Anda di halaman 1dari 23

BUKU PANDUAN PRAKTIK LABORATORIUM

IBADAH, AKHLAK, DAN MUAMALAH

DISUSUN OLEH : TIM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax, 0291-442993/437218

Website : http://www.umkudus.ac.id

Email : sekretariat@umkudus.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya Buku Panduan
Praktikum Ibadah, Akhlak dan Muamalah. Buku Panduan Praktikum Ibadah, Akhlak dan Muamalah ini
merupakan salah satu bagian dari panduan pembelajaran sebagai pendekatan dalam pencapaian
kompetensi lulusan S1 Keperawatan.
Kami berharap pedoman pembelajaran ini dapat dijadikan petunjuk dan dipergunakan dengan
sebaik baiknya. Kami juga merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan pedoman pembelajaran
ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun untuk peningkatan kualitas pedoman
pembelajaran ini sangat kami harapkan. Semoga Buku Panduan Praktikum Ibadah, Akhlak dan
Muamalah ini dapat mengantarkan mahasiwa mencapai tujuan sebagai perawat profesional.

Kudus,

Tim Penyusun

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................................4
A. DESKRIPSI MAKUL.......................................................................................................................................4
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN LABORAT...........................................................................................................4
C. TATA TERTIB LEMBAGA LABORATORIUM...................................................................................................4
BAB II MATERI PEMBELAJARAN.............................................................................................................................6
A. Sholat Wajib Sesuai Tuntunan HPT.............................................................................................................6
B. Sholat Gerhana Matahari............................................................................................................................8
C. Doa Sayyidul Istighfar.................................................................................................................................9
D. Menghadapi Sakarotul Maut....................................................................................................................10
E. Tuntunan Perawatan Jenazah...................................................................................................................12
F. Takziyah dan Ziarah..................................................................................................................................21

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 3


BAB I
PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI MAKUL
Mata ajar Ibadah, Akhlak, dan Muamalah ini diorientasikan untuk membekali mahasiswa jurusan
keperawatan dalam memahami konsep ibadah, akhlak, dan muamalah. Sehingga mahasiswa mampu
mengimplemintasikan atau mengintegrasikan dalam perilaku kehidupan individu, masyarakat dan tugas
sebagai perawat.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN LABORAT


1. Sholat wajib sesuai tuntunan HPT
2. Sholat gerhana matahari
3. Doa sayyidul istighfar
4. Perawatan Jenazah
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Mensholatkan
d. Menguburkan

C. TATA TERTIB LEMBAGA LABORATORIUM


1. Bagi mahasiswa wajib menggunakan pakaian seragam beserta identitas sesuai dengan ketentuan
Surat Keputusan Nomor : 785/A/KBJ-AKD/STIKES-M/I/2017
2. Pada saat praktikum di Ruang Laboratorium Mahasiswa wajib memakai jas Laboratorium dan
sepatu yang tertutup
3. Setiap mahasiswa dilarang makan/minum diruang Praktikum
4. Setiap mahasiswa harus membawa kelengkapan alat praktik sesuai ketentuan mata kuliah.
selama melaksanakan praktik laboratoriumMahasiswa wajib sopan dan menghargai
pembimbing maupun mahasiswa lain
5. Selama mengikuti perkuliahan laborat Mahasiswa hanya diperkenankan memakai cincin kawin,
giwang tusuk kecil model sederhana dan tidak menghidupkan handphone
6. Selama praktik di ruang laboratorium, mahasiswa tidak diperkenankan duduk/tidur
diatas tempat tidur, kecuali probandus atau pasien

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 4


7. Mahasiswa yang terlambat 10 menit dilarang mengisir daftar hadir dan yang bersangkutan
dinyatakan tidak hadir kecuali sebelumnya telah memberitahukan baik secara lisan maupun
tertulis kepada pembimbing / Koordinator.
8. Mahasiswa yang ingin keluar ruangan laboratorium harus meminta izin kepada pembimbing
terlebih dahulu
9. Presensi Kehadiran Mahasiswa mengikuti perkuliahan laborat minimal 90 %
10. Apabila tidak ada pembelajaran laboratorium mahasiswa tidak diperkenankan menggunakan
ruang laboratorium hanya untuk istirahat
11. Setiap mahasiswa harus memelihara peralatan laboratorium / sarana penunjang praktikum
lainnya dan memelihara kebersihan ruang laboratorium

