Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas Mata Kuliah
Etika Hukum Dan Kesehatan .

DOSEN:

Disusun Oleh:

LINTANG BINTANG GEMILANG


NPM. 2013251005

INSTITUT KESEHATAN INDONESIA


KOTA JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
Tugas Etika Dan Hukum Kesehatan

Penulis menyadari bahwa materi tugas Analisis Risiko Kesehatan


Lingkungan ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dalam penyusunan makalah “Risk Communication pada
Covid-19“ yang membangun dari berbagai pihak.

Akhir kata, penulis berharap semoga tugas Analisis Risiko


Kesehatan Lingkungan ini dapat di terima dan bermanfaat dengan baik.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3. Tujuan..................................................................................................1
1.4 Manfaat................................................................................................2
BAB II........................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Risk Communication atau Analisis Risiko..........................................3
BAB III PENUTUP...................................................................................6
3.1 Kesimpulan...............................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Novel coronavirus (COVID-19; nama resmi sebelumnya yang
dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia adalah 2019-nCoV, asal
zoonosisnya adalah SARS-CoV-2, Sindrom Pernafasan Akut Parah
Coronavirus terjadi di Wuhan, Cina pada Desember 2019 dan Januari pada
2020. Ini dilihat sebagai wabah signifikan ketiga dari virus corona, setelah
virus corona terkait SARS (SARS-CoV) China yang muncul pada 2003 dan
Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). Corona
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2
atau salah satu jenis Corona virus. Penderita pada pasien COVID-19 dapat
mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan bernafas. Wabah ini
memiliki Infeksi yang menyebar dari satu orang ke orang lain melalui
percikan (droplet) dari saluran pernapasan yang sering dihasilkan saat batuk
atau bersin. Jarak jangkauan pada droplet biasanya hingga mencapai 1
meter. Droplet bisa menempel di benda, namun tidak akan bertahan lama di
udara. Waktu dari paparan virus hingga timbulnya gejala antara 1-14 hari
dengan rata-rata 5 hari. Maka dari itu orang yang sedang sakit diwajibkan
memakai masker guna meminimalisir penyebaran droplet.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah risiko komunikasi yang terjadi pada wabah covid-19


ini?

1.3. Tujuan

Bertujuan untuk mengetahui apa saja risiko yang terjadi akibat


paparan wabah ini.

1
1.4 Manfaat

1. Pembaca dapat memahami apa itu Covid-19.


2. Pembaca dapat mengerti bagaimana risiko komunikasi yang
terjadi

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Moral. Etika, Hukum
A. Moral
Moral merupakan sesuatu istilah yang selalu juga dihubungkan
dengan etika, serta oleh karenanya mempunyai makna yang kurang lebih
sama dengan etika di dalam konteks baik serta kurang baik ataupun lebih
tepatnya di dalam konteks nilai. Moral didefinisikan selaku wejangan,
khotbah, patokan, kumpulan peraturan serta ketetapan baik lisan ataupun
tertulis tentang bagaiman manusia wajib hidup serta berperan supaya dapat
menjadi manusia yang baik.

Fungsi utama moral merupakan berikan rambu pada tindakan


manusia di dalam tataran konsep, sehingga apabila diberlakukan secara kaku
maka kesan yang ditimbulkan menjadi dingin serta kejam

Nilai- nilai moral ialah pemahaman manusia dalam mengalami


suatu, sadar hendak nilai- nilai yang baik serta kurang baik. Evaluasi tentang
yang baik serta kurang baik ialah evaluasi moral, karena moral ialah nilai
yang sesungguhnya untuk manusia. Perihal ini berarti terdapatnya
pemahaman moral manusia dalam bersikap serta berperilaku.

Moralitas merupakan keseluruhan norma- norma, nilai- nilai, serta


perilaku moral seorang ataupun suatu masyarakat. Nilai- nilai moral itu
terletak dalam sesuatu wadah yang disebut moralitas, sebab di dalamnya ada
unsur- unsur kepercayaan serta perilaku batin serta bukan hanya semata-
mata penyesuaian diri dengan ketentuan dari luar diri manusia.

MORALITAS BERSIFAT INTRINSIK Serta EKSTRINSIK

 Moralitas yang bersifat intrinsik berasal dari diri manusia itu sendiri,
sehingga perbuatan manusia itu baik ataupun kurang baik terlepas
ataupun tidak dipengaruhi oleh peraturan hukum yang terdapat.
Moralitas intrinsik ini esensinya ada dalam perbuatan diri manusia
itu sendiri.
 Moralitas yang bersifat ekstrinsik penilaiannya didasarkan pada
peraturan hukum yang berlaku, baik yang bersifat perintah maupun
larangan. Moralitas yang bersifat ekstrinsik ini ialah kenyataan kalau
manusia itu terikat pada nilai- nilai ataupun norma- norma yang
diberlakukan dalam kehidupan bersama.

3
B. Etika
Etika berasal dari bahasa yunani, ialah Ethos, yang menurut Araskar
serta David ( 1978) berarti” Kerutinan’’. model prilaku ataupun standar
yang diharapkan serta kriteria tertentu untuk sesuatu aksi. Pemakaian
sebutan etika saat ini ini banyak dimaksud selaku motif ataupun dorongan
yang pengaruhi prilaku.( Dra. Hj. Mimin Emi Suhaemi. 2002.

