Anda di halaman 1dari 5

Beberapa Aspek Baru dalam KUHP

1. Sistematika KUHP baru


- Tidak lagi membedakan antara Kejahatan dan Pelanggaran
2. Keseimbangan asas legalitas dan asas kesalahan
- Bertolak pada keseimbangan monodualistis (keseimbangan antara kepentingan
individu dan kepentingan masyarakat)
- Mempertahankan dua asas yang sangat fundamental dalam hukum pidana;
a. Asas legalitas / asas kemasyarakatan
b. Asas culpabilitas / asas kemanusiaan
3. Keseimbangan asas legalitas formal dan materil serta sifat melawan hukum formal dan
materiil
- Memperluas asas legalitas dengan mengakui ketentuan hukum yang hidup dalam
masyarakat / hukum adat sepanjang perbuatan itu tidak ada persamaanya atau tidak
diatur dalam undang-undang
- Menganut sifat melawan hukum yang materiil
Konsep berpendirian bahwa sifat melawan hukum merupakan unsur mutlak dari
tindak pidana.
4. Masalah kesalahan/pertanggungjawaban pidana
- Merumuskan asas kesalahan secara eksplisit
- Menganut doktrin Strict Liability dan Vicarious Liability
Dianutnya doktrin ini jangan dianggap sebagai pertentangan (kontradiksi) dengan
asas kesalahan, namun harus dianggap sebagai pasangan atau pelengkap
(complement) dalam mewujudkan asas keseimbangan.
- Memandang kesengajaan dan kealpaan merupakan unsur pertanggungjawaban
pidana, bukan unsur delik.
- Pertanggungjawaban yang bersifat umum (kesengajaan) ditempatkan dalam aturan
umum, sedangkan yang bersifat khusus ditempatkan dalam aturan khusus
(perumusan delik)
5. Masalah alasan penghapus pidana
- Memisahkan antara alasan pembenar dan alasan pemaaf
a. Alasan pembenar:
1) Melaksanakan peraturan perundang-undangan
2) Melaksanakan perintah jabatan oleh penguasa yang berwenang

1
3) Keadaan darurat
4) Pembelaan terpaksa
5) Tidak adanya sifat melawan hukum secara materiil
b. Alasan pemaaf:
1) Tidak mengetahui keadaan yang merupakan unsur tindak pidana (error
facti)
2) Pembuat berkeyakinan bahwa perbuatannya tidak merupakan tindak pidana
(error iuris)
3) Daya paksa
4) Pembelaan terpaksa yang melampaui batas
5) Melaksanakan perintah jabatan tanpa wenang dengan iktikad baik
*Yang tersebar diluar Subbab:
6) Tidak adanya kesalahan
7) Tidak mampu bertanggungjawab
8) Anak dibawah usia 12 tahun
6. Masalah pertanggungjawaban korporasi
- Mulai mengatur Korporasi sebagai subjek tindak pidana
- Penuntutan dan pemidanaan, dapat dijatuhkan kepada:
a. Korporasi itu sendiri
b. Korporasi dan pengurusnya
c. Pengurusnya saja
7. Masalah pedoman pemidanaan
- Dirumuskan tentang Tujuan dan Pedoman Pemidanaan
dengan maksud sebagai fungsi pengendali/kontrol dan sekaligus memberikan dasar
filosofis, dasar rasionalitas dan motivasi pemidanaan yang jelas dan terarah.
- Merumuskan bermacam-macam pedoman pemidanaan;
a. Pedoman yang bersifat umum
memberi pengarahan kepada hakim mengenai hal-hal apa yang sepatutnya
dipertimbangkan dalam menjatuhkan pidana
b. Pedoman yang bersifat khusus
dalam memilih atau menjatuhkan jenis-jenis pidana tertentu
c. Ada pedoman bagi hakim dalam menerapkan sistem perumusan ancaman pidana
yang digunakan dalam perumusan delik
- Ada beberapa prinsip-prinsip / ide-ide yang melatarbelakangi disusunya Konsep;
2
1) Prinsip subsidiaritas didalam memilih jenis sanksi pidana (yang biasanya dalam
praktik prinsip ini sering dilupakan)
2) Ide individualisasi pidana
3) Ide untuk mengefektifkan jenis pidana noncustodial
4) Ide untuk mengefektifkan penggabungan jenis sanksi yang bersifat pidana dan
tindakan
5) Ide untuk menghindari ekses dari pidana pendek
8. Masalah jenis pidana dan tindakan
- Pidana Pokok, ditambahkan pidana kerja sosial
- Pidana mati digeser menjadi pidana yang bersifat khusus / eksepsional
- Ketentuan tentang Penundaan pelaksanaan pidana mati
- Pidana Tambahan, ditambahkan:
1) Pembayaran ganti kerugian
2) Pemenuhan kewajiban adat
Pidana Tambahan dapat dijatuhkan bersama-sama dengan pidana pokok, sebagai
pidana yang berdiri sendiri atau dapat dijatuhkan bersama-sama dengan pidana
tambahan yang lain.
- Tindakan
a. Orang yang tidak atau kurang mampu bertanggungjawab:
1) Perawatan dirumah sakit jiwa
2) Penyerahan kepada pemerintah
3) Penyerahan kepada seseorang
b. Orang normal:
1) Pencabutan surat izin mengemudi (SIM)
2) Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana
3) Perbaikan akibat-akibat tindak pidana
4) Latihan kerja
5) Rehabilitasi
6) Pengawasan didalam suatu lembaga
Jenis-jenis tindakan diatas dapat dijatuhkan bersama-sama dengan pidana pokok.
9. Masalah jumlah dan lamanya pidana
- Mengenal minimum khusus
- Jumlah pidana Denda menggunakan sistem kategori