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 5


BAB II
MATERI PEMBELAJARAN

A. Sholat Wajib Sesuai Tuntunan HPT


Salat berasal dari bahasa Arab, shalla-yushalli-shalaatan yang mengandung makna doa. Kata shalli
berarti berdoalah, sedangkan shalaataka berarti doamu. Firman Allah dalam QS At-Taubah (9) ayat
103:

“.... dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. At-Taubah (9): 103) Sedangkan
berdasarkan syari'at, salat merupakan ibadah yang terdiri dari
perkataan dan perbuatan tertentu yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan mengucapkan
salam. Salat merupakan ibadah istimewa yang disyariatkan kepada umat Rasulullah Saw. Hal itu
karena perintah shalai dilerima langsung oleh Rasulullah Saw. dari Allah Azza wa jalla. Salat
merupakan media komunikasi bagi seorang hamba kepada Allah Swt. Dengan melaksanakan salat, ia
bisa menundukkan jiwa dan raganya di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Dengan melakukan salat, ia
bisa merasakan betapa agung kekuasaan-Nya.
Manhaj Putusan Tarjih Muhammadiyah Tentang Shalat : Himpunan Putusan Tarjih (HPT)
Muhammadiyah merupakan buku panduan wajib bagi kalangan warga Muhammadiyah. Isinya
merupakan hasil-hasil muktamar tarjih yang diadakan puluhan tahun yang lalu. Isinya menyangkut
berbagai persoalan mulai dari keimanan, ibadah hingga persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
keumatan dan agama Islam Kaifiat tata cara shalat menurut HPT Muhammadiyah adalah sebagai
berikut:
1. Niat ikhlas karena Allah.
2. Menghadap kiblat.
3. Berdiri tegak bagi yang mampu. Bagi yang tidak mampu bisa dengan cara duduk atau
berbaring.
4. Mengangkat kedua tangan sejurus bahu, serta mensejajarkan ibu jari pada daun telinga, sambil
membaca Allahu Akbar.
5. Bersedekap dengan cara meletakkan tangan kanan di atas punggung tangan kiri beserta

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 6


pergelangan dan lengan di atas dada.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 7


6. Membaca doa iftitah.

7. Membaca ta’awudz secara lirih (sirr).


8. Membaca basmallah, boleh secara lirih (sirr) maupun secara keras (jahr).
9. Membaca surat al-Fatihah dan membaca “aamiin”.
10. Membaca salah satu surat dalam Al-Qur’an.
11. Mengangkat kedua belah tangan dengan bertakbir (seperti dalam takbirmpermulaan) untuk
melakukan ruku’.
12. Saat ruku’, punggung sejajar dengan leher, dan kedua tangan memegang lutut.
13. Membaca do’a

14. Bangun dari rukuk, mengangkat kedua belah tangan dengan bertakbir kemudian berdoa:

15. Bertakbir untuk sujud dengan meletakkan kedua lutut dan jari kaki di atas lantai (tanah), lalu
kedua tangan, kemudian dahi dan hidung. Dengan menghadapkan ujung jari kaki ke arah kiblat
serta merang-gangkan tangan dari lambung dengan mengangkat kedua siku. Lalu membaca doa:

16. Kemudian duduk diantara dua sujud membaca doa

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 8


17. Sujud kedua kalinya dengan bertakbir dan membaca do’a seperti do’a pada sujud pertama.

18. Membaca doa tasyahud dan salawat:

19. Pada setiap tahiyat akhir, baik shalat dua, tiga ataupun empat rakaat, mambaca doa:

20. Mengucapkan salam dengan berpaling ke kanan dan ke kiri sampai pipi kanan dan kiri terlihat
dari belakang serta dengan membaca salam.

