Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL WAWANCARA GURU MATEMATIKA

TUGAS AKHIR MAGANG II

Untuk Memenuhi Tugas UAS


Mata Kuliah Magang II
Dosen Pembimbing : Puji Nurfauziah, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh:
Nur Afriani Agustin
15510055
B1 Pendidikan Matematika/ 2015

PENDIDIKAN MATEMATIKA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI
(IKIP) SILIWANGI

2018

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rosulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya penyusun mampu menyelesaikan Laporan
Wawancara dengan Guru Matematika ini guna memenuhi tugas UAS mata kuliah Magang II.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang tugas seorang guru di
bidang matematika yang saya dapatkan melalui wawancara langsung dengan narasumber yang
merupakan guru matematika di SMK Kesehatan Fajar Kencana.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi baiknya penulisan dimasa yang akan datang.

Cimahi, Januari 2018

Penyusun,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A.    Profil Guru 2
B.     Hasil Wawancara 3
C.     Studi Perbandingan 5
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN-LAMPIRAN 16
BAB I
PENDAHULUAN

Wawancara ini dilakukan guna memperoleh informasi mengenai pendidikan dan


pembelajaran khususnya pada bidang studi Matematika. Maka dari itu narasumber yang tepat
untuk memperoleh informasi tersebut adalah seorang guru bidang studi Matematika yang
memahami bagaimana sistem pendidikan diterapkan dan proses dari pembelajaran tersebut.
Menurut WF. Connell (1972) Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya
sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan
pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala
pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab
administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan
sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan
baik.
Laporan ini merupakan laporan wawancara yang saya lakukan dengan seorang guru di
SMKS Fajar Kencana, berlokasi di Jl. Raya BBS No. 20 Desa Cipatik- Cihampelas yang hanya
berjarak 2 km dari tempat tinggal juga merupakan tempat saya bekerja sebagai Staf Tata Usaha.
Dikarenakan faktor-faktor tersebut dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Magang II saya
memutuskan untuk melakukan wawancara bersama Ibu Marjan Nazlah, S.pd yang telah memiliki
pengalaman mengajar selama 3 tahun.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Profil Guru
DATA PRIBADI
Nama : Marjan Nazlah, S.Pd
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 16 Agustus 1993
: Kp. Saapan Rt 02 Rw 02 Desa Cipatik Kec. Cihampelas Kab. Bandung Barat
Email : marjannazlah@gmail.com
Telepon/ No.HP : 0896-3560-8756
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia

DATA PENDIDIKAN
SD : SDN 1 Cipatik
SMP : MTsN Cililin
SMA : SMAN 1 Batujajar
Perguruan Tinggi : STKIP Siliwangi
Fakultas/ Jurusan : Pendidikan Matematika

PENGALAMAN ORGANISASI
2006-2010 : PMR

PENGALAMAN KERJA
2014- sekarang : Mengajar

B.     Hasil Wawancara


Nama guru : Marjan Nazlah, S.Pd
Mengajar kelas : X dan XI SMK
Pendidikan terakhir : S1 Pendidikan Matematika
Pewawancara : Nur Afriani Agustin

Q : Sudah berapa lama Ibu menjadi guru matematika?


