Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

“UPTD PUSKESMAS KALIBAKUNG”

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

Pendidikan Ahli Madya Farmasi di Program Studi DIII Farmasi

Politeknik Harapan Bersama Tegal

Disusun Oleh :

1. Ikfi Lailatus Sa’adah ( 20080022 )


2. Arinda Nur Rahmawati ( 20080023 )
3. Nanda Syifa Aulia ( 20080043 )
4. Metty Anggelina Wibowo ( 20080123 )

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2022
PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

UPTD PUSKESMAS KALIBAKUNG

Oleh :

1. Ikfi Lailatus Sa’adah ( 20080022 )


2. Arinda Nur Rahmawati ( 20080023 )
3. Nanda Syifa Aulia ( 20080043 )
4. Metty Anggelina Wibowo ( 20080123 )

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu Persyaratan Praktek Kerja

Lapangan DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama

Telah diperiksa dan disahkan pada

Tanggal : Agustus 2022

Apoteker Pembimbing Lahan Pembimbing PKL

Apt. Meilisa Rizki S. Farm Apt. Susiyarti, M.Farm


NIP : 198605052020122000 NIDS. 09.017.359

Ketua Program Studi Diploma III Farmasi


Politeknik Harapan Bersama

Apt. Sari Prabandari, S.Farm., MM.


NIDS. 08.015.223
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO

1. Jawaban sebuah keberhasilan adalah terus belajar dan tak kenal putus asa
2. Kebanggan kita terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tapi bangkit
kembali setiap kita gagal
3. Smile is a simpel way of enjoying life
4. Do the best and pray. God will take care of the best

PERSEMBAHAN

Laporan PKL ini, penyusun sembahkan kepada :


1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Orang tua tercinta yeng senantiasa memberikan support, motivasi baik
mental, spiritual dan do’a.
3. Teman-teman Puskesmas yang senantiasa membagikan ilmunya.
4. Kepala UPTD Puskesmas Kalibakung yang telah menyediakan tempat
Praktek Kerja Lapangan dan membimbing kami.
5. Semua Bapak dan Ibu dosen Politeknik Harapan Bersama Tegal yang kami
hormati.
6. Ibu Apt. Meilisa Rizki S. Farm selaku apoteker pengelola Puskesmas
Kalibakung yang telah memberikan kesempatan bimbingan, motivasi dan
nasehat kepada kami.
7. Segenap karyawan dan karyawati Puskesmas Kalibakung yang telah sabar
membimbing kami, atas segala kesabaran, perhatian, keramahan dan
senantiasa membantu dalam memberikan informasi, bimbingan serta
pengalamannya kepada kami.
8. Teman-temanku yang telah bekerja sama dalam melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan.
9. Teman-teman sejawat, seangkatan semester V DIII Farmasi Politeknik
Harapan Bersama Tegal.
10. Para kakak tingkat dan adik tingkat DIII Farmasi Politeknik Harapan
Bersama Tegal.
PRAKATA

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah serta inayah-Nya, sehingga pelaksanaan dan
penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat terselesaikan. Pelaksanaan dan
penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi Tugas Akhir Praktek Kerja Lapangan DIII Farmasi Politeknik Harapan
Bersama Tegal.

Kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan penyusunan Laporan Praktek Kerja


Lapangan ini, banyak menghadapi kesulitan, namun berkat kemauan, kerja sama dan
kerja keras serta bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka laporan
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Sari Prabandani, S.Farm., M.M., Apt selaku Ketua Program Studi DIII
Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal.
2. Ibu Susiyarti, M.Farm., Apt selaku Dosen Pembimbing kami.
3. Ibu Apt. Meilisa Rizki S. Farm selaku Apoteker Pembimbing Praktek Kerja
Lapangan di Puskesmas Kalibakung yang telah memberikan kesempatan,
petunjuk, bimbingan, motivasi, dan nasehat kepada kami.
4. Segenap karyawan dan karyawati Puskesmas Kalibakung yang telah sabar
membimbing kami, atas segala kesabaran, perhatian, keramahan dan senantiasa
membantu dalam memberikan informasi, bimbingan serta pengalamannya
kepada kami.
5. Orang Tua tercinta yang telah membantu kami dalam segi material maupun
dalam segi motivasi selama dalam penyusunan Laporan ini.
6. Keluarga tercinta yang selalu memberi dukungan maupun motivasi.
7. Dan semua pihak lain yang telah ikut serta memberikan bantuan dan dorongan
dalam proses penyelesaian Laporan Praktek Kerja Lapangan Puskesmas.

Kami menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dalam kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yamng membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan Laporan ini. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis Laporan ini dan pada umumnya bagi para pembaca.

Tegal, 19 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
PENGESAHAN..............................................................................................................ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................................iii

PRAKATA......................................................................................................................v

DAFTAR ISI.................................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

1.2 Tujuan PKL Puskesmas....................................................................................2

1.3 Manfaat PKL Puskesmas..................................................................................2

1.4 Waktu dan Tempat PKL Puskesmas................................................................2

BAB II TINJAUAN UMUM..........................................................................................3

2.1 Pengertian Puskesmas......................................................................................3

2.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas...........................................................................3

2.3 Jenis Puskesmas................................................................................................3

2.4 Pelayanan Kefarmasian....................................................................................3

2.5 Standar pelayanan kefarmasian........................................................................4

2.6 Persyaratan Puskesmas.....................................................................................4

2.7 Persyaratan Kefarmasian..................................................................................7

2.8 Persyaratan Laboratorium................................................................................7


BAB III PUSKESMAS KALIBAKUNG.......................................................................8

3.1 Sejarah Puskesmas Kalibakung........................................................................8

3.2 Lokasi Puskesmas Kalibakung.........................................................................9

3.3 Tujuan Pendirian Puskesmas............................................................................9

3.4 Visi Dan Misi...................................................................................................9

3.5 Struktur Organisasi Puskesmas......................................................................10

3.1 Pengelolaan SDM Instalasi Farmasi Di Puskesmas.......................................13

3.7 Pengelolaan Instalasi Farmasi Di Puskesmas.................................................14

3.8 Administrasi...................................................................................................17

BAB IVPEMBAHASAN..............................................................................................19

4.1 Manajemen Perbekalan Farmasi Puskesmas Kalibakung..............................19

4.2 Pelayanan Farmasi Klinik Puskesmas Kalibakung........................................27

4.3 Pelayanan Kefarmasian Rawat Jalan..............................................................28

4.4 Pengkajian dan Pelayanan Resep...................................................................29

4.5 Pelayanan Informasi Obat (PIO)....................................................................30

4.6 Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat............................................30

4.7 Pemantauan Terapi Obat (PTO).....................................................................31

4.8 Evaluasi Penggunaan Obat Rasional..............................................................32

BAB V PENUTUP........................................................................................................33

5.1 KESIMPULAN..............................................................................................33

5.2 SARAN..........................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................34

LAMPIRAN..................................................................................................................35
BAB I

PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses terwujudnya pencapaian sebuah kesehatan nasional pastinya turut
didukung dan berbagai elemen yang melengkapi berjalannya proses tersebut. Salah
satunya Puskesmas yang merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional
yang menjadi pusat pengembangan kesehatan masyarakat, membina peran serta
masyarakat, disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Kesehatan
merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan oleh masyarakat dalam kehidupan.
Dengan memiliki hidup yang sehat seseorang dapat menjalani dan melakukan
aktivitasnya dengan baik. Untuk meningkatkan kesehatan selain upaya yang
dilakukan oleh diri sendiri dalam menjaga kesehatan, dibutuhkan juga adanya upaya
yang menunjang pelayanan kesehatan lainnya seperti Posyandu, Puskesmas, Apotek,
Rumah Sakit dan lainnya guna meningkatkan kesehatan masyarakat.
Puskesmas merupakan bagian dari elemen kesehatan yang berperan dalam bidang
sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan untuk
kepentingan masyarakat, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan atau penelitian.
Sehingga dibutuhkan tenaga ahli dan tenaga kesehatan yang berkompeten pada
bidangnya masing-masing tersebut. Diharapkan tenaga pelayanan kesehatan yang
dimaksud khususnya farmasi harus memiliki sikap terampil, terlatih dan dapat
mengembangkan diri baik sebagai pribadi maupun sebagai tenaga kesehatan
yangprofesional berdasarkan nilai-nilai yang dapat menunjang upaya pembangunan
kesehatan.
Oleh karena itu, dalam mencapai pemenuhan skill calon para tenaga ahli dan
tenaga pelayanan kesehatan khususnya dibidang farmasi seperti yang diharapkan.
Maka setiap perguruan tinggi khususnya Politeknik Harapan Bersama, merealisasikan
program pendidikan yang telah digariskan pada kurikulum jurusan farmasi, agar pada
setiap mahasiswa tingkat III di wajibkan untuk melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Puskesmas. Praktek Kerja Lapangan (PKL) sangat membantu
mahasiswa tingkat III sebagai calon Ahli Madya Farmasi untuk menambah
pengetahuan serta mengenal lebih jauh kegiatan kefarmasian dan kegiatan lain yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan khususnya dibidang farmasi di Puskesmas.
Hal tersebut mencakup pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada pasien sampai
dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di
Puskesmas, baik untuk pasien rawat inap dalam hal persalinan, rawat jalan maupun
untuk semua unit pelayanan termasuk pelayanan Program Terapi Rumatan Metadon
(PTRM). Berperan serta dalam beberapa program pelayanan kesehatan lainnya di
Puskesmas untuk meningkatkan kesehatan seluruh lapisan masyarakat, baik pasien
maupun tenaga kerja puskesmas dan lingkungan sekitar puskesmas. Dengan praktek
kerja lapangan ini, diharapkan nantinya dapat memahami tugas dan tanggung
jawabnya sebagai seorang Ahli Madya Farmasi di Puskesmas, Rumah Sakit atau
Instansi-instansi lainnya.

1.2 Tujuan PKL Puskesmas


Tujuan PKL Puskesmas meliputi :
1. Untuk memperkenalkan mahasiswa pada organisasi atau usaha farmasi di
Puskesmas
2. Mengetahui dan memahami tentang kegiatan pelayanan resep di Puskesmas
3. Untuk memberikan gambaran secara nyata kepada mahasiswa mengenai kegiatan
pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas
4. Mengetahui dan memahami tentang pengelolaan obat di Puskesmas

1.3 Manfaat PKL Puskesmas


1. Menjadi saran bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama
perkuliahan
2. Melatih kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam kaitannya antara teori
dan praktek
3. Menumbuhkan sikap profesional yang diperlukan mahasiswa dalam memasuki
lapangan kerja bidang farmasi

1.4 Waktu dan Tempat PKL Puskesmas


1.4.1 Waktu Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan mulai tanggal 22 Agustus sampai
17 September 2022.
Adapun untuk menjamin kelancaran pelayanan di Puskesmas Kalibakung
dilakukan pada pukul 07.00-14.00

1.4.2 Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Puskesmas
Kalibakung.
BAB II

TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM


2.1 Pengertian Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun
2016 pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten / kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya
kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep
kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas
pelayanan kesehatan di indonesia termasuk puskesmas.

2.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun
2016 puskesmas memiliki tiga fungsi pokok, yaitu sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat
pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan
dan pelayanan kesehatan masyarakat.

2.3 Jenis Puskesmas


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun
2014 puskesmas dikategorikan menjadi:
1. Puskesmas Non Rawat Inap
Puskesmas non rawat inap adalah puskesmas yang tidak menyelenggarakan
pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan persalinan normal.
2. Puskesmas Rawat Inap
Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan sumber daya
untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan
kebutuhan pelayanan.

2.4 Pelayanan Kefarmasian


2.4.1 Definisi Pelayanan Kefarmasian
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
tahun 2016 pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya
berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi
pelayanan komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 menyatakan bahwa pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

2.4.2 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
tahun 2016 pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan
kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan. Pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi 2
(dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dan kegiatan pelayanan farmasi
klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia dan sarana
dan prasarana

2.5 Standar pelayanan kefarmasian


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun
2016 standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang digunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi standar pengelolaan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Pengaturan standar
pelayanan kefarmasian di puskesmas bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian.
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien.

2.6 Persyaratan Puskesmas


Menurut PERMENKES RI No. 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan, dalam kondisi
tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu) Puskesmas.
Kondisi tertentu ditetapkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah
penduduk, dan aksesibilitas. Puskesmas sebagaimana harus memenuhi persyaratan
lokasi, bangunan, prasaran, peralatan, ketenagaan, kefarmasian, dan laboratorium.
2.6.1 Persyaratan Lokasi
Persyaratan Lokasi menurut PERMENKES RI No. 43 Tahun 2019
sebagaimana meliputi :
1. Geografis;
2. Aksesibilitas untuk jalur transportasi;
3. Kontur tanah;
4. Fasilitas parkir;
5. Fasilitas keamanan;
6. Ketersediaan utilitas publik;
7. Pengelolaan kesehatan lingkungan;
8. Tidak didirikan di area sekitar Saluran Udara Tegangan Tinggi dan
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;

Selain persyaratan diatas pendirian puskesmas harus memperhatikan


ketentuan teknis pembangunan bangunan gedung negara.

2.6.2 Persyaratan Bangunan


Persyaratan bangunan meliputi :
1. Persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja
serta persyaratan teknis bangunan;
2. Bangunan bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain; dan
3. Bangunan didirikan dengan memperhatikan fungsi, keamanan,
kenyamanan, perlindungan keselamatan dan kesehatan serta kemudahan
dalam memberi pelayanan bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan
khusus / penyandang disabilitas, anak-anak, dan lanjut usia.

Persyaratan teknis bangunan sebagaimana sesuai dengan pedoman yang


ditetapkan oleh Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang
memiliki tugas dan fungsi di bidang pelayanan kesehatan.

1. Selain memiliki bangunan yang memenuhi persyaratan sebagaimana


setiap Puskesmas memiliki bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan dan
bangunan lainnya sesuai dengan kebutuhan.
2. Bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan sebagaimana didirikan dengan
mempertimbangkan aksesibilitas Tenaga Kesehatan dalam memberikan
pelayanan.
3. Ketentuan sebagaimana dikecualikan dalam hal terdapat keterbatasan
lahan dan/atau hasil analisis dinas kesehatan daerah kabupaten/kota
Puskesmas tidak membutuhkan bangunan rumah dinas tenaga kesehatan.
2.6.3 Persyaratan Prasarana
Persyaratan prasarana paling sedikit terdiri atas:
a. sistem penghawaan (ventilasi);
b. sistem pencahayaan;
c. sistem air bersih, sanitasi, dan hygiene;
d. sistem kelistrikan;
e. sistem komunikasi;
f. sistem gas medik;
g. sistem proteksi petir;
h. sistem proteksi kebakaran;
i. sarana evakuasi;
j. sistem pengendalian kebisingan; dan
k. kendaraan puskesmas keliling.

Selain kendaraan puskesmas keliling sebagaimana, Puskesmas dapat


dilengkapi dengan ambulans dan kendaraan lainnya.

