Editor:
Erlindai, M.Kes
Perencanaan Unit Kerja Rekap Medis
Penerbit:
UIM Press
KATA PENGANTAR
PENULIS
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
tersusunnya Buku dengan judul “Perencanaan Unit Kerja Rekam Medis”.
Buku yang penulis sajikan ini merupakan buku referensi bagi pelajar,
akademisi maupun praktisi untuk memahami perencanaan unit kerja rekam
medis di fasilitas pelayanan kesehatan.
Tujuan dari penyusunan buku ini adalah untuk memudahkan para
mahasiswa maupun pemerhati dalam memahami bagaimana teori terkait
dengan perencanaan unit kerja rekam medis dalam lingkup kerja Perekam
dan Informasi Kesehatan (PMIK) di fasilitas pelayanan kesehatan yang
kesannya cukup rumit sehingga menjadi lebih mudah.
Keberhasilan penyusunan buku ini tentunya bukan atas usaha
penulis saja namun ada banyak pihak yang turut membantu dan memberikan
dukungan untuk suksesnya penulisan buku ini. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan baik secara moril ataupun material sehingga
buku ini berhasil disusun.
Buku ini tentu tidak luput dari kekurangan, sehingga, kritik, saran
serta masukan dari pembaca sangat penulis harapkan dan penulis juga sangat
terbuka untuk itu supaya buku ini semakin sempurna dan lengkap. Semoga
buku ini bermanfaat. Terima Kasih.
KATA PENGANTAR
EDITOR
Puji Syukur selalu penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas anugrah-Nya buku ini dapat diselesaikan dengan baik.
Buku yang berjudul “Perencanaan Unit Kerja Rekam Medis” ini
dimaksudkan sebagai salah satu buku yang diperuntukkan kepada
mahasiswa/i program kesehatan. Dengan adanya buku ini, diharapkan dapat
membantu mahasiswa dalam mempelajari dan memahami materi- materi
perencanaan unit kerja rekam medis.
Akhirnya, semoga buku ini dapat memberikan pencerahan dan
menambah khazanah keilmuan khususnya para pelaku pendidikan di
perguruan tinggi terkait dengan perencanaan unit kerja rekam medis dalam
kaitannya dengan ilmu rekam medis. Selanjutnya ucapan terima kasih
sedalam- dalamnya dihaturkan kepada semua pihak yang telah membantu
dan menerbitkan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat. Terima Kasih.
Erlindai, M.Kes
DAFTAR ISI
GLOSARIUM
BAB I
A. Pendahuluan
Unit rekam medis dan informasi kesehatan merupakan sub unit yang
mempunyai peranan penting di setiap fasilitas pelayanan kesehatan.
Keberhasilan pelayanan yang diberikan dan berkualitas dapat dilihat dari
pengelolaan unit rekam medis dan informasi kesehatan oleh tenaga- tenaga
profesional. Untuk mengelola unit rekam medis yang menghasilkan informasi
kesehatan bermutu perlu didukung dengan sumber daya yang memadai, baik
sumber daya manusia, sarana dan prasarananya.
Bila dilihat dari pendekatan sistem, unit rekam medis dan informasi
kesehatan terdiri dari beberapa sub sistem yang satu sama lain saling terkait,
bekerja sama dan saling mendukung untuk menghasilkan keluaran atau
output yang berkualitas. Jika dilihat dari pendekatan organisasi, unit rekam
medis dan informasi kesehatan merupakan kumpulan dua orang atau lebih
yang saling bekerja sama dan saling mendukung untuk menghasilkan
keluaran yang berkualitas. Oleh karena itu, sumber daya manusia, sarana dan
prasarana unit rekam medis dan informasi kesehatan perlu dikelola dengan
profesional.
Agar dapat memahami materi ini dengan baik, mahasiswa diharapkan
mempelajari modul ini, tidak hanya berdasarkan teks pada modul tetapi juga
mempelajari contoh, mengikuti tugas yang ada. Mahasiswa juga diharapkan
tidak hanya berpatokan pada modul semata, tetapi juga dapat
mempelajarinya dari sumber- sumber lain seperti yang terdapat dalam daftar
pustaka atau buku- buku lain yang berhubungan dengan bahasan ini.
TOP
Manajemen
Manajer
Efektif MSDM Efesien
Goal/Tujuan
Gambar 1. Konsep Dasar Manajemen Sumber Daya Manusia
6. Psychological Contract
Psychology contract memiliki peran besar dalam memberi pengaruh
pada penguatan dan pengembangan SDM sebuah organisasi, dan
psychological contract lebih jauh mampu mendorong peningkatan nilai
perusahaan (company value). Secara khusus kontrak psikologis (psychological
contract) adalah rangkaian ekspetasi yang dimiliki seorang individu
menyangkut apa yang akan dia kontribusikan untuk organisasi dan apa
yang diberikan organisasi sebagai balas jasa.
Dasar konsep kontrak psikologis mencoba memberikan
kenyamanan psikologis kepada karyawan yang bekerja di sebuah
organisasi. Karyawan bagi perusahaan bukan hanya sekedar aset namun
juga mitra bisnis yang dipercaya untuk mendukung pembangunan
perusahaan. Ada banyak rahasia perusahaaan yang diketahui karyawan,
dan bisa saja ketidaknyamanan dalam bekerja bisa mendorong seorang
karyawan untuk membuka atau menjual rahasia perusahaan pesaingan.
Sehingga pemahaman psychological contract tidak harus dilihat secara
sederhana namun memiliki nilai kompleks dan berdampak luas dalam
membangun tumbuh dan berkembangnya penguatan internal dan
membangun kepercayaan dari pihak eksternal.
cermin gaya dan orgnasisasi tersebut. Ada sebuah pendapat bahwa kerja
keras dan kedisplinan itu adalah sesuatu yang mahal harganya. Namun
kita dapat melihat ini sebagai pendapat yang salah karena pada dasarnya
kerja keras dan kedisplinan adalah sebuah budaya. Karena budaya sendiri
adalah hasil karya cipta manusia yang dibangun dan dipertahankan
secara terus menerus.
TKK =
dengan ketentuan, untuk 100 perja tetap adalah 200.000 (40 jam
seminggu x 50 minggu). Dan selanjutnya kita juga dapat menghitung
frekuensi kecelakaan kerja yang terjadi setiap satu juta jam kerja (bukan
dalam setahun). Untuk memudahkan perhitungan ini, digunakan rumus
sebagai berikut:
FK =
Untuk dipahami bahwa rumus tersebut dibuat dan disesuaikan
dengan kejadian di lapangan artinya kondisi empris menjadi dasar dalam
pembuatan suatu rumus, dan rumus tidak boleh bergeser dari kondisi di
lapangan. Melakukan penyesuaian rumus boleh saja dilakukan atau
bahkan mengembangkan rumus yang telah ada sebagai bentuk untuk
menjawab setiap permasalahan dam bidang ilmu menajamen sumber
daya manusia.
Salah satu pihak yang paling ingin jaminan dalam melaksanakan
pekerjaan adalah terutama pada wanita atau ibu rumah tangga yang
bekerja. Karena berdasarkan berbagai hasil penelitian menunjukkan
kalangan perempuan memiliki tingkat waspada yang tinggi dan sangat
menginginkan ketenangan dalam bekerja. Itu terjadi sudah menjadi
watak dan sifat perempuan yang lebih banyak mengandalkan perasaan
daripada logika.
Kasus ibu hamil yang sulit mendapatkan biaya pergantian persalinan
telah menyebabkan kaum wanita membentuk Lembaga perlindungan ibu
dan anak yang bertugas untuk memberi perhatian lebih kepada wanita
dalam memperjuangkan hak- haknya, namun dengan munculnya konsep
“kesetaraan gender” antara laki- laki dan perempuan maka telah
menyebabkan kalangan perempuan harus dianggap sejajar dengan
kalangan laki- laki dalam hak dan perlakuan di dunia pekerjaannya.
D. RANGKUMAN
1. Unit rekam medis dan informasi kesehatan sebagai sebuah organisasi
yang terdiri dari sumber daya perlu dikelola dengan baik dan
profesional
2. Perencanaan Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari
daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya
ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi
kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya
3. Manajemen sumber daya manusia (human, resources, management) adalah
rangkaian aktivitas organisasi yang diarahkan untuk menarik,
mengembangkan, dan mempertahakan tenaga kerja yang efektif.
4. Dalam suatu organisasi perencanaan memiliki posisi penting dari
langkah-langkah berikutnya. Kematangan dan kesalahan dalam
perencanaan mampu memberi pengaruh positif dan negatif pada
masa yang akan datang, sehingga suatu perencanaan yang dibuat
E. DAFTAR PUSTAKA
Farida, Wilda Eka, 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ergonomi
Unit Kerja Rekam Medis. Sidoarjo: Indomedia Pustaka
Hatta, Gemala R. 2009. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hasibuan S.P, Malayu. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Revisi, Jakarta: PT Bumi Aksara
BAB II
A. Pendahuluan
Pada Bab ini memperkenalkan tentang Analisis Jabatan dan Penilaian
Kerja. Adapun bahasan pada Bab ini yaitu: (1) Job Analysis, (2) Job Description,
(3) Job Specification, (4) Contoh Analisa Jabatan, (5) Penilaian Kerja, (6)
Manfaat Penilaian Kerja, (7) Teknik Penilaian Kerja, (8) Template Penilaian
Kerja, (9) Produktifitas Kerja. Mengingat peranannya yang cukup vital di
dalam manajemen perusahaan, analisis jabatan ini perlu dibahas secara
mendetail agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Analisis Jabatan membantu manajemen untuk menentukan jenis orang
yang dibutuhkan untuk mengisi jabatan atau melakukan pekerjaan tertentu.
Analisis jabatan menunjukan kualifikasi pendidikan, pengalaman kerja,
keterampilan teknis, fisik, emosional serta keahlian pribadi seseorang untuk
bisa melakukan pekerjaan dan mengisi posisi yang dibutuhkan. Hal ini
dikarenakan analisis jabatan juga bisa digunakan untuk membantu
menentukan standar kerja, kriteria evaluasi dan hasil kerja individu atau
karyawannya.
Penilaian kinerja merupakan evaluasi sistematis yang dilakukan oleh
Manajemen SDM terhadap kinerja karyawan untuk memahami kemampuan
karyawan tersebut sehingga dapat merencanakan pengembangan karir lebih
lanjut bagi karyawan yang bersangkutan. Dengan kata lain, penilaian ini
dilakukan untuk menilai dan mengevaluasi keterampilan, kemampuan,
pencapaian serta pertumbuhan seorang karyawan. Perusahaan sering
menggunakan performance appraisal sebagai dasar dari kenaikan gaji, promosi,
bonus, atau bisa juga sebagai dasar untuk melakukan penurunan jabatan dan
pemutusan hubungan kerja.