A : 3 Tahun
Q : Selama menjadi guru matematika, berapa kurikulum yang Ibu alami?
A : 2 kurikulum yaitu KTSP dan Kurikulum 2013
Q : Bagaimana menurut pendapat Ibu tentang kurikulum di Indonesia terutama untuk pelajaran
matematika?
A : kurikulum yang terjadi di indonesia membuat pusing, karena terjadi beberapa perubahan dari
kurikulum 2013 sampai dengan kurikulum revisi.
Q : Apa yang mendasari Ibu menjadi seorang guru matematika?
A : dikarenakan suka dengan pelajaran matematika dan terinspirasi dari guru guru saya sendiri
bahwa belajar matematika itu mudah dan menyenangkan.
Q : Apakah selama Ibu mengajar matematika membuat RPP?
A : iya selalu membuat.
Q : Kapan Ibu membuat RPP tersebut?
A : sebelum mengajar RPP sudah disiapkan dan dibuat jauh-jauh hari.
Q : Apakah RPP yang Ibu buat tersebut didiskusikan terlebih dahulu sebelum digunakan? Dengan
siapa saja diskusi tersebut dilakukan?
A : jarang didiskusikan, kalaupun didiskusikan paling hanya antar guru mata pelajaran.
Q : Seperti apa RPP yang Ibu buat?
A : RPP yang saya buat sesuai dengan kurikulum yang berlaku di setiap masing-masing sekolah.
Q : Menurut Ibu haruskah guru membuat RPP? Mengapa?
A : ya, guru harus membuat RPP sebagai acuan dalam mengajar di kelas.
Q : Menurut pendapat Ibu apa pentingnya menyusun RPP sebelum mengajar?
A : pentingnya menyusun RPP dalam mengajar yaitu untuk tahu apa saja langkah-langkah yang
harus dilakukan ketika guru berada di dalam kelas dalam kegiatan belajar mengajar.
Q : Apakah Ibu menggunakan model/ pendekatan pembelajaran inovatif untuk setiap topik
matematika yang akan diajarkan?
A : yang digunakan biasanya STAD, Inkuiri terbimbing, Discovery, dll. Karena dengan model
tersebut siswa diajak untuk lebih aktif.
Q : Model pembelajaran apa saja yang pernah Ibu buat? Mengapa memilih model pembelajaran
tersebut?
A : ya, menggunakan pembelajarn yang inovatif.
Q : Apakah Ibu pernah mengikuti workshop/ sosialisasi pembuatan RPP?
A : pernah.
Q : Seberapa penting kegiatan workshp/ sosialisasi tersebut bagi Ibu?
A : sangat penting, karena di dalam workshop kita akan tahu cara mudah dalam mengajar supaya
siswa langsung/ cepat mengerti.
Q : Apakah Ibu melengkapi RPP dengan LKS? Apakah LKS tersebut dibuat sendiri?
A : ya, LKS tersebut dibuat sendiri.
Q : Apakah Ibu memanfaatkan ICT/ media/ alat peraga saat pembelajaran?
A : jarang menggunakan.
Q : Apakah Ibu melakukan evaluasi setelah melakukan pembelajaran?
A : ya, suka melakukan evaluasi mulai dari setiap materi yang disampaikan sudah tuntas atau
belum, atau ketercapaian siswa dalam setiap pembelajaran.
Q : Apa kesulitan-kesulitan yang Ibu alami ketika menyusun RPP?
A : kesulitan dalam menyusun RPP yaitu dalam membuat LKS.
Q : Bagaimana menurut pendapat Ibu tentang pembelajaran matematika saat ini? Apakah terdapat
kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan pembelajaran yang Ibu terapkan selama ini?
A : pembelajaran matematika saat ini dengan menggunakan kurikulum 2013 membuat siswa pusing
sendiri karena siswa dituntut untuk menemukan konsep dari materi yang dipelajarinya.
- kelebihannya disini siswa lebih aktif dalam belajar serta kemampuan sosialisasinya meningkat.
- kekurangannya waktu yang tidak sesuai dengan model pembelajaran yang dipakai.
Q : Apa saran dan kritik Bpk/ Ibu terkait dengan pembelajaran matematika?
A : dalam kurikulum 2013, pelajaran matematika materi yang diajukan terlalu banyak.
Q : adakah keinginan ibu untuk mengubah sistem dalam proses pembelajaran di kelas? Bagaimana
pengubahan yang akan Ibu lakukan ?
A : ada, harusnya guru jangan terlalu dituntut dengan adanya administrasi seperti RPP yang diubah
dari KTSP menjadi Kurikulum 2013 dan sebagainya. Padahal yang paling penting siswa belajar
dengan menyenangkan serta mudah memahami apa yang dipelajari.