B. Sholat Gerhana Matahari


Shalat gerhana dilaksanakan pada saat terjadi gerhana sampai dengan usai gerhana, baik pada saat
gerhana Matahari maupun gerhana Bulan, pada gerhana total atau gerhana sebagian. Apabila gerhana
usai sementara shalat masih ditunaikan, maka shalat tetap dilanjutkan dengan memperpendek bacaan.
Adapun orang yang dapat mengerjakan shalat gerhana adalah mereka yang mengalami gerhana atau
berada di kawasan yang dilintasi gerhana. Orang yang berada di kawasan yang tidak dilintasi gerhana
tidak perlu mengerjakan shalat gerhana.
Shalat gerhana dilaksanakan secara berjamaah, tanpa adzan dan iqamah. Dilaksanakan dua rakaat,
pada setiap rakaat melakukan rukuk, qiyam dan sujud dua kali. Shalat gerhana boleh dilakukan di tanah
lapang ataupun di masjid. Urutan tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:
1. Imam menyerukan ash-shalatu jami‘ah.
2. Takbiratul-Ihram, lalu membaca surah al-Fatihah dan surah panjang dengan jahar.
3. Rukuk, dengan membaca tasbih yang lama.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 9


4. Mengangkat kepala dengan membaca “sami‘allahu li man hamidah”,makmum
membaca rabbana wa lakal-hamd.
5. Berdiri tegak, lalu membaca al-Fatihah dan surat panjang tetapi lebih pendek dari yang
pertama.
6. Rukuk, sambil membaca tasbih yang lama tetapi lebih singkat dari yang pertama.
7. Bangkit dari rukuk dengan membaca “sami‘allahu li man hamidah, rabbana wa lakal-
hamd”.
8. Sujud
9. Duduk di antara dua sujud
10. Sujud
11. Bangkit dari sujud, berdiri tegak mengerjakan rakaat kedua seperti rakaat pertama.
12. Salam
13. Setelah shalat, imam berdiri menyampaikan khutbah satu kali yang berisi nasihat serta
peringatan terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah serta mengajak memperbanyak istighfar,
sedekah dan berbagai amal kebajikan.

C. Doa Sayyidul Istighfar

Dari Syaddad bin Aus r.a dari Nabi Rasulullah SAW, , “Sesungguhnya sayyid Istighfar adalah
seseorang hamba mengucapkan :
ALLAHUMMA ANTA RABBII LA ILAHA ILLA ANTA KHALAQTANII WA ANA
‘ABDUKA WA ANA ‘ALA `AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU A’UDZU BIKA MIN

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 10


SYARRI MA SHANA’TU ABU’U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA ABU’U BIDZANBII
FAGHFIRLI FA INNAHU LA YAGHFIRUDZ DZUNUBA ILLA ANTA
(Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain
Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan
janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku,
aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku.
Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau).
(Beliau bersabda) “Barangsiapa mengucapkannya di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu
meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa
membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu
pagi, maka ia termasuk penghuni surga. HR. Al-Bukh.

D. Menghadapi Sakarotul Maut


Tanda-Tanda Kematian Seseorang
Pada umumnya, namun tidak selalu, orang yang mendekati mati dapat diketahui dengan tanda-
tanda sebagai berikut:
a. Kaki terasa lebih dingin, jari kaki dan tangan nampak hijau kebiru-biruan
b. Telinga nampak lebih pipih
c. Mata bila disorot lampu tidak bereaksi
d. Denyut nadi mulai melemah
e. Mengeluarkan bau khas calon jenazah karena keluar kotoran

Menghadapi Orang yang Sedang Sakarotul Maut


Pada saat orang sedang sakaratul maut, harus selalu ditunggu dengan bergantian supaya tidak
terlalu payah, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kalau memungkinkan, luruskan kedua kakinya membujur ke arah kiblat dan kepala diangkat
sedikit supaya mukanya menghadap kiblat.
b. Dijaga kesucian dan kebersihan pakaian dan tempatnya.
c. Agar keluarga selalu berdekatan dengannya.
d. Dengan hati-hati memberikan nasihat supaya bertobat dan berbaik sangka kepada Allah
serta mengharapkan ampunan dan rahmat-Nya.
e. Dianjurkan agar berwasiat apabila meninggalkan harta benda di hadapan dua orang saksi adil.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 11


f. Diingatkan dengan santun agar mengucapkan Laa ilaaha illallaah; kalau sudah mengucapkan,
biarkan. Kalau lupa atau berhenti diingatkan lagi dengan pelan dan hati-hati. Kalau sudah lupa-
lupa, agar dituntun terus dengan suara yang jelas dan pelan-pelan.
g. Berilah pengertian kepada keluarganya agar bisa memahami dengan ikhlas bahwa kematian
adalah kehendak dan pilihan Allah, dan pilihan Allah adalah yang terbaik untuk semuanya.