Etika merupakan kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang


baik untuk kelompok tertentu. Etika pula ialah peraturan serta prinsip untuk
perbuatan yang benar. Etika berhubungan dengan yang baik serta perihal
yang tidak baik serta dengan kewajiban moral. Etika berhubungan dengan
peraturan untuk perbuatan ataupun aksi yang memiliki prinsip benar serta
salah, dan prinsip moralitas sebab etika memiliki tanggung jawab moral,
menyimpang dari kode etik berarti tidak mempunyai prilaku yang baik serta
tidak mempunyai moral yang baik.

a. fungsi etika

menurut Bertens,( 1994)

 Kata etika dapat digunakan dalam makna nilai- nilai serta norma-
norma moral yang menjadi pegangan untuk seorang/ sesuatu
kelompok masyarakat dalam mengendalikan perilakunya.
 Etika berarti kumpulan asas ataupun nilai moral, yang diartikan
disini merupakan kode etik;
 Etika memiliki makna lagi: ilmu tentang yang baik ataupun yang
kurang baik. Etika disini sama artinya dengan filsafat moral.
b. Macam-macam etika

ETIKA DESKRIPTIF, ialah etika yang berupaya meneropong


secara kritis serta rasional perilaku serta prilaku manusia serta apa yang
dikejar oleh manusia dalam hidup ini selaku suatu yang bernilai. Etika
Deskriptif membagikan kenyataan selaku dasar untuk mengambil keputusan
tentang prilaku ataupun perilaku yang ingin diambil.

ETIKA NORMATIF, ialah etika yang mengarahkan berbagai


perilaku serta pola prilaku sempurna yang sepatutnya dimiliki oleh manusia
dalam kehidupan tiap hari. Etika Normatif pula memberi evaluasi sekalian
memberi norma selaku bawah serta kerangka aksi yang hendak dicoba.

4
Etika sama artinya dengan filsafat moral. Etika merupakan ilmu
yang membahas tentang moralitas ataupun menyelidiki sikap moral. Di
samping itu, etika pula memperhatikan serta memikirkan sikap manusia
dalam mengambil keputusan moral serta pula memusatkan ataupun
menghubungkan pemakaian ide budi individual dengan objektivitas hukum
memastikan kebenaran ataupun kesalahan dari sikap terhadap orang lain.

Etika dibagi menjadi 2, ialah etika umum serta etika khusus.

Etika umum mangulas prinsip- prinsip moral dasar, sebaliknya Etika


spesial mempraktikkan prinsip- prinsip dasar pada tiap- tiap bidang
kehidupan manusia.

Etika khusus ini dipecah menjadi etika individual yang muat


kewajiban manusia terhadap diri sendiri serta etika sosial yang
membicarakan tentang kewajiban manusia selaku anggota umat manusia.

C. Hukum
ikatan antara moral etika serta hukum

Hukum merupakan peraturan perundangan- undangan yang terbuat oleh


sesuatu kekuasaan dalam mengendalikan pergaulan hidup dalam masyarakat
supaya masyarakat dapat tertib.

Hukum perdata mengendalikan subjek serta antar subjek dalam ikatan


interrelasi( peran sederajat)( 1887).

Hukum pidana merupakan peraturan menimpa hukum KUHP di


Indonesia ( 1 Januari 1918).

Hukum Kesehatan ( No. 23 tahun 1992) merupakan seluruh syarat


hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/ pelayanan serta
pelaksanaannya. Yang diatur menyangkut hak serta kewajiban baik
perorangan serta segenap susunan masyarakat selaku penerima pelayanan
kesehatan ataupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam
seluruh aspeknya, organisasi, fasilitas pedoman standar pelayanan medic,
ilmu pengetahuan kesehatan serta hukum dan sumber- sumber hukum yang
lain.

D. ikatan antara moral etika serta hukum


Bila kita membahas tentang norma, etika

serta hukum pastinya kita tidak dapat melepaskannya dari segi


moral. Dari makna kata, etika dapat disamakan dengan moral. Moral berasal

5
dari bahasa latin mos yang berarti adat kebiasaan. Sebagian ahli memliliki
komentar yang berbeda- beda tentang ikatan antara moral serta etika.
Menurut Lawrence Konhberg ada ikatan antara moral serta etika. Menurut
Lawrence Konhberg pembelajaran moral ialah bawah dari pembangunan
etika. Pembelajaran moral itu sendiri terdiri dari ilmu sosiologi, budaya,
antropologi, psikologi, filsafat, pembelajaran serta ilmu politik. Komentar
Lawrence Konhberg berbeda dengan komentar Sony Keraf. Sony Keraf
membedakan antara moral dengan etika. Nilai- nilai moral memiliki nasihat,
peraturan, serta perintah turun temurun lewat sesuatu budaya tertentu.
Sebaliknya etika ialah refleksi kritis serta rasional menimpa nilai serta
norma manusia yang memastikan serta terwujud dalam perilaku serta sikap
hidup manusia.

