Anda di halaman 1dari 5

Udara merupakan lapisan atmos fer yang mengelilingi bumi dan

memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup. Uns ur yang terkandung


dalam udara antara lain adalah Nitrogen (78,09%), Oks igen (21,94%),
Argon (0,93%), dan Karbon dioks ida (0,032%). N amun pada kenyataannya,
terjadi pencemaran udara atau yang lebih dikenal sebagai polus i udara.
P olus i udara merupakan keadaan dimana adanya zat asing yang terkandung
pada udara dan menyebabkan perubahan komposisi udara dari keadaan
normal dalam jumlah serta w aktu tertentu .

P olus i udara timbul dari s umber-sumberalami maupun kegiatan


manus ia ataupun kombinas i dari keduanya . P enyumbang polus i udara
terbesar saat ini adalah dari emis i kendaraan bermotor yang menyumbang
63,8 juta ton/tahun gas karbon monoksida dan diikuti pabrik indus tri yang
menyumbang udara kotor melalui cerobong as ap dari has il pembakaran
mes in . H asil dari proses ters ebut akan meningkatkan logam berat di udara
yang didalamnya terkandung Besi (Fe), Magnesium Oks ida (MgO ),
C admium (Cd), Raksa (Hg), hingga Timbal (Pb) . S elain logam berat, ada
yang dis ebut Particulate Matter (PM) . PM merupakan campuran dari
partikel droplet padat maupun cair yang ditemukan pada udar a. Komponen
utama PM adalah B lack Carbon has il pembakaran bahan bakar fos il. PM
dib edakan menjadi dua jenis berdas arkan ukuran partikelnya. P M10 yaitu
P artikel yang umumnya berdiameter ≤ 10 Mikrometer dan PM2.5
berdiameter ≤ 2.5 mikrometer .

Logam berat dan PM yang ada pada polus i dapat terhirup ke s aluran
pernafasan dan dapat mengganggu sistem pada tubuh. Ukuran PM yang
kecil dapat mas uk kedalam saluran pernafasan bahkan ke pembuluh darah
melalui inhalas i hingga mampi mengalir ke aliran darah. Begitu pula logam
berat yang dap at menyeab kan ke rus ak an s el Senyaw a berbahaya seperti
timbal (Pb), Bes i (F e), dan M agnes ium Oksida (M gO) dibuang langsung ke
udara sehingga berpotensi terbentuknya gas rumah kaca . Efek dari polus i
udara akan berdampak langsung lingkungan da n kesehatan manusia .
N amun ironisnya kita perlu mes in-mesin modernyang menghasilkan zat sis a
pembakaran dan dibuang ke udara. Keadaan s eperti ini akan memicu mutasi
makhluk hidup untuk mempertahankan diri dari perubahan lingkungan, tak
terkecuali bakteri- bakteri hingga yang mampu resisten ce terhadap antibiotik
tertentu.

S ekitar s atu dekade ini, darurat antibiotik terjadi di dunia dan


puncaknya tanggal 7 april 2011 bertepatan dengan peringatan hari
kes ehatan dunia, s ecara res mi WHO memulai program Combating A ntibiotic
R es is tence kepada dunia dan organisasi kesehatan di dunia. Namun tidak
s emua pihak meres pon pos itif program ini. WHO menghimbau kepada dunia
untuk membentuk suatu peraturan terkait penggunaan antibiotik untuk
mengikat mas yarakat, tenaga kes ehatan dan indutri kefarmasian sehingga
memberantas permas alahan resistensi antibiotik.

R es is tens i antibiotik pada bakteri umumnya muncul karen a a bakteri


mampu menemukan cara untuk bertahan hidup dengan beberapa mekanisme
yakni membatasi aks es antibiotik untuk mas uk ke s itoplasma, mem ompa
antibiotik yang mas uk ke s itoplasma, mengubah atau merus ak antibiotik
dengan s ekresi enzim tertentu, dan mengubah target dari
antibiotik ketidaksesuaian dosis penggunaan obat dan paparan radikal bebas ,
s ehingga bakteri mampu meres pon dengan bermutasi membentuk s istem
agar dia bisa bertahan hidup . S ebagai contoh pemberian Betha-Lactam pada
E. C oli, Betha laktam akan menganggu enzim pembentukkan dinding s el
s ehingga s el akan rus ak dan bakteri akan mati. Lalu selama
perkembangannya, bakteri mens ekresi enzim Betha Laktamase yang mampu
mengub ah struktur dari Betha laktam s ehingga antibiotik tidak aktif dan
bakteri mampu bertahan hidup P enicilin- Binding Protein yang mengikat
B etha laktam agar tidak aktif sehingga bakteri bis a bertahan hidup .