Menghadapi Orang yang Baru Saja Meninggal


Begitu mengetahui bahwa seseorang telah meninggal, lakukanlah hal-hal sebagai berikut:
a. Pejamkan matanya
b. Katupkan mulutnya, kalau perlu dibantu dengan tali dari kain, diikatkan melingkar dari dagu,
pipi, pelipis dan ubun-ubun
c. Lemaskan tangan dan kakinya
d. Letakkan kedua tangannya dengan sedekap di atas dadanya dan diikat kedua telapak tangannya
e. Luruskan kedua kakinya, dengan diikat pergelangan kaki dan kedua ibu jarinya
f. Dibujurkan tubuhnya menghadap kiblat
g. Tutup seluruh tubuhnya, dari kepala, wajah sampai ujung kakinya
h. Ucapkan kalimat tarji’ yaitu:

Artinya: Sesungguhnya kita sekalian adalah milik Allah dan akan kembali kepadanya. Ya Allah,
berilah aku pahala dalam musibahku dan gantilah musibah ini dengan yang lebih baik bagiku. [al-
Baqarah 156, Shahih Muslim, Musnad Ahmad]
Kemudian Membaca Do’a

Artinya: Ya Allah! Berilah ampunan kepada (sebut namanya). Dan angkatlah derajatnya dalam
golongan orang yang mendapat petunjuk, dan gantilah ia bagi keluarga yang ditinggalkannya.
Ampunilah kami dan ampunilah dia, wahai Tuhan semesta alam, lapangkanlah ia dalam kuburnya.
[Shahih Bukhari, Sunan Abu Dawud]

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 12


i. Menyebarluaskan berita kematiannya
j. Mempersiapkan keperluan perawatan jenazah
k. Keluarga (ahli waris) segera menyelesaikan hak utang-piutangnya

E. Tuntunan Perawatan Jenazah


1. Hukum Merawat Jenazah
Merawat jenazah hukumnya Fardhu (Wajib) Kifayah, artinya bahwa kewajiban itu cukup
dikerjakan oleh kelompok masyarakat. Apabila tidak ada yang merawat jenazah, maka seluruh
masyarakat akan dituntut dihadapan Allah dan berdosa. Sedang bagi yang mengerjakannya akan
mendapatkan kebaikan dan pahala dihadapan Allah (swt).
Merawat jenazah sebaiknya segera dilakukan, tidak perlu menunggu terkumpulnya semua
keluarga (ahli waris).

2. Syarat dan Persiapan yang Harus Disiapkan


a. Syarat-syarat orang yang memandikan jenazah
 Muslim, berakal sehat dan baligh
 Niat karena Allah
 Amanah (menjaga kerahasiaan yang ada pada jenazah)
 Mengetahui hukum dan tata cara memandikan jenazah
 Laki-laki bila jenazahnya laki-laki, wanita bila jenazahnya wanita, kecuali suami istri
b. Syarat jenazah yang dimandikan
 Muslim
 Ada wujud tubuhnya walaupun sebagian
 Bukan orang yang mati Syahid
c. Kebutuhan yang perlu disiapkan
 Tempat yang tertutup untuk memandikan jenazah
 Air suci secukupnya dalam 3 (tiga) bak, dengan rincian sebagai berikut:
 Satu bak air dicampur dengan daun bidara/sebangsanya
 Satu bak air tanpa campuran
 Satu bak air dicampur dengan kapur barus
 Handuk untuk membersihkan bekas air menempel di badan jenazah
 Kain kering untuk mengganti kain yang basah
 Tempat tidur atau sejenisnya, yang dipergunakan untuk membaringkan
jenazah, diusahakan agar arah kepala lebih tinggi
 Tambahan: kapas/spon, sarung tangan, gayung, gunting, dan tempat untuk mengumpulkan
barang yang kotor