Sebab etika serta moral saling pengaruhi, hingga keduanya pasti


mempunyai ikatan yang erat dengan norma- norma berlaku dimasyarakat.
Norma selaku wujud perwujudan dari etika serta moratl yang berkembang
serta tumbuh di masyarakat. Sebaliknya hukum ialah sesuatu bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat yang mempunyai
etika, moral serta norma- norma didalamnya hukum berfungsi selaku
penjaga supaya etika, moral serta norma- norma dalam masyarakat dapat
berjalan dengan baik. Apabila terjalin pelanggaran terhadap etika, moral,
serta norma hingga hukum hendak berfungsi selaku pemberi sanksi. Sanksi
tersebut dapat berbentuk pelanggaran norma- norma sosial masyarakat serta
sanksi hukum apabila norma- norma yang dilanggar pula tercantum dalam
daerah peraturan hukum yang berlaku.

Jadi, jelaslah kalau moral, etrika serta hukum saling berkaitan antara
satu sama lain. Dari hukum- hukum yang berlaku pada sesuatu negeri yang
mengikat secara luas pada sesuatu negeri tersebut dibagi menjadi bagian-
bagian kecil yang disebut norma untuk mengikat pada sesuatu kalangan
masyarakat tertentu maupun agama tertentu serta supaya kita tidak
melanggar keduanya baik hukum ataupun norma, kita wajib berperan cocok
dengan etika- etika yang berlaku baik dalam sesuatu negeri ataupun dalam
sesuatu masyarakat

2. Pengertian Etika Profesi

6
A. Definisi

B. Macam-macam kode etik profesi


1. Kode Etik Apoteker Indonesia
Kode etik apoteker Indonesia dirumuskan dan disahkan dengan
Surat Keputusan Ketua Majelis Pembina Etik Apoteker Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia no 01/II/MPEA/2010. Adapun kode etik tersebut terdiri
dari mukadimah dan kewajiban kewajiban.

Mukadimah

Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas


kewajibannya serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa
mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa. Apoteker
di dalam pengabdiannya serta dalam mengamalkan keahliannya selalu
berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker.

Pedoman Pelaksanaan:

1. Setiap Apoteker dalam melakukan pengabdian dan pengamalan


ilmunya harus didasari oleh sebuah niat luhur untuk kepentingan
makhluk lain sesuai dengan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa.

2. Sumpah dan Janji Apoteker adalah komitmen seorang Apoteker yang


harus dijadikan landasan moral dalam pengabdian profesinya

3. Kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip harus diikuti oleh
Apoteker sebagai pedoman dan petunjuk serta standar perilaku dalam
bertindak dan mengambil keputusan.

Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian


profesinya berpedoman pada satu ikatan moral yaitu:

Kewajiban Umum

Kewajiban umum dituangkan pada:

Pasal 1 : Sumpah/ janji Apoteker, yang berisi: "Setiap Apoteker harus


menjujung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah Apoteker."

7
Pedoman Pelaksanaan: Sumpah/janji Apoteker yang diucapkan seorang
Apoteker untuk dapat diamalkan dalam pengabdiannya, harus dihayati
dengan baik dan dijadikan landasan moral dalam setiap tindakan dan prilaku

Dalam sumpah Apoteker ada beberapa hal yang harus diperhatikan,


yaitu:

1. Melaksanakan asuhan kefarmasian.

2. Merahasiakan kondisi pasien, resep dan "medication record" untuk


pasien.

3. Melaksanakan praktik profesi sesuai landasan praktik profesi yaitu


ilmu, hukum dan etik.

Pasal 2 : Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh sungguh


menghayati dan mengamalkan kode etik Apoteker Indonesia

Pedoman Pelaksanaan:

 Kesungguhan dalam menghayati dan mengamalkan Kode Etik


Apoteker Indo-nesia dinilai dari: ada tidaknya lapora masyarakat, ada
tidaknya laporan dari sejawat Apoteker atau sejawat tenaga kesehatan
lain, serta tidak ada laporan dari sejawat Apoteker atau sejawat tenaga
kesehatan lain, serta tidak ada laporan dari dinas kesehatan.
 Pengaturan pemberian sanksi ditetapkan dalam peraturan organisasi
(PO)

Pasal 3 : Setiap Apoteker. harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai


Standar Kompetensi Apoteker Indoesia serta selalu mengutamakan dan
berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam menjalankan
kewajibannya.

Pedoman Pelaksanaan:

1. Setiap Apoteker Indonesia harus mengerti, menghayati dan


mengamalkan kompetensi sesusai dengan Standar kompetensi Apoteker
Indonesia. Kompetensi yang dimaksud adalah : ketrapilan, sikap, dan
peri-laku yang berdasarkan pada ilmu, hukum, dan etik.

2. Ukuran kompetensi seorang Apoteker dinilai lewat uji kompetensi

8
3. Kepentingan kemanusiaan harus menjadi pertimbangan utama dalam
setiap tindakan dan keputusan seorang Apoteker Indonesia.

4. Bilamana suatu saat seorang Apoteker dihadapkan kepada konflik


tanggung jawab profesional, maka dari berbagai opsi yang ada, seorang
Apoteker harus memilih resiko yang paling kecil dan paling tepat untuk
kepentingan pasien serta masyarakat.

Pasal 4 : Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di


bidang kesehatan pada umumnya dan bidang farmasi pada khususnya.

Pedoman Pelaksanaan:

1. Seorang Apoteker harus mengem-bangan pengetahuan dan keteram-


pilan profesionalnya secara terus menerus.

2. Aktifitas seorang Apoteker dalam mengikuti perkebangan di bidang


kesehatan, diukur dari nilai SKP yang diperoleh dari hasil uji
kompetensi.