2.6.4 Persyaratan Peralatan


Persyaratan peralatan sebagaimana meliputi:
a. jumlah dan jenis peralatan sesuai kebutuhan pelayanan;
b. kelengkapan izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
c. standar mutu, keamanan, dan keselamatan; dan
d. diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan
pengkalibrasi yang berwenang.
Jumlah dan jenis peralatan sebagaimana berubah sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebijakan, kebutuhan
kompetensi, dan kewenangan tenaga kesehatan Puskesmas, serta
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada kondisi infrastruktur belum memadai, jumlah dan jenis peralatan
sebagaimana dapat menyesuaikan dengan alat lain yang memiliki fungsi
yang sama.
2.6.5 Persyaratan Ketenagaan
Persyaratan ketenagaan sebagaimana meliputi dokter dan/atau
dokter layanan primer. Selain dokter dan/atau dokter layanan primer
sebagaimana Puskesmas harus memiliki:
a. dokter gigi;
b. Tenaga Kesehatan lainnya;dan
c. tenaga nonkesehatan.
Jenis Tenaga Kesehatan lainnya paling sedikit terdiri atas:
a. perawat;
b. bidan;
c. tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku;
d. tenaga sanitasi lingkungan;
e. nutrisionis;
f. tenaga apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian; dan
g. ahli teknologi laboratorium medik.
Dalam kondisi tertentu, Puskesmas dapat menambah jenis tenaga
kesehatan lainnya meliputi terapis gigi dan mulut, epidemiolog kesehatan,
entomolog kesehatan, perekam medis dan informasi kesehatan, dan tenaga
kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan.
Dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter gigi, dan Tenaga
Kesehatan lainnya bertugas untuk memberikan Pelayanan Kesehatan di
wilayah kerjanya.
Tenaga non kesehatan harus mendukung kegiatan ketatausahaan,
administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di
Puskesmas.
Dalam hal jumlah dan jenis dokter dan/atau dokter layanan primer,
dokter gigi, dan Tenaga Kesehatan lainnya telah memenuhi kebutuhan
ideal, dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter gigi, dan Tenaga
Kesehatan lainnya dapat diberikan tugas lain.

2.7 Persyaratan Kefarmasian


Persyaratan kefarmasian berupa ruang farmasi. Ruang farmasi merupakan unit
pelayanan Puskesmas tempat penyelenggaraan pelayanan kefarmasian. Pelayanan
kefarmasian harus memenuhi kriteria ketenagaan, bangunan, prasarana, perlengkapan
dan peralatan, serta dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2.8 Persyaratan Laboratorium


Persyaratan laboratorium klinik berupa ruang laboratorium klinik untuk
menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan
kesehatan. Laboratorium klinik harus memenuhi kriteria ketenagaan, bangunan,
prasarana, perlengkapan dan peralatan, serta dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB III

PUSKESMAS KALIBAKUNG

BAB III PUSKESMAS KALIBAKUNG


3.1 Sejarah Puskesmas Kalibakung
Puskesmas Kalibakung menempati lokasi di Desa Kalibakung Kecamatan
Kalibakung, Kabupaten Tegal yang beralamat di Jalan Raya Selatan Kalibakung.
Sejak awal berdirinya sampai sekarang, Puskesmas Kalibakung telah mengalami
beberapa peningkatan baik mengenai fisik bangunan, sarana dan prasarana Puskesmas
hingga peningkatan jumlah sumber daya manusianya.

Semula Puskesmas Kalibakung merupakan Puskesmas Pengembangan dari


Puskesmas Balapulang yang hanya memberikan pelayanan dasar, kemudian sejak
tahun 1994 mulai dikembangkan menjadi Puskesmas Induk, dan dari tahun ke tahun
mulai dengan melakukan diversifikasi pelayanan kesehatan berupa pelayanan dalam
rawat jalan (Balai Pengobatan Umum, BP Gigi, KIA), laboratorium, konseling gizi,
kesehatan lingkungan dan kegiatan promotif lainnya.

Puskesmas Kalibakung sebagai salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten Tegal yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Sebagai unit pelaksana teknis,
puskesmas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal.
Puskesmas berdasarkan kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat (Keputusan
Menteri Kesehatan nomor 128 tahun 2004) mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam sistem kesehatan nasional dan sistem kesehatan kabupaten.

Kegiatan Utama Puskesmas Kalibakung adalah dalam usaha pelayanan kesehatan


perorangan dengan pendekatan pelayanan medis, tindakan medik dan keperawatan,
pelayanan penunjang medik, dan upaya rujukan. Dengan core bisnis adalah pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dengan upaya-upaya untuk mengembangkan jenis
pelayanan yang telah ada dengan pengoptimalan sumber daya dan fasilitas yang ada,
sehingga dapat menampung kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan mampu
bersaing dengan pelayanan kesehatan lain terutama di wilayah Kalibakung dan
sekitarnya.

Dalam upaya menghadapi persaingan global, terutama terhadap competitor


layanan sejenis di Kabupaten Tegal, Puskesmas Kalibakung berusaha memenangkan
persaingan dengan cara menjaga mutu layanan; Leader dalam SDM dan Sarana
Prasarana, dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Selain itu, masih banyak peluang-peluang usaha yang belum digali atau belum
optimal. Apabila hal tersebut diolah, dimanfaatkan dan lebih diberdayakan, tentu saja
akan dapat meningkatkan core bisnis, dan dapat mendatangkan tambahan income
sehingga untuk ke depannya Puskesmas dapat menjadi Puskesmas yang mandiri.
Untuk kepentingan diatas, selain adanya potensi yang ada tentulah masih banyak
kelemahan dan kekurangan dalam hal memberikan pelayanan. Misalnya: kurang
ramahnya petugas, waktu tunggu pasien terlalu lama dan lain-lain, yang perlu disikapi
dan diperbaiki agar dapat meningkatkan mutu pelayanan. Jika mutu pelayanan
meningkat, maka diharapkan akan lebih meningkatkan kunjungan yang berdampak
pada meningkatnya pendapatan Puskesmas.

3.2 Lokasi Puskesmas Kalibakung


Puskesmas Kalibakung merupakan salah satu Puskesmas yang terletak di
Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal. Puskesmas Kalibakung merupakan daerah
di daerah agraris, dalam peta daerah Kabupaten Tegal mempunyai batas - batas
wilayah sebagai berikut:

Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Bojong ,

Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Margasari

Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Bumijawa,

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lebaksiu,

Puskesmas Kalibakung mencakup 11 Desa dengan luas wilayah seluruhnya 42,67


km2 . Jumlah desa di wilayah kerja Puskesmas Kalibakung sebanyak 11 desa binaan
yaitu Desa Cenggini, Bukateja, Kalibakung ,Karang jambu, Cilongok, Tembongwah,
Danareja, Pagerwangi, Harjawinangun, Batuagung dan Banjaranyar yang semuanya
masuk dalam wilayah Kabupaten Tegal dengan jumlah penduduk pada Tahun 2018
sebanyak 40.055 jiwa.

3.3 Tujuan Pendirian Puskesmas


1. Menjadi puskesmas pilihan masyarakat.
2. Memberikan pelayanan yang berorientasi pada kepuasan masyarakat .

3.4 Visi Dan Misi


Visi :
Menjadi puskesmas yang memberi pelayanan kesehatan yang bermutu, dalam
mewujudkan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri.

