Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas Mata Kuliah
Etika Hukum Dan Kesehatan .
DOSEN:
Disusun Oleh:
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
Tugas Etika Dan Hukum Kesehatan
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3. Tujuan..................................................................................................1
1.4 Manfaat................................................................................................2
BAB II........................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Risk Communication atau Analisis Risiko..........................................3
BAB III PENUTUP...................................................................................6
3.1 Kesimpulan...............................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Moral. Etika, Hukum
A. Moral
Moral merupakan sesuatu istilah yang selalu juga dihubungkan
dengan etika, serta oleh karenanya mempunyai makna yang kurang lebih
sama dengan etika di dalam konteks baik serta kurang baik ataupun lebih
tepatnya di dalam konteks nilai. Moral didefinisikan selaku wejangan,
khotbah, patokan, kumpulan peraturan serta ketetapan baik lisan ataupun
tertulis tentang bagaiman manusia wajib hidup serta berperan supaya dapat
menjadi manusia yang baik.
Moralitas yang bersifat intrinsik berasal dari diri manusia itu sendiri,
sehingga perbuatan manusia itu baik ataupun kurang baik terlepas
ataupun tidak dipengaruhi oleh peraturan hukum yang terdapat.
Moralitas intrinsik ini esensinya ada dalam perbuatan diri manusia
itu sendiri.
Moralitas yang bersifat ekstrinsik penilaiannya didasarkan pada
peraturan hukum yang berlaku, baik yang bersifat perintah maupun
larangan. Moralitas yang bersifat ekstrinsik ini ialah kenyataan kalau
manusia itu terikat pada nilai- nilai ataupun norma- norma yang
diberlakukan dalam kehidupan bersama.
3
B. Etika
Etika berasal dari bahasa yunani, ialah Ethos, yang menurut Araskar
serta David ( 1978) berarti” Kerutinan’’. model prilaku ataupun standar
yang diharapkan serta kriteria tertentu untuk sesuatu aksi. Pemakaian
sebutan etika saat ini ini banyak dimaksud selaku motif ataupun dorongan
yang pengaruhi prilaku.( Dra. Hj. Mimin Emi Suhaemi. 2002.
a. fungsi etika
Kata etika dapat digunakan dalam makna nilai- nilai serta norma-
norma moral yang menjadi pegangan untuk seorang/ sesuatu
kelompok masyarakat dalam mengendalikan perilakunya.
Etika berarti kumpulan asas ataupun nilai moral, yang diartikan
disini merupakan kode etik;
Etika memiliki makna lagi: ilmu tentang yang baik ataupun yang
kurang baik. Etika disini sama artinya dengan filsafat moral.
b. Macam-macam etika
4
Etika sama artinya dengan filsafat moral. Etika merupakan ilmu
yang membahas tentang moralitas ataupun menyelidiki sikap moral. Di
samping itu, etika pula memperhatikan serta memikirkan sikap manusia
dalam mengambil keputusan moral serta pula memusatkan ataupun
menghubungkan pemakaian ide budi individual dengan objektivitas hukum
memastikan kebenaran ataupun kesalahan dari sikap terhadap orang lain.
C. Hukum
ikatan antara moral etika serta hukum
5
dari bahasa latin mos yang berarti adat kebiasaan. Sebagian ahli memliliki
komentar yang berbeda- beda tentang ikatan antara moral serta etika.
Menurut Lawrence Konhberg ada ikatan antara moral serta etika. Menurut
Lawrence Konhberg pembelajaran moral ialah bawah dari pembangunan
etika. Pembelajaran moral itu sendiri terdiri dari ilmu sosiologi, budaya,
antropologi, psikologi, filsafat, pembelajaran serta ilmu politik. Komentar
Lawrence Konhberg berbeda dengan komentar Sony Keraf. Sony Keraf
membedakan antara moral dengan etika. Nilai- nilai moral memiliki nasihat,
peraturan, serta perintah turun temurun lewat sesuatu budaya tertentu.
Sebaliknya etika ialah refleksi kritis serta rasional menimpa nilai serta
norma manusia yang memastikan serta terwujud dalam perilaku serta sikap
hidup manusia.
Jadi, jelaslah kalau moral, etrika serta hukum saling berkaitan antara
satu sama lain. Dari hukum- hukum yang berlaku pada sesuatu negeri yang
mengikat secara luas pada sesuatu negeri tersebut dibagi menjadi bagian-
bagian kecil yang disebut norma untuk mengikat pada sesuatu kalangan
masyarakat tertentu maupun agama tertentu serta supaya kita tidak
melanggar keduanya baik hukum ataupun norma, kita wajib berperan cocok
dengan etika- etika yang berlaku baik dalam sesuatu negeri ataupun dalam
sesuatu masyarakat
6
A. Definisi
Mukadimah
Pedoman Pelaksanaan:
3. Kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip harus diikuti oleh
Apoteker sebagai pedoman dan petunjuk serta standar perilaku dalam
bertindak dan mengambil keputusan.