3. Jumlah SKP minimal yang harus diperoleh Apoteker ditetapkan dalam


peraturan organisasi.

Pasal 5 : Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus


menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang
bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian

Pedoman Pelaksanaan:

1. Seorang Apoteker dalam tidakan profesionalnya harus menghindari diri


dari perbuatan yang akan merusak atau seseorang ataupun merugikan
orang lain.

2. Seorang Apoteker dalam menjalankan tugasnya dapat memperoleh


imbalan dari pasien dan masyarakat atas jasa yang diberikannya dengan
tetap memegang teguh kepada prinsip mendahulukan kepentingan
pasien.

3. Besarnya jasa pelayanan ditetapkan dalam peraturan organisasi.

9
Pasal 6 : Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang
baik bagi orang lain.

Pedoman Pelaksanaan:

1. Seorang Apoteker harus menjaga kepercayaan masyarakat atas profesi


yang disandangkan dengan jujur dan penuh integritas.

2. Seorang Apoteker tidak akan menya-lahgunakan kemampuan


profesional-nya kepada orang lain. 3. Seorang Apoteker harus menjaga
perilakunya dihadapan publik.

Pasal 7 : Seorang Apoteker harus menjadi sum-ber informasi sesuai dengan


profesinya.

Pedoman Pelaksanaan:

1. Seorang Apoteker membeberikan informasi kepada pasien/masyarakat


harus dengan cara yang mudah dimengerti dan yakin bahwa informasi
tersebut harus sesuai, relevan, dan "up to date"

2. Sebelum memberikan informasi, Apoteker harus menggali informasi


yang dibutuhkan dari pasien ataupun orang yang datang menemui
Apoteker mengenai pasien serta penyakitnya.

3. Seorang Apoteker harus mampu berbagi informasi mengenai pelayanan


kepada pasien dengan tenaga profesi kesehatan yang terlibat.

4. Seorang Apoteker harus senantiasa meningkatkan pemahaman


masyarakat terhadap obat, dala bentuk penyuluhan, memberikan
informasi secara jelas, melakukan monitoring penggunaan obat dan
sebagainya.

5. Kegiatan penyuluhan ini mendapat nilai Satuan Kredit Profesi (SKP)

Pasal 8 : Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan


perundang-undangan di bidang kesehatan pada u-mumnya dan di bidang
farmasi pada khususnya.

10
Pedoman Pelaksanaan:

1. Tidak ada alasan bagi Apoteker tidak tahu peraturan perundangan yang
terkait dengan kefarmasian. Untuk itu setiap Apoteker harus selalu aktif
mengikuti perkembangan peraturan, sehingga setiap Apoteker dapat
menjalankan profesinya dengan tetap berada dalam koridor peraturan
perundangan yang berlaku

2. Apoteker harus membuat Standar Porsedur Operasional (SPO) sebagai


pedoman kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan/pelayanan
kefar-masian sesuai kewenangan atas dasar peraturan perundangan
yang ada Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien Kewajiban apoteker
terhadap pasien dijelaskan pada pasal-pasal kode etik sebagai berikut:

Pasal 9 : Seorang Apoteker dalam kefarmasian harus melakukan praktik


mengutamakan kepentingan masyarakat menghormati hak azasi pasien dan
melindungi makhluk hidup insani.

Pedoman Pelaksanaan:

1. Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal paling utama dari


seorang Apoteker

2. Setiap tindakan dan keputusan profesional dari Apoteker harus berpihak


kepada kepentingan pasien dan masyarakat

3. Seorang Apoteker harus mampu mendorong pasien untuk terlibat dalam


keputusan pengobatan mereka

4. Seorang Apoteker harus mengambil langkah-langkah untuk menjaga


kesehatan pasien khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang yang
dalam kondisi lemah

5. Seorang Apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada


pasien adalah obat yang terjamin mutu, keamanan, dan kahsiat dan cara
pakai obat yang tepat

6. Seorang Apoteker harus menjaga kerahasiaan pasien, rahasia kefar-


masian, dan rahasia kedokteran dengan baik

7. Seorang Apoteker harus menghormati keputusan profesi yang telah


ditetap-kan oleh dokter dalam bentuk penu lisan resep dan sebagainya

8. Dalam hal seorang Apoteker akan mengambil kebijakan yang berbeda


dengan permintaan seorang dokter, maka Apoteker harus melakukan

11
komunikasi dengan dokter tersebut, kecuali peraturan perundangan
membolehkan Apoteker mengambil keputusan demi kepentingan dan
atas persetujuan pasien.

Kewajiban Apoteker terhadap Teman Sejawat

Kewajiban apoteker terhadap teman sejawat dijelaskan pada pasal


berikut:

Pasal 10 : Seorang Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya


sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pedoman Pelaksanaan:

1. Setiap Apoteker harus menghargai teman sejawatnya, termasuk rekan


kerjanya.

2. Bilamana seorang Apoteker dihadap-kan kepada suatu situasi yang


problematik, baik secara moral atau peraturan perundangan yang
berlaku, tentang hubungannya dengan sejawatnya, maka komunikasi
antar sejawat harus dilakukan dengan baik dan santun.

3. Apoteker harus berkoordinasi dengan IAI ataupun majelis Pembina Etik


Apoteker dalam menyelesaikan per masalahan dengan teman sejawat.