P enelitian terkini menemukan bahwa Black Carbon dari PM dan


Logam berat menginduksi perubahan aktifitas dari bakteri sehingga menjadi
res is ten . Black Carbon akan memicu bakteri (S. aureus dan S. pneumoniae)
untuk membuat kolonis as i baru dan membentuk biofilm.

G ambar s. P numonia dan aureus

S etelah diteliti, Black Carbon akan me mpercepat kolonis as i bakteri


dan meru bah permukaan dari biofilm. Perubahan ini ternyata untuk
mempers empit luas kontak permukaan terhadap lingkungan , S ehingga
membuat bakteri memiliki resistensi terhadap multiple- antibiotic.

B erbeda mekanis me dengan res is tens i akibat BC, pada res is tens i
akibat logam berat mengacu pada mekanisme C o- Resistence dan C r o ss -
res is tence. P ada Co resisten merupakan pros es transfer gen res is ten kepada
bakteri lainnya . S edangkan Mekanisme Cross resistence , Bakteri akan
memompa zat yang dianggap as ing untuk keluar dari sitoplas ma agar tidak
terjadi kerusakan dalam s el akibatnya bakteri bis a res is ten terhadap zat
asing ters ebut. P erlu digaris baw ahi bahwa zat asing dalam konteks ini
adalah antibiotik dan logam bera t , sehingga t bakteri memiliki kemampuan
untuk resisten terhadap lebih dari s atu antibiotik dan logam berat . (pada
paragraf ini, masukkan kaitan antara polusi dengan resistens i antibiotik –
namun tidak berkaitan dengan mutas i)

P aparan Logam Berat yang bersifat Reactive Oxygen S pecies (RO S)


berkaitan dengan mutasi bakteri. ROS menyebabkan ketidaks eimbangan
komponen s el dengan mengganggu lipid, protein dan kerusakan DNA (D NA
D amage) . J ika bakteri tidak mampu bertahan di keadaan ini maka akan
menyebabkan kematian. DNA D amage inilah yang menginisias i terjad inya
mutas i . K ita bandingkan dengan keadaan sekarang dimana ROS menumpuk
di lingkungan sehingga bakteri patogen maupun Normal Flora mempunyai
potensi untuk ber mutasi lebih bes ar . Mutas i sendiri dimulai dengan adanya
s istem DNA Repair, namun pada bakteri terjadi DNA repair yang tidak
s empurna. Kes alahan DNA Repair pada bakteri disebut dengan DNA
M ismatch R epair (M MR) . K esalahan akibat DNA D amage seharusnya dapat
diperbaiki, namun s istem MM R tidak mampu memperbaiki kerusakan
s ehingga terjadi mutasi. Peningkatan mutasi pada bakteri akan mempercepat
adapta s i terhadap perubahan lingkungan termas uk pemberian antibiotik .
S ehingga mutasi mempercepat bakteri untuk memiliki kemampuan resistensi
antibiotik.

Mutasi sendiri adalah pros es alami yang dilakukan oleh bakteri


dikarenakan penyes uaian diri terhadap lingkungannya. Dalam hal ini, zat
yang terkandung di polus i udara merupakan mutagen (Agen mutasi) yang
mampu menginisias i pros es mutas i gen pada Kromos om bakteri. Mutan
(hasil M utas i) bakteri inimenyebabkan beberapa bakteri mempunyai
kemampuan resisten terhadap obat antibiotik.

S ekitar s atu dekade ini, darurat antibiotik terjadi di dunia dan


puncaknya tanggal 7 april 2011 bertepatan dengan peringatan hari
kes ehatan dunia, s ecara res mi WHO memulai program Combating A ntibiotic
R es is tence kepada dunia dan organisasi kesehatan di dunia. Namun tidak
s emua pihak meres pon pos itif program ini. WHO menghimbau kepada dunia
untuk membentuk suatu peraturan terkait penggunaan antibiotik untuk
mengikat mas yarakat, tenaga kes ehatan dan indutri kefarmasian sehingga
memberantas permas alahan resistensi antibiotik. S ekitar s atu dekade ini,
darurat antibiotik terjadi di dunia dan puncaknya tanggal 7 april 2011
bertepatan dengan peringatan hari kes ehatan dunia, secara resmi WHO
memulai program Combating Antibiotic Resistence kepada dunia dan
organis as i kes ehatan di dunia. N amun tidak s emua pihak meres pon pos itif
program ini. WH O menghimbau kepada dunia untuk membentuk suatu
peraturan terkait penggunaan antibiotik untuk mengikat masyarakat, tenaga
kes ehatan dan indutri kefarmas ian sehingga memberantas permas alahan
res is tens i antibiotik.