Misi :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.
2. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri.
3. Mengembangkan unit-unit pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.
3.5 Struktur Organisasi Puskesmas
a. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Puskesmas Kalibakung Kabupaten Tegal berdasarkan


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 128 Tahun 2004 Tentang Puskesmas dengan
pengembangan, terdiri dari:

1) Kepala Puskesmas
2) Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala Puskesmas dalam
pengelolaan:
a) Data dan Informasi
b) Perencanaan dan Penilaian
c) Keuangan
d) Umum dan Kepegawaian
3) Unit Pelaksana Teknis Fungsional;
a) Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
b) Upaya Kesehatan Perorangan
4) Jaringan Pelayanan Puskesmas
a) Unit puskesmas pembantu
b) Unit puskesmas keliling
c) Unit bidan di desa/komunitas
5) Hubungan Masyarakat (Humas)
a) Bagan struktur Organisasi Puskesmas Kalibakung Kabupaten Tegal terlampir.
5
b) Uraian Tugas

Struktur Organisasi diatas mempunyai Uraian Tugas sebagai berikut:

1) Kepala Puskesmas, mempunyai tugas sebagai berikut:


a) Fungsi Pokok:

Memimpin Puskesmas dalam menjalankan Fungsi


Puskesmas sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas dan
melaksanakan sebagian kegiatan teknis Dinas.

b) Tugas Pokok:
1) Merumuskan kebijakan operasional dalam bidang pelayanan
kesehatan dalam Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) maupun
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
2) Memimpin urusan Tata Usaha, Unit-Unit Pelayanan,
Puskesmas Pembantu, Polindes dan Ponkesdes dalam
menyelenggarakan pelyanan kesehatan masyarakat agar
pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan rencana kerja yang
telah ditetapkan
3) Memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan teknis kepada
semua staf dalam pelaksanaan tugas
4) Melaksanakan konsolidasi dan desiminasi informasi kepada
semua staf di Puskesmas
5) Menerima laporan sebagai bahan evaluasi program / kegiatan
dan semua staf
6) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan
realisasi program kerja sebagai bahan dalam menyusun
program kerja berikutnya
7) Mendorong terciptanya lingkungan kerja yang kondusif dengan
budaya kerja yang mendukung
8) Melaporkan Pelaksanaan kegiatan di Puskesmas kepada Kepala
Dinas
9) Mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan Puskesmas.
10) Melaksanakan koordinasi dan kerjasama lintas sektoral dalam
upaya pembangunan kesehatan di wilayah kerja.
11) Melakukan supervisi dalam pelaksanaan kegiatan di Puskesmas
induk, Pustu, Pos Puskesling, Polindes, Posyandu dan di
Masyarakat.
12) Memimpin, mengarahkan, membina, mengawasi,
mengendalikan, dan mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan
Puskesmas
13) Menyusun rencana strategis Kegiatan Puskesmas
14) Menyiapkan Rencana Strategis Kegiatan Puskesmas
15) Mengusulkan calon koordinator pengelola keuangan dan
Koordinator teknis kepada kepala daerah sesuai ketentuan
melalui Kepala Dinas Kesehatan.
16) Menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja
operasional serta keuangan Puskesmas kepada kepala daerah.
17) Menetapkan Koordinator lainnya sesuai kebutuhan Puskesmas
selain Koordinator yang telah ditetapkan dengan peraturan
perundangan-undangan
18) Menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja
operasional serta keuangan Puskesmas kepada kepala daerah
melalui Kepala Dinas Kesehatan.

3.1 Pengelolaan SDM Instalasi Farmasi Di Puskesmas


Instalasi Farmasi di Puskesmas Kalibakung dikelola oleh 2 orang yang terdiri dari
satu APA, dan satu Asisten Apoteker (AA). Tugasnya adalah sebagai berikut:

1. Apoteker Pengelola Apotek (APA)


a. Memberikan pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi kepada
masyarakat.
b. Memperhatikan kesejahteraan pegawai.
c. Menjalin hubungan baik dengan Pegawai, PBF, Dokter, dan Tenaga
Medis lainnya di lingkungan puskesmas.
d. Bertanggung jawab merencanakan, mengkoordinasi, mengelola dan
mengevaluasi seluruh kegiatan di Apotek, baik dalam kegiatan
kefarmasian maupun managerial dan administrasi.
2. Asisten Apoteker (AA)
a. Membantu pengadaan obat
b. Membantu melaksanakan tugas administrasi
c. Melakukan pencatatan penggunaan obat
d. Membantu APA dalam hal penerimaan perbekalan farmasi dan
memastikan keabsahannya
e. Melayani resep dari dokter termasuk memberi harga, meracik dan
mempersiapkan resep dibawah naungan APA
f. Mencatat dan memeriksa obat-obat dan barang-barang yang mendekati
batas untuk dipesan kembali dan mengontrol obat-obat yang mendekati
kadaluarsa.

3.7 Pengelolaan Instalasi Farmasi Di Puskesmas


Kegiatan kefarmasian di Puskesmas Kalibakung meliputi pengelolaan obat
dan bahan medis habis pakai. Pengelolaan bahan obat dan bahan medis habis
pakai meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan.

1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi kegiatan farmasi dan bahan
obat habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi dalam
rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas. Di puskesmas Kalibakung proses
perencanaannya menggunakan metode kombinasi yaitu metode konsumsi dan
metode epidemiologi. Metode konsumsi didasarkan pada analisis data konsumsi
obat tahun sebelumya dan metode epidemiologi didasarkan pada pola penyakit,
dan jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang ada.
Proses perencanaan obat biasanya juga melihat laporan pemakaian obat, yaitu
LPLPO ( laporan pemakaian dan permintaan obat). Proses perencanaan ini tidak
hanya mengacu pada pemakaian oabt di puskesmas kalibakung saja tetapi juga
melihat laporan pemakaian obat di sub sub unit yang lain.
2. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dari
gudang farmasi dinas kesehatan Kota Tegal sesuai dengan permintaan yang
diajukan. Setelah mengajukan permintaan biasanya dilakukan bon obat yaitu
proes pengambilan obat dari gudang farmasi Dinkes Kota Tegal. Kemudian
dilakukan pengecekan ulang untuk menentukan jumlah obat yang yang diterima
sesuai dengan permintaan.
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas
meliputi rak obat, meja obat diurutkan dengan alfabetis. Dan meja peracikan
diruang peracikan disediakan peralatan peracikan seperti mortir dan stamper,
obat-obat yang khusus untuk diracik, air mineral untuk pengencer, sendok obat,
bahan pengemas obat, thermometer ruangan, blanko salinan resep, etiket
antibiotik, etiket putih, etiket biru dan label obat, buku catatan pelayanan resep,
buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang
ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Dan
menyediakan lemari pendingin untuk sediaan suppositoria dan pendingin ruangan
(air conditioner).
1) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan yang dilakukan diinstalasi farmasi yaitu berupa pencatatan,
struk penjualan serta pencatatan stok barang yang menggunakan sistem
komputerisasi yang disebut Kimia Farma Point Of sale System (POS),
yaitu sistem untuk meginput penerimaan barang sehingg terjadinya
penambahan jumlah barang dan jika terjadi transaksi pembelian maka
secara otomatis barang tersebut akan berkurang, sehigga dapat mudah
mengetahui ketersediaan barang. Pencatatan bertujuan untuk
mempermudah pengawasan terhadap prsediaan obat dan kebutuhan
masing-masing obat, serta mengawasi arus barang agar penyaluranya
mengikuti aturan FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired firts out)
sehingga mengurangi resiko obat-obat kadaluarsa. Sedangkan untuk
pencatatan narkotik, psikotropik dicatat menggunakan kartu stok yang
berbeda, yaitu berupa jumlah barang yang diterima dari PBF dan yang
dikeluarkan untuk permintaan resep.
3. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan suatu
kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman terhindar
darı kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya agar mutu sediaan farmasi yang tersedia
dipuskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan perseyaratan yang di tetapkan.
Di Puskesmas Kalibakung untuk penyimpanan nya berdasarkan alfabethis, bentuk
dan jenis sediaannya. Untuk bentuk sediaan tablet disimpan pada lemari obat
dengan suhu kamar 15-25 C, untuk sediaan suppositiria disimpan pada lemari
pendingin dan untuk sediaan pemakaian luar dipisah dengan sediaan yang
pemakaian oral. Kemudian untuk menghindari kesalahan pengambilan disetiap
obat LASA ( look a like song a like) yaitu obat yang fungsi dan nama nya hampir
sama di tandai label LASA. Dan pada sediaan topikal seperti sediaan untuk kulit,
mata dan telinga dipisahkan agar tidak terjadi kesalahan pengambilan obat. Untuk
penyimpanan obatnya sendiri berdasarkan alfabetis dan berdasarkan FEFO
( firstexpired first out ) yaitu obat yang tanggal kadaluarsanya lebih cepat makan
oabt dikeluarkan terlebih dahulu.
Dan untuk obat obat yang fast moving atau perputarannya cepat dipisahkan
dilemari khusus. Untuk penyimpanan digudang farmasi juga sama berdasarkan
alfabet dan FEFO kecuali untuk bahan bahan non obat seperti plastik klip dan
lain.