Pasal 11 : Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling


menasehati untuk mematuhi ketentuan ketentuan Kode Etik.

Pedoman Pelaksanaan:

1. Bilamana seorang Apoteker menge-tahui sejawatnya melanggar kode


etik, dengan cara yang santun dia harus melakukan komunikasi dengan
seja-watnya tersebut untuk mengingatkan kekeliruan yang ada.

2. Bilamana ternyata yang bersangkutan sulit menerima maka dia dapat


me-nyampaikan kepada pengurus cabang dan atau MPEAD secara
berjenjang.

Pasal 12 : Seorang Apoteker harus memperguna-kan setiap kesempatan


untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam
memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa
saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

12
Pedoman Pelaksanaan:

1. Seorang Apoteker harus menjalin dan memelihara kerjasama dengan


sejawat Apoteker lainnya.

2. Seorang Apoteker harus membantu teman sejawatnya dalam


menjalankan pengabdian profesinya. 3. Seorang Apoteker harus saling
mempercayai teman sejawatnya dalam menjalin/memelihara kerjasama.

Kewajiban Apoteker terhadap Sejawat Petugas Kesehatan Lain

Kewajiban apoteker terhadap sejawat profesi kesehatan lain


diuraikan pda pasal berikut:

Pasal 13: Seorang Apoteker harus memperguna-kan setiap kesempatan


untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling
mempercayai, menghar-gai dan menghormati sejawat petugas kesehatan
lain.

Pedoman Pelaksanaan:

1. Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan


tenaga profesi kesehatan lainnya secara seimbang dan bermartabat.

2. Bilamana seorang Apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari


pelayanan profesi kesehatan lainnya, maka Apoteker tersebut harus
mampu meng komunikasikannya dengan baik kepada profesi tersebut,
tanpa yang bersangkutan harus merasa dipermalukan.

Pasal 14 : Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau


perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurang-nya atau hilangnya
kepercayaan masya rakat kepada sejawat petugas kesehatan lain.

Pedoman Pelaksanaan:

1. Bilamana seorang Apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari


pelayanan profesi tenaga kesehatan lainnya, maka Apoteker tersebut harus
mampu meng komunikasikannya dengan baik kepada tenaga kesehatan
tersebut, tanpa yang bersangkutan harus merasa dipermalukan.

Penutup

13
Pasal penutup kode etik apoteker menjelaskan pernyataan
kesungguhan apotejer untuk mengamalkan kode etik tersebut dalam praktek
sehari-hari. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 15.

Pasal 15: Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan


mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas
kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja
maupun tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi Kode Etik Apoteker
Indonesia, maka dia wajib meng-akui dan menerima sanksi dari peme-
rintah, organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI) dan mempertang
gungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pedoman Pelaksanaan:

Apabila Apoteker melakukan pelanggaran Kode Etik Apoteker


Indonesia, yang ber-sangkutan dikanakan sanksi organisasi.Sanksi dapat
berupa pembinaan, pering atan, pencabutan keanggotaan pencabutan
keanggotaan tetap. sementara, atau Kriteria pelanggaran kode etik diatur
dalam peraturan organisasi, dan sanksi ditetapkan setelah melalui kajian
yang mendalam dari MPEAD. Selanjutnya MPEAD menyampaikan hasil
telaahnya kepada pengurus cabang, pengurus daerah, dan MPEA.

2. Kode Etik Profesi Kesehatan Masyarakat

Etika Kesehatan Masyarakat merupakan dimensi dari Bioetika,


sebagaimana halnya etika biomedik dan etika keperawatan dan lainnya.
Etika normatif mengacu kepada penerapan dari teori etika, prinsip moral,
atau aturan-aturan pada situasi khusus atau undang-undang. Bioetika adalah
dari teori etika dan prinsip moral pada kehidupan dan pekerjaan/profesi.
penerapan

Pendidikan profesi perlu didukung oleh body of knowledge yaitu


garapan ilmu tertentu(ontology), metodologi ilmu(epistemology), dan
pemanfaatan ilmu(axiology). Pendidikan profesi diperoleh melalui
pendidikan terarah, terencana, terus menerus dan berjenjang. Di samping itu
pekerjaan profesi diatur melalui kode etik profesi, sementara itu dalam kode
etik profesi ada pula pasal-pasal yang mengatur kehidupan profesi. Untuk
mengatur kehidupan profesi dan hal-hal yang berhubungan dengan
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan profesi maka setiap profesi
memiliki wadah profesi.

Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) sebagai wadah


profesi kesehatan masyarakat, ahli kesehatan masyarakat merupakan mereka

14
yang berpendidikan sarjana atau sarjana muda kesehatan masyarakat atau
pasca sarjana lainnya yang berpengalaman/penguasaan ilmu dalam bidang
kesehatan masyarakat sekurang-kurangnya lima tahun. Kode etik profesi
kesehatan masyarakat diuraikan pada diuraikan dalam bab-bab dan pasa-
pasal sebagai berikut (IAKMI, 2013):

Kewajiban Umum

Kewajiban Umum (Bab 1) kode etik kesehatan masyarakat dijabarkan


dalam 5 pasal, yaitu:

 Pasal 1:

Setiap profesi kesehatan masyarakat harus menjunjung tinggi,


menghayati, dan mengamalkan etika profesi kesehatan masyarakat.

