Anda di halaman 1dari 158

1

 THT:
▪ Infeksi → infeksi leher bagian dalam
▪ Paling sering: infeksi ruang submandibuler
▪ Infeksi → berkembang ke ruang potensial leher lain
→ komplikasi → kematian
 Pre era antibiotika:
▪ Penyebab infeksi: TONSIL, FARING > GIGI
 Era antibiotika:
▪ Penyebab INFEKSI: GIGI > TONSIL, FARING
2
 Pengobatan antibiotika:
Bukan sebagai pengganti tindakan
pembedahan
Pus harus dikeluarkan dari tubuh
Penanganan optimal harus memahami
anatomi ruang potensial leher

3
 Organ, otot, saraf dan pembuluh darah leher
dalam dipisahkan oleh Fasia servikalis terdiri
atas lapisan jaringan fibrosa
 Fasia ini dibagi atas
▪ Fasia superfisialis
▪ Fasia media
▪ Fasia profunda.
 Fasia memisahkan area leher menjadi
rangkaian ruangan-ruangan potensial.
4
 Anatomi klinis penting untuk dipahami
 Pembagian disesuaikan dengan
hubungan pada os Hioid
a. R. sepanjang leher
1. R. retrofaring
2. R. prevertebralis
3. ‘Danger Space’

5
b. R. DI ATAS TULANG HIOID
1. R. Sub Mandibularis
1.1. R. Sub Lingualis
1.2. R. Sub Maksilaris
- Sub Mentalis (sentral)
- Sub Maksilaris (lateral)
2. R. Faringo Maksilaris
3. R. Mastikator
4. R. Temporalis
5. R. Parotis
6. R. Peritonsilaris

c. R. DI BAWAH TULANG HIOID


- R. Viseralis anterior
6
7
 Ruang sepanjang leher
▪ Ruang retrofaring
▪ Ruang bahaya (danger space)
▪ Ruang prevertebral
▪ Ruang viscera vaskuler
 Ruang terbatas diatas tulang hyoid
▪ Ruang faringomaksila/ruang
parafaring
▪ Ruang submandibula
▪ Ruang parotis
▪ Ruang mastikator
▪ Ruang peritonsil
▪ Ruang temporal
 Ruang terbatas dibawah tulang
hyoid
▪ Ruang viscera anterior / ruang pre
trakea

8
9
10
 Abses ruang retrofaring dan ruang bahaya
 Abses ruang parafaring (ruang faringo maksila) dan ruang
viscera vaskuler
 Abses ruang submandibula
 Abses lidah dan dasar mulut yang berada di submental space
(Ludwig’s angina).
 Abses leher lateral
 Abses ruang mastikator
 Abses ruang peritonsil
 Abses ruang temporal
 Abses ruang viscera anterior (ruang pre trakea)

11
 Kuman bermacam-macam:
AEROB ANAEROB
- Streptokokus - Bacteroides
- Stafilokokus - Pepto Streptokokus
- Difteroid * Sering berasal dari infeksi gigi
- Neisseria
- Klebsiela
- Hemofilus

Apabila pada waktu pembedahan/drainase → bau busuk →


ingat kuman anaerob

12
 Sulit
 Tanda-tanda lokal/sistemik sering tidak jelas
 Gejala: panas, rasa sakit, pembengkakan
 X-foto:
▪ Leher AP/lateral:
▪ Benda asing, deviasi trakea, udara subkutan, udim
jaringan lunak
▪ Torak: -
▪ Pneumotorak
▪ Udim paru
▪ Pneumo mediastinum

13
▪ CT scan:
▪ Hasil lebih baik dari pada tomogram.
▪ Dapat membantu membedakan: selulitis atau abses
▪ Struktur tampak lebih jelas: Ring enhanment
▪ Dinding abses
▪ Udim jaringan
▪ Kistik
▪ MRI:
▪ Dapat membedakan jaringan normal/keradangan
▪ USG:
▪ Membantu aspirasi dg jarum/pembedahan

14
 Perhatian pada jalan pernafasan, kalau perlu
trakeotomi/krikotirotomi
 Terapi terhadap infeksi/pencegahan komplikasi
 Kultur darah/pus
 Antibiotika parenteral
 Pembedahan/drainase
 Apabila abses (+):
▪ Diduga terdapat komplikasi
▪ Perbaikan → setelah pemberian antibiotika 48 jam