4. Pendistribusian
Pendistribusian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit farmasi
puskesmas dan jaringanya. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sediaan
farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada diwilayah kerja puskesmas
dengan jenis, mutu, Jumlah dan waktu yang sama.
Sub sub unit di Puskesmas Kalibakung meliputi:
1. Puskesmas pembantu
2. Puskesnmas keliling
3. Ruang poned / VK
4. UGD
5. Ruang Laboratorium
Pendistribusian ke sub unit dilakukan dengan cara penyerahan obat sesuai dengan
kebutuhan ( floor stock).

5. Pemusnahan dan penarikan.


Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang
tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangn undangan. Pemusnahan dilakukan untuk sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai bila :
- Produk tidak memenuhi persyaratan mutu.
- Telah kadaluarasa
- Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan dan
kepentingan ilmu pengetahuan dan atau dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai terdiri dari :
1. Membuat daftar sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang akan
dimusnahkan.
2. Menyiapkan berita acara pemusnahan.
3. Mengordinasi jadwal, metode, dan tempat pemusnahan kepada pihak dinas
kesehatan
4. Menyiapkan tempat pemusnahan, Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan
jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.

3.8 Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian
kegiatan dalam pengelolaan sediaan famasi dan bahan medis habis pakai baik
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yag disimpan, didistribusi dan
digunakan dipuskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah
1. Bukti bahwa pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai telah
dilakukan.
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian dan
3. Sumber data untuk pembuatan laporan Pengolaan administrasi di puskesmas
Kalibakung meliputi:
1) Laporan harian
2) Laporan bulanan
3) Laporan POR ( pelayanan obat rasional)
4) Laporan PIO ( pemberian informasi obat).
5) Laporan penerimaan gudang farmasi dinkes kota Tegal
6) Laporan penerimaan obat BLUD
7) Buku bukti barang keluar dari gudang farmasi
8) Buku kepuasan pelayanan
9) Buku keseuain formulasi
10) Laporan waktu tunggu pasien
BAB IV

PEMBAHASAN

BAB IVPEMBAHASAN
4.1 Manajemen Perbekalan Farmasi Puskesmas Kalibakung
Perbekalan farmasi di Puskesmas Kalibakung terdiri dari sediaan farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP). Sediaan farmasi mencakup obat, bahan obat,
obat tradisional dan kosmetika, sedangkan BMHP merupakan alat kesehatan yang
ditunjukkan untuk penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP merupakan kegiatan pelayanan
kefarmasian yang didalamnya terdapat kegiatan perencanaan, permintaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan. Tujuannya adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan serta keterjangkauan obat dan BMHP yang efisien,
efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi atau kemampuan tenaga kefarmasian,
mewujudkan sistem informasi manajemen dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan. Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP diawasi oleh Menteri, Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota serta
oleh Kepala BPOM dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Pengelolaan
Sediaan Farmasi dan BMHP merupakan kegiatan pelayanan kefarmasian yang
didalamnya terdapat kegiatan perencanaan, permintaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan, pelaporan dan pengarsipan serta
pemantauan dan evaluasi pengelolaan. Tujuannya adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan serta keterjangkauan obat dan BMHP yang efisien,
efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi atau kemampuan tenaga kefarmasian,
mewujudkan sistem informasi manajemen dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan. Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP diawasi oleh Menteri, Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota serta
oleh Kepala BPOM dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
Manajemen perbekalan farmasi di Puskesmas Kalibakung yaitu meliputi
kegiatan perencanaan dan permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi,
pencatatan, pelaporan, monitoring dan evaluasi pengelolaan obat.
1. Perencanaan dan permintaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a. Perkiraan jenis dan jumlah Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang
mendekati kebutuhan;
b. Meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.

Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas


Kalibakung setiap 1 tahun sekali dan dilakukan secara berjenjang (bottom up)
berdasarkan metode kombinasi yaitu dengan mempertimbangkan pola penyakit
dan pola konsumsi pada periode 1 tahun sebelumnya serta data mutasi (keluar
masuknya sediaan farmasi dan BMHP) yang tercatat pada data penggunaan obat
secara periodik perbulan maupun pertahun dan rencana pengembangan.

Perhitungan terhadap jumlah obat yang diperlukan selama satu tahun


dihitung berdasarkan pada pemakaian bulan lalu, Buffer stock (25% dari jumlah
pemakaian sebelumnya) dan sisa stok yang masih terdapat di gudang farmasi
puskesmas.

Permintaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan obat dan BMHP di Puskesmas sesuai dengan perencanaan
kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan obat di puskesmas dilakukan dua cara
yaitu melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten dan dengan
pengadaan mandiri melalui pengadaan barang. Permintaan obat dan BMHP di
Puskesmas Danurejan Kalibakung diajukan kepada Kepala Dinas dilakukan
perbulan melalui Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO),
LPLPO puskesmas menjadi dasar untuk meencanakan kebutuhan tingkat
puskesmas dan sebagai data pengajuan kebutuhan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten. LPLPO berisi pemakaian obat bulan lalu dan sisa stok obat dan
BMHP yang ada di gudang farmasi puskesmas. Selain itu, pertimbangan dalam
permintaan obat di Puskesmas Kalibakung adalah menggunakan stok optimum
yang didapat dari dua kali pemakaian bulan lalu. Untuk permintaan obat-obatan
yang urgent (mengalami kekosongan di Puskesmas dalam bulan tersebut) dapat
dilakukan dengan sistem permintaan obat di luar LPLPO sesuai dengan peraturan
Dinas Kesehatan yang telah ditetapkan untuk obat maupun BMHP.

Permintaan pengadaan Mandiri di puskesmas melalui distributor obat yang


memiliki izin Pedagag Besar Farmasi, pengadaan mandiri dilakukan sesuai
ketentuan peratuan yang berlaku (Perpres N0.16 Th 2018), Pengadaan mendiri
kepada PBF harus di lengkapi Surat pesanan dan di tandatangani oleh Apoeker
Pennggung Jawab Puskesmas Yang telah memiliki Surat Ijin Praktek. Sebelum
Puskesmas mengadakan pengadaan mandiri Apoteker mengajukan surat
permohonan persetujuan pengajuan pengadaan mandiri kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Tegal. Pengadaan Mandiri dilakukukan bila mana kebutuhan obat dari
Dinas kesehatan tidak mencukupi dan terjadi Obat Kosong.

2. Penerimaan

Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dari


Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara
mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar
Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan
yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat,
dan mutu.

Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas


ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.

Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap Sediaan


Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah
kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai
dengan isi dokumen LPLPO, ditanda tangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan
diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga
Kefarmasian dapat mengajukan keberatan.

Masa kadaluarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima disesuaikan


dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.