Kewajiban Umum
7
Pedoman Pelaksanaan: Sumpah/janji Apoteker yang diucapkan seorang
Apoteker untuk dapat diamalkan dalam pengabdiannya, harus dihayati
dengan baik dan dijadikan landasan moral dalam setiap tindakan dan prilaku
Pedoman Pelaksanaan:
Pedoman Pelaksanaan:
8
3. Kepentingan kemanusiaan harus menjadi pertimbangan utama dalam
setiap tindakan dan keputusan seorang Apoteker Indonesia.
Pedoman Pelaksanaan:
Pedoman Pelaksanaan:
9
Pasal 6 : Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang
baik bagi orang lain.
Pedoman Pelaksanaan:
Pedoman Pelaksanaan:
10
Pedoman Pelaksanaan:
1. Tidak ada alasan bagi Apoteker tidak tahu peraturan perundangan yang
terkait dengan kefarmasian. Untuk itu setiap Apoteker harus selalu aktif
mengikuti perkembangan peraturan, sehingga setiap Apoteker dapat
menjalankan profesinya dengan tetap berada dalam koridor peraturan
perundangan yang berlaku
Pedoman Pelaksanaan:
11
komunikasi dengan dokter tersebut, kecuali peraturan perundangan
membolehkan Apoteker mengambil keputusan demi kepentingan dan
atas persetujuan pasien.
Pedoman Pelaksanaan:
Pedoman Pelaksanaan:
12
Pedoman Pelaksanaan:
Pedoman Pelaksanaan:
Pedoman Pelaksanaan:
Penutup
13
Pasal penutup kode etik apoteker menjelaskan pernyataan
kesungguhan apotejer untuk mengamalkan kode etik tersebut dalam praktek
sehari-hari. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 15.
Pedoman Pelaksanaan:
14
yang berpendidikan sarjana atau sarjana muda kesehatan masyarakat atau
pasca sarjana lainnya yang berpengalaman/penguasaan ilmu dalam bidang
kesehatan masyarakat sekurang-kurangnya lima tahun. Kode etik profesi
kesehatan masyarakat diuraikan pada diuraikan dalam bab-bab dan pasa-
pasal sebagai berikut (IAKMI, 2013):
Kewajiban Umum
Pasal 1:
Pasal 2:
Pasal 3:
Pasal 4:
Pasal 5:
15
Kewajiban terhadap masyarakat (Bab II) terdiri dari 8 pasal, dari pasal 6
hingga pasal 13.
Pasal 6:
Pasal 7:
Pasal 8:
Pasal 9:
Pasal 10:
Pasal 11:
Pasal 12:
Pasal 13:
16
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus berdasarkan
antisipasi ke depan, baik dan menyangkut masalah kesehatan
maupun masalah lain yang berhubungan atau mempengaruhi
kesehatan penduduk.
Pasal 14:
Pasal 15:
Kewajiban terhadap profesi termasuk pada Bab-IV dari kode etik kesehatan
masyarakat. Secara rinci daoat dilihat:
Pasal 16:
Pasal 17:
17
Pasal 18:
Pasal 19:
Penutup
Bab penutup kode etik kesehatan masyarakat merupakan janji atau ikrar
untuk mentaati etika profesi (pasal 21):
Pasal 21:
18
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan harus
mempunyai izin dari pemerintah".
Kewajiban Umum
19
Seseorang sanitarian wajib menghormati hak- hak klien ataupun
warga, hak- hak sahabat seprofesi, serta hak tenaga kesehatan yang lain,
serta wajib melindungi keyakinan klien ataupun warga. Dalam
melaksanakan pekerjaannya seseorang sanitarian harus
20
Mukadimah Ahli Gizi yang melakukan profesi gizi mengabdikan
diri dalam upaya memelihara serta membetulkan kondisi gizi, kesehatan,
kecerdasan serta kesejahteraan rakyat lewat upaya revisi gizi, pembelajaran
gizi, pengembangan ilmu serta teknologi gizi, dan ilmu- ilmu terpaut. Ahli
Gizi dalam melaksanakan profesinya wajib tetap bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menampilkan perilaku serta perbuatan terpuji yang
dilandasi oleh falsafah serta nilai- nilai Pancasila, Undang- Undang Bawah
1945 dan Anggaran Bawah serta Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli
Gizi Indonesia dan etik profesinya.
Kewajiban Umum
1. Ahli Gizi berfungsi tingkatkan kondisi gizi serta kesehatan dan berfungsi
dalam tingkatkan kecerdasan serta rakyat
2. Ahli Gizi berkewajiban menjunjung besar nama baik profesi gizi dengan
menampilkan perilaku, sikap, serta budi luhur dan tidak mementingkan diri
sendiri
21
Kewajiban Terhadap Klien
5. Ahli Gizi berkewajiban membagikan data kepada klien dengan pas serta
jelas, sehingga membolehkan klien paham serta ingin memutuskan sendiri
bersumber pada data tersebut.
3. Ahli Gizi berkewajiban tetap peka terhadap status gizi masyarakat untuk
menghindari terbentuknya permasalahan gizi serta tingkatkan status gizi
masyarakat.
22
1. Ahli Gizi berkewajiban mentaati, melindungi serta menjunjung besar
syarat yang dicanangkan oleh profesi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
23