 Pasal 2:

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya profesi kesehatan


masyarakat lebih mementingkan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi.

 Pasal 3:

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, hendaknya menggunakan


prinsip efektifitas-efisiensi dan mengutamakan penggunaan
teknologi tepat guna.

 Pasal 4:

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, tidak boleh membeda-


bedakan masyarakat atas pertimbangan pertimbangan agama, suku,
golongan, sosial politik, dan sebagainya.

 Pasal 5:

Hak Anggota, Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya hanya


melaksanakan profesi dan keahliannya.

Kewajiban terhadap Masyarakat

15
Kewajiban terhadap masyarakat (Bab II) terdiri dari 8 pasal, dari pasal 6
hingga pasal 13.

 Pasal 6:

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, selalu berorientasi


kepada masyarakat sebagai satu kesatuan yang tidak terlepas dari
aspek sosial, ekonomi, politik, psikologis dan budaya.

 Pasal 7:

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan


pembinaan kesehatan yang menyangkut orang banyak.

 Pasal 8:

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan


pemerataan dan keadilan.

 Pasal 9:

Dalam pembinaan kesehatan masyarakat harus menggunakan


pendekatan menyeluruh, multidisiplin dan lintas sektoral serta
mementingkan usaha-usaha promotif, preventif, protektif dan
pembinaan kesehatan.

 Pasal 10:

Upaya pembinaan kesehatan masyarakat hendaknya didasarkan


kepada fakta-fakta ilmiah yang diperoleh dari kajian-kajian atau
penelitian-penelitian.

 Pasal 11:

Dalam Pembinaan kesehatan masyarakat, hendaknya mendasarkan


kepada prosedur dan langkah langkah yang profesional yang telah
diuji melalui kajian kajian ilmiah.

 Pasal 12:

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus bertanggung jawab


dalam melindungi, memlihara dan meningkatkan kesehatan
penduduk.

 Pasal 13:

16
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus berdasarkan
antisipasi ke depan, baik dan menyangkut masalah kesehatan
maupun masalah lain yang berhubungan atau mempengaruhi
kesehatan penduduk.

Kewajiban Terhadap Profesi Kesehatan Lain dan Profesi di Luar Bidang


Kesehatan

Kewajiban teradap profesi kesehatan lain atau profesi lainnya merupakan


Bab-III dari kode etik kesehatan masyarakat. Bab-III ini terdiri dari 2 pasal,
yaitu"

 Pasal 14:

Dalam melakukan tugas dan fungsinya, harus bekerjasama dalam


saling menghormati dengan anggota profesi lain, tanpa dipengaruhi
oleh pertimbangan pertimbangan keyakinan, agama, suku, golongan,
dan sebagainya.

 Pasal 15:

Dalam melakukan tugas dan fungsinya bersama-sama dengan profesi


lain, hendaknya berpegang pada prinsip-prinsip: kemitraan,
kepemimpinan, pengambilan prakarsa dan kepeloporan.

Kewajiban Terhadap Profesinya

Kewajiban terhadap profesi termasuk pada Bab-IV dari kode etik kesehatan
masyarakat. Secara rinci daoat dilihat:

 Pasal 16:

Ahli Kesehatan masyarakat hendaknya bersikap proaktif dan tidak


menunggu dalam mengatasi masalah.

 Pasal 17:

Ahli kesehatan masyarakat hendaknya senantiasa memelihara dan


meningkatkan profesi kesehatan masyarakat.

17
 Pasal 18:

Ahli kesehatan masyarakat hendaknya senantiasa berkomunikasi,


membagi pengalaman dan saling membantu di antara anggota
profesi kesehatan masyarakat.

Kewajiban terhadap Diri Sendiri

Kewajiban terhadap diri sendiri dituangkan sebagai kode etik kesehatan


masyarakat Bab-V, yang terdiri dari 20 pasal, yaitu:

 Pasal 19:

Profesi Kesehatan masyarakat harus memelihara kesehatannya agar


dapat melaksanakan tugas dan profesinya dengan baik. Pasal 20:
Ahli kesehatan masyarakat senantiasa berusaha untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penutup

Bab penutup kode etik kesehatan masyarakat merupakan janji atau ikrar
untuk mentaati etika profesi (pasal 21):

 Pasal 21:

Setiap anggota profesi kesehatan masyarakat dalam melaksanakan


tugasnya sehari-hari harus berusaha dengan sungguh-sungguh
memegang teguh kode etik kesehatan masyarakat Indonesia ini.

3. Kode Etik Sanitarian/ Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia

Undang- undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengatakan pada


Pasal 23 ayat( 1)" Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan". Ayat( 2)" Kewenangan untuk menyelenggarakan
pelayanankesehatan sebagaimana diartikan pada ayat( 1) dicoba cocok
dengan bidang kemampuan yang dipunyai". Serta ayat( 3)" Dalam

18
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan harus
mempunyai izin dari pemerintah".

