Anda di halaman 1dari 6

KREATIF MENULIS ARTIKEL OPINI

Achmad Sultoni
1. MEMAHAMI KERANGKA ARTIKEL OPINI/ESAI

BAGAN 1 KERANGKA MENULIS ARTIKEL OPINI

“JUDUL”

Bagian ini merupakan kunci sebuah artikel/esai. Bagian pembuka


namanya. Penulis memanfaatkan 2 paragraf sebagai pengantar.
Pengantar sifatnya mengantarkan pembaca pada pokok
INTRODUKSI/
persoalan yang akan kita suguhkan dalam tulisan. Pembaca
diberi tahu duduk persoalannya apa, diberi ganbaran terlebih PENDAHULUAN
dahulu. Orang akan membaca tulisan Anda manakala awalan
tulisan kita menarik. Mampu menghipnotis pembaca. Barulah
setelah mereka terhipnotis akan tidak sadar untuk melanjutkan
pembacaannya. Intinya di bagian ini Anda buka dengan Bahasa
yang memikat. Di bagian ini pula, Anda belum masuk ke
pembahasan. Ibarat akan “menembak pacar” ya mesti Anda
kenali dulu, ajak sasaran supaya mau mengenal tawaran kita.
Tentunya Anda punya banyak cara, bukan? Demikian halnya dalam
menulis pengantar artikel opini/esai ini. Misal gagasan utama yang
akan disampaikan tentang “melestarikan Bahasa daerah”, di
pengantar nanti Anda uraikan: ap aitu Bahasa daerah, seberapa
penting Bahasa daerah bagi sebuah bangsa, dll. Intinya Anda
memberi pemahaman awal.

Jika 2 paragraf sebelumnya sudah Anda gunakan sebagai


pengantar. Maka, Anda akan membutuhkan 8 paragraf di bagian
pembahasan ini. Apa yang Anda lakukan di bagian ini, tidak lain
tidak bukan, yakni membahas pokok persoalan yang sudah Anda
tentukan. Misal gagasan utama yang akan disampaikan tentang
“melestarikan Bahasa daerah” ya Anda uraikan persoalan itu, atau
segala hal tentangnya. Tapi batasi, jangan sampai
pembahasannya ke mana-mana. Dari topik itu misalnya, diuraikan:
kondisi saat ini pelestarian terhadap Bahasa daerah, bagaimana
sikap orang tua dan anak terhadap Bahasa daerah, bagaimana ISI/PEMBAHASAN
caranya mengupayakan Bahasa daerah agar tetap lestari, dll. Jika
tulisan itu artikel opini tampilkan data, data dianalisis, fenomena
yang Anda temui, bisa dipadukan di bagian pembahasan ini. Jika
yang Anda tulis itu esai, baiknya Anda tidak banyak mengutip.
Meskipun artikel opini dan esai berangkatnya sama-sama dari
opini/pendapat, lebih bagusnya Anda andalkan opini/pendapat
Anda dalam esai. Dalam artikel sekalipun boleh mengutip tulisan
orang lain dibolehkan tetapi jangan terlalu banyak. Seperlunya
saja.

Jika dalam satu artikel opini/esai yang Anda tulis berjumlah 11


paragraf, itu artinya 9 paragraf sudah Anda gunakan. 2 paragraf
Anda gunakan di bagian pembuka, 8 paragraf Anda gunakan di PENUTUP
bagian isi, nah 1 paragraf akan Anda gunakan di bagian penutup.
Sering orang mengatakan bagian penutup ini sebagai simpulan.
Memang tidak salah. Tapi tepatnya bagian ini berisi penegasan
Kembali. Apa yang ditegaskan? Hal-hal yang telah Anda bahas di
bagian isi/pembahasan tadi. Karenanya 1 paragraf cukuplah Anda
gunakan di bagian ini. Tapi perlu diingat redaksinya. Di bagian ini
jangan Anda katakan: Dari pembahasan tadi bisa disimpulkan,
atau semacamnya. Tapi lebih baik dikatakan,
demikianlah….sekali lagi…ya, demikian…dll.
2. MEMULAI SEBUAH TULISAN ARTIKEL OPINI