15
1. Akibat infeksi
▪ Erosi A. Karotis
▪ Trombosis V. Jugularis Interna
▪ Gejala: panas , bengkak pada m. sternokleidomastoideus
▪ Mediastinitis, sesak nafas, panas, sakit dada
▪ Aspirasi (ruptur spontan)
▪ Sepsis
2. Akibat pembedahan
▪ Kerusakan struktur neuro muskuler
▪ Infeksi luka
▪ Sepsis
▪ Jaringan parut
▪ Aspirasi (ruptur ok/ alat-alat)

16
 Anatomi, terdiri:
▪ R. sub lingualis
▪ R. sub maksilaris (bawah)
 Kedua ruangan berhubungan secara langsung melalui tepi
posterior m. Milohioid
 Patologi:
▪ 80% ok/ infeksi gigi
▪ premolar → ggn pd r. sub lingualis
▪ molar → ggn pd r. sub maksilaris
▪ Dapat pula oleh karena infeksi fokal dasar mulut, dasar
lidah, tonsila lingualis, batu dari kelenjar ludah

18
19
 Klinis:
▪ Infeksi ruang sub maksilaris saja
▪ Kulit tampak bengkak
▪ Dasar mulut normal
▪ Penyebab dari gigi:
▪ bengkak dasar mulut, sub lingual / sub mental
▪ tidak adekuat dasar mulut bengkak >> (LUDWIG ANGINA)
▪ kemerahan jaringan Supra hioid
 Gejala:
▪ Bengkak sub maksilaris
▪ Keluhan:
▪ rasa sakit >>, ptialismus, trismus, disfagia, kesukaran bernapas
20
 Terapi:
▪ Antibiotika, juga kuman anaerob
▪ Trakeotomi , apabila ada sumbatan jalan nafas dan
kesulitan intubasi
▪ Pungsi - Aspirasi
▪ Insisi - Drainase
 Komplikasi:
▪ Infeksi → Ruang faringo maksilaris → mediastinum
▪ Obstruksi jalan napas

21
SEBELUM DIINSISI
22
Usual site for drainage of Ludwig’s Angina

23
24
PASIEN ABSES SUB MANDIBULAR
POST INSISI
25
 Anatomi:
▪ Anatomi
▪ Anterior
▪ posterior
▪ Ruangan ini penting secara klinis berbentuk kerucut
terbalik
▪ Dasar pada dasar tengkorak
▪ Apeks pada os Hioid

26
 Patologi:
▪ Ruang yang paling sering terinfeksi pada infeksi leher
dalam
▪ Sumber infeksi: faring, tonsil, adenoid. Kadang-kadang
ok/ ruptur bagian medial dr. R. parotis
 Klinis:
▪ Bagian anterior:
▪ trismus (+), tonsil terdorong ke medial, parotis bengkak
▪ Bagian posterior:
▪ trismus (-), bengkak pd posterior tonsilar pilar pada dinding faring
lateral. posterior