3
- Maksimum pidana untuk delik-delik culpa akan ditetapkan dengan patokan yang
seragam dan sebanding dengan delik dolusnya masing-masing
- Maksimum pidana untuk delik-delik permufakatan jahat dibuat seragam, yaitu
sepertiga dari maksimum pidana untuk delik pokok yang bersangkutan. Minimalnya
ditetapkan 1 tahun penjara
- Maksimum pidana untuk delik-delik penyiaran sama dengan maksimum pidana
delik pokoknya.
10. Masalah peringanan dan pemberatan pidana
- Peringanan sepertiga dan pemberatan sepertiga dari pidana yang diancamkan
- Yang dapat memperingan adalah:
a. Seseorang setelah melakukan tindak pidana dengan sukarela menyerahkan diri
kepada yang berwajib
b. Wanita hamil muda yang melakukan tindak pidana
c. Setelah melakukan tindak pidana, dengan sukarela memberi ganti rugi yang
layak atau memperbaiki kerugian akibat perbuatannya
d. Melakukan tindak pidana karena kegoncangan jiwa yang sangat hebat sebagai
akibat yang sangat berat dari keadaan pribadi atau keluarganya
e. Faktor kekurangmampuan bertangungjawab
- Yang dapat memperberat adalah:
a. Seseorang yang menyalahgunakan keahlian atau profesinya
b. Melakukan tindak pidana dengan kekuatan bersama, dengan kekerasan atau
dengan cara-cara yang kejam
c. Melakukan tindak pidana pada waktu ada huru-hara atau ada bencana alam
d. Pengulangan tindak pidana (Recidive)
11. Masalah tindak pidana dalam Buku II
- Bab-bab dalam KUHP lama dihapuskan;
a. Perkelahian tanding
b. Pengulangan (recidive)
- Penambahan bab-bab baru:
a. Tindak pidana terhadap agama dan kehidupan agama
b. Tindak pidana terhadap penyelenggaraan peradilan
- Pengintegrasian dengan delik-delik yang ada diluar KUHP dengan tetap mengikuti
perkembangan UU khusus.

4
INDIVIDUALISASI PIDANA

Ide individualisasi pidana ini mengandung beberapa karakteristik:

- Pertanggungjawaban pidana yang bersifat pribadi/perorangan (asas personal)


- Pidana hanya diberikan kepada orang yang bersalah (asas culpabilitas)
- Pidana harus disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi si pelaku;
ini berarti harus ada kelonggaran/fleksibilitas bagi hakim dalam memilih sanksi
pidana (jenis maupun berat-ringannya sanksi) dan harus ada kemungkinan
modifikasi pidana (perubahan/penyesuaian) dalam pelaksanaannya. Jadi
mengandung asas fleksibilitas dan asas modifikasi pidana.

Anda mungkin juga menyukai