normalitas pada tabel 2 tersebut, jumlah data sebanyak 16
yang berarti kurang dari 50 sehingga menggunakan metode Shapiro-Wilk, di mana data
dinyatakan berdistribusi normal jika memiliki sig. lebih dari 0,05. Dari tabel tersebut
menunjukkan sig. untuk variable sebelum pandemi sebesar 0,241 > 0,05 dan sig. untuk
variabel selama pandemi sebesar 0,462 > 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data
berdistribusi normal.

Uji Paired Sampel T-Test

Tabel 3

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

SebelumPandemi 363.13 16 275.069 68.767


Pair 1
SelamaPandemi 557.19 16 394.445 98.611

7
Tabel 3 diatas adalah output pertama dari uji paired sampel t-test yang
menunjukka ringkasan statistik deskriptif, yaitu rata – rata sebelum pandemi ssebesar
363,13 dan rata-rata selama pandemi 557,19. Kemudian banyaknya data sebanyak 16.
Selain itu, terdapat deskripsi mengenai standar deviasi dan standar error mean dari
kedua sampel atau data penjualan makanan sebelum pandemi dan selama terjadinya
pandemi Covid-19.
Tabel 4
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.

SebelumPandemi& 16 .873 .000


Pair 1
SelamaPandemi

Tabel 4 di atas adalah output kedua dari uji paired sampel t-test yang
menunjukkan hasil korelasi atau hubungan antara kedua variabel, yakni sebelum dan
selama terjadinya pandemi Covid-19, di mana akan dapat dikatakan bahwa terdapat
hubungan antara kedua variabel jika sig. kurang dari 0,05. Berdasarkan output tersebut,
nilai sig. 0,000 < 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara variabel
penjualan sebelum pandemi Covid-19 dengan variabel selama pandemi Covid-19.

Tabel 5
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig.
Mean Std. Std. 95% Confidence (2-
Deviation Error Interval of the tailed
Mean Difference )

Lower Upper
SebelumPandemi - -194.063 204.672 51.168 -303.125 -85.000 -3.793 15 .002
Pair 1
SelamaPandemi

Tabel 5 di atas adalah output kedua dari uji paired sampel t-test yang merupakan
output terpenting untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau tidak antara penjualan
makanan di marketplace sebelum pandemi dengan penjualan makanan di marketplace
selama pandemi, di mana jika sig. (2-tailed) kurang dari 0,05 artinya terdapat perbedaan
penjualan makanan di marketplace sebelum pandemi Covid-19 dan selama pandemi
Covid-19. Kemudian sebaliknya, jika sig. (2-tailed) lebih dari 0,05 artinya tidak
terdapat perbedaan penjualan makanan di marketplace sebelum pandemi Covid-19 dan

8
selama pandemi Covid-19. Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai sig. (2-tailed) yang
didapat 0,002 berarti kurang dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara penjualan makanan di marketplace sebelum pandemi
Covid-19 dengan penjualan makanan di marketplace selama pandemi Covid-19.

PEMBAHASAN
Covid-19 merupakan penyakit menular yang masuk ke Indonesia sejak Maret
2020 dan telah menjadi pandemi karena penyakit ini telah menjangkit sebagian besar
masyarakat di dunia. Pandemi ini juga berdampak negatif terhadap perekonomian di
Indonesia, namun hal ini tidak sepenuhnya. Pasalnya masih ada sektor – sektor yang
mendapat untung dari adanya pandemi tersebut, salah satunya adalah penjualan
makanan di marketplace.
Hasil penjualan makanan sebelum dan selama pandemi Covid-19 pada
marketplace dianalisis menggunakan uji normalitas menunjukkan bahwa sig. hitung
sebesar 0,462 > 0,05 yang berarti data berdistribusi normal. Kemudian data tersebut
dianalisis menggunakan uji statistik paired sampel t-test, menunjukkan adanya
hubungan antara variabel penjualan sebelum pandemi Covid-19 dengan variabel selama
pandemi Covid-19, di mana terdapat peningkatan tingkat penjualan makanan di
marketplace sebelum pandemi Covid-19 dengan selama pandemi Covid-19. Hal ini
dapat terlihat dengan adanya perbedaan yang signifikan dari hasil rata-rata keduanya
sig. (2-tailed) < 0,05 (0,002 < 0,05) dengan nilai rata-rata 557,19 > 363,13 ( selama
pandemi > sebelum pandemi).
Hal ini sejalan dengan penelitian Alvin Edgar Permana, dkk (2021), yang
meneliti tentang analisa transaksi belanja online pada masa pandemi. Penelitian ini
menunjukkan peningkatan tingkat pola penggunaan e-commerce oleh masyarakat
sebagai sarana pemenuhan kebutuhan selama pandemi Covid-19.
Faktor atau alasan yang mempengaruhi adanya peningkatan tingkat penjualan
makanan di marketplace sebelum pandemi Covid-19 dengan tingkat penjualan makanan
di marketplace selama pandemi Covid-19 dimungkinkan adalah adanya rasa takut dari
masyarakat, yaitu mereka enggan berinteraksi langsung dengan orang lain untuk
menghindari penularan Covid-19, sehingga mereka banyak yang beralih dari belanja

9
kebutuhan makanan yang semula secara offline ke belanja makanan secara online
melalui marketplace.

KESIMPULAN

Pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh sebelum
dan selama adanya pandemi Covid-19 terhadap penjualan makanan di marketplace. Di
mana dalam analisis ini terdapat perbedaan yang siginifikan antara penjualan makanan
di marketplace sebelum pandemi Covid-19 dengan penjualan makanan di marketplace
selama pandemi Covid-19. Dibuktikan dari hasil uji paired-sampel t-test yang
menunjukkan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,002, yang mana nilai tersebut lebih kecil dari
0,05.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fatoni, “Siti Nur dkk. Dampak Covid-19 terhadap Perilaku Konsumen dalam
Penggunaan E-Wallet di Indonesia”, 2020.

Fitriyana, Fina dkk. “Pelatihan Pemanfaatan Marketplace pada UMKM dalam Masa
Covid-19”, Jurnal Dedikasi PKM, Vol. 2, No. 2, 2021.

Kumala, Ratih & Ahmad Junaidi. “Strategi Bisnis dan Pemanfaatan Kebijakan Pajak di
Masa Pandemi Covid-19 dan Era New Normal (Studi Kasus Pelaku UKM
Marketplace)”, Prosiding Seminar STIAMI, Vol. 7, No. 2, 2020.

Pendidikan, Dosen. “Penjualan dan Pemasaran” dalam


https://www.dosenpendidikan.co.id/penjualan-dan-pemasaran/ diakses pada
tanggal 16 Juni 2021, pukul 20.37 WIB.

Permana, Alvin Edgar dkk. “Analisis Belanja Online pada Masa Pandemi Covid-19”,
Jurnal Teknoinfo, Vol. 15, No. 1, 2021.

Prawiro, M. “Pengertian Marketplace: Jenis-Jenis, dan Contoh Marketplace” dalam


https://www.maxmanroe.com/vid/marketing/arti-marketplace.html diakses pada
tanggal 16 Juni 2021, pukul 20.29 WIB.
Septiningrum, Liana Dwi. “Manajemen Strategi Untuk Meningkatkan Penjualan Food
and Beverage di Era Pandemi Covid-19”, Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis dan
Inovasi Universitas Sam Ratulangi, Vol. 8, No. 1, 2021.

Wikipedia. “Koronavirus” dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Koronavirus diakses


pada tanggal 16 Juni 2021, pukul 20.18 WIB.

11

Anda mungkin juga menyukai