C.    Studi Perbandingan


1.         Kurikulum
Dalam Nasional, D.P., & PENGEMBANGAN, B.P.D.(2007). Kajian Kebijakan Kurikulum
Mata Pelajaran Matematika, memuat tinjauan teoretis mengenai Kurikulum Mata Pelajaran
Matematika sebagai berikut;
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Bahwa
kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
perkembangan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional,
perkembangan Iptek serta jenjang masing-masing satuan pendidikan (UU No. 2 Tahun 2000
Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Pembahasan mengenai kurikulum dapat ditelaah dari tiga sudut pandang. Pandangan
pertama, berhubungan dengan aspek teori dan terlukis dalam kurikulum berdasarkan apa, yang
tercantum dalam dokumen tertulis. Kurikulum sekolah dalam dokumen tertulis atau dikenal
dengan istilah intended curriculum memuat tiga hal, yaitu (1) dokumen yang memuat garis-garis
besar pokok bahasan (SI), (2) dokumen yang memuat panduan pelaksanaan pembelajaran, dan
(3) dokumen buku yang memuat panduan penilaian hasil belajar siswa. Kurikulum dalam
pandangan kedua tercermin dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di kelas
atau dikenal dengan istilah implemented curriculum. Kurikulum dalam pandangan kedua ini
pada hakekatnya adalah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar termasuk pelaksanaan penilaian
hasil belajar siswa oleh guru. Sedangkan pandangan ketiga yang dikenal performanced
curriculum adalah kurikulum yang tercermin dalam belajar yang dicapai siswa pada akhir satuan
waktu pembelajaran, mulai dari satuan terkecil yaitu Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP)
sampai dengan satuan terbesar yaitu satu jenjang pendidikan.
Perencanaan Pembelajaran Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, guru harus
menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Ibu Marjan Nazlah, S.Pd dalam
wawancaranya juga menyampaikan bahwa selama mengajar RPP adalah hal wajib yang harus
dibuat. RPP dibuat dan dipersiapkan jauh hari sebelum pelaksanaan pembelajaran sebagai
pedoman jalannya proses pembelajaran di kelas. RPP dibuat sesuai dengan aturan pada
kurikulum yang berlaku di sekolah. Menyusun RPP sebelum mengajar sangat penting salah
satunya yaitu untuk mengetahui apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan ketika guru
berada di dalam kelas dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk menyempurnakan RPP biasanya
didiskusikan setidaknya antar guru mata pelajaran.
Melalui wawancara Ibu Marjan Nazlah, S.Pd mengemukakan pendapatnya mengenai
pembelajaran matematika saat ini dan bagaimana kelebihan dan kekurangannya. Menurutnya
pembelajaran matematika saat ini dengan menggunakan kurikulum 2013 membuat siswa pusing
sendiri dikarenakan siswa dituntut menemukan konsep dari materi yang dipelajari. Kelebihannya
di sini adalah bahwa siswa lebih aktif dalam belajar serta mampu menungkatkan kemampuan
bersosialisasi siswa melalui kegiatan kelompok. Sedangkan kekurangannya yaitu waktu yang
tidak sesuai dengan model pembelajaran yang dipakai. Selain itu dalam kurikulum 2013, matatei
yang diajukan pada mata pelajaran matematika terlalu banyak. Pada wawancara, Ibu Marjan
Nazlah juga memberikan masukan agar seharusnya guru jangan terlalu dituntut dengan adanya
administrasi seperti RPP yang diubah dari KTSP menjadi kurikulum 2013 dan sebagainya.
Padahal yang penting siswa belajar dengan menyenangkan serta mudah memahami apa yang
dipelajari.
2.         Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran
Sudrajat, A.(2008). Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah. Istilah-istilah
tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode
pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran.
Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri,
yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan
teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama
menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki
sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang
sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan
dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru
yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga
seni (kiat).
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,
seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam
mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan.
Sebagaimana diuraikan dalam penjelasan tersebut dalam wawancara disebutkan bahwa untuk
setiap topik matematika yang diajarkan Ibu Marjan Nazlah, S.Pd selalu menggunakan model/
pendekatan pembelajaran inovatif untuk menunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),
model/pendekatan yang digunakan biasanya STAD, Inkuiri Terbimbing, Discovery, dll. Karena
dengan model/ pendekatan tersebut siswa diajak untuk lebih aktif.
3.         Hambatan Guru Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Baru
Pada tahun 2013, pemerintah Indonesia memberlakukan kurikulum baru untuk pendidikan di
sekolah dasar dan menengah di Indonesia, yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan meningkatkan daya saing bangsa, dan seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum ini diharapkan
menghasilkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif inovatif dan afektif, melalui
penguatan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Puskurbuk, 2012). Tujuan ini
dilakukan melalui pelaksanaan pendidikan dengan memperbaiki muatan pendidikan, melakukan
pergeseran paradigma belajar ke konstruktivisme, dari siswa menerima materi menjadi siswa
membentuk pemahaman konsep dalam mata pelajaran sendiri, menggunakan penilaian berbasis
kompetensi, dan penilaian kelas secara otentik. Muatan tiap mata pelajaran yang dipelajari siswa
meliputi 4 kompetensi inti, yaitu kompetensi sikap sosial, sikap spiritual, pengetahuan, dan
keterampilan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Masing-masing kompetensi
kemudian dijabarkan menjadi beberapa kompetensi dasar. Keempat kompetensi inti masing-
masing diberi penelakanan yang sama. Hal ini yang membedakan Kurikulum 2013 dengan
kurikulum yang berlaku sebelumnya. Penekanan bukan hanya pada kompetensi kognitif saja,