Penerimaan obat di Puskesmas Kalibakung dilakukan dengan sistem


dropping barang dan dari Pengadaan obat mandiri. Obat maupun BMHP yang
diterima melalui dropping atau pengadaan mandiri selanjutnya diperiksa
kesesuaiannya dengan Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) yang telah dibuat dan kesesuain dengan surat pesanan obat . Petugas
farmasi melakukan pengecekan terhadap nama barang, bentuk sediaan, jumlah,
nomor batch dan tanggal kadaluarsanya. Selanjutnya obat yang telah sesuai
dilakukan pemindahan dan penyimpanan ke gudang berdasarkan bentuk sediaan,
alfabetis, serta FIFO dan FEFO, tidak lupa pula untuk menuliskan tanggal
kadaluarsa pada sisi depan box agar memudahkan penyusunan dan pengambilan.
Barang yang telah masuk kedalam lemari penyimpanan selanjutnya dicatatkan
pada kartu stok gudang pada kolom barang masuk beserta jumlahnya dan
dilakukan perhitungan terhadap total stok.

3. Penyimpanan

Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan


suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman
(tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap
terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di puskesmas


dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Penyimpanan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut:

1. Bentuk dan jenis sediaan;


2. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan Farmasi,
seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;
3. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
4. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
5. Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Penyimpanan obat di gudang farmasi Puskesmas Kalibakung disusun
berdasarkan bentuk sediaan, stabilitas serta menggunakan kombinasi metode
FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired first out) yang disusun secara
alfabetis. Sedangkan untuk peletakkan obat di display pelayanan farmasi
menggunakan metode bentuk sediaan dan disusun secara alfabetis. Ruang
penyimpanan obat di gudang farmasi disesuaikan dengan sifat obat, untuk
obatyang perlu suhu khusus seperti suppositoria disimpan dalam lemari
pendingin/kulkas.

Penyimpanan sediaan farmasi di Puskesmas Kalibakung dilakukan di


gudang farmasi yang terletak dibagian samping ruang pelayanan kefarmasian.
Untuk penyimpanan obat Psikotropika dan Obat-Obat Tertentu (OOT) dipisahkan
dari bahan lain dengan menggunakan lemari dengan doubel kunci.

Penyimpanan obat diruang pelayanan kefarmasian dibedakan juga


berdasarkan bentuk sediaannya yaitu tablet/kapsul, sirup dan obat luar (seperti
sediaan topikal) dengan metode penyimpanan secara alfabetis. Khusus untuk
sediaan tablet/kapsul, dibedakan kembali berdasarkan cepat atau lambatnya
penggunaan obat tersebut (fast atau slow moving). Penyimpanan obat diruangan
pelayanan kefarmasian maupun gudang dilakukan penempelan stiker LASA
(Look Alike Sound Alike) dan stiker High Alert. LASA (Look Alike Sound
Alike) adalah obat-obat yang tampak kelihatan mirip (nama obat, rupa atau
bentuk obat dan dalam pengucapan nama obat pun mirip). Untuk
penyimpanannya diberi jarak antara keduanya minimal dua obat. Contoh obat
LASA di Puskesmas Kalibakung

Kemasan Mirip

No Nama Obat Nama Obat


1. Kalsium Laktat Paracetamol
2. Vitamin B complek Vitamin C
3. Oxytoksin Injeksi Metilergometrin Injeksi
4. Paracetamol syr Ambroxol Syr
5. Salep 24 Salep Antifungi
6. Chloramfenicol SM Oksitetrasiklin SM
Pengucapan Mirip
1. AmiNOPHYlin amiTRIPTIlin
2. gliBENCLAMIDE gliMEPIRIDE
3. NIFEdipine AMLOdipine
4. KLORAMpenicol THIAMpenicole
5. SIMVAStatin NYStatin
6. metilERGOMETRINE metilPREDNISOLON
7. NATRIUM diklofenak KALIUM diklofenak
8. Metformin metOCLOPRAMIDE
9. AMLOdipine 5 MG AMLOdipin 10 MG
10. Captopril 12,5MG Captopril 25Mg
11. gliMEPIRIDE 1 MG gliMEPIRIDE 2 MG
12. Ibuprofen 200MG Ibuprofen 400MG
13. Piroxicam 10 MG Piroxicam 20 MG
14. Metronidazole 250 MG Metronidazole 500 MG
15. NYStatin 100 000 NYStatin 500 000
16. asam FOLAT asam MEFENAMAT

Selain itu, diberi juga penandaan pada obat High Alert berupa stiker khusus
berwarna merah. Obat-obatan High Alert adalah sekelompok obat yang dapat
menimbulkan efek berbahaya jika tidak tepat dalam penggunaannya (contoh
glimepirid, metformin, glibenklamid). Contoh obat High Alert di Puskesmas
Kalibakung

Obat Oral
No Nama Obat Kekuatan
1. Amitriptiline 25 mg
2. Chlorpromazine 100 mg
3. Codein 10 mg
4. Diazepam 5 mg
5. Digoxin 0,25 mg
6. Glibenclamide 5 mg
7. Glimepiride 2 mg
8. Metformin 500 mg
9 Propranolol 10 mg
10. Isosorbide Dinitrat 5 mg
Obat Injeksi
1. Chlorpromazine 25 mg/ml
2. Calcii Gluconas 100 mg/ml
3. Diazepam 10 mg/ml
4. Epinephrine 1 mg/ml
5. Licodain 2% 20 mg
6. Licodain HCL + Epinephrine 20 mg+0,0125
7. Methylergometrin 0,2 mg
8. MgSO4 400 mg, 200 mg
9. Oxytosin 10 iu

4. Distribusi
Pendistribusian Sediaan Farmasi merupakan kegiatan pengeluaran dan
penyerahan Sediaan Farmasi secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan
sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi
sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
1. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
2. Puskesmas Pembantu;
3. Puskesmas Keliling;
4. Posyandu; dan
5. Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang MAMPER , Tindakan, dan lain-lain)
dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor stock),
pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosisunit) atau kombinasi,
sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara
penyerahan Obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).
Sistem distribusi yang digunakan di Puskesmas Kalibakung adalah
menggunakan sistem sentralisasi. Sentralisasi adalah sistem dimana semua
perbekalan farmasi yang digunakan dan dibutuhkan pasien hanya tersedia dalam
gudang farmasi saja. Unit yang membutuhkan obat dan BMHP dari gudang farmasi
melakukan pendataan kebutuhan dan mencatat keperluan tersebut pada buku
distribusi yang dimiliki oleh masing-masing unit saat melakukan permintaan
dengan menuliskan lembar permintaan BMHP, setelah permintaan obat tersedia
lengkap,maka obat dan BMHP yang dibutuhkan akan di distribusikan ke unit-
unittersebut (atau diambil oleh petuugas yang bersangkutan). Distribusi obat ke
pasien rawat jalan menggunakan Individual Prescribing yaitu dengan menebus obat
di loket pelayanan obat.

5. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan merupakan bagian dari dokumentasi penggunaan
obat dan BMHP yang diterima puskesmas dari gudang farmasi. Prosedur
pencatatan dan pelaporan obat merupakan pedoman bagi pimpinan puskesmas dan
petugas pelayanan obat mengenai ketersediaan obat di puskesmas yang dapat
digunakan oleh koordinator sub unit farmasi untuk menjamin terlaksananya
pelayanan obat secara optimal. Tujuan dilakukannya pencatatan dan pelaporan
yaitu sebagai dokumentasi mengenai kegiatan yang telah dilakukan, serta sebagai
bahan untuk pengendalian persediaan. Pencatatan dan pelaporan dibuat dalam
bentuk LPLPO yang datanya berasal dari data penggunaan serta kartu stok.
Kegiatan pencatatan di Puskesmas Kalibakung meliputi pencatatan jumlah
resep harian, pencatatan jenis dan jumlah pemakaian obat per hari, pencatatan
Obat-Obat Tertentu (OOT) yang diserahkan pada pasien dan pencatatan
permintaan serta penggunaan sediaan farmasi dan BMHP oleh sub unit pelayanan
di Puskesmas. Penginputan data pada Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(SIMPUS) dan pengecekan kesesuaian dengan resep per harinya dilakukan setelah