Agar dapat memahami materi ini dengan baik, mahasiswa diharapkan
mempelajari modul ini, tidak hanya berdasarkan teks pada modul tetapi juga
mempelajari contoh, mengikuti tugas yang ada. Mahasiswa juga diharapkan
tidak hanya berpatokan pada modul semata, tetapi juga dapat
mempelajarinya dari sumber- sumber lain seperti yang terdapat dalam daftar
pustaka atau buku- buku lain yang berhubungan dengan bahasan ini.
2. Job Description
Setelah kita memahami tentang job analysis maka selanjutnya adalah
memahami tentang job description (deskrpsi pekerjaan). Job description ini
menjelaskan tentang tugas dan tanggungjawab yang harus dilakukan oleh
seorang karyawan terhadap ia ditempatkan.
Job Description ini mengurai secara detil apa- apa saja yang menjadi
tanggung jawab dan juga wewenang tugas yang menjadi garis pekerjaan
(job line), termasuk semua itu harus terjelaskan pada Surat Keterangan
(SK) yang diberikan kepada karyawan tersebut dimana ia ditempatkan.
Detil dari SK tersebut termasuk membuat tentang keterangan besaran
gaji, tunjangan, mekanisme perhitungan bonus, dan berbagai fasilitas
lainnya.
Dasar keterangan dari SK tersebut dapat dijadikan pegangan kuat
dalam melaksanakan pekerjaan termasuk jika nantinya di kemudian hari
tidak terpenuhi hak- hak karyawan sebagimana dicantumkan dalam
setiap pasal di Surat Keterangan. Sehingga wajar dalam pembuatan job
description dilakukan dengan mengedepankan prinsip ketegasan dan
kehati- hatian (prudent) yang tinggi. Dengan tujuan menghindari
timbulnya masalah yang tidak diinginkan di kemudian hari nantinya.
3. Job Specification
Tanggung jawab :
a. Ketepatan dan kesesuaian rencana dan tata kerja di instalasi rekam
medis;
b. Ketetapan dan kebenaran pelaksanaan kegiatan sesuai dengan SPO,
juknis yang ditetapkan:
1) Pendaftaran pasien, baik rawat jalan, IGD, dan rawat inap;
2) Pelayanan berkas rekam medis
Meliputi penyediaan, pendistribusian, penyimpanan dan
peminjaman berkas rekam medis;
3) Pengolahan data rekam medis
Meliputi assembling, coding dan pelaporan pelayanan rumah sakit;
c. Ketetapan dan kesesuaian rencana kebutuhan sumber daya dengan
realisasi;
d. Kebenaran dan ketetapan laporan managemen.
Wewenang :
a. Menilai, menegur dan memotivasi bawahan di Instalasi Rekam
Medis;
b. Mengatur rencana kegiatan penyelenggraan Instalasi Rekam Medis;
c. Meminta arahan dari atasan;
d. Meminta masukan dari bawahan dan unit kerja lain yang terkait;
e. Memberi saran dan pertimbangan kepada atasan.
Nama Bawahan Langsung:
a. Koordinator Pelayanan Rekam Medis Dan Staf
b. Koordinator Pengolahan Data Rekam Medis Dan Staf
Korelasi Jabatan :
Tabel 1. Korelasi Jabatan
No Jabatan Unit Organisasi Dalam Hal
Pelaporan
1 Ka. Instalasi rekam medis Penunjang medis
Pengarahan
Penugasan
Koordinator pelayanan Instalasi rekam
2 Pengokoordinasian
rekam medis medis
kegiatan
Penugasan
Koordinasi pengolahan Instalasi rekam
3 Pengokoordinasian
data rekam medis medis
kegiatan
Ka. Instalasi dan Ka. Ru. Bagian medis dan Koordinasi tentang
4
Rawat Jalan keperawatan pelayanan registrasi pasien
Koordinasi tentang
Ka. Instalasi dan Ka. Ru. Bagian medis dan
5 pelayanan registrasi rawat
Rawat Inap keperawatan
inap
Koordinasi tentang
Ka. Instalasi dan Ka. Ru Bagian medis dan
6 pelayanan registrasi pasien
Gawat Darurat keperawatan
IGD
Sub. Bag Perlengkapan Pengadaan ATK dan
7 Bagian Umum
dan Rumah Tangga Sarana Pendukung Lainnya
Kepala Unit Lain yang Bagian lain yang
8 Koordinasi tugas
terkait terkait
Resiko Bahaya :
Tabel 3. Resiko Bahaya
No Aspek Faktor
Tanggungjawab dan beban
1 Stress Manajerial
pelaksanaan tugas
Syarat Jabatan :
Tabel 4. Syarat Jabatan
Jenis
No Pelatihan Pengalaman
Pendidikan
Pelatihan manajemen
Minimal DIII rekam medis Pengalam di rekam
1
Rekam Medis Pelatihan pelaporan rumah medis min 5 tahun
sakit
Upaya Fisik :
1. Duduk : sering
2. Berdiri : sering
3. Berjalan : sering
4. Memegang : sering
Kondisi Fisik :
1. Jenis Kelamin : laki- laki/wanita
2. Berbadan : sehat jasmani dan rohani
3. Umur maksimal : 22 tahun
5. Pengertian Kinerja
a. Sulistiyani 2003, Kinerja merupakan kombinasi dari
kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil
kerjanya
b. Bernardin dan Russel dalam Sulistiyani 2003, Kinerja
merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai
tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu
tertentu
c. Simamora 1997, Kinerja karyawan adalah tingkatan dimana para
karyawan mencapai persyaratan- persyaratan pekerjaan
d. Masrukhin dan Waridin 2004, Kinerja merupakan perbandingan
hasil kerja yang dicapai oleh pegawai dengan standar yang telah
ditentukan.
b. Metode Modern
Metode ini merupakan perkembangan dari metode tradisional
dalam menilai prestasi kerja yang terdiri dari :
1) Assesment centre metode ini dilakukan dengan pembentukan tim
penilai khusus dari luar, dalam, maupun kombinasi dari luar
dan dalam.
2) Management by obyektive (MBO=MBS) pegawai langsung
diikutsertakan dalam perumusan dan pemutusan persoalan
dengan memperhatikan kemampuan bawahan dalam
menentukan sasarannya masing-masing yang ditekankan pada
pencapaian sasaran perusahaan.
3) Human asset accounting faktor pekerja dinilai sebagai individu
modal jangka panjang sehingga sumber tenaga kerja dinilai
dengan cara membandingkan terhadap variabel- variabel yang
dapat mempengaruhi keberhasilan perusahaan.
atau
C. RANGKUMAN
1. Analisis jabatan dibagi dalam 3 bagian yaitu: jon analysis, job description,
dan job specification.
2. Penilaian prestasi kerja (Performance Appraisal) adalah proses yang
digunakan pimpinan untuk menentukan apakag seorang karyawan
melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya. Penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari
pekerjaan.
D. DAFTAR PUSTAKA
Farida, Wilda Eka, 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ergonomi
Unit Kerja Rekam Medis. Sidoarjo: Indomedia Pustaka
Hatta, Gemala R. 2009. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hasibuan S.P, Malayu. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Revisi, Jakarta: PT Bumi Aksara
BAB III
A. PENDAHULUAN
Manajemen Sumber Daya Manusia diperlukan untuk meningkatkan
efektivitas sumber daya manusia dalam organisasi. Salah satu kunci utama
dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional terletak
pada proses rekrutmen. Mencari tenaga kerja yang profesional dan
berkualitas tidaklah gampang. Hal itu merupakan kewajiban dalam sebuah
organisasi dan perusahaan- perusahan harus melakukan penyaringan untuk
anggota atau para pekerja yang baru. Untuk itulah rekrutmen tenaga kerja
dibutuhkan untuk menyaring para pelamar yang ingin melamar. Dalam
organisasi, rekrutmen ini menjadi salah satu proses yang penting dalam
menentukan baik tidaknya pelamar yang akan melamar pada organisasi
tersebut.
Apapun alasannya, jika terjadi lowongan pekerjaan dalam suatu
organisasi maka lowongan tersebut haruslah diisi. Salah satu cara untuk
mengisi lowongan tersebut adalah dengan melakukan proses rekrutmen.
Dalam Bab ini akan dibahas beberapa hal mengenai perekrutan dan
penempatan SDM, mulai dari Organisasi Kerja dan Night Shif Work,
Recruitment dan Seleksi, Orientasi dan Penempatan, Kompetensi Dan
Pembelajaran, dan Tugas, wewenang dan tanggung jawab PMIK.
Agar dapat memahami materi ini dengan baik, mahasiswa
diharapkan mempelajari modul ini, tidak hanya berdasarkan teks pada modul
tetapi juga mempelajari contoh, mengerjakan tugas yang ada. Mahasiswa juga
diharapkan tidak hanya berpatokan pada modul semata, tetapi juga dapat
mempelajarinya dari sumber- sumber lain seperti yang terdapat dalam daftar
pustaka atau buku- buku lain yang berhubungan dengan bahasan ini.
melakukan tugasnya sehari- hari dengan rasa aman sehingga beban tugas
yang diterima disesuaikan dengan baik.
Banyak pekerja gilir mengalami kelelahan. Hal ini desebabkan oleh
berbagai faktor antara lain lingkungan kerja, riwayat penyakit, beban
kerja, shif kerja, faktor individu dan faktor psikologis (Andrianto, 2010;
Ita Mina, 2005; Shen, 2006). Pada lingkungan fisik, misalnya penerangan
yang tidak memenuhi persyaratan dapat menyebabkan kelelahan visual.
Selain itu lingkungan kerja non fisik seperti hubungan karyawan dengan
atasan dan sesama pekerja yang kurang harmonis akan memberikan
pengaruh pada tingakt kelelahan tenaga kerja dan hasil pekerjaannya
(Andrianto, 2010; Dang, 2005).
Menurut Grandjean pekerja shif mengalami gangguan tidur,
kesehatan fisik menurun, dan kondisi psikologis yang tidak menentu
sebagai akibat dari berbagai waktu kerja atau shif kerja. Dari penelitian
Departemen Kesehatan RI didapat 30- 40% masyarakat pekerja pemberi
jasa layanan kesehatan yang bersifat teknis dan beroperasi selama 8- 24
jam sehari mengalami kelelahan. Hal ini dikarenakan adanya pola kerja
bergilir (Depkes RI, 2003). Bekerja secara terus menerus akan
menimbulkan permasalahan tersendiri terutama yang berkaitan dengan
kesehatan badan dan daya kerja. Hal ini dikarenakan setelah bekerja
fungsi fisiologis tubuh terjadi penurunan atau fungsi jasmani berada
dalam fase istirahat. Apabila kondisi ini berlangsung dalam jangka waktu
yang lama dapat berakibat pada kelelahan fisik, penurunan denyut
jantung, penurunan tekanan darah dan menurunnya kemampuan mental.
