Achmad Sultoni
1. MEMAHAMI KERANGKA ARTIKEL OPINI/ESAI
“JUDUL”
MENENTUKAN TEMA
Pembahasan mengenai menentukan tema mungkin sudah sering dengar. Istilah topik pun
sering Anda dengar. Tapi di sini keduanya saya bedakan. Topik lebih luas disbanding tema.
Artinya tema adalah turunan dari topik. Contohnya begini. Topik: “saya akan mengarang
tentang Bahasa daerah Jawa Banyumasan”, sementara tema: dari topik Bahasa daerah
tersebut yang akan saya bicarakan yakni tentang kearifan lokal yang terdapat dalam
bahasa Jawa Banyumasan”. Begitulah gambarannya. Untuk menentukan topik dan tema
itu Anda perlu mencari ide. Ide bisa didapat dari aktivitas membaca, mengamati, diskusi,
menonton berita, dll.
Menentukan judul dilakukan setelah Anda sudah memiliki topik dan tema tulisan. Judul
ibaratnya mahkota. Orang akan membaca tulisan Anda jika judulnya menarik. Itu fakta
kebanyakan. Maka gunakan judul yang menarik. Caranya bagaimana? Anda banyak
membaca artikel opini/esai lalu diamati judulnya. Anda amati dan bisa dijadikan model
menentukan judul. Contoh judul artikel opini: Mengekfektifkan Pembelajaran Daring;
Pandemi dan Pembelajaran daring; atau Pandemik, Pembelajaran, dan Nasib Siswa. Jika
tulisan adalah esai judulnya lebih genit. O, buka genit tapi puitis. Sebab esai selain
menampilkan pandangan penulis tentang suatu persoalan, tapi harus memperhatikan
bahasa yang estetis. Misal: Menyepi dalam Puisi; Menyelami Makna Wabah dalam Puisi;
Menafsirkan Makna Wabah melalui Puisi; Puisi dan Pandemi, Puisi, pandemi, dan refleksi,
dll. Seperti judul puisi ya? Ya itulah Bahasa esai.
MEMBUKA TULISAN
Membuka tulisan bisa memanfaatkan berbagai teknik. Ini hanya beberapa Teknik saja.
Anda bisa memanfaatkan teknik yang lainnya. Intinya teknik ini Anda gunakan agar tidak
kebingungan dalam memulai sebuah tulisan. Kadangkali rancangan sudah ada tapi ketika
memasuki eksekusi malah bingung mau mulai dari mana. Bolehlah coba beberapa teknik
memulai sebuah tulisan artikel opini/esai berikut.
a. Pernyataan:
Perkacakapan/dialog:
“Hei, suara apa itu?” tanya ayah tiba-tiba.
“Seeperti gemuruhnya air, Pak,” aku menjawab
(Widyamartaya, 1978).
b. Ungkapan/Peribahasa, dsb.
Seraya menanti sang bayi lahir, orang tua pasti diliputi kesibukan mencari nama bagi sang
bocah. Nama mesti merefleksikan harapan, doa, masa depan, keluarga. Jadilah sosok
bocah yang lahir ke dunia telah mengemban tugas mulia orang tuanya.
c. Cerita Pengalaman
Semasa kecil, ada satu dongeng ibu yang menjadi kesukaan saya. Kisah seorang anak
perempuan yatim piatu miskin yang berteman dengan seekor ikan. Ikan ini diperolehnya
dari seorang nelayan. Suatu ketika saat sedang membawa segelas beras, anak yatim itu
bertemu dengan nelayan yang membawa seekor ikan kecil. Sang nelayan meminta
menukarkan segelas beras dengan ikan yang dibawanya. Nelayan itu berkata, istri dan
anaknya belum makan, ikan kecil itu tidak akan mengenyangkan perut satu keluarga.
Tokoh utama dalam dongeng Ibu merasa kasihan dan segera menukarkan berasnya.
d. Definisi
Frustasi adalah perasaan yang muncul pada seseorang karena tidak dapat memperoleh
apa yang ingin diinginkan atau diharapkan. Ketika seorang pemuda tidak dapat merebut
hati seorang gadis yang dicintainya, atau ketika seorang petani yang sudah
menginvestasikan sebagian besar uangnya untuk menanam padi tetapi ternyata tidak
panen sama sekali. Dengan kata lain, frustasi pada dasarnya adalah perasaan kecewa
seseorang karena tidak berhasil memperoleh apa yang diinginkan.
Siapa yang tidak menyukai mendoan? Makanan berbahan dasar kedelai itu di era dewasa
ini makin digandrungi. Lihat saja bagaimana menu mendoan jadi menu utama di rumah-
rumah makan, di restoran-restoran, bahkan sampai hotel berbintang. Kita patut
berbangga bahwa makanan khas Banyumas itu kini tak lagi dipandang sebelah mata.
f. Mengutip Berita:
Tempe segera dinaikkan pesawat untuk melanglang buana ke penjuru negeri dunia.
Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia dan Forum Tempe Indonesia tengah
memperjuangkan tiket penerbangan dengan mengusulkan pengesahan tempe sebagai
panganan warisan dunia kepada United Nations educational Scientific and Cultural
Organization (UNESCO). Tidak hanya karena kandungan gizi, tempe telah memasuki dunia
kesusatraan Jawa sejak berabad lampau. Serat-serat mendokumentasikan bahan pangan
bernama kedelai sampai menjadi tempe (Solopos, 19 Oktober 2015).
Di atas, pada bagian kerangka telah ada penjelasan tentang bagaimana memabahas
bagian isi. Demikian halnya untuk bagian penutup. Tidak banyak yang dapat saya katakana
untuk bagian ini. Baiknya Anda mengamati berbagai tulisan dengan perhatian: amati
setelah 2 paragraf utama dan sebelum 1 atau 2 paragraf sebelum tulisan berakhir. Ya, di
bagian itulah kita bisa belajar bagaimana membahasakan pokok persoalan kita dalam
sebuah artikel opini/esai. Anda pun dapat mengkombinasikan dengan teori-teori dari
berbagai literatur tentang bagaimana membahas isi tulisan.
4. Editing Artikel Opini
Ini adalah tahap terakhir sebelum publikasi tulisan. Ya, saya sering mendengar nasehat
bijak: tulisan tidak sekaligus jadi. Anda pasti tahu maksudnya. Benar, itu adalah prinsip
dalam menulis. Semua tulisan awalnya dianggap buruk oleh si penulis sendiri. Tapi akan
diperbaiki melalui tindakan editing. Ya, kita mesti lakukan ini. Berapa kali mengedit sebuah
tulisan? Tidak ada ketentuan. Hanya saja kita bisa berhenti mengedit manakala kita sudah
yakin, minimalnya sudah tidak ada kesalahan pengetikan kata. Manakala tulisan kita
terlihat sudah selaras, sudah anggun, dan seterusnya. Siapa yang melakukan editing?
Penulis sendiri. Meskipun kita bisa meminta bantuan teman untuk mempertimbangkan
kualitas tulisan kita. Ya tata bahasanya, ya ejaannya, ya keselarasan antarparagrafnya kita
teliti.