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 13


3. Pelaksanaan Memandikan Jenazah
a. Niat ikhlas karena Allah (swt)
b. Jenazah diangkat dan diletakkan pada tempat yang telah disiapkan dengan posisi menghadap
Kiblat
c. Lepaskan seluruh pakaiannya dan yang melekat di tubuh, serta tutuplah bagian kemaluan
jenazah selama memandikan
d. Dibersihkan dulu bagian mulut, hidung, telinga dan dubur sambil ditekan secara pelan agar
kotoran keluar dengan tuntas
e. Kemudian mulai dimandikan, dengan cara:
1) Mulai memandikan dari anggota badan sebelah kanan terutama anggota bagian wudhu
(tapi bukan mewudhukan), dengan bilangan gasal, yaitu 3 (tiga) kali atau secukupnya
Contoh:
Pertama, dengan air yang dicampur daun bidara
Kedua, dengan air bersih, dan
Ketiga (terakhir), dengan air kapur barus
1) Selesai dimandikan, jenazah dikeringkan dengan handuk atau sejenisnya, bersamaan
dengan ini, kain yang basah diganti dengan yang kering
2) Untuk jenazah perempuan, setelah dihanduki rambutnya dijalin menjadi 3 (tiga)
pintalan
f. Kemudian ditutup lebih dahulu seluruh tubuhnya pakai kain yang kering sebelum ditempatkan
di tempat mengkafani
PERHATIAN!
a. Yang lebih berhak memandikan jenazah adalah
keluarga atau ahli waris laki-laki oleh orang
laki-laki atau suami oleh istri dan sebaliknya
yang ŵu’min
b. Dalam memandikan jenazah supaya tidak
memperlakukan jenazah dengan kasar
c. Menutup jenazah, terutama bagian yang
tercela serta tidak menyebarluaskan aibnya.

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 14


4. Persiapan Mengkafani Jenazah
a. Disiapkan dahulu kain yang baik, bersih dan putih
b. Jenazah laki-laki 3 (tiga) helai kain, masing-masing berukuran 135 cm x 240 cm

c. Jenazah perempuan 5 (lima) helai kain, masing-masing berbentuk:

1) Kain biasa (135 cm x 240 cm)

2) Jubah (135 cm x 340 cm) dilubangi pada arah kepala

3) Baju kurung (135 cm x 240 cm) dilubangi pada arah kepala

4) Sarung (135 cm x 140 cm) dan

5) Kerudung (100 cm x 100 cm) dibentuk segitiga

d. Ukuran kain disesuaikan dengan besar kecilnya jenazah dan tidak berlebihan (boros)

e. Cawat/celana dalam jika dibutuhkan, tetapi bukan keharusan

f. Memberikan wewangian terbaik yang dimiliki dalam setiap lembar kain kafannya dan pada badan
jenazah

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 15


5. Pelaksanaan Mengkafani Jenazah
a. Kain digelar, untuk:
1) Jenazah laki-laki, 1 helai kain digelar ditengah, satu helai kain lagi digelar di atasnya agak
bergeser ke kanan dan satu helai kain lagi digelar agak bergeser ke kiri
2) Jenazah perempuan:
Pertama, kain biasa digelar ditengah
Kedua, jubah digelar di tengah persis di atas kain lembar pertama dengan posisi lobang tepat
berada di leher,
Ketiga, baju kurung digelar di atasnya lagi dengan posisi berada pada
bagian atas badan dengan lobang persis di leher,
Keempat, sarung digelar di atasnya pada arah badan bagian bawah,
Kelima, kerudung digelar pada bagian kepala.
b. Setelah kain digelar, jenazah diangkat dan diletakkan di atasnya,
1) Jenazah laki-laki, dilulut dahulu dengan minyak wangi, kemudian dililitkan kain yang
paling atas bersamaan dengan itu diambil kain penutupnya, lalu dililitkan kain yang kedua
dan ketiga.
2) Jenazah perempuan, dilulut dahulu dengan minyak wangi, kemudian diikat kerudungnya,
dililitkan dengan urut kain sarung, baju kurung, mantel jaz dan kain biasanya.