27
 Infeksi supuratif dari ruang parafaring (ruangan
dengan bentukan seperti piramida tebalik dengan
bagian dasar atau superior pada basis kranii dan
bagian puncak atau inferior pada tulang hyoid)
 Ruang parafaring dibagi menjadi dua kompartemen :
 Kompartemen prestyloid :
▪ terdiri dari jaringan lemak, jaringan ikat, lymph node,
arteri Maksilaris interna,
▪ nervus maksila dan ujung dari kelenjar parotis
 Kompartemen poststyloid :
▪ terdiri dari Arteri karotis, Vena jugularis internus, Nervus
IX, X, XI dan XII
 Penyebaran infeksi secara langsung dari ruang leher
lainnya.
▪ Ruang peritonsiler ke arah lateral
▪ Ruang sub mandibula ke arah posterior
▪ Ruang retrofaring ke arah anterior
▪ Ruang mastikator atau parotis ke arah medial.
 Sumber infeksi seperti infeksi
▪ Tonsil, gigi, ginggiva, trauma faring (port d' entry),
▪ Mastoiditis dan erosi dari kortex mastoid ( Abses Bezold).
 Bakteri
▪ bakteri gram positif, bakteri anaerob dan bakteri gram
negatif (lebih banyak pada populasi anak).
▪ Bakteri penyebab terbanyak
▪ Staphylococcus (43-74%),
▪ Streptococcus (13-50%),
▪ Anaerob (7-17%)
▪ Haemophilus(4 - 11%)
 ANAMNESIS
▪ Nyeri leher dan menelan
▪ Demam
 PEMERIKSAAN FISIK
▪ Kaku leher
▪ Nyeri saat membuka mulut atau trismus. Trismus
(tidak terlihat pada infeksi poststyloid)
▪ Udim pada sudut mandibular
▪ Udim daerah dinding lateral faring ke arah medial
(tidak selalu terlihat pada infeksi poststyloid)
 KOMPLIKASI :
▪ Obstuksi jalan napas atas
▪ Septikemia
▪ Neuropaty
▪ Ruptur arteri karotis
▪ Trombosis vena jugularis interna
▪ Mediastinitis
34
 Abses retrofaring satu peradangan yang
disertai pembetukan pus pada daerah
retrofaring
 Biasa terjadi pada anak usia 3 bulan – 5
tahun.
 Aliran limfe berasal dari hidung,paranasal,
faring, tuba, dan telinga tengah.
Anterior :
Fasia Bukofaringeal, yang mengelilingi faring,
trakea, esofagus, tiroid.
Posterior :
divisi alar lapisan profunda fasia servikalis
profunda.
Lateral :
Selubung karotis (carotid Sheath) dan daerah
parafaring.
Penyebab:
1. Infeksi jalan nafas atas:
• Morbili
• Influenza
• Faringitis akut
2. Trauma:
• Duri ikan/korpus alienum
• Tindakan dokter
Lokalisasi: epifaring, mesofaring, hipofaring
 Klinis:
▪ Subyektif:
▪ febris, nyeri menelan – tak mau makan, gelisah,
buntu hidung
▪ Obyektif:
▪ kepala hiperekstensi, kelenjar. leher >>, otot
leher kaku, bengkak leher kepala sukar digerakkan,
▪ Sumbatan jalan nafas ► menimbulkan sesak, bisa
timbul perubahan suara
▪ Lokal:
▪ Benjolan pada dinding belakang faring, uvula udim
hebat-terdorong ke depan, fluktuasi
 Diagnosis :
▪ Ditenggakkan dengan riwayat infeksi saluran nafas atas
atau ada riwayat trauma.
 Gejala dan tanda klinis
▪ Pemeriksaan penunjang berupa foto leher lateral.
 DD:
▪ Aneurisma → pulsasi
▪ Malformasi korpus vertebra
 Terapi:
▪ Insisi Abses (posisi Trendelenburg)
▪ Antibiotika
▪ Simtomatis
Komplikasi:
Bawah → perilaringitis, peritrakeitis, mediastinitis
Lateral → spatium parafaring → abses laring →
obstruksi rima glotis
Pecah → aspirasi
Trombosis vena leher
Sepsis
Tonsilitis Akut & Kronik, Difteri
Tonsil & Faring
Rosa Falerina, dr., Sp.T.H.T.K.L (K)
Departemen Ilmu Kesehatan THT KL FK Universitas Airlangga
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Airlangga

10 November 2021
Tonsilitis Akut
• Infeksi akut jaringan tonsil (amandel)
• Etiologi:
ØVirus (tersering)
Ø H Influenza
Ø Strep. Beta Hemolitikus
• Insiden:
Ø anak 5 – 10 tahun (sering)
Ø dewasa
• Patofisiologi
Ø radang jaringan limfoid
Ø udim
Ø Eksudat à detritus (kumpulan epitel, lekosit dan bakteri)
Tonsilitis Akut

Gejala klinis Pemeriksaan Diagnosa banding

• Tenggorok rasa kering • Plummy voice • Difteri tonsil à


• Nyeri telan hebat – • Foetor ex ore pseudomembran , bull
mendadak • Ptialismus neck
• Anak tidak mau makan • Tonsil udim, hiperemi, Ø penyulit :
• “referred pain” detritus • Lokal ( peritonsilitis,
(telinga) • Ismus fausium abses peritonsil,
• Panas tinggi à hati2 menyempit abses parafaring)
anak kejang • Palatum mole, arkus • Sistemik à strep,
• Sakit kepala ant/postà udim, beta hemolitikus
hiperemi (glomerulonephritis
• Mual/muntah/nyeri
akut, penyakit
perut (Strep. Beta • Kelenjar limfe
jantung rematik,
hemolitikus) membesar, nyeri
endocarditis
bacterial sub akut)
Tonsilitis Akut
• Pengobatan
Istirahat ANTIBIOTIKA
Makan lunak BERAT:
Minum hangat PP 2x0,6 – 1,2 juta IU/hr im
Analgesik/antipiretik à Fenoksimetil pen. 4x500
(paracetamol 3-4 x 500 mg mg/hr selama 10 hari