jam pelayanan berakhir (Di hapus Saja Karena Puskesmas


kalibakung belum pakai simpus tetapi setiap
habis pelayanan Apoteker melakukan pencatatan
obat Harian pada program Excel dengan
menghitung pemakain obat setiap hari yang
kemudian di lakukan rekap penggunaan obat tiap
bulan) Pengarsipan resep harian di Puskesmas Kalibakung setiap harinya
diurutkan berdasarkan nomor dan dipisahkan sesuai bulan dituliskannya resep.
Resep tersebut juga disusun berdasarkan cara pembayaran pasien yaitu dengan
jaminan (BPJS dan/atau Jamkesmas), gratis ataupun pembayaran sendiri baru
kemudian disimpan pada kardus khusus penyimpanan dokumen/arsip. Pencatatan
pada lembar Obat-Obat Tertentu (OOT) dilakukan jika ada pemberian obat
golongan tersebut kepada pasien. Lembar OOT berisi tanggal resep, nama pasien,
alamat pasien, nama obat, jumlah obat yang diberikan dan sisa obat yang tersedia
di gudang farmasi.
Pelaporan obat kadaluarsa dibuat setiap akhir triwulan periode
pelaporan dan dilakukan setiap tiga bulan sekali. Sediaan farmasi yang
telah kadaluarsa kemudian ditumpuk dan dipisahkan dari obat lainnya.
Pencatatan obat kadaluarsa diantaranya meliputi nama obat, nomor batch,
tanggal kadaluarsa, jumlah obat dalam satu kemasan, serta harga satuan yang
dilihat dari berita acara saat barang datang dari pihak Dinas Kesehatan. Hal yang
pertama dilihat oleh Dinas Kesehatan yaitu total nominal obat yang kadaluarsa.
Setelah 3 tahun, resep-resep akan dimusnahkan dengan cara dibakar.
Pemusnahan resep dilakukan dengan izin dari Dinas Kesehatan dan saat
pemusnahan disaksikan oleh petugas dari Dinas Kesehatan, kemudian dibuat berita
acara pemusnahan resep. Berita acara pemusnahan resep ini kemudian dilaporkan
ke Dinas Kesehatan Kabupaten.

6. Monitoringdan Evaluasi Obat


Monitoring dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dilakukan secara
periodik dengan tujuan untuk:
1. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan;
2. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasidan Bahan
Medis Habis Pakai; dan
3. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.Setiap kegiatan
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, harus dilaksanakan
sesuai standar prosedur operasional.Standar Prosedur Operasional (SPO)
ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.

7. Administrasi
Administrasi juga terkait dengan akreditasi puskesmas. Puskesmas
Kalibaung menjalankan organisasinya sesuai panduan ISO dan panduana
kreditasi. Contoh dalam hal ini yaitu telah dibuatnya surat keputusan yang ditanda
tangani oleh Kepala Puskesmas, yang mempunyai kebijakan tertulis yang
dirincikan dalam bentuk Standar Operasional Prosedur (SOP) khususnya untuk
menjalankan pengelolaan dan pelayanan farmasi klinis. Dalam SOP penanganan
obat kadaluarsa Apoteker diharuskan untuk melakukan identifikasi obat yang
sudah rusak atau kadaluarsa, meletakkan obat kadaluarsa pada tempat terpisah
dengan obat lain, serta membuat laporan pengembalian obat kadaluarsa yang
mencakup nama obat, nomor batch, keterangan yang ditanda tangani oleh Kepala
Puskesmas. Laporan tersebut kemudian diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kota
sesuai jadwal pengambilan obat untuk dimusnahkan. Selain surat keputusan,
kebijakan tertulis dan SOP terdapat juga bukti yang berupa kartu stok,dimana
penilai akreditasi Puskesmas juga melakukan observasi langsung kepada pegawai
puskesmas dengan melihat kesesuaian jumlah fisik dengan kartu stok obat.

4.2 Pelayanan Farmasi Klinik Puskesmas Kalibakung


Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien.

Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:

1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di


Puskesmas.
2. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien
yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
4. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.

Pelayanan farmasi klinik meliputi :

1. Pelayanan kefarmasian rawat jalan


2. Pengkajian dan pelayanan resep
3. Pelayanan informasi obat
4. Konseling
5. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat
6. Pemantauan terapi obat
7. Evaluasi penggunaan obat rasional

4.3 Pelayanan Kefarmasian Rawat Jalan


Pelayanan kefarmasian rawat jalan di Puskesmas Kalibakung terdapat pelayanan
dari Balai Pengobatan Umum (BPU), Balai Pengobatan Gigi (BPG) dan KIA
MTBS, Pelayanan Pengobatan Paru, . Pasien yang akan melakukan pemeriksaan
diawali dengan pendaftaran terlebih dahulu sebagai pasien umum, BPJS (askes,
jamkesmas), KTP ataupun pasien gratis. Kemudian setelah melakukan pendaftaran
pasien akan mengantri sesuai dengan nomor antrian untuk mendapat panggilan
sesuai giliran untuk mendapatkan pemeriksaan awal oleh perawat meliputi
penimbangan berat badan (BB), pengukuran tinggi badan (TB), suhu badan serta
tekanan darah. Kemudian pasien akan dipanggil menuju ruangan periksa dokter dan
selanjutnya dokter akan memeriksa dan mendiagnosis penyakit pasien dan
menuliskan resep. Pelayanan resep rawat jalan di Puskesmas Kalibakung melalui
beberapa alur yaitu penerimaan resep, skrining resep (administratif, farmasetik dan
klinis), meracik obat sesuai dengan resep, memberikan etiket pada setiap obat dan
penyerahan obat kepada pasien.

4.4 Pengkajian dan Pelayanan Resep


Pelayanan resep dimulai dari penerimaan resep, skrining resep, peracikan,
penyerahan hingga pemberian informasi obat. Penerimaan resep dari pasien berasal
dari BPU, BPG dan KIA yang akan diterima oleh Apoteker di Puskesmas
Kalibakung yang terdiri dari pasien BPJS (Askes, Jamkesmas), KTP, bayar sendiri
serta gratis. Setelah resep diterima dari pasien dilakukan skrining resep yaitu antara
lain :

a. Skrining Administratif

Skrining administratif yang dilakukan di Puskesmas Kalibakung meliputi


nama dokter, nomor izin praktek dokter, paraf dokter, tanggal penulisan resep,
nama paisen, jenis kelamin pasien, alamat pasien dan usia pasien.

b. Skrining Farmasetis

Skrining farmasetis yang dilakukan di Puskesmas Kalibakung dilakukan


dengan melalui check list pada kolom skrining farmasetis yang sesuai dalam
PMK No. 30 tahun 2014 (permenkes lama update permenkes terbaru) yaitu
bentuk dan kekuatan sediaan obat, dosis, jumlah obat, stabilitas, ketersediaan
obat, aturan dan cara penggunaan obat serta inkompatibiltas obat. Dalam kolom
check list juga terdapat tanda tangan yang meracik, yang menyerahkan dan yang
menerima resep tersebut. Apabila terjadi permasalahan terkait farmasetis maka
dapat mengkonfirmasi langsung kepada dokter yang bersangkutan.

c. Skrining Klinis
Skrining klinis yang dilakukan di Puskesmas Kalibakung dilakukan dengan
melalui check list pada kolom skrining klinis dengan berbagai aspek yaitu tepat
indikasi, tepat dosis, tepat waktu penggunaan obat, tepat rute, interaksi obat,
efek samping dan kontraindikasi. Dalam kolom check list juga terdapat tanda
tangan yang meracik, yang menyerahkan dan yang menerima resep tersebut.
Apabila terjadi permasalahan terkait klinis maka dapat mengkonfirmasi
langsung kepada dokter yang bersangkutan.Setelah obat telah disiapkan beserta
etiket yang sudah tertera pada resep, maka dapat diserahkan kepada pasien
sesuai nomor antrian dan dipanggil nama beserta alamat. Apoteker
menyerahkan obat disertai Pemberian Informasi Obat (PIO) meliputi nama obat,
indikasi, aturan pakai obat, efek samping, cara pemakaian dan cara
penyimpanan obat. Setelah pasien menerima obat selanjutnya pasien
menandatangani dan memberikan nama terang pada form check list pemberian
informasi obat.