PERHATIAN!
Bagi seseorang yang meninggal dunia dalam keadaan ihram, jenazahnya:
a. Tidak diberi minyak wangi
b. Dikafani dengan kain ihram yang dipakai dan tidak ditutup kepalanya (kepala terbuka)

6. Persiapan Mensholati Jenazah


a. Jenazah diletakkan di tempat yang paling depan tengah, dengan posisi membujur dan posisi
kepala ďerada di seďelah kaŶaŶ arah ka’ďah
b. Bagi orang yang akan menshalatkannya memenuhi dulu syarat-syarat syahnya shalat, antara
lain: Suci dari najis dan hadats, menutup aurat, dan menghadap kiblat
c. “halat jeŶazah dilakukaŶ deŶgaŶ ďerjaŵa’ah sebanyak 3 shaf, 5 shaf dan seterusnya (tetap
bilangan gasal), bisa dilakukan di dalam masjid
d. Imam berdiri pada arah kepala jenazah, jika jenazah laki-laki dan pada
arah lambung atau tengah, jika jenazah perempuan
Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 16
7. Pelaksanaan Mensholati Jenazah
Shalat jenazah dilakukan dengan empat takbir diakhiri salam, tanpa ruku’ dan sujud
Takbir Pertama
a. Berdiri tegak, lalu dengan niat ikhlas karena Allah, mengangkat tangan sampai bahu, ibu jari
sejajar telinga, dan telapak tangan menghadap Kiblat, jari-jari tidak terlalu renggang atau rapat,
seraya membaca takbir (Allahu Akbar), lalu tangan diturunkan dan telapak tangan kanan
diletakkan pada punggung telapak tangan kiri di dada.
b. Kemudian membaca surah al-Fatihah

Takbir Ke dua
a. Selesai membaca surah al-Fatihah lalu bertakbir (Allahu Akbar)
b. Dilanjutkan membaca do’a sholawat Nabi:

Artinya: Ya Allah ampunilah dia, berilah rahŵat kepadaŶya, maafkanlah dia selamatkanlah dia
(dari beberapa hal buruk), tempatkanlah dia di tempat yang mulia (surga), luaskanlah kuburnya,
mandikanlah ia dengan air dan salju, bersihkanlah ia dari segala kesalahan sebagaimana pakaian
putih dibersihkan dari kotoran. Gantilah rumah yang lebih baik (di surga) dari pada rumahnya (di
dunia), dan berilah keluarga yang lebih baik (di surga) dari pada keluarganya (di dunia), dan berilah

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 17


jodoh yang lebih baik (di surga) daripada jodohnya;di dunia, jagalah ia dari fitnah kubur dan siksa
neraka͟ . [Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah]

Takbir Ke empat

a. Selesai membaca do’a kemudian bertakbir (Allahu Akbar)


b. Lalu membaca do’a lagi

‫ا‬
Artinya: Ya Allah ampunilah kami yang masih hidup dan yang telah mati yang hadir (ada) dan
yang tidak ada, yang kecil (muda) dan yang tua, yang laki-laki dan perempuan. Ya Allah kepada orang-
orang yang Engkau hidupkan diantara kami, maka hidupkanlah dia dalam (keadaan) Islam, dan kepada
orang-orang yang Engkau matikan dari kami, maka matikanlah ia dalam (keadaan) iman. Ya Allah,
jangan Engkau menjauhkan kami dari pahalanya, dan jangan Engkau menyesatkan kami sesudahnya͟ .
[Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasai, Musnad Ahmad]
Jika Jenazah masih anak-anak, do’a yang dibaca adalah

Artinya: Ya Allah, jadikanlah ia pendahulu (penjemput) dan pelebihan (tabungan) serta pahala bagi
kami. [Shahih Bukhari, Musnad Ahmad, Sunan Ibnu Majah]
Diteruskan menoleh ke kanan dengan membaca salam