ANTIBIOTIKA
RINGAN:
Fenoksimetil penisilin 7,5 –
12,5 mg/kgbb/hari
4x sehari selama 10 hari
Tonsilitis Akut
• Bila terjadi komplikasi: • Edukasi:
1. Abses peritonsil à 1. Mencegah penularan
pungsi –insisi (tidak bergantian alat
2. Abses parafaring à makan/minum, tutup
pungsi – insisi mulut/hidung bila batuk/
bersin)
3. Sistemik à tonsil sebagai
fokal infeksi à indikasi 2. Meningkatkan kondisi
tonsilektomi badan (olah raga teratur,
makanan bergizi)
3. Meningkatkan daya
tahan lokal
(menghindari iritan)
Tonsilitis Akut
Tonsilitis Kronik
• Infeksi kronik jaringan tonsil à
kelanjutan dari infeksi akut berulang tonsil atau
infeksi sub klinis

• Hipertrofil folikel (tonsil membesar)


Pada anak à sering disertai hipertrofi adenoidà
Adenotonsilitis kronik
Tonsilitis Kronik
Gejala klinis pemeriksaan penyulit

• Nyeri telan ringan • Tonsil hiperemi • Sama dengan


(hebat pada • Tonsil membesar tonsillitis akut
eksaserbasi akut) • Kripte melebar • Adenotonsilitis akut
• Rasa mengganjal (detritus + pada (OMS, sinusitis
• Foetor ex ore eksaserbasi akut) paranasal kronik,
• Buntu hidung • Arkus ant & post bronchitis kronik)
(ngorok) à adenoid hiperemi
membesar • Adenoid face
• Adenoid face • Febomena palatum
• Gangguan mole -
pendengaran
(adenoid membesar
menutup tuba
eusrtachius)
Tonsilitis Kronik
pengobatan edukasi
• Serangan akut à sama • Sama dengan tonsillitis
dengan tonsillitis akut akut
• Tonsilektomi / • Bila kambuh > 4 kali
adenotonsilektomi à dalam satu tahun à
bila serangan > 4 kali operasi ( 1 bulan bebas
dalam satu tahun demam à mencegah
perluasan infeksi &
mencegah komplikasi
perdarahan)
Tonsilitis Kronik
Tonsilofaringitis Difteri
• Infeksi akut mukosa faring spesifik ok kuman Difteri
• Biasa mengenai tonsil ( tonsilofaringitis difteri)
• Bisa mengenai hidung dan laring
• Etiologi: Corynebacterium diphteriae (gram positif)
• Di negara maju dimana program imunisasi sudah sangat
baik : jarang didapatkan
• Menyebar cepat di tempat penduduk padat dan
pelayanan kesehatan kurang
Tonsilofaringitis Difteri
Gambaran klinik DD komplikasi

• Malaise, panas badan • Tonsilitis streptococcus, • Sistemik (eksotosin)


subfebril, sakit kepala mononukleosis • Kematian : toxaemia
• Lokal : (miokarditis, defek
membrane/beslag konduksi jantung,
keabuan pada tonsil, aritmia, trombositopeni)
faring, uvula • Neurologi :
• Serviko limfadenopati : Ø 3 – 6 mgg sd onset
regio jugulo digastrik = difteri
bull neck ØParalisa :pal mole,
• Membran dapat diafragma, otot2
menyebar ke laring mata, kadang sindr
(obstruksi laring) Guillain Barre
• Berat ringan bervariasi :
mulai carrier
asimptomatik sampai
dapat menimbulkan
kematian dalam waktu
pendek. Tergantung
imunitas px dan
virulensi kuman
Tonsilofaringitis Difteri
• Terapi:
Pasien diisolasi ketat sd keadaan akut selesai & biakan (-)
• Tx berdasar gambaran klinik:
Ø difteri ringan (mata,hidung,kulit) : ADS 20.000 IU im
Ø difteri sedang (tonsil,faring,laring): ADS 40.000 IU – 60.000 iv,
secara tetesan
Ø difteri berat (dg penyulit) : ADS 100.000 IU iv dg tetesan
Ø penisilin prokain 600.000 – 1,2 jt IU/24 jam, im 1-2x/hari,
selama 10 hari
Ø bila alergi PP bisa diberikan eritromisisn 50 mg/kgBB/24 jam
(maks 1 gram) oral, 3-4 x sehari selama 10 hari
Ø bila carrier : tonsilektomi (4-6 