4.5 Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan informasi obat adalah kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. PIO dilakukan dengan tujuan
untuk menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan puskesmas, pasien dan masyarakat; menyediakan informasi untuk
membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat dan untuk menunjang penggunaan
obat yang rasional. Kegiatan PIO berupa penyediaan dan pemberian informasi obat
dapat bersifat aktif atau pasif. Beberapa contoh diantaranya yaitu dengan memberikan
dan menyebarkan informasi kepada pasien dengan buletin, leaflet, label obat, poster,
majalah dinding dan lain-lain. Kegiatan PIO aktif yang dilakukan di Puskesmas
Kalibakung diantaranya yaitu dengan disediakannya leaflet tentang penggunaan obat,
penyakit-penyakit tertentu seperti hipertensi, diabetes, bahaya merokok yang terletak
pada rak khusus di ruang tunggu pasien yang dapat dengan mudah dilihat atau
dijangkau oleh pasien. Terpasang juga poster dengan konten cara penggunaan
suppositoria dan cara mencuci tangan yang baik. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
pasien yang sedang menunggu dapat membaca informasi tersebut sekaligus
menambah pengetahuan pasien tentang kesehatan atau penggunaan obat yang benar.
Apoteker Puskesmas Kalibakung juga melayani pertanyaan terkait pengobatan apabila
terdapat pasien ataupun tenaga kesehatan lain yang bertanya, kemudian pertanyaan
maupun jawaban di dokumentasikan kedalam formulir pelayanan informasi obat.

4.6 Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat


Pemantauan dan pelaporan efek samping obat adalah kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada
dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan
terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

Tujuan dilakukannya monitoring efek samping obat :

1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat
dikenal atau yang baru saja ditemukan.

Kegiatan:

1. Menganalisis laporan efek samping Obat.


2. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami
efek samping Obat.
3. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
4. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

Faktor yang perlu diperhatikan:

1. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.


2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat, menemukan efek
samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan
frekuensinya jarang dan menentukan frekuensi dan insidensi efek samping
obat yang sudah dikenal maupun baru ditemukan.

4.7 Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Pemantauan terapi obat merupakan kegiatan untuk memastikan bahwa pasien
mendaptkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk mendeteksi
masalah terkait dengan obat, serta memberikan rekomendasi penyelesaian masalah
terkait dengan obat. Berdasarkan Permenkes No.74 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, beberapa kriteria pasien yang sebaiknya
dilakukan PTO yaitu pasien anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui, pasien
yang menerima obat lebih dari lima jenis, pasien yang memiliki multi diagnosis,
pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati, kemudian pasien yang menerima
obat dengan indeks terapi sempit serta pasien yang menerima obat yang sering
diketahui menyebabkan reaksi merugikan. Pengaplikasian PTO di Puskesmas
Kalibakung belum dilakukan karena tidak tersedianya fasilitas rawat inap.

4.8 Evaluasi Penggunaan Obat Rasional


Evaluasi penggunaan obat adalah tahapan terakhir pelayanan kefarmasian
dipuskesmas yang dilakukan secara terstruktur dan berkesinambungan untuk
menjamin obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, terjangkau dan
rasional dengan acuan agar dapat terjadinya perbaikan dikemudian hari. Evaluasi
penggunaan obat ini dilakukan sesuai SPO (Standar Prosedur Operasional) yang
ditetapkan oleh kepala Puskesmas. Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran pola penggunaan obat pada kasus tertentu. Pemerintah telah
mengeluarkan evaluasi penggunaan obat rasional di Puskesmas secara nasional
melalui penilaian terhadap penggunaan antibiotik pada kasus ISPA non pneumonia,
antibiotik pada diare non spesifik, penggunaaan injeksi pada kasus myalgia dan rata-
rata item obat per lembar resep yang digunakan setiap bulan. Evalusi penggunaan
obat rasional di Puskesmas Kalibakung dilakukan oleh Apoteker penanggung jawab.

4.9 Konseling

…………………………………………..
BAB V

PENUTUP

BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan di Puskesmas Kalibakung, dapat
disimpulkan bahwa:

1. Standar Pelayanan di Puskesmas Kalibakung sudah sesuai dan memenuhi Standar


Pelayanan di Puskesmas dengan menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan prefentif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya di wilayah kerja Puskesmas Kalibakung.
2. Administrasi Kefarmasian di Puskesmas yang meliputi pencatatan, pengarsipan
(resep, copy resep, faktur, dll) telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas (update juga permenkes terbaru)
3. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan memberikan pengalaman kepada mahasiswa
untuk dapat memahami tugas dan tanggung jawab seorang calon TTK di
Puskesmas. Kegiatan yang telah dilakukan meliputi penyiapan obat, meracik obat,
penyerahan obat kepada pasien disertai dengan informasi yang tepat dan benar,
penyediaan obat, penerimaan obat dan menulis kartu stok dan lain-lain.
5.2 SARAN
Pengelolaan perbekalan farmai di Puskesmas Kalibakung telah berjalan dengan
baik. Diharapkan kepada Puskesmas kalibakung dan siapa……yang melaksanakan
pelayanan dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kapada
masyarakat yang telah dicapai selama ini. Kemudian perlu dilakukan perluasan tempat
penyimpanan obat sehingga tidak menyulitkan dalam penyusunan obat obatan.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan, 2007, Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Di Daerah Kepulauan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas,


Jakarta: Menkes RI.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas,Jakarta

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75


Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di


Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.

Presiden Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tentang


Kesehatan, Jakarta, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Satrianegara M.F., 2012. Organisasi dan Fungsi Manajemen layanan Kesehatan. Makassar:
Alauddin University Press.

Trihono, 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: CV Sagung Seto.
(Daftar pustaka update permenkes terbaru tentang
Standar pelayana kefarmasian di puskesmas
Tambahkan UPTD setiap Kali menulis Puskesmas
Kalibakung)

LAMPIRAN

1. TEMPAT PELAYANAN OBAT

2. RESEP
De ini cari contoh yang menyerahkan farmasi nya ya

3. ETIKET OBAT ORAL DAN TOPIKAL


1. ETIKET OBAT ORAL 2. ETIKET OBAT TOPIKAL

4. BAGIAN-BAGIAN RUANGAN
4.1 TEMPAT MERACIK OBAT
4.2 TEMPAT MERACIK PUYER

4.3 GUDANG OBAT


4.3.1 GUDANG OBAT DIKNES

4.3.2 GUDANG OBAT MANDIRI


4.3.3 GUDAN PENYIMPANAN ALKES

4.4 TEMPAT OBAT TOPIKAL


4.5 TEMPAT OBAT SIRUP

5.5 TEMPAT OBAT HIGH ALERT


5. LAPORAN PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT (LPLPO)

6. PELAPORAN OBAT PENGADAAN MANDIRI

7. BUKTI BARANG KELUAR (B.B.K.)


8. KARTU STOK OBAT
9. LAPORAN PENGGUNAAN OBAT NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

10. SURAT PEMESANAN OBAT


11. FAKTUR

12. BERITA ACARA SERAH TERIMA OBAT KADALUARSA DAN RUSAK


13. KEGIATAN SAAT PENGAMBILAN STOK OBAT

14. KEGIATAN KIE

Anda mungkin juga menyukai