Berikutnya pada Pasal 24 ayat( 1) mengamanatkan" Tenaga kesehatan


sebagaimana diartikan dalam Pasal 23 wajib penuhi syarat kode etik, standar
profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, serta standar
prosedur operasional". Serta pada ayat( 2)" Syarat menimpa kode etik serta
standar profesi sebagaimana diartikan pada ayat( 1) diatur oleh organisasi
profesi"

Syarat tersebut membagikan kekuatan kepada HAKLI dalam


pelaksanaan Ketetapan Munas k- V tahun 2005 di Surabaya yang sudah
merumuskan Kode Etik Sanitarian. Kode Etik( Code of Ethical Conduct)
Sanitarian ialah rumusan" perilaku tindak" yang bagi profesi sanitarian"
baik" spesialnya untuk warga serta lingkungan yang disusun bersumber
pada kajian serta prinsip Etik. Kode etik wajib dipatuhi, serta apabila
dilanggar hendak diberi sanksi.

Kewajiban Umum

Seseorang sanitarian wajib menjunjung besar, menghayati serta


mengamalkan profesi sanitasi dengan sebaik- baiknya. Seseorang sanitarian
wajib tetap berupaya melakukan profesinya cocok dengan standar profesi
yang paling tinggi. Dalam melaksanakan pekerjaan ataupun praktek profesi
sanitasi, seseorang sanit tidak boleh dipengaruhi suatu yang menyebabkan
hilangnya kebebasan serta kemandirian profesi. Seseorang sanitarian wajib
menghindarkan diri dari perbuatan yang bertabiat menyanjung diri sendiri.
Seseorang sanitarian tetap berjaga- jaga dalam mempraktikkan tiap temuan
metode ataupun metode baru yang belum terbukti kehandalannya serta hal-
hal yang bisa memunculkan keresahan warga. Seseorang cuma berikan
anjuran ataupun saran yang sudah lewat sesuatu proses analisis secara
komprehensif.

Seseorang sanitarian dalam melaksanakan profesinya, wajib


membagikan pelayanan yang sebaik- baiknya dengan menjunjung besar
kesehatan serta keselamatan manusia, dan kelestarian lingkungan.
Seseorang sanitarian wajib berlagak jujur dalam berhubungan dengan klien
ataupun warga serta seprofesinya, serta berupaya untuk menegaskan sahabat
seprofesinya yang ia tahu mempunyai kekurangan dalam sahabat
kepribadian ataupun kompetensi, ataupun yang melaksanakan penipuan
ataupun kebohongan dalam Menanggulangi permasalahan klien ataupun
warga.

19
Seseorang sanitarian wajib menghormati hak- hak klien ataupun
warga, hak- hak sahabat seprofesi, serta hak tenaga kesehatan yang lain,
serta wajib melindungi keyakinan klien ataupun warga. Dalam
melaksanakan pekerjaannya seseorang sanitarian harus

mencermati kepentingan warga serta mencermati segala aspek


kesehatan lingkungan secara merata, baik raga, hayati ataupun sosial, dan
berupaya jadi pendidik serta pengabdi warga yang sebenar- benarnya.
Seseorang sanitarian dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang
kesehatan serta bidang yang lain dan warga, wajib silih menghormati.

Kewajiban Sanitarian Terhadap Klien serta Warga Seseorang


sanitarian harus berlagak tulus ikhlas serta mempergunakan seluruh ilmu
serta keterampilannya untuk kepentingan penyelesaian permasalahan klien
ataupun warga. Dalam perihal dia tidak sanggup melaksanakan sesuatu
pengecekan ataupun penyelesaian permasalahan, hingga dia harus bertanya,
berkolaborasi serta ataupun merujuk pekerjaan tersebut kepada sanitarian
lain yang memiliki kemampuan dalam penyelesaian permasalahan tersebut.
Seseorang sanitarian harus melakukan profesinya secara bertanggung jawab.
Seseorang sanitarian harus melaksanakan penyelesaian permasalahan
sanitasi secara tuntas serta totalitas. Seseorang sanitarian harus membagikan
data kepada kliennya atas pelayanan yang diberikannya. Seseorang
sanitarian harus memperoleh proteksi atas praktek pemberian pelayanan.

Kewajiban Sanitarian terhadap Sahabat Seprofesi

Seseorang sanitarian memperlakukan sahabat seprofesinya selaku


bagian dari penyelesaian permasalahan. Seseorang sanitarian tidak boleh
silih mengambil alih pekerjaan dari sahabat seprofesi, kecuali dengan
persetujuan, ataupun bersumber pada prosedur yang terdapat.

Kewajiban Sanitarian terhadap Diri Sendiri

Seseorang sanitatian wajib mencermati serta mempraktekan hidup


bersih serta sehat biar bisa bekerja dengan baik. Seseorang sanitarian wajib
tetap menjajaki pertumbuhan ilmu pengetahuan serta teknologi kesehatan
area, kesehatan serta bidang- bidang lain yang terpaut.

Sebaliknya dalam peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 32 tahun


2013 tentang Penyelenggaran Pekerjaan tenaga kesehatan dimana dalam
melakukan pekerjaannya Tenaga Sanitarian memiliki Hak serta kewajiban:

4. Kode Etik Ahli Gizi

20
Mukadimah Ahli Gizi yang melakukan profesi gizi mengabdikan
diri dalam upaya memelihara serta membetulkan kondisi gizi, kesehatan,
kecerdasan serta kesejahteraan rakyat lewat upaya revisi gizi, pembelajaran
gizi, pengembangan ilmu serta teknologi gizi, dan ilmu- ilmu terpaut. Ahli
Gizi dalam melaksanakan profesinya wajib tetap bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menampilkan perilaku serta perbuatan terpuji yang
dilandasi oleh falsafah serta nilai- nilai Pancasila, Undang- Undang Bawah
1945 dan Anggaran Bawah serta Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli
Gizi Indonesia dan etik profesinya.