Dilanjutkan menoleh ke kiri dengan membaca salam

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 18


PERHATIAN!

a. Jika seseorang meninggal karena: syahid, jelas munafiq, dan bunuh diri tidak di sholati
b. Sholat Jenazah dilakukan tidak pakai ruku’, sujud dan duduk
c. Lebih baik Imam sholat jenazah dari keluarga atau kerabat terdekat
d. Sebelum sholat dilaksanakan sebaiknya disampaikan tentang haqqul adami (sangkut
paut utang piutang)

8. Persiapan Penguburan Jenazah


a. Siapkan tempat penguburan dan menggalinya dengan baik, dan cukup sesuai besar kecilnya
jenazah

b. Siapkan batu nisan


c. Siapkan keranda
d. Bila penggalian liang lahat telah selesai, jenazah dibawa ke kuburan dengan cepat,
diam (tidak berbicara) dan tidak kasar
e. Pelayat mengiringinya dengan berjalan kaki di sekelilingnya, dan yang
berkendaraan berada di belakangnya
f. Ketika masuk kuburan membaca do’a sebagai berikut:

Artinya: Salam sejahtera kepadamu, wahai perumahanan orang-orang mukmin, dan Insya
Allah kami akan menyusul kamu sekalian. Ya Allah, janganlah Engkau menjauhkan kami dari

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 19


pahala mereka dan janganlah Engkau timbulkan fitnah kepada kami sepeninggal mereka. [Sunan
Ibnu Majah, Musnad Ahmad]

9. Pelaksanaan Penguburan Jenazah


a. Keranda diletakkan membujur dengan posisi kepala berada pada arah kaki
b. Lalu keranda dibuka dan jenazah diangkat bersamaan dengan itu keranda ditarik dari
arah kaki
c. Jika jenazah perempuan, di atas liang lahat dibentangkan kain atau sejenisnya, lalu
jenazah dimasukkan ke dalam liang lahat dari arah kaki
d. Kemudian jenazah diletakkan dalam liang lahat dengan posisi menghadap ke arah
kiblat, sambil membaca

Artinya: Dengan nama Allah dan atas nama (mengikuti) perilaku Rasulullah (saw). [Musnad
Ahmad, Sunan at-Tirmidzi]
Atau:

Artinya: Dengan nama Allah dan atas nama (mengikuti) sunnahmRasullullah (saw).
e. Tanah bekas galian liang lahat dimasukkan kembali dengan dipadatkan dan
dirapikan, kemudian ditancapkan batu nisan berada pada arah kepala

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 20


10. Do’a Selesai Penguburan Jenazah
Selesai mengubur dan sebelum meninggalkan tempat penguburan pelayat mengambil tanah
dan menaburkannya dari arah kepala tiga kali, lalu berdiri di sisinya, dan membaca do’a
sebagaimana berikut:

Artinya: a Allah ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, maafkanlah dia selamatkanlah dia
(dari beberapa hal buruk), tempatkanlah dia di tempat yang mulia (surga), luaskanlah kuburnya dan
lembutkanlah bumi tempat tidurnya dan jauhkan dia dari siksa kubur dan lindungilah dia dari siksa
neraka. Ya Allah teguhkanlah dia dengan perkataan yang benar di dunia dan akhirat͟ . [Sunan Abu
Dawud, Shahih Bukhari-Muslim]

PERHATIAN!

a. Wanita tidak diperkenankan mengikuti penguburan. Boleh ziarah setelah penguburan selesai.
b. Setelah jenazah sampai dikuburan, pelayat tidak boleh duduk sebelum jenazah diletakkan
c. Jika sampai di kuburan, penggalian liang lahat belum selesai dan jenazah telah diletakkan,
pelayat diperkenankan duduk dengan menghadap kiblat dan tidak di atas kubur
d. Yang turun (menerima, dan meletakkan jenazah) di dalam liang lahat adalah orang yang tadi
malam tidak berhubungan suami istri (jimak)
e. Pelaksanaan penguburan tidak dilakukan pada waktu matahari hampir atau sedang terbit atau
terbenam dan ketika matahari persis di atas kepala
f. Dilarang meninggalkan kuburan “mengijing” atau membangun bangunan permanen di atasnya,
cukup memberi tanda di atasnya dengan batu atau sebangsanya
g. Jika masuk dalam kuburan, berjalanlah di antara kubur dan melepas alas kaki