MENENTUKAN TEMA

Pembahasan mengenai menentukan tema mungkin sudah sering dengar. Istilah topik pun
sering Anda dengar. Tapi di sini keduanya saya bedakan. Topik lebih luas disbanding tema.
Artinya tema adalah turunan dari topik. Contohnya begini. Topik: “saya akan mengarang
tentang Bahasa daerah Jawa Banyumasan”, sementara tema: dari topik Bahasa daerah
tersebut yang akan saya bicarakan yakni tentang kearifan lokal yang terdapat dalam
bahasa Jawa Banyumasan”. Begitulah gambarannya. Untuk menentukan topik dan tema
itu Anda perlu mencari ide. Ide bisa didapat dari aktivitas membaca, mengamati, diskusi,
menonton berita, dll.

MENENTUKAN JUDUL ARTIKEL OPINI

Menentukan judul dilakukan setelah Anda sudah memiliki topik dan tema tulisan. Judul
ibaratnya mahkota. Orang akan membaca tulisan Anda jika judulnya menarik. Itu fakta
kebanyakan. Maka gunakan judul yang menarik. Caranya bagaimana? Anda banyak
membaca artikel opini/esai lalu diamati judulnya. Anda amati dan bisa dijadikan model
menentukan judul. Contoh judul artikel opini: Mengekfektifkan Pembelajaran Daring;
Pandemi dan Pembelajaran daring; atau Pandemik, Pembelajaran, dan Nasib Siswa. Jika
tulisan adalah esai judulnya lebih genit. O, buka genit tapi puitis. Sebab esai selain
menampilkan pandangan penulis tentang suatu persoalan, tapi harus memperhatikan
bahasa yang estetis. Misal: Menyepi dalam Puisi; Menyelami Makna Wabah dalam Puisi;
Menafsirkan Makna Wabah melalui Puisi; Puisi dan Pandemi, Puisi, pandemi, dan refleksi,
dll. Seperti judul puisi ya? Ya itulah Bahasa esai.

MEMBUKA TULISAN

Membuka tulisan bisa memanfaatkan berbagai teknik. Ini hanya beberapa Teknik saja.
Anda bisa memanfaatkan teknik yang lainnya. Intinya teknik ini Anda gunakan agar tidak
kebingungan dalam memulai sebuah tulisan. Kadangkali rancangan sudah ada tapi ketika
memasuki eksekusi malah bingung mau mulai dari mana. Bolehlah coba beberapa teknik
memulai sebuah tulisan artikel opini/esai berikut.

a. Pernyataan:

Sejarah berdirinya Kabupaten Banyumas dan sekitarnya memiliki pertalian yang


begitu erat, bahkan tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Nama-nama tokoh epik di
Banyumas memiliki narasi paralel dengan asal-usul dan tokoh epik di wilayah sekitarnya.
Sebut saja Raden Joko Kahiman, Banyak Catra atau kamandaka, Pule Bahas, Dewi
Ciptarasa, Pasir Luhur, Kembang Wijaya Kusuma, Arsantaka, Tepus Rumput, Adipati Onje,
atau Adipati Merden. Nama-nama yang saya sebut di atas adalah nama tokoh yang
terdapat dalam khazanah kearifan lokal Banyumas Raya.
(“Epik Banyumas sebagai Muatan Lokal”, Teguh Trianton, dkk., 2013)

Perkacakapan/dialog:
“Hei, suara apa itu?” tanya ayah tiba-tiba.
“Seeperti gemuruhnya air, Pak,” aku menjawab

(Widyamartaya, 1978).

b. Ungkapan/Peribahasa, dsb.

Ciptakanlah dirimu sendiri sebuah nama:


Jangan menerima atau meminjam nama.

(Ki Hadjar Dewantara)

Seraya menanti sang bayi lahir, orang tua pasti diliputi kesibukan mencari nama bagi sang
bocah. Nama mesti merefleksikan harapan, doa, masa depan, keluarga. Jadilah sosok
bocah yang lahir ke dunia telah mengemban tugas mulia orang tuanya.