Kewajiban Umum

1. Ahli Gizi berfungsi tingkatkan kondisi gizi serta kesehatan dan berfungsi
dalam tingkatkan kecerdasan serta rakyat

2. Ahli Gizi berkewajiban menjunjung besar nama baik profesi gizi dengan
menampilkan perilaku, sikap, serta budi luhur dan tidak mementingkan diri
sendiri

3. Ahli Gizi berkewajiban tetap melaksanakan profesinya bagi standar


profesi yang sudah diresmikan.

4. Ahli Gizi berkewajiban tetap melaksanakan profesinya berlagak jujur,


tulus serta adil.

5. Ahli Gizi berkewajiban melaksanakan profesinya bersumber pada prinsip


keilmuan, data terbaru, serta dalam menginterpretasikan data hendaknya
objektif tanpa membedakan orang serta bisa menampilkan sumber referensi
yang benar.

6. Ahli Gizi berkewajiban tetap memahami serta menguasai keterbatasannya


sehingga bisa berkolaborasi dengan fihak lain ataupun membuat referensi
apabila dibutuhkan.

7. Ahli Gizi dalam melaksanakan profesinya mengutamakan kepentingan


masyarakat serta berkewajiban tetap berupaya jadi pendidik serta pengabdi
masyarakat yang sesungguhnya.

8. Ahli Gizi dalam berkerjasama dengan para handal lain di bidang


kesehatan ataupun yang lain berkewajiban tetap memelihara penafsiran yang
sebaik- baiknya.

21
Kewajiban Terhadap Klien

1. Ahli Gizi berkewajiban selama waktu tetap berupaya memelihara serta


tingkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi
ataupun di masyarakat universal.

2. Ahli Gizi berkewajiban tetap melindungi kerahasiaan klien ataupun


masyarakat yang dilayaninya baik pada dikala klien masih ataupun telah
tidak dalam pelayanannya, apalagi pula sehabis klien wafat dunia kecuali
apabila dibutuhkan untuk keperluan kesaksian hukum.

3. Ahli Gizi dalam melaksanakan profesinya tetap menghormati serta


menghargai kebutuhan unik tiap klien yang dilayani serta peka terhadap
perbandingan budaya, serta tidak melaksanakan diskriminasi dalam perihal
suku, agama, ras, status sosial, tipe kelamin, umur serta tidak menampilkan
pelecehan intim.

4. Ahli Gizi berkewajiban tetap membagikan pelayanan gizi prima, kilat,


serta akurat.

5. Ahli Gizi berkewajiban membagikan data kepada klien dengan pas serta
jelas, sehingga membolehkan klien paham serta ingin memutuskan sendiri
bersumber pada data tersebut.

6. Ahli Gizi dalam melaksanakan tugasnya, apabila hadapi keraguan dalam


membagikan pelayanan berkewajiban tetap bertanya serta merujuk kepada
ahli gizi lain yang memiliki kemampuan.

Kewajiban Terhadap Masyarakat

1. Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat universal spesialnya


tentang penyalahgunaan pelayanan, data yang salah serta praktek yang tidak
etis berkaitan dengan gizi, pangan tercantum santapan serta pengobatan gizi/
diet. ahli gizi hendaknya tetap membagikan pelayanannya cocok dengan
data faktual, akurat serta bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

2. Ahli Gizi tetap melaksanakan aktivitas pengawasan pangan serta gizi


sehingga bisa menghindari permasalahan gizi di masyarakat.

3. Ahli Gizi berkewajiban tetap peka terhadap status gizi masyarakat untuk
menghindari terbentuknya permasalahan gizi serta tingkatkan status gizi
masyarakat.

Kewajiban Terhadap Profesi serta Diri Sendiri

22
1. Ahli Gizi berkewajiban mentaati, melindungi serta menjunjung besar
syarat yang dicanangkan oleh profesi.

2. Ahli Gizi berkewajiban tetap memajukan serta memperkaya pengetahuan


serta kemampuan yang dibutuhkan dalam melaksanakan profesinya cocok
pertumbuhan ilmu serta teknologi terbaru dan peka terhadap pergantian
area.

3. Ahli Gizi wajib membuktikan perilaku yakin diri, berpengetahuan luas,


serta berani mengemukakan komentar dan tetap membuktikan kerendahan
hati serta ingin menerima komentar orang lain yang benar.

4. Ahli Gizi dalam melaksanakan profesinya berkewajiban untuk tidak


boleh dipengaruhi oleh kepentingan individu tercantum menerima duit tidak
hanya imbalan yang layak cocok dengan jasanya, walaupun dengan
pengetahuan klien/ masyarakat( tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).

5. Ahli Gizi berkewajiban tidak melaksanakan perbuatan yang melawan


hukum, serta memforsir orang lain untuk melawan hukum.

6. Ahli Gizi berkewajiban memelihara kesehatan serta kondisi gizinya


supaya bisa bekerja dengan baik.

7. Ahli Gizi berkewajiban melayani masyarakat universal tanpa memandang


keuntungan perseorangan kebesaran seorang. atau

8. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa melindungi nama baik profesi serta


mengharumkan organisasi profesi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

23

Anda mungkin juga menyukai