namun juga pada kompetensi sikap dan keterampilan juga menjadi hal penting untuk dipelajari
dan dilatihkan kepada siswa.
Dengan kurikulum ini, direkomendasikan pembelajaran dengan pendekatan saintifik,
pembelajaran berbasis masalah, atau pembelajaran berbasis projek (Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013). Sintaks sintaks pembelajaran juga telah ditetapkan, yang diharapkan dapat
mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan pembelajaran ini, siswa
menjadi lebih aktif dan mengkonstruk pemahaman sendiri untuk menguasai kompetensi sikap
spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Sistem penilaian dalam Kurikulum 2013
yang dilaksanakan guru di kelas juga sangat berbeda dengan kurikulum sebelumnya, yaitu
dengan menerapkan asesmen otentik.
Sebagai seorang guru, Ibu Marjan Nazlah, S.Pd juga mengikuti workshop/ sosialisasi, salah
satu sosialisasi yang diikuti yaitu sosialisasi pembuatan RPP. Mengikuti sosialisasi sangat
penting dan sangat bermanfaat. Karena di dalam sosialisasi tersebut kita memperoleh banyak
wawasan seperti tahu bagaimana cara mudah dalam mengajar supaya siswa dapat langsung/
memahami materi yang disampaikan. Pelatihan dan Sosialisasi Kurikulum 2013 adalah
kurikulum terbaru yang beberapa waktu lalu sempat dilaksanakan secara serempak oleh seluruh
sekolah. Namun beberapa waktu lalu dengan berbagai alasan keluar kebijakan kotroversi
menunda pemberlakuan Kurikulum 2013. Dalih mendasar yang melatarbelakangi kebijakan
tersebut adalah permasalahan kesiapan penyelenggara pendidikan. Pemerintah baru menemukan
data bahwa masih banyak sekolah yang belum siap dan terkesan dipaksakan untuk mengikuti
sistem. Padahal, pemeritah terdahulu telah mengupayakan berbagai macam sosialisasi dan
pelatihan. Namun, ternyata masih terdapat banyak masalah yang didapatkan di lapangan.
Retnawati, H. dalam jurnalnya yang berjudul “Hambatan guru matematika sekolah
menengah pertama dalam menerapkan kurikulum baru” pada tahun 2013. Berdasarkan hasil
analisis data penelitian, ada empat sub-tema yang ditemukan untuk tema pelatihan dan
sosialisasi. Kualitas proses pelatihan dan sosialisasi adalah pondasi dari keberhasilan
implementasi kurikulum. Semua guru yang menjadi informan menyatakan pernah mengikuti
pelatihan dan sosialisasi. Masalah yang sering mucul pada proses pelatihan dan sosialisasi adalah
munculnya interpretasi yang beragam antarpemateri. Sering sekali terdapat perbedaan pendapat
antarpemateri satu dengan yang lain. Kondisi tersebut mengakibatkan kebingungan pada peserta.
Masalah lain pada proses pelatihan dan sosialisasi adalah waktu yang terlalu singkat.
Penyelenggaraan pelatihan dan sosialisasi secara masal untuk semua guru mengharuskan adanya
pembagian angkatan sehingga tiap angkatan mendapatkan waktu yang terbatas. Permasalahan
bertambah rumit ketika sedikitnya waktu tidak diimbangin dengan konsep pelathan dan
sosialisasi yang belum matang. Seringkali proses pelatihan dan sosialisasi tidak efektif dan
efisien. Masih banyak materi yang belum disampaikan secara detail. Imbasnya adalah wawasan
guru yang masih belum cukup memadai untuk bekal implementasi Kurikulum 2013.
Penyelenggaraan Kurikulum 2013 seolah belum mantap dilaksanakan. Seringkali terdapat
pembenahan, bahkan sempat ada perubahan yang dinyatakan melalui revisi peraturan menteri
pada pertengahan implementasi. Perubahan tidak dibarengi dengan sosialisasi dan pelatihan
secara menyeluruh. Guru yang telah belajar melalui pelatihan dan sosialisasi atau belajar secara
mandiri mengenai peraturan kurikulum 2013 sebelum proses revisi harus kembali menyelaraskan
wawasannya. Proses penyelarasan secara mandiri membutuhkan waktu dan tidak menjamin guru
dapat memiliki pemahaman sesuai dengan kurikulum berlaku. Hal tersebut sesuai dengan yang
disampaikan dalam wawancara mengenai perubahan kurikulum yang dialami oleh pewawancara
yang dirasa membingungkan. Peralihan kurikulum KTSP ke kurikulum 2013 belum begitu
maksimal masih banyak yang harus dipelajari oleh guru mulai dari administrasi pembuatan
silabus, RPP dan LKS yang sedikit banyaknya mengalami perubahan seiring berubahnya sistem
pendidikan khususnya kurikulum yang juga mempengaruhi implementasinya yaitu pada proses
pembelajaran. Belum dikuasainya perubahan-perubahan pada kurikulum 2013, beban guru
ditambah lagi dengan kurikulum revisi yang merupakan perbaikan dari kurikulum 2013.
Seharusnya ketika ada revisi, pemerintah memfasilitasi proses update informasi pada setiap guru.
4.         Motivasi
Owens, 1991 dalam Rauh, I.N.,dkk (2013). mengatakan bahwa ada tiga fungsi penting
motivasi yaitu sebagai pendorong, penentu arah dan sebagai penyeleksi kegiatan. Lebih lanjut
dikatakan bahwa motivasi dikatakan sebagai pendorong atau motor penggerak yaitu sebagai
sumber tenaga yang menggerakan seseorang atau kelompok untuk mengerjakan perbuatan.
Seiring pendapat Susilo Martoyo yang mengatakan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu yang
menimbulkan dorongan atau semangat kerja atau dengan kata lain pendorong semangat kerja.
Lebih lanjut dikatakan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja adalah
atasan, rekan, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa atau uang, serta jenis
pekerjaan atau tantangan. Motivasi individu untuk bekerja dipengaruhi oleh sistem dan
kebutuhannya. Pendapat tersebut diatas juga didukung oleh Mc Clelland, 1978 dalam Mahendra
2010, yang membedakan motif dalam tiga kategori yaitu : (1) motif untuk berkuasa, (2) motif
untuk bersahabat, (3) motif untuk berprestasi. Dalam hal ini Mc Clelland berangapan bahwa
seseorang dalam melakukan pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh motif motif yang ada seperti
motif untuk berkuasa, motif untuk bersahabat atau motif untuk dapat diterima sebagai sahabat
serta motif untuk berprestasi dalam persaingan dengan berpedoman pada suatu ukuran tertentu.
Teori tersebut menjelaskan alasan yang mendasari Ibu Marjan Nazlah, S.Pd menjadi seorang
guru Matematika yaitu dikarenakan suka dengan bidang studi Matematika dan terinspirasi dari
guru beliau sendiri bahwa belajar Matematika itu mudah menyenangkan.
BAB III
KESIMPULAN & SARAN