R es is tens i antibiotik pada bakteri umumnya muncul karena


ketidaksesuaian dosis penggunaan obat dan paparan radikal bebas , sehingga
bakteri mampu meres pon dengan bermutasi membentuk s istem agar dia bisa
bertahan hidup. Sebagai contoh pemberian Betha-Lactam pada E. Coli,
B etha laktam akan menganggu enzim pembentukkan dinding sel sehingga
s el akan rus ak dan bakteri akan mati. Lalu selama perkembangannya,
bakteri mensekres i Penicilin- Binding Protein yang mengikat Betha laktam
agar tidak aktif s ehingga bakteri bis a bertahan hidup.

D isisi lain, Bakteri yang terpapar radikal bebas akan menyebabkan


DNA D amage yaitu perubahan s truktur DNA karena s ifat Radikal bebas
yang tidak stabil. Sifat ini akan menyebabkan ikatan antara radikal bebas
dengan kromosom dan merus ak struktur DNA. DNA D amage akan
diperbaiki dengan pros es yang bernama DNA Repair.

P enelitian Terbaru membahas Baru-baru ini peneliti luar negeri sedang


gencar untuk meneliti terkait bagaimana pros es DNA Repair akibat DNA
D amage berpengaruh terhadap resistensi antibiotik kemudian dasar itu
digunakan untuk memanipulasi pros es nya s ehingga mengurangi
peningkatan resistensi antibiotik . Mereka menemukan bahwa bakteri
memiliki s istem SOS Regulation s ebagai respon DNA D amage, dimana
S is tem ini diatur oleh adanya Lex A dan Rec A. Lex A s endiri adalah s uatu
protein represor transkrips i pada SO S Box yang meregulas i mulainya
trans kripsi DNA. Lex A akan aktif ketika dia berikatan dengan
R ecA/ssDN A filamen nukleoprotein sehingga transkrips i dimulai.

G ambar M apping di ppt yang diberikan pak rio

SOS Reponse saat ini memiliki 40 gen yang telah diketahui perannya
dalam DNA Repair. S flA merupakan protein yang menghambat pembelahan
s el sehingga ketika ada DNA yang rus ak, pros es mitosisnya akan terhenti
s ementara untuk memulai DNA Repair. UvrA , UvrB dan U vr D bers ama
dengan UvrC berperan dalam pemotongan struktur DNA yang rusak akibat
dari paparan mutagen. UmuC dan UmuD berperan sebagai DNA polymerase
yang mengoreks i kes alahan G en akibat DNA Damage agar tidak s ampai
terjadi mutasi.

G ambar M apping yang ditulis kan di papan tulis

P eneliti berakhir pada kesimpulan bahwa UmuC dan U muD


merupakan DNA P olymeras e .... yang merupakan DNA polymeras e tinggi
kes alahan koreks i , peningkatan mutasi akibat hal ini akan mempercepat
terjadinya adaptasi dan res is tens i terhadap antibiotik bagi bakteri i dan Hal
inilah yang menyebabkan mutas i Gen bakteri muncul. Tingginya
kemungkinan mutas i mengakibatkan tingginya kemampuan res is tens i
bakteri . Yang perl u kita pahami, penelitian ini membuka potens i untuk
memanipulasi pros es DNA Repair bakteri untuk mencegah terjadinya
res is tens i. Mereka mencoba untuk menemukan senyawa yang mampu
menghambat LexA a gar SOS Respons e tidak terjadi s ehingga potensi
res is ten antibiotik menurun.
Kondis i pencemaran ya ng s ekarang terjadi memang tidak bis a
dihindarkan, dan pe nelitian keterkaitan polusi terhadap res is tens i antibiotik
pada bakteri menimbulkan pemahaman baru dan dampak s erius jika
dibiarkan . Pemerintah dunia , dalam hal ini WHO, perlu melakukan
pengkajian dan pengembangan terkait peraturan un tuk meregulas i ulang
pembuangan emis i pabrik maupun tentang penggunaan kendaraan bermotor
s ehingga diha rapkan mengurangi polus i yang ada. Karena jika tidak s egera
be rtindak, perkembangan mekanis me res is tens i bakteri semakin meningkat
s ecara mas if. Dis is i lain, perlu adanya penelitia n lebih lanjut terkait
bagaimana pemutusan siklus ini.

Anda mungkin juga menyukai