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 21


F. Takziyah dan Ziarah
1. Pengertian takziyah
Takziyah adalah melawat keluarga jenazah baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
menghibur mereka dengan cara memberikan ucapan belasungkawa, menshalatkan, menganjurkan
bersabar dan tabah dalam menghadapi dan menerima musibah dan cobaan serta
mendo’akan jenazah agar mendapatkan ampunan semua dosa dan kesalahannya kemudian
ditempatkan di tempat yang mulia (surga jannatun na’im)

2. Tujuan takziyah
a. Mengurangi beban yang diterima
b. Mengurangi kesedihan yang dialami
c. Bisa menerima musibah dengan sadar dan ikhlas bahwa itu semua adalah kehendak Allah (swt)
d. Menyerahkan segala sesuatu kepada Allah (swt)

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan


a. Jangan menangisi jenazah dengan berlebihan
b. Jangan menjelek-jelekkan jenazah
c. Jangan menambahi beban pada keluarga jenazah baik mental maupun materi
d. Memberikan sumbangan materi baik berupa uang atau lainnya
e. Dianjurkan kepada pelayat agar membuatkan makanan untuk keluarga jenazah
f. Dilarang meratapi jenazah, menampar pipi, merobek-robek pakaian, dan meratap-ratapan
jahiliyah (tidak mengapa menangis), berkumpul di tempat keluarga sesudah dikubur, sehingga
mereka membuatkan makan bagi pelayat

4. Ziarah Kubur
a. Pengertian ziarah kubur
Ziarah kubur adalah mengunjungi suatu tempat yang di dalamnya terdapat jenazah yang
dikuburkan, baik yang ada hubungan saudara maupun tidak
b. Tujuan ziarah kubur
1) Mengingatkan kepada yang bersangkutan bahwa manusia itu pada akhirnya akan mati
termasuk dirinya

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 22


2) Agar berhati-hati dalam meniti kehidupan di dunia, supaya memperbanyak amal
sholih, menjalankan ibadah dengan sungguh- sungguh dan tertib, jangan sampai melakukan
pelanggaran ajaran Allah dan Rasulullah SAW
3) Mendo’akan orang yang telah meningeal lebih dahulu dan dikubur di kuburan itu

5. Hal-hal yang perlu diperhatikan


a. Setelah sampai kuburan pada waktu masuk supaya mengucapkan salam
b. Membuka alas kaki pada saat berjalan diantara kuburan, kecuali jalan yang secara khusus
dibuat untuk jalan
b. Mendo’akan pada ahli kubur agar diampuni semua dosa-dosa dan kesalahannya oleh Allah
(swt), dan diterima semua amal-amal kebaikannya
c. Tidak dibenarkan meminta-minta pada ahli kubur
d. Tidak dibenarkan menangis dengan keras (meratap)
e. Tidak dibenarkan membawa bunga-bunga apapun ketika berziarah
f. Tidak dibenarkan menjadkan jenazah sebagai perantara hubungan kepada Allah
g. Sebaiknya wanita tidak sering-sering ziarah kubur
h. Duduk menghadap kiblat dan tidak duduk di atas kuburan seseorang
i. Ziarah kubur dianjurkan bagi setiap mukmin, dan bagi mukminat diperbolehkan, akan tetapi
tidak terlalu sering
j. Bila sampai di kuburan mengucapkan salam dan do’a sebagai berikut:

Artinya: Salam sejahtera kepadamu wahai perumahanan orang- orang mukmin, dan Insya Allah
kami akan menyusul kamu sekalian. Ya Allah, janganlah Engkau menjauhkan kami dari pahala
mereka dan janganlah Engkau timbulkan fitnah kepada kami sepeninggal mereka. [Sunan Ibnu
Majah, Musnad Ahmad]

Buku Panduan Praktik Laboratorium Ibadah, Akhlaq dan Muamalah 23

Anda mungkin juga menyukai