(“Mencipta Nama”, Setyaningsih, 2015).

c. Cerita Pengalaman

Semasa kecil, ada satu dongeng ibu yang menjadi kesukaan saya. Kisah seorang anak
perempuan yatim piatu miskin yang berteman dengan seekor ikan. Ikan ini diperolehnya
dari seorang nelayan. Suatu ketika saat sedang membawa segelas beras, anak yatim itu
bertemu dengan nelayan yang membawa seekor ikan kecil. Sang nelayan meminta
menukarkan segelas beras dengan ikan yang dibawanya. Nelayan itu berkata, istri dan
anaknya belum makan, ikan kecil itu tidak akan mengenyangkan perut satu keluarga.
Tokoh utama dalam dongeng Ibu merasa kasihan dan segera menukarkan berasnya.

(“Dongeng Ibu”, Fany Khotimah, 2016)

d. Definisi

Frustasi adalah perasaan yang muncul pada seseorang karena tidak dapat memperoleh
apa yang ingin diinginkan atau diharapkan. Ketika seorang pemuda tidak dapat merebut
hati seorang gadis yang dicintainya, atau ketika seorang petani yang sudah
menginvestasikan sebagian besar uangnya untuk menanam padi tetapi ternyata tidak
panen sama sekali. Dengan kata lain, frustasi pada dasarnya adalah perasaan kecewa
seseorang karena tidak berhasil memperoleh apa yang diinginkan.

(“Frustasi dan Awal Mula Puisi”, anonim)


e. Pertanyaan:

Siapa yang tidak menyukai mendoan? Makanan berbahan dasar kedelai itu di era dewasa
ini makin digandrungi. Lihat saja bagaimana menu mendoan jadi menu utama di rumah-
rumah makan, di restoran-restoran, bahkan sampai hotel berbintang. Kita patut
berbangga bahwa makanan khas Banyumas itu kini tak lagi dipandang sebelah mata.

(“Mendoan Kita Mendunia?”, Anonim, 2018)

f. Mengutip Berita:

Tempe segera dinaikkan pesawat untuk melanglang buana ke penjuru negeri dunia.
Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia dan Forum Tempe Indonesia tengah
memperjuangkan tiket penerbangan dengan mengusulkan pengesahan tempe sebagai
panganan warisan dunia kepada United Nations educational Scientific and Cultural
Organization (UNESCO). Tidak hanya karena kandungan gizi, tempe telah memasuki dunia
kesusatraan Jawa sejak berabad lampau. Serat-serat mendokumentasikan bahan pangan
bernama kedelai sampai menjadi tempe (Solopos, 19 Oktober 2015).

(“Kita dan Tempe”, Setyaningsih, 2015)

3. Isi dan Penutup Artikel Opini

Di atas, pada bagian kerangka telah ada penjelasan tentang bagaimana memabahas
bagian isi. Demikian halnya untuk bagian penutup. Tidak banyak yang dapat saya katakana
untuk bagian ini. Baiknya Anda mengamati berbagai tulisan dengan perhatian: amati
setelah 2 paragraf utama dan sebelum 1 atau 2 paragraf sebelum tulisan berakhir. Ya, di
bagian itulah kita bisa belajar bagaimana membahasakan pokok persoalan kita dalam
sebuah artikel opini/esai. Anda pun dapat mengkombinasikan dengan teori-teori dari
berbagai literatur tentang bagaimana membahas isi tulisan.
4. Editing Artikel Opini
Ini adalah tahap terakhir sebelum publikasi tulisan. Ya, saya sering mendengar nasehat
bijak: tulisan tidak sekaligus jadi. Anda pasti tahu maksudnya. Benar, itu adalah prinsip
dalam menulis. Semua tulisan awalnya dianggap buruk oleh si penulis sendiri. Tapi akan
diperbaiki melalui tindakan editing. Ya, kita mesti lakukan ini. Berapa kali mengedit sebuah
tulisan? Tidak ada ketentuan. Hanya saja kita bisa berhenti mengedit manakala kita sudah
yakin, minimalnya sudah tidak ada kesalahan pengetikan kata. Manakala tulisan kita
terlihat sudah selaras, sudah anggun, dan seterusnya. Siapa yang melakukan editing?
Penulis sendiri. Meskipun kita bisa meminta bantuan teman untuk mempertimbangkan
kualitas tulisan kita. Ya tata bahasanya, ya ejaannya, ya keselarasan antarparagrafnya kita
teliti.

Anda mungkin juga menyukai