Secara umum fungsi tubuh selama 24 jam mengalami:
a. Pada waktu pagi sampai siang, (daytime). Seluruh fungsi organ
mengalami kondisi yang lebih siap (ready action) untuk melakukan
pekerjaan (ergotropic phase)
b. Pada waktu malam seluruh fungsi tubuh melakukan pekerjaan
pemulihan dan pembaharuan dari energi cadangan yang dimiliki
(trophotropic)
a) Lebih lambat
b) Kurang akurat
c) > kecelakaan
Pada kesehatan
a) Gangguan irama biologi: pola makan dan tidur terganggu mudah
borok/tukak lambung
b) Gangguan tidur/kurang tidur: kelelahan dan mudah tersinggung
(irritability)
V. Waktu Kerja
Waktu kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat
dilaksanakan pada siang hari dan/ atau malam hari. Siang hari adalah
waktu antara pukul 06.00 sampai pukul 18.00. Malam hari adalah antara
pukul 18.00 sampai pukul 06.00. Seminggu adalah waktu selama 7 hari.
(Pasal 1 Ayat 22 UU Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan).
IX. Recruitment dan Konsep The Right Man and The Right Place
Secara umum menilai kelayakan seorang calon karyawan untuk
diterima bekerja atau diikutkan dalam suatu kegiatan ada dua penilaian
secara umum yang dilakukan, yaitu:
1. Background education, dan
2. Periode experience
Background education dilihat dari segi latar belakang pendidikan yang
dimiliki, termasuk kesesuaian pendidikan yang dimiliki dengan posisi
pekerjaan yang akan dijalani nantinya. Artinya linearitas education dengan
porsi kerja memiliki hubungan erat yang bias membantu memaksimalkan
atau memudahkan seseorang dalam bekerja. Contohnya seorang
diploma/ ahli madya rekam medis ditempatkan pada bagian kamar
operasi, atau seorang Sarjana RMIK ditempatkan pada bagian marketing.
Jelas ini dianggap sebagai sisi ketidaksesuaian antar background education
dengan job description yang dijalani. Lebih jauh ini bias berdampak pada
turunnya kualitas kerja yang dimiliki.
ditugaskan
Karakteristik dasar yang dinilai oleh pakar psikotes
rumah sakit menyatakan calon yang bersangkutan
adalah:
a. Kepercayaan diri (confident)
b. Kejujuran
3
c. Kedisiplinan
d. Loyalitas
e. Kerapian
f. Keramahan
Nilai total rata- rata
Tidak memiliki keterlibatan dengan organisasi terlarang
seperti teroris, atau memiliki ketertarikan dengan
4
pemikiran- pemikiran yang bersifat extreme (radikal,
berbahaya, makar, dan lain- lain)
Medical report (catatan medis) atau riwayat kesehatan
bahwa yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani
5 serta tidak ada catatan pernah terlibat sebagai pemakai
atau pengedar narkoba serta obat- obatan terlarang
lainnya.
Kemampuan hasil Tes Potensi Akademik dan
6.
matematika dasar
Kemampuan hasil tes presentasi (communication skill)
7
dan penggunaan bahasa asing (lisan dan tulisan)
8 Kemampuan dasar komputer
9 Kemampuan kepemimpinan (leadership talent)
10 Lainnya (sebutkan)…………………
Nilai total
Nilai rata- rata (X)
j. Loyalitas
k. Kerapian
l. Keramahan
Nilai total rata- rata
Tidak memiliki keterlibatan dengan organisasi terlarang
seperti teroris, atau memiliki ketertarikan dengan
4 6
pemikiran- pemikiran yang bersifat extreme (radikal,
berbahaya, makar, dan lain- lain)
Medical report (catatan medis) atau riwayat kesehatan
bahwa yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani serta
5 6
tidak ada catatan pernah terlibat sebagai pemakai atau
pengedar narkoba serta obat- obatan terlarang lainnya.
Kemampuan hasil Tes Potensi Akademik dan
6. 4
matematika dasar
Kemampuan hasil tes presentasi (communication skill) dan
7 5
penggunaan bahasa asing (lisan dan tulisan)
8 Kemampuan dasar komputer 6
9 Kemampuan kepemimpinan (leadership talent) 5
10 Lainnya (sebutkan)…………………
Nilai total (Ʃ) 46,8
Nilai rata- rata (X) 5,2
maka memungkinkan masa orientasi bisa lebih dari tiga hari kerja, karena
menyangkut dengan penjelasan secara detil serta melakukan diskusi
dengan setiap kepala divisi secara detil.
Namun ada juga yang menempatkan masa orientasi selama 2 minggu
sampai dengan 1 bulan, semua itu sangat tergantung pada keinginan dan
ketentuan yang berlaku di tempat organisasi tersebut berada artinya
fleksibel dan kebutuhan menjadi alasan utama.
Sebagai catatan bahwa proses orientasi juga bisa terjadi pada hanya
satu departemen saja, namun menjadi lebih baik bagi penguasaan
seorang calon karyawan jika orientasi terjadi pada semua departemen
dengan tujuan agar ia benar- benar memahami semua proses itu dengan
sangat baik.
Tujuan yang diharapkan dari masa orientasi secara umum adalah
diharapkan bisa menciptakan kejelasan tupoksi (tugas pokok dan fungsi)
setiap divisi secara detil kepada para karyawan baru yang notabene belum
begitu memahami secara detil lingkungan kerja fasyankes/ perusahaan.
Dalam bukunya Desseler orientasi yang berhasil harus memenuhi
empat hal utama: (1) karyawan baru harus merasa diterima dan nyaman;
(2) orang itu harus memahami organisasi tersebut dalam makna luas
(masa lalu, masa kini, budaya, dan visi masa depan); (3) fakta kunci
seperti kebijakan dan prosedur, karyawan harus jelas mengenai apa ynag
diharapkan dalam hal pekerjaan dan perilaku; (4) orang itu harus mulai
menjalankan proses untuk membiasakan diri dengan cara perusahaan/
fasyankes bertindak dan melakukan banyak hal.
Penilaian
Kompetensi
Penilaian
kinerja
Pasar Pasar
Domestik Tidak diterima/tidak Internasional
layak
V. Level Kompetensi
Setiap kompetensi memiliki tingkatan yang berbeda- beda, dan
perbedaan itu menjelaskan posisinya masing- masing. Menurut Boulter,
et al. (1996). Level kompetensi secara berurutan adalah sebagai berikut:
skill, knowledge, self concept, self image, trait, dan motive. Kompetensi skill dan
knowledge cenderung lebih nyata (visible) dan relatif berada di permukaan
(ujung) sebagai karakteristik yang dimiliki manusia.
Pada posisi kompetensi skill dan knowledge ini, kompetensi yang
dimiliki oleh seorang karyawan akan begitu terlihat sebagai sebuah
kompetensi dasar yang harus ada dan tidak boleh tidak ada jika ingin
menjadi karyawan. Misalnya kemampuan berkomunikasi secara jelas dan
mudah dipahami. Karena kemampuan berkomunikasi ini menjadi
penting jika melihat posisinya sebagai pihak yang harus menjelaskan
berbagai jenis produk kepada konsumen atau pada mitra bisnis yang
tertarik untuk bergabung investasi pada perushaan tersebut.
Social role dan self image cenderung sedikit visible dan dapat dikontrol
perilaku dari luar, sedangkan trait dan motive letaknya lebih dalam dari
terhadap ke tujuh poin tersebut mana yang levelnya tertinggi dan mana
yang levelnya terendah.
beberapa pendapat para ahli bahwa pada era modern sekarang ini
pendidikan bukan lagi sesuatu yang terpisahkan dari kebutuhan primer
manusia.
Sehingga bagi mereka yang tidak harus meng-upgrade maka ia akan
tertinggal dibandingkan dengan orang lain. Mereka yang harus belajar
adalah pemilik masa depan dan mereka yang berhenti belajar adalah
pemilik masa lalu. Pendapat ini memperjelas pada kita bahwa ilmu
pengetahuan mampu memberikan kepercayaa pada seseorang yang
berkompetensi dan unggul dalam persaingan.
Dengan kata lain mereka yang memiliki kompetensi tinggi tidak
pernah khawatir tentang masa depannya, namun mereka yang rendah
kompetensi dan keilmuannya sering dihantui oleh rasa kekhawatiran
tentang masa depan mereka. Seperti tidak kepastian mendapat pekerjaan
sesuai dengan apa yang diinginkan. Sehingga sangat wajar jika
perusahaan besar untuk memperkuat kompetensi organisasi manajer
SDM selalu mencari dan menempatkan karyawan yang memiliki
kompetensi tinggi, agar kualitas dan hasil pekerjaan sesuai seperti apa
yang diharapkan.
Analisis kompetensi disusun sebagian besar untuk membangun
karisma, tetapi penentuan tingkat kempetensi dibutuhkan untuk
mengetahui efektivitas tingkat kinerja yang diharapkan. Penempatan kata
efektivitas dapat diartikan bahwa pencapaian waktu pekerjaan sesuai
dengan time schedule menjadi bagian yang diharapkan. Time schedule adalah
suatu susunan jangka kerja yang menempatkan jangka waktu sebagai
patokannya. Dengan adanya time schedule maka kerja dapat dilakukan
sesuai dengan rencana yang disusun.
Pembelajaran
Peningkatan
Kompetensi
Pasal 6
1. Setiap Perekam Medis yang melakukan pekerjaannya di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan wajib memiliki SIK Perekam Medis.
2. SIK Perekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
kepada Perekam Medis yang telah memiliki STR Perekam Medis.
3. SIK Perekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
4. SIK Perekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
untuk 1 (satu) tempat.
Pasal 7
1. Untuk memperoleh SIK Perekam Medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6, Perekam Medis harus mengajukan permohonan
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan:
a. fotokopi ijazah yang dilegalisir;
b. fotokopi STR Perekam Medis;
c. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin
Praktik;
d. surat pernyataan mempunyai tempat kerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
e. pas foto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm berlatar belakang
merah sebanyak 3 (tiga) lembar;
f. rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atau pejabat yang ditunjuk; dan
g. rekomendasi dari organisasi profesi.
2. Apabila SIK Perekam Medis dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f tidak diperlukan.
3. Contoh surat permohonan memperoleh SIK Perekam Medis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir II
terlampir yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
4. Contoh SIK Perekam Medis sebagaimana tercantum dalam Formulir
III terlampir yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 8
1. Perekam Medis warga negara asing dapat mengajukan permohonan
memperoleh SIK Perekam Medis setelah:
Pasal 11
Perekam Medis yang memiliki SIK Perekam Medis dapat melakukan
pekerjaannya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa:
a. puskesmas;
b. klinik;
c. rumah sakit; dan
d. fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Pasal 12
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mengizinkan Perekam
Medis yang tidak memiliki SIK Perekam Medis untuk melakukan
E. RANGKUMAN
1. Organisasi Kerja ialah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau
lebih yang berkerja bersama secara formal terikat dalam rangka mencapai
suatu tujuan yang lebih ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat
seseorang/beberapa orang disebut atasan dan seorang / sekelompok
orang yang di sebut dengan bawahan
2. Menurut ILO (International Labour Organization) Shift Malam merupakan
aktivitas kerja yang dilakukan pada malam hari melebihi waktu antara
jam kerja malam hari menurut ahli fisiologi tidak ergonomis demi
efesiensi mesin dan sumber daya manusia untuk meningkatka produksi
dalam mencapai profil yang tinggi.
3. Recruitment sering juga disebut dengan penarikan tenaga kerja. Penarikan
tenaga kerja (recruitment) merupakan proses pencarian calon karyawan
yang memenuhi syarat dalam jumlah dan jenis yang dibutuhkan. Untuk
dipahami bahwa dalam proses penarikan tenaga kerja ini dilakukan
melalui proses penjaringan yang ketat dan detil dengan tujuan
menghasilakn calon yang benar- benar dianggap fesible (layak).
4. Seleksi merupakan proses penjaringan dan penentuan siapa yang layak
dan tidak layak untuk bekerja di sebuah fasyankes. Suatu sistem seleksi
yang baik harus dilakukan oleh tim seleksi dan kemudian diputuskan
dengan diskusi yang bisa dipertanggung jawabkan
keputusannya.Rangkuman
5. Orientasi adalah suatu bentuk pengenalan secara detil terhadap
lingkungan kerja dengan cara mengajak karyawan untuk berkeliling dan
menjelaskan setiap job description yang dimiliki oleh setiap divisi kerja
termasuk out put yang dihasilkan oleh setiap divisi tersebut.
6. Penempatan merupakan penugasan ataua penugasan kembali dari
seorang karyawan pada sebuah pekerjaan baru. Keputusan penempatan
dibuat oleh manajer lini.
7. Kompetensi adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seorang
individu yang memiliki nilai jual dan itu teraplikasi dari hasil kreativitas
serta inovasi yang dihasilkan. Sebagai penguat pemikiran kita maka
pendapat dari Bpulter juga perlu kita simak. Kompetensi adalah
karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkan mereka
mengeluarkan kinerja superior dalam pekerjannya. (Boulter et. Al, 1996)
8. Pembelajaran adalah perlibatan secara maksimal seluruh perangkat dan
pengetahuan seorang karyawan untuk lebih mendalam dalam memahami
tentang pekerjaan yang sedang dikerjakan. Secara lebih mendalam dalam
melaksanakan konsep pembelajaran tidak bisa dilakukan secara jangka
pendek namun harus bersifat terus menerus (continious learning).
F. DAFTAR PUSTAKA
Farida, Wilda Eka, 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ergonomi
Unit Kerja Rekam Medis. Sidoarjo: Indomedia Pustaka
Hatta, Gemala R. 2009. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hasibuan S.P, Malayu. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Revisi, Jakarta: PT Bumi Aksara
BAB IV
A. PENDAHULUAN
Pada bab IV ini, kita akan mempelajari tentang pengelolaan prosedur
kerja unit RMIK, yang diawali dengan kita memahami defenisi prosedur,
tujuan dan manfaat prosedur, jenis prosedur kerja, prinsip pembuatan SPO,
teknik penyusunan SPO, template pada SPO dan flowchart yang digunakan
pada SPO.
Bab ini bisa anda pelajari secara mandiri yaitu secara bertahap memahami
teori dan mengeksplorasi jurnal terkait pengelolaan prosedur kerja unit
RMIK. Sebagai petugas rekam medis, dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya
didunia bekerja, anda harus berpegang pada acuan prosedur sehingga
pekerjaan dapat menjadi lebih efektif dan efisien.
Keberhasilan Anda mempelajari bab ini tentunya sangat tergantung
pada keseriusan Anda. Oleh karena itu, jika ada materi yang tidak dipahami,
silahkan bertanya kepada pengajar dan mendiskusikannya. Anda juga sangat
disarankan untuk membuat catatan pribadi terkait dengan topik pembelajaran
pengelolaan prosedur kerja unit RMIK ini. Oleh karena itu, belajarlah
dengan sungguh- sungguh dengan memanfaatkan potensi anda.
B. KONSEP TEORI
I. Pengertian Prosedur
1. SOP adalah suatu perangkat instruksi atau langkah kegiatan yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (Depkes RI,2004)
2. Protap merupakan tatacara atau tahapan yang harus dilalui dalam
suatu proses kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang yang
Manfaat Prosedur
1. Memberikan penjelasan tentang prosedur kegiatan secara detail dan
terinci dengan jelas dan sebagai dokumentasi aktifitas perusahaan.
2. Meminimalisasi variasi dan kesalahan dalam suatu prosedur
operasional kerja.
3. Mempermudah dan menghemat waktu dan tenaga dalam program
training karyawan.
2. Template SOP
LEMBAGA/ JUDUL SOP
ORGANISASI No. Dokumen : xx No. Revisi: xx Halaman:...dari....
STANDAR Tgl diterbitkan: Ditetapkan di:.......(Tgl-Bulan-
OPERASIONAL Tgl-Bulan-Tahun Tahun)
PROSEDUR Pemimpin Organisasi
(SOP)
(.....................................)
Menjelaskan definisi istilah dari judul SOP secara umum,
Pengertian jelas dan singkat
Menjelaskan hasil (output/outcome) yang ingin dicapai
dari pelaksanaan SOP ini, baik untuk individu petugas
Tujuan
pelaksana, unit kerja, organisasi dan atau objek lain yang
terdampak oleh penerapan atau pelaksanaan SOP ini
Menjelaskan bahan rujukan yang digunakan dalam
Referensi penyusunan SOP ini. Bahan rujukan dapat berupa: buku
teks, hasil benchmark, literatur, jurnal, hasil penelitian,
C. RANGKUMAN
1. SOP adalah suatu perangkat instruksi atau langkah kegiatan yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (Depkes RI,2004)
2. Protap merupakan tatacara atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu
proses kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang yang berwenang
atau yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat
penampilan atau kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan dapat
deiselesaikan secara efektif dan efisien (Depkes RI,1995).
3. SOP merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus
dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (KARS,2000)
D. DAFTAR PUSTAKA
Farida, Wilda Eka, 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ergonomi
Unit Kerja Rekam Medis. Sidoarjo: Indomedia Pustaka
Hatta, Gemala R. 2009. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Siswati, 2018. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
perencanaan unit kerja RMIK. Pusat pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan (Diakses pada tanggal 06 Mei 2020 dengan
alamatwebsite:http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcont
ent/uploads/2018/09/Manajemen-Unit-Kerja-II_SC.pdf)
BAB V
A. PENDAHULUAN
Menurut Huffman (1994), anggota tenaga kesehatan merupakan
subjek tenaga kesehatan berdasarkan hukum, peraturan, dan perundang-
undangan serta merupakan program untuk meningkatkan kualitas rumah
sakit. Oleh karena itu, aktivitas tenaga kesehatan seharusnya dikoordinasi
dengan kredensial. Selain itu, pada Standar KPS 15 Akreditasi 2012
menyatakan bahwa rumah sakit mempunyai standar prosedur untuk
mengumpulkan, memverifikasi, dan mengevaluasi kredensial staf kesehatan
profesional lainnya (izin, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman). Sesuai
standar tersebut, Perekam Medis termasuk ke dalam jenis staf kesehatan
profesional lainnya, sehingga untuk mencapai elemen penilaian dalam
Standar KPS Akreditasi 2012, Perekam Medis harus dilakukan kredensial.
Kredensial adalah proses formal yang digunakan untuk
memverifikasi suatu keahlian/ kompetensi, pengalaman dan profesionalisme
seseorang dalam memberikan pelayanan yang spesifik, mengedepankan
keselamatan pasien dan bermutu tinggi dalam keahliannya (Australia council in
safety and quality in healthcare, 2014). Hal- hal yang perlu diverifikasi adalah
sebagai berikut : Kualifikasi pendidikan, Izin, ditandai dengan registrasi
profesi, Pengalaman, Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan/Continous
Professional Development, Mutu kualitas, Etika disiplin. Dengan memiliki ruang
lingkup keahlian tertentu dalam suatu pelayanan kesehatan merupakan
gambaran sejauh mana tingkat keahlian seseorang dalam memberikan
pelayanan kesehatan tersebut. Upaya ini dilakukan untuk menjamin bahwa
B. KONSEP TEORI
I. Pengertian Kredensial
Kredensial adalah suatu proses menjamin tenaga kesehatan kompeten
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan
standar profesi.Re-Kredensial adalah suatu proses re- evaluasi tenaga
kesehatan yang telah memiliki kewenangan klinis/ kerja untuk
menentukan kembali kelayakan pemberian kewenangan tersebut.
(Permenkes RI Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 Tentang
Penyelenggaraan Komite Medik Di Rumah Sakit)
• Standar KPS 16
RS memiliki standar prosedur untuk mengidentifikasi tanggungjawab
tugas dan menyusun penugasan kerja klinis berdasarkan pada
kredensial staf kesehatan professional dan peraturan perundangan.
• Elemen Penilaian KPS 16
1. Izin, pendidikan, pelatihan dan pengalaman dari staf kesehatan
professional lainnya digunakan untuk menyusun penugasan
kerja klinis.
2. Proses memperhitungkan peraturan perundangan yang
relevan.
• Elemen Penilaian KPS 17
1. Staf kesehatan professional lainnya berpartisipasi dalam aktifitas
peningkatan mutu rumah sakit (lihat juga PMKP 1.1, EP 1)
2. Kinerja staf kesehatan professional lainnya direview bila ada
indikasi akibat temuan pada aktifitas peningkatan mutu.
3. Informasi yang sesuai dari proses review didokumentasi dalam
file staf kesehatan profesinal tersebut.
Kewenangan klinis
Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak khusus seorang staf medis
untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam
lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan
berdasarkan penugasan klinis (clinical appointment ).
Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan kepala/direktur
rumah sakit kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok
pelayanan medis dirumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan
klinis yang telah ditetapkan baginya. mencakup derajat kompetensi dan
cakupan praktik. Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan
oleh komite medik berdasarkan masukan dari subkomite kredensial.
Rekomendasi berupa:
a. kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
b. kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
c. kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
d. kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu
tertentu;
e. kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi;
f. kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.
Harap diperhatikan agar pengisian formulir dilakukan secara benar dan jujur.
Petunjuk Pengisian :
Pemohon :
Isilah formulir ini dengan lengkap dan jujur.
beri tanda ( √ ) pada kotak yang diperlukan dan coret pada bagian yang tidak
diperlukan.
Mitra Bestari :
Verifikasi terhadap Rincian Kewenangan Kerja Klinis (RKKK) dengan cara :
Memberikan kode nilai pada Rincian Kewenangan Kerja Klinis
pemohon.
Profesi :
Pengajuan :
Kredensial Re-Kredensial
A. Identitas Pemohon
Foto 3 x 4
Nama :
NIP / NIK :
Tempat / Tanggal Lahir :
Alamat :
Nomor Hand Phone :
Email :
No Ijazah :
:
No STR
Masa berlaku : ------- / -------- / ---------
Terhitung mulai bekerja :
B. Pendidikan Terakhir
Jenjang Institusi Tahun
Lulus
SMK/D3/S1/Profesi Jurusan :
C. Pelatihan / Workshop
No. Nama Pelatihan / Workshop Tahun Jumlah SKP
1.
2.
3.
4.
5.
Pelatihan / workshop ini harus dilengkapi dengan fotokopi sertifikat
pelatihan maupun workshop
E. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan ini diisi oleh pemohon mengenai informasi kesehatannya
selama 2 tahun terakhir.
Berikanlah keterangan kesehatan ini dengan benar.
1. Apakah anda pernah menjalankan tes kesehatan Ya / tidak
…………………………………………………… Jika “Ya”
Tuliskan
Kapan
2. Apakah anda pernah menderita penyakit? Ya / Tidak
Penyakit : ……………………………………………. Jika “Ya”
Tuliskan
Penyakitnya
3. Apakah saat ini anda sedang dalam pengobatan? Ya / Tidak
………………………………………………………... Jika “Ya”
Jelaskan Apa
4. Apakah anda seorang perokok ? Ya / Tidak
………………………………………………………... Jika “Ya”
Jelaskan
Sejak Kapan
5. Apakah anda peminum minuman beralkohol? Ya / Tidak
……………………………………………………....... Jika “Ya”
Jelaskan apa
Sejak Kapan
6. Apakah anda pernah operasi? Ya / Tidak
……………………………………………………....... Jika “Ya”
Jelaskan apa
Kapan
7. Apakah anda pernah mengalami kecelakaan kerja? Ya / Tidak
………………………………………………………. Jika “Ya”
Jelaskan apa
Kapan
F. Riwayat Pekerjaan
Riwayat pekerjaan diisi berdasarkan pengalaman pemohon sebelum bekerja
di Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres
Nama Institusi
1. Periode
Jabatan
Alasan Berhenti
Nama Institusi
2. Periode
Jabatan
Alasan Berhenti
Nama Institusi
3. Periode
Jabatan
Alasan Berhenti
G. Pengesahan
Dengan ini saya menyatakan bahwa informasi diatas dan lampiran yang saya
berikan adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Saya mengerti dan
berkomitmen untuk memenuhi kewajiban sebagai
…………………………………..
Dengan ini saya sadar dan tanpa paksaan mengisi formulir pengajuan
Kredensial/Re-Kredensial dan Rincian Kewenangan Kerja Klinis (RKKK)
seperti yang tertera.
Tanda Tangan Tanggal : Nama :
H. Verifikasi
Bagian Ini diisi oleh Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya
Formulir diterima pada tanggal : --------- / ---------------------- /----------
--
Ceklist berkas yang menyertai formulir :
NIP/NIK .
C. RANGKUMAN
1. Kredensial adalah suatu proses menjamin tenaga kesehatan kompeten
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan
standar profesi.
2. Re-Kredensial adalah suatu proses re- evaluasi tenaga kesehatan yang
telah memiliki kewenangan klinis/ kerja untuk menentukan kembali
kelayakan pemberian kewenangan tersebut
3. Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya untuk menjaga keselamatan pasiennya adalah dengan menjaga
standar dan kompetensi para staf medis yang akan berhadapan langsung
dengan para pasien di rumah sakit.
4. Upaya ini dilakukan dengan cara mengatur agar setiap pelayanan medis
yang dilakukan terhadap pasien hanya dilakukan oleh staf medis yang
benar-benar kompeten.
D. DAFTAR PUSTAKA
Farida, Wilda Eka, 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ergonomi
Unit Kerja Rekam Medis. Sidoarjo: Indomedia Pustaka
Hatta, Gemala R. 2009. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hasibuan S.P, Malayu. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Revisi, Jakarta: PT Bumi Aksara
Standart Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1, Komisi
Akrediasi Nasional, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
BAB VI
A. PENDAHULUAN
Perencanaan sumber daya manusia di unit kerja rekam medis merupakan
hal penting yang perlu dilakukan secara tepat untuk menghasilkan
pengelolaan rekam medis dan informasi kesehatan yang bermutu. Melalui
perencanaan SDM dapat dikaji secara sistematis keadaan sumber daya
manusia untuk memastikan bahwa jenis, jumlah dan kualitas keterampilan
yang tepat akan tersedia pada saat dibutuhkan.
Bila dilihat dari pendekatan sistem, unit rekam medis dan informasi
kesehatan terdiri dari berbagai subsistem yang satu sama lain saling terkait,
bekerja sama dan saling mendukung untuk menghasilkan output yang
berkualitas. Kegiatan pelayanan di unit kerja rekam medis memiliki beban
kerja yang berbeda sesuai dengan jenis kegiatan dan uraian tugasnya masing-
masing. Dengan menghitung beban kerja dapat ditetapkan standar beban
kerja setiap pegawai dengan jelas. Data ini juga digunakan sebagai dasar
menghitung kebutuhan pegawai sebagai bagian dari perencanaan sumber
daya manusia di unit rekam medis dan informasi kesehatan.
Untuk menganalisis beban kerja maka harus mengetahui jenis dan alur
kegiatan pelayanan rekam medis, serta jumlah dan standar beban kerja
pelayanan rekam medis. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No.
12 tahun 2008 tentang pedoman analisis beban kerja di lingkungan
departemen dalam negeri dan pemerintah daerah ditetapkan bahwa beban
kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit
organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu.
Dikatakan bahwa standar beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang
B. KONSEP TEORI
I. Jenis Kegiatan Pelayanan RM
Pelayanan rekam medis merupakan proses kegiatan yang dimulai
pada saat diterimanya pasien di rumah sakit, diteruskan kegiatan
pencatatan data medis pasien selama pasien itu mendapatkan pelayanan
medik di rumah sakit, dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam
medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran
berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan atau
peminjaman dari pasien atau untuk keperluan lainnya.
Menurut Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik (Dirjen
Binyanmed) (2006), Jenis kegiatan rekam medis meliputi hal- hal sebagai
berikut :
1. Penerimaan pasien yaitu kegiatan pendaftaran dengan melakukan
pencatatan mengenai identitas pasien. Penerimaan pasien dilakukan
pada penerima pasien baru dan pasien lama, baik Rawat Jalan, Rawat
Inap, maupun Gawat Darurat.
2. Perekaman kegiatan pelayanan medis yaitu proses pengisian
dokumen rekam medis dan pemeriksaan kelengkapan isi formulir
rekam medis
3. Pengelolaan data rekam medis, yang terdiri dari :
a. Assembling (perakitan berkas rekam medis) yaitu kegiatan
merakit berkas rekam medis baik yang belum digunakan
maupun setelah digunakan, menyusun formulir rekam medis
siap digunakan kembali, tertata rapi baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya.
6. Penyimpanan
Setelah pasien keluar dari rumah sakit, berkas medis pasien segera
dikembalikan ke Instalasi Rekam Medis secara lengkap dan benar
paling lambat 1x 24 jam setelah pasien keluar. Instalasi menyimpan
berkas-berkas medis pasien sesuai dengan sistem penyimpanan
sentralisasi atau desentralisasi. Apabila berkas medis yang dipinjam
sudah kembali dan sudah dicek di dalam buku ekspedisi peminjaman
atau tracer, maka catatan yang dipinjam yang ditulis di dalam buku
ekspedisi dicoret dan ditulis nama jelas serta ditanda tangani oleh
petugas yang mengoreksi, dan formulir peminjamannya tersebut
dibuat.
7. Statistik dan Pelaporan
Petugas instalasi mengolah berkas yang sudah lengkap, melewati
proses-proses pengkodean, analisa hingga penyimpanan kembali
berkas tersebut yang kemudian diperoleh data hasil pengolahan yang
dalam bentuk laporan statistik rumah sakit. Petugas instalasi
membuat rekapitulasi sensus harian setiap akhir bulan untuk bahan
laporan rumah sakit.
8. Retensi (Penyusutan) dan Pemusnahan
Petugas melakukan pemisahan arsip dari dokumen aktif menjadi in
aktif serta pengurangan jumlah formulir yang terdapat di dalam
berkas RM dengan cara memilah nilai guna dari tiap- tiap formulir
pada rak file penyimpanan sesuai dengan tanggal kunjungan terakhir
berobat. Selanjutnya terhitung 2 tahun atau jangka waktu tertentu
sesuai ketentuan berlaku setelah dokumen rekam medis tersebut
dinyatakan terinaktif maka akan dilakukan pemusnahan.
Pemusnahan yaitu proses kegiatan penghancuran secara fisik arsip
rekam medis yang telah berakhir fungsi dan nilainya. Penghancuran
harus dilakukan secara total dengan membakar habis atau mencacah.
Contoh:
No Kegiatan Keterampilan Sikap Pendidik
an
1. Teliti
1. Mengidentifikasi
2. Ramah
pasien D-III
1 Registrasi 3. Jujur
2. Mengoperasionalkan RMIK
4.Komunikatif
komputer
5. Hangat
1. Mengoperasionalkan
komputer
1. Teliti
Klasifikasi 2. Menggunakan buku
2. Ramah D-III
2 dan ICD-10 dan ICD-9
3. Jujur RMIK
Kodefikasi CM dengan benar
4. Komunikatif
3. Menganalisa data
pasien
1. Teliti
Filling 1. Pengambilan DRM 2. Ramah D-III
3
2. Pengembalian DRM 3. Jujur RMIK
4. Komunikatif
Contoh:
Standar
Katagori Unit kerja/ Kegiatan Rata-rata
No Beban
SDM pokok waktu
kerja
1. DIII RMIK Filling 44.184
Pengambilan DRM 3,13 menit
Pembuatan tracer dan menit
penulisan buku ekspedisi 1,45
peminjaman menit
Pengembalian DRM
Pembuatan tracer dan
3,79
penulisan buku ekspedisi
menit
pengembalian
1,63
menit
Rata-rata 2,50
meni
t
Maka,
= 44.184 menit
Contoh:
Waktu kerja tersedia = 110.460 menit/tahun
Faktor kelonggaran:
Rapat : 2 jam/minggu (2 jam x 52 minggu/tahun = 104 jam/tahun
= 6.240 menit/tahun)
Istirahat, sholat dan makan : 60 menit/hari = 6 jam/minggu (6 jam x
52 minggu/tahun = 312 jam/tahun = 18.720 menit/tahun)
Maka,
= 0,22
Contoh:
Berdasarkan data pelaporan kunjungan pasien di rumah sakit X
tahun 2019 dinyatakan bahwa kunjungan rawat inap adalah 6000 orang,
kunjungan rawat jalan 55.500 orang, dan IGD 12.300 orang. Maka
kuantitas kegiatan pokok untuk petugas filling adalah 73.800.
Jika standar beban kerja bagian filling adalah 44.184 menit dan standar
kelonggaran adalah 0,22. Maka perhitungan kebutuhan tenaga bagian
filing adalah:
= 1,67 + 0,22
= 1,89 ≈ 2 orang
C. RANGKUMAN
1. Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu
jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja
dan norma waktu.
2. Untuk menentukan standar waktu tiap kegiatan dapat dilakukan
dengan pengamatan, pengalaman dan kesepakatan bersama.
Sebaiknya ditetapkan berdasarkan tenaga yang memiliki kompetensi,
kegiatan pelaksanaan, standar pelayanan, SPO dan memiliki etos
kerja yang baik.
3. Kuantitas kegiatan pokok per unit kerja disusun berdasarkan
kegiatan pelayanan yang dilaksanakan selama 1 (satu) tahun.
4. Metode Workload Indicator Staff Need (WISN) adalah metode
perhitungan kebutuhan tenaga berdasarkan analisa beban kerja
sehingga alokasi/relokasi tenaga lebih mudah dan rasional.
Kelebihan menggunakan metode WISN adalah mudah
dioperasionalkan, digunakan, diterapkan, komprehensif dan realistis.
D. DAFTAR PUSTAKA
Farida, Wilda Eka, 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ergonomi
Unit Kerja Rekam Medis. Sidoarjo: Indomedia Pustaka
Hatta, Gemala R. 2009. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hasibuan S.P, Malayu. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Revisi, Jakarta: PT Bumi Aksara
BAB VII
PENGEMBANGAN SDM
A. PENDAHULUAN
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan adalah seorang yang telah
menyelesaikan pendidikan formal rekam medis dan informasi kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 55 Tahuan 2013 dikatakan bahwa
Perekam Medis adalah seorang yang telah lulus pendidikan Rekam Medis
dan Informasi Kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.
Namun pada tahun 2014 dengan terbitnya Undang-Undang RI Nomor 36
Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, ditetapkan Perekam Medis adalah
Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
pelayanan rekam medis informasi kesehatan pada sarana kesehatan.
Manajemen merupakan ilmu dan seni untuk melakukan tindakan
guna mencapai tujuan. Manajemen menyangkut perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap sumber dan tata
cara serta kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan
dan tuntutan di bidang rekam medis. Rekam medis merupakan
sumber informasi tentang hasil kegiatan atau tindakan pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada seorang pasien dimana rekam medis ini
mengandung nilai tinggi. Adapun landasan hukum dalam
penyelenggaraan rekam medis pada setiap sarana pelayanan kesehatan
adalah PermenKes No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam
Medis.
B. KONSEP TEORI
I. Defenisi Pengembangan SDM
Sedarmayanti (2008) “Pengembangan sumber daya manusia
merupakan suatu usaha yang bertujuan menghasilkan kerangka kerja yang
bertalian secara logis dan komprehensif untuk mengembangkan
lingkungan dimana karyawan didorong belajar berkembang.”
Handoko (2008) “Pengembangan merupakan suatu cara efektif
dalam menghadapi tantangan seperti keusangan karyawan, perputaran
tenaga kerja dan perubahan sosioteknis yang di hadapi oleh banyak
organisasi besar serta merupakan faktor penentu keberhasilan departemen
personalia dalam mempertahankan sumber daya manusia yang efektif.
Ada banyak teori yang membahas tentang kreatis. Salah satu teori
tradisional yang sampai sekarang banyak dikutip adalah teori Wallas yang
dikemukakan pada tahun 1926 dalam bukunya The Art of Thought yang
mengatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap yaitu:
(1) Persiapam
(2) Inkubasi/ Pemeliharaan
(3) Iluminasi/ Pencerahan terhadap pemahaman
(4) Verifikasi/ Pemeriksaan tentang kebenaran.
lebih senior atau lebih lama bekerja sampai saat ini belum juga
medapatkan pekerjaan.
Tentunya penjelasan promosi karena faktor prestasi sangat perlu
disebutkan dan dijelaskan secara detail faktor- faktor apa saja yang
menyebabkan seseorang dapat dipromosikan dalam bentuk prestasi
seperti apa yang harus diraihnya. Penjelasan detail sangat memiliki
pengaruh besar dalam menjelaskan faktor- faktor mengapa promosi
prestasi perlu dilakukan.
Rotasi
Berpengaruh Positif
Reference Experience
Kompetensi
Karyawan
over another by false representation. No definite an invariable rule can be laid down
as a general proposition in defining fraud, as it includes surprise, trick, cunning and
unfair ways by which limit human knevery.
(kecurangan adalah istilah umum, mencakup berbagai ragam alat
seseorang individual, untuk memperoleh manfaat terhadap pihak lain
dengnan penyajian yang palsu. Tidak ada aturan yang tetap dan tampak
kecuali dapat ditetapkan sebagai dalil umum dalam mendefinisikan
kecurangan karena kecurangan mencakup kejahatan, akal (muslihat),
kelicikan dan cara- cara yang tidak layak/ wajar untuk menipu orang lain.
Batasan satu-satunya mendefinisikan kecurangan adalah apa yang
membatasi kebangsatan manusia).
Sehingga jika kita menarik kesimpulan dari pendapat diatas dapat
dikatakan bahwa tindakan fraud (kecurangan) tersebut merupakan sesuatu
yang disebabkan oleh keinginan seseorang yangteraplikasi dalam bentuk
perilaku untuk melakukan suatu tindakan yang menyalahi aturan.
Atas dasar sebagai kondisi kejahatan yang mungkin bisa terjadi dan
sudah menjadi kewajiban seorang manejer SDM untuk mampu
mengatasi masalah sebelum masalah itu terjadi, yaitu salah satunya
dengan tindakan rotasi pekerjaan. Karena dengan rotasi pekerjaan
karyawan diharapkan untuk selalu harus beradaptasi dengan lingkungan
baru dan orang- orang baru tentunya yang jelas ia harus beradaptasi
dengan lingkungan baru dan orang- orang baru tentunya yang jelas ia
harus mulai membangun hubungan dan mengetahui karakteristik setiap
orang dari baru kembali.
Contoh rotasi pekerjaan yang paling sering dilakukan adalah petugas
rekam medis di bagian pelaporan di rotasi kebagian pendaftaran, perawat
IGD di rotasi ke poli rawat jalan, bagian SIM RS di rotasi dibagian unit
rekam medis bagian pelaporan. Tujuannya untuk semata- mata
menghindari terjadinya tindakan yang tidak diinginkan dikemudian hari
nantinya, yang jelas tindakan itu bisa merugikan perusahaan/ fasyankes.
C. Rangkuman
1. Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu usaha yang
bertujuan menghasilkan kerangka kerja yang bertalian secara logis dan
komprehensif untuk mengembangkan lingkungan dimana karyawan
didorong belajar berkembang.
D. DAFTAR PUSTAKA
Farida, Wilda Eka, 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ergonomi
Unit Kerja Rekam Medis. Sidoarjo: Indomedia Pustaka
Hatta, Gemala R. 2009. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hasibuan S.P, Malayu. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Revisi, Jakarta: PT Bumi Aksara
BAB VIII
A. PENDAHULUAN
Manajemen merupakan ilmu dan seni untuk melakukan tindakan
guna mencapai tujuan. Manajemen menyangkut perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap sumber dan tata
cara serta kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan
tuntutan di bidang rekam medis. Rekam medis merupakan sumber informasi
tentang hasil kegiatan atau tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada seorang pasien dimana rekam medis ini mengandung nilai tinggi.
Adapun landasan hukum dalam penyelenggaraan rekam medis pada setiap
sarana pelayanan kesehatan adalah PermenKes No.
269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
Rekam medis yang berkualitas adalah rekam medis yang diisi lengkap,
tepat, akurat serta terdokumentasi dengan baik. Hal tersebut dapat terwujud
apabila didukung oleh pengawasan terhadap tenaga rekam medis.
Pengawasan adalah melakukan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap
setiap penampilan tenaga atau karyawan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh sebab itu pengawasan terhadap tenaga rekam medis sangat
penting dalam meningkatkan kinerja sehingga tidak merugikan bagi pasien
dan rumah sakit serta menjadi salah satu keberhasilan mengelola perusahaan
aau rumah sakit tergantung kepada beberapa faktor, salah satunya adalah
faktor sumber daya manusia. Untuk lebih memahami tentang topik ini, mari
belajar melalui modul ini.
B. KONSEP TEORI
I. Pengertian Pengawasan (Controling)
Semua fungsi yang ada tidak akan berjalan efektif tanpa adanya
pengawasan (monitoring). Pengawasan ini merupakan penerapan suatu
cata atau tools yang mampu menjamin bahwa rencana yang telah
dilaksanakan telah sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Pengawasan dapat terjadi dalam dua sisi yaitu pengawasan positif
dimana mencoba mengetahui apakah tujuan organisasi dicapai dengan
efektif dan efesien. Pengawasan negatif dimana mencoba menjamin
bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak akan terjadi
kembali. Pada fungsi pengawasan, terdapat empat (4) unsur yaitu:
1. Penetapan standar pelaksanaan
2. Penentuan ukuran- ukuran pelaksanaan
3. Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingakn dengan standar
yang telah ditetapkan
4. Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan
menyimpang dari standar.
Contoh kaitannya dengan unit rekam medis adalah pimpinan mengawasi
petugas rekam medis di bagian coding apakah kode diagnose penyakit
yang di entry sudah sesuai dengan standar coding yang telah ditetapkan.
V. Objek Pengawasan
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan pimpinanial, ada beberapa
objek yang perlu dijadikan sasaran pengawasan, yaitu:
kemajuan kemunduran
Prestasi Wanprestasi
Reward Punishment
Karyawan
Pelanggaran Kedua
Skorsing
Pelanggaran Ketiga
Pelanggaran Keempat
PHK
Menurut pendapat Etzioni terdapat tiga basis otoritas dan tiga basis
kepatuhan. Tiga basis otoritas adalah :
1. Coercion, yaitu karena adanya rasa takut.
2. Remuneration, yaitu pertimbangan untuk mendapatkan imbalan
(payment of reward).
3. Normatif, yaitu berdasarkan ketentuan peraturan yang ada.
Tiga basis kepatuhan adalah :
1. Lionative, yaitu rasa keterasingan.
2. Instrumental of calculative, dalam hal ini kepatuhan yang digunakan
sebagai alat untuk mencapai sesuatu.
3. Moral, yaitu kepatuhan yang didasarkan pada nilai-nilai luhur sebagai
tolak ukur kebenaran.
hingga saat ini. Pelajaran ini memberi inspirasi pada kita jika kedisiplinan
yang tinggi dan diikuti oleh motivasi yang kuat itu akan memperoleh
hasil yang kita inginkan tersebut.
Kadang kala untuk membuktikan hubungan motivasi dan disiplin itu
begitu kuat sering publik membutuhkan contoh nyata untuk
menjelaskannya. Kedisiplinan motivasi yang tinggi bisa juga kita lihat
pada contoh kalangan pebisnis yang telah berhasil membangun bisnis
dengan sukses pada saat ini.
C. RANGKUMAN
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia atau Human Resources
Development dapat didefinisikan sebagai inisiatif bersama antara pekerja
dan pemberi kerja (atau manajemen perusahaan) untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan individu yang ada.
2. Promosi adalah suatu kenaikan pada posisi seorang karyawan dari posisi
sebelumnya ke posisi yang lebih tinggi. Promosi tersebut bisa berupa
kenaikan jabatan dari posisi rendah ke posisi yang lebih tinggi. Misalnya
jabatan karyawan biasa ke posisi supervisor
3. Rotasi adalah pemindahan posisi dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain
dengan tujuan untuk membangun dan meningkatkan kompetensi dari
karyawan yang bersangkutan sehingga mampu memahami setiap
pekerjaan lingkungan perusahaan tersebut secara baik
D. DAFTAR PUSTAKA
Farida, Wilda Eka, 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ergonomi
Unit Kerja Rekam Medis. Sidoarjo: Indomedia Pustaka
Hatta, Gemala R. 2009. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hasibuan S.P, Malayu. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Revisi, Jakarta: PT Bumi Aksara
BAB IX
A. PENDAHULUAN
Untuk menjalankan sebuah organisasi selain sumber daya manusia, juga
perlu dukungan dengan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana
merupakan kebutuhan yang harus ada untuk menghasilkan sebuah keluaran.
Dengan demikian, suatu proses kegiatan yang akan dilakukan di unit rekam
medis dan informasi kesehatan tidak akan dapat mencapai hasil yang
diharapkan sesuai dengan rencana, jika sarana dan prasarana tidak tersedia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarana adalah segala
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan.
Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Kedua
kebutuhan ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Unit rekam medis dan
informasi kesehatan tidak akan menghasilkan keluaran yang diharapkan tanpa
dukungan sarana dan prasarana yang memenuhi standar.
Fungsi utama sarana dan prasarana pada dasarnya memiliki tujuan :
1. Menciptakan kenyamanan
2. Menciptakan kepuasan.
3. Mempercepat proses kerja.
4. Memudahkan proses kerja.
5. Meningkatkan produktivitas.
6. Hasil lebih berkualitas.
Pada modul ini akan dibahas cara menghitung kebutuhan rak untuk
menyimpan rekam medis, termasuk ruangan penyimpanan yang diperlukan.
Perhitungan ini merupakan hasil pengalaman penulis yang bekerja selama
delapan belas tahun di bagian rekam medis sebuah rumah sakit swasta di
Jakarta.
B. KONSEP TEORI
I. Konsep Dasar Perencanaan Fasilitas di Unit RMIK
Untuk meningkatkan produktivitas kerja dan kenyamanan, serta untuk
menghasilkan RM yang baik dan berkualitas diperlukan pengaturan tata
ruang yang baik, aman, nyaman dan terpelihara. Kondisi ruang URM yang
tidak teratur dan tidak terpelihara, seperti RM tergeletak berhamburan,
ruang penyimpanan penuh debu dan rayap, ruang kerja yang sempit dan
berantakan akan menghilangkan keakuratan dan nilai guna RM
tersebut serta menurunkan kualitas pelayanan.
Gambar 1: Rak rekam medis terbuka Gambar 2: Kartu indeks utama pasien
2. Alat Distribusi
Distribusi adalah pengiriman rekam medis untuk memenuhi
permintaan rekam medis dalam pelayanan rawat jalan dan rawat inap
Gambar 6. Pneumotube
III. Visual Display Terminal (VDT) dan Work Place Design (WPD)
1. Pengertian Visual Display Terminal (VDT)
Menurut Sanyoto Gondodiyoto (1922) komputer pada dasarnya
merupakan suatu sistem atau rangkaian subsistem yang terdiri dari
b. Efek kedipan
Efek kedipan ini terjadi karena loncatan dari tabung sinar
katode. Peningkatan brightness dari screen akan memperbesar atau
memperkuat efek kedipan. Kedipan ini dapat diatasi dengan cara
mengatur brightness dari screen akan memperbesar atau
memperkuat efek kedipan. Kedipan ini dapat diatasi dengan cara
mengatur brightness dari screen oleh operator yang bersangkutan.
dan suhu juga tidak boleh diabaikan karena semua itu turut
berpengaruh pada kenyamanan kerja.
7. Tujuan Workplace Design
Tujuan pendekatan ergonomi dalm perancangan tempat kerja
adalah agar terjadi keserasian antara manusia dengan sistem kerja
(man-machine system) atau dapat dikatakan bahwa desain sistem kerja
harus menjadikan tenaga kerja dapat bekerja secara layak.
8. Manfaat Workplace Design
a. Mengurangi potensi timbulnya kecelakaan kerja
b. Mengurangi potensi gangguan kesehatan pada bekerja
c. Meningkatkan produktivitas dan penampilan kerja
d. Kepuasan kerja meningkat.
9. Ruang Lingkup Workplace Design
a. Kondisi Fisik dari lingkungan kerja
Kondisi fisik dari lingkungan kerja di sekitar karyawan
sangat perlu diperhatikan oleh pihak badan usaha, sebab hal
tersebut merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
menjamin agar karyawan dapat melaksanakan tugas tanpa
mengalami gangguan. Memperhatikan kondisi fisik dari
lingkungan kerja karyawan dalam hal ini berarti berusaha
menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan para karyawan sebagai pelaksanaan
kerja pada tempat-tempat kerja tersebut.
Menurut Handoko (1995), lingkungan kerja fisik adalah
semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, yang
meliputi temperatur, kelembaban udara, sirkulasi juadra,
pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna
dan lain- lain yang dalam hal ini berpengaruh terhadap hasil
kerja manusia tersebut.
1) Illumination /Penerangan
Menurut Newstroom (1996:469-478), cahaya atau
penerangan sangat besar manfaatnya bagi para karyawan
guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Pada
dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
cahaya yang berasal dari sinar matahaari dan cahaya buatan
berupa lampu. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya
penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan.
2) Temperature/ suhu
Menurut Newstrom (1996), bekerja pada suhu yang panas
atau dingin dapat menimbulkan penurunan kinerja. Secara
umum, kondisi yang panas dan lembab cenderung
meningkatkan penggunaan tenaga fisik yang lebih berat,
sehingga pekerja akan merasa sangat letih dan kinerjanya
akan menurun. Suhu udara yang ideal yakni 24-27 .
Selain suhu udara, sirkulasi udara di tempat kerja perlu
diperhatikan juga. Sirkulasi udara dengan memberikan
ventilasi udara yang curkup akan membantu penggantian
udara kotor dengan udara bersih.
3) Noise/kebisingan
Menurut Newstrom (1996), bising dapat didefinsikan
sebagai bunyi yaang tidak disukai, suara yang mengganggu
atau bunyi yang menjengkelkan suara bising adalah suatu hal
yang dihindari oleh siapapun lebih- lebih dalam
melaksanakan suatu pekerjaan, karena konsentrasi
perusahaan akan dapat terganggu. Dengan terganggunya
konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukan akan banyak
timbul kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan
PP PP KEBUTUHAN
TAHUN FILE×PANSION
DIBUTUHKAN TERSEDIA RAK
2012 0,29×25%=0,07 7862×0,36=2830 20×110=2200 2830:2200=2
2013 0,29×25%=0,07 15747×0,36=5669 20×110=2200 5669:2200=3
2014 0,29×25%=0,07 24882×0,36=8958 20×110=2200 8958:2200=4
2015 0,29×25%=0,07 33898×0,36=12203 20×110=2200 12203:2200=6
2016 0,29×25%=0,07 42329×0,36=15238 20×110=2200 15238:2200=7
2017 0,29×25%=0,07 51476×0,36=18531 20×110=2200 18531:2200=9
2018 0,29×25%=0,07 60850×0,36=21906 20×110=2200 21906:2200=10
2019 0,29×25%=0,07 70451×0,36=25362 20×110=2200 25362:2200=12
2020 0,29×25%=0,07 80279×0,36=28900 20×110=2200 28900:2200=14
2021 0,29×25%=0,07 90334×0,36=32520 20×110=2200 32520:2200=15
Sumber: Siti Muniasih, Artikel Ilmiah, Semarang
2. Standar fasilitas
Berdasarkan buku pedoman pelayanan rekam medis RSU.
Dr.Soetomo Surabaya Revisi 5, 2015 bahwa standar fasilitas,
meliputi:
a. Lokasi
1) Mempermudah komunikasi antara pemasaran, rekam medis,
dan penerimaan pasien rawat jalan, gawat darurat, dan rawat
inap
2) Mempermudah komunikasi informasi klinik, tata usaha,
penerimaan catatan keluar rumah sakit, dan prosedur
pengobatan
3) Bidang pemasaran dan rekam medik harus diantara jalan yang
sering digunakan dokter dan dekat dengan pendaftaran
passien, IRD, Tata Usaha/ sekertariat. Bila rekam medis tidak
24 jam lokasi harus dekat dengan tempat perawatan untuk
mempermudah pencarian dan pengembalian pada keadaan
darurat.
b. Ruangan
Ruangan yang dibutuhkan harus sesuai dengan pelayanan yang
diberikan.
1). Tempat pendaftaran pasien
a) Pendaftaran rawat jalan
b)Pendaftaran rawat inap
c) Pendaftaran IRD (Instalasi Rawat Darurat)
d)Pendaftaran ODC (One Day Care)
e) Pendaftaran diagnostik
2). Ruang kerja
a) Ruang rekam medis di masing- masing unit pelayanan
b) Ruang rekam medis pusat:
i. Ruang kepala bidang pemasaran & rekam medik
ii. Ruang kepala seksi rekam medik
iii. Ruang analisa pemulangan pasien (discharge analysis)
iv. Ruang pengolahan data
v. Ruang surat menyurat dan administrasi
vi. Ruang melengkapi berkas rekam medik
vii. Ruang penelitian
viii. Ruang penyimpanan berkas rekam medic
Sarana
No Jumlah Fungsi
Prasarana
Penerangan 52 lampu TL kecil Penerangan ruang kerja dan
@18 watt penyimpanan rekam medis
1
2 lampu TL besar
@36 watt
Komputer 2 unit Pengolahan data/coding
1 unit Peminjaman &
2 1 unit pengembalian
1 unit Statistik & mutu
Koordinator rekam medic
Printer 1 laser jet Operasional
3
1 colour epson Grafik & analsisa
4 ATK Kertas & alat tulis Operasional
5 Telepon 2 line
6 Dispenser 1
Mesin 1
7
forocopy
Rak Roll 1 Penyimpanan file aktif
8
O’pack 1 Penyimpanan file non aktif
Rak rangka 1 Penyimpanan formulir
9
besi
Lemari kayu 1 Transsit berkass rekam
10
bersekat medis
11 APAR 2 Berbahan gas karbon
12 Hand Rub 1
Sprinkle & 5&2 Sprinkle berbahan gas kimia
13 smooth (HFCF123)
detector
Sumber: Buku Pedoman Unit Kerja RMIK RS Premier 2015
C. RANGKUMAN
1. Unit rekam medis dan informasi kesehatan memerlukan dukungan
sarana dan prasarana yang memadai yang dikelola dengan baik dan
profesional
2. Untuk mendapatkan jumlah rak yang dibutuhkan, diperlukan data
jumlah rekam medis yang akan disimpan selama 5 tahun, rata-rata
ketebalan rekam medis, model rak yang akan dibeli, posisi rekam
medis disimpan, pertumbuhan jumlah rekam medis, rencana
pertumbuhan rekam medis selama 5 tahun mendatang.
3. Ruang rekam medis dan informasi kesehatan yang ergonomi dapat
meningkatkan produktifitas kerja pegawai.
D. DAFTAR PUSTAKA
Farida, Wilda Eka, 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ergonomi
Unit Kerja Rekam Medis. Sidoarjo: Indomedia Pustaka
Hatta, Gemala R. 2009. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hasibuan S.P, Malayu. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Revisi, Jakarta: PT Bumi Aksara
BAB X
A. PENDAHULUAN
Ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain/ perancangan. Ergonomi berkenaan pula
dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia
di tempat kerja, di rumah dan di tempat rekreasi. Ergonomi dibutuhkan studi
tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling
berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan
manusianya (Nurmianto, 2008). Kenyamanan lingkungan kerja juga sangat
membantu dalam meningkatkan produktivitas kerja para petugas dalam
memberi pelayanan di rumah sakit, sehingga pasien mendapatkan pelayanan
maksimal.
Dalam pengelolaan rekam medis perlu memperhatikan ergonomic
karena untuk mempermudah tata kerja dalam mencapai efesiensi dan
efektifitas kerja. Ergonomik juga berpengaruh terhadap kelelahan kerja yaitu
jika sikap dan cara kerja seseorang, sebagai contohnya posisi duduk saat kerja
didukung dengan peralatan dan tata letak yang dirancang secara ergonimik
maka akan lebih nyaman untuk melakukan suatu pekerjaan dan dapat
meningkatkan produktifitas kerja. Ergonomik juga dapat mengurangi beban
kerja yang berperan untuk memaksimalkan kenyamanan dan efisiensi kerja.
Untuk lebih jelasnya masi mempelajari dan memahami setiap topik dalam
modul ini.
Keuntungan cahaya yang baik adalah : (1) Prestasi lebih besar; (2)
Semangat kerja lebih tinggi; (3) Hasil pekerjaan lebih efektif; (4)
Kesalahan berkurang; (5) Keletihan mata berkurang.
Kerugian cahaya yang tidak baik adalah: (1) kelelahan mata; (2)
kelelahan mental; (3) kelelahan daerah mata dan kepala (4)
kerusakan indera mata.
Untuk menentukan intensitas cahaya yang layak digunakan
pengukuran penerangan dengan foot candle yaitu sejumlah cahaya/
penerangan dengan jarak 1 kaki dari sebuah lilin 10 watt tiap kaki
persegi memberikan 1,5 foot candle, 200 watt menerangi 1 ruangan
yang ukuran 10x10 (3x3 meter persegi) memberikan penerangan 15
candle per foot.
5. Kebisingan
Tabel 1. Standar Kebisingan
Kondisi Suara Desible (Db)
Batas Dengar Tertinggi
120 Halilintar
Menuikan 110 Meriam
100 Mesin uap
Jalan hiruk pikuk
Sangat hiruk pikuk 90 Perusahaan sangat gaduh
80 Pluit polisi
Kantor gaduh
Kuat 70 Jalan pada umumnya
Radio
60 Perusahaan
Rumah gaduh
Sedang 50 Kantor pada umumnya
Percakapan kuat
Radio perlahan
Rumah teang
Tenang 30 Kantor pribadi
Auditorium
20 Percakapan
Suara daun-daun
10 Berbisik-bisik
Sangat tenang Batas dengar terendah
0
V. Keselamatan Kerja
Harus dicegah terjatuhnya petugas ketika menyimpan atau
mengambil rekam medis, pada rak yang letaknya di atas. Perlu diadakan
tangga yang tidak mudah tergelincir. Ruang gerak untuk bekerja dalam
penyimpanan harus memudahkan pekerjaan. Kebersihan terjaga, adanya
penghisap debu, penggunaan masker, kelembaban dan suhu ruangan
perlu diatur untuk mencegah kebakaran. Penerangan lampu dan sirkulasi
udara yang cukup baik untuk menghindarkan kelelahan.
e. Pemeriksaan berkala/audit
Slogan Seiketsu adalah setiap orang memperoleh informasi yang
dibutuhkannya di tempat kerja tepat waktu.
5. Shitsuke (Rajin/Disiplin)
Shitsuke berarti melakukan suatu yang benar sebagai
kebiasaan. Prinsip shitsuke adalah pembentukan kebiasaan dan
tempat kerja yang mantap.
Langkah- langkah dalam penerapan shitsuke:
a. Penetapan target bersama
b. Teladan/ contoh dari atasan
c. Hubungan karyawan
d. Kesempatan belajar dari karyawan
Slogan shitsuke adalah lakukan apa yang harus dilakukan dan jangan
lakukan apa yang tidak boleh dilakukan.
Tujuan
Untuk mengatur/ mengelola tempat kerja menjadi tempat kerja yang
lebih baik secara berkelanjutan serta meningkatkan efisiensi dan kualitas
di tempat kerja.
Manfaat
a. Meningkatkan produktifitas karena pengaturan tempat kerja yang
lebih efisien.
b. Meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih dan
menjadi luas/ lapang.
c. Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tempat kerja
yang bagus/baik.
d. Menambah penghematan karena menghilangkan berbagai
pemborosan di tempat kerja
Ruang Lingkup
Seperti yang telah disebutkan bahwa praktek kaizen memiliki tujuan
dalam perbaikan maupun peningkatan secara terus menerus, maka
praktek kaizen dalam suatu organisasi perusahaan harus menyentuh
setiap karyawan. Konsep praktek kaizen pada umumnya memiliki dasar:
a. Berorientasi pada hasil dan juga proses
b. Berpikir secara sistematis pada seluruh proses
c. Tidak menyalahkan manusianya tapi memperbaiki proses
Jadi pada umumnya kaizen bisa dilakukan oleh siapa saja dan
dimanapun tempatnya, yang sangat diperlukan dalam praktek kaizen itu
adalah bagaimana.
3. Syarat Penerangan
Kebutuhan penerangan di tempat kerja tergantung dari jenis
pekerjaan yang dilakukan di tempat tersebut. Pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian yang tinggi memerlukan penerangan dengan
intensitas yang besar, semakin tinggi ketelitian yang diperlukan maka
semakin besar pencahayaan yang diperlukan.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku di Indonesia (Peraturan Menteri
Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964) diatur sebagai berikut:
a. Pekerjaan yang hanya membedakan barang- barang kasar seperti
menyisihkan barang- barang yang besar, mengerjakan bahan tanah
atau baku, mengangkut dan meletakkan barang di gudang
berdasarkan ketentuan.
b. Pekerjaan yang harus membedakan barang- barang yang kecil, tetapi
dilakukan secara sepintas mengerjakan barang- barang besi dan baja
yang setengah selesai, penggilingan padi, penyisihan bahan kapas,
ruang penerima dan pengiriman barang memerlukan penerangan
sedikitnya 100 lux.
c. Penerangan untuk pekerjaan yang akan membedakan barang- barang
kecil dengan teliti seperti pemasangan alat- alat, pekerjaan bubut
yang kasar, menjahit bahan yang berwarna- warni, mengerjakan kayu
dan melapisinya memerlukan kekuatan penerangan sebesar 200 lux.
d. Pekerjaan yang membedakan secara teliti terhadap barang- barang
yang kecil dan halus seperti percobaan- percoaan yang teliti,
pekerjaan dengan mesin yang rumit dan membutuhkan ketelitian,
pembuatan tepung, penenunan, pekerjaan kantor dalam arti menulis,
membaca, mengarsip dan menyeleksi surat- surat, membutuhkan
kekuatan penerangan sebesar 300 lux.
sekitar 4 atau 5 inch ) yang diukur dari tengah layar dan 20 sampai 28
inch dari mata.
2) Bahan Referensi. Bahan- bahan bacaan lain harus ditempatkan di
atas keyboard dan di bawah monitor. Jika hal ini tidak munngkin,
pemegang dokumen dapat digunakan di samping monitor.
Tujuannya adalah untuk posisi dokumen sehungga tidak perlu
memindahkan kepala untuk melihat dari dokumen ke layar.
3) Pencahayaan. Posisi layar komputer untuk menghindari silau,
terutama dari pencahayaan overhead atau jendela. Gunakan tirai atau
gorden di jendela dan mengganti bola lampu di lampu meja dengan
lampu watt lebih rendah.
4) Layar anti silau. Jika tidak ada cara untuk meminimalkan silau dari
sumber cahaya, pertimbangkan untuk menggunakan filter silau layar.
Filter ini mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan dari layar.
Instalasi filter anti-silau pada minitor bisa diatur sesuai dengan
kebutuhan. Selain itu, juga bisa menyesuaikan nuansa jendela dan
mengubah kontras layar dan kecerahan dapat membantu
mengurangi silau dan pantulan.
5) Posisi duduk kursi harus nyaman empuk dan sesuai dengan tubuh.
Ketinggian kursi harus disesuaikan sehingga kaki beristirahat datar di
lantai. Jika kursi memiliki lengan, mereka harus disesuaikan untuk
memberikan dukungan lengan saat mengetik. Pergelangan tangan
tidak harus beristirahat pada keyboard saat mengetik.
6) Istirahat untuk mencegah kelelahan mata, cobalah untuk
mengistirahatkan mata ketika menggunakan komputer untuk waktu
yang lama. Istirahatkan mata selama 25 menit setelah dua jam
penggunaan komputer terus menerus. Juga, untuk setiap 20 menit
melihat komputer, melihat ke kejauhan selama 20 detik untuk
memungkinkan mata berkesempatan untuk memfokuskan kembali.
7) Berkedip. Untuk meminimalkan kesempatan untuk mengembangkan
mata kering ketika menggunakan komputer, berusaha untuk
berkedip sering. Berkedip membuat permukaan depan mata lembab.
8) Pemeriksaan mata secara teratur dan melihat kebiasaan yang tepat
dapat membantu mencegah atau mengurangi perkembangan gejala
yang terkait dengan CVS.
D. Rangkuman
1. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan
yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas- tugas yang di
E. DAFTAR PUSTAKA
Farida, Wilda Eka, 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ergonomi
Unit Kerja Rekam Medis. Sidoarjo: Indomedia Pustaka
Hatta, Gemala R. 2009. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hasibuan S.P, Malayu. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Revisi, Jakarta: PT Bumi Aksara
BIOGRAFI PENULIS
Dalam organisasi proferi atau ilmiah penulis pada tahun 2019- 2020
pada organisasi APTIRMIKI sebagai Bendahara Korwil 1 Sumut, kemudia
pada tahun 2021-2022 pada organisasi APTIRMIKI sebagai Ketua Korwil 1
Sumut dan tahun 2015-Sekarang pada organisasi PORMIKI sebagai
Anggota.
BIOGRAFI EDITOR