Dari hasil wawancara didapat kesimpulan sebagai berikut :


         Perubanhan kurikulum memberi dampak yang cukup besar bagi pengajar khususnya, baik
dampak positif maupun dampak negatif. Dampak negatif tersebut yaitu ketidakefektifan pada
implementasi pembaruan kurikulum terhadap proses pengajaran mulai dari administrasi guru di
mana pembuatan silabus, mulai dari KI dan KD kemudian pembuatan RPP yang mengalami
perubahan. Ketidakefektifan tersebut disebabkan oleh kekurangpahaman guru akan sistem atau
cara kerja kurikulum baru. Solusi untuk mengurangi dampak negatif tersebut salah satunya yaitu
pemerintah memfasilitasi proses update informasi pada setiap guru.
         Persiapan yang baik akan memberikan hasil yang baik pula. Persiapan yang dilakukan oleh
seorang guru sebelum mengajar diantaranya pembuatan RPP, menyiapkan media/ alat peraga/
ICT sebagai penunjang pembelajaran. Dalam membuat RPP perlu diperhatikan pemilihan
metode/ model/ pendekatan yang akan digunakan disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan
agar pembelajaran berlangsung dengan baik sesuai yang telah direncanakan, dan siswa dapat
dengan mudah memahamimateri yang diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA

Nasional, D.P., & PENGEMBANGAN, B.P.D.(2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran
Matematika. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Depdiknas.
Retnawati, H.(2015). Hambatan guru matematika sekolah menengah pertama dalam menerapkan
kurikulum baru. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 3 (3).
Sudrajat, A.(2008). Pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model pembelajaran.
(Online). (http://smacepiring.wordpress.com). Diakses pada 02 Januari 2018 pukul 13.23 WIB.
Ismail, M.I.(2017). Kinerja dan kompetensi guru dalam pembelajaran. Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, 13 (1), 44-63
Rauh, I.N.,Candiasa, I.M.,Kom, I.M.,& Yudana, I.M.(2013). Kontribusi Kompetensi Profesional Guru,
Konsep Diri Akademik Serta Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja guru Matematika di tingkat
SMA Se-Kabupaten Karangasem. Jurnal Administrasi Pendidikan, 4 (1).

Anda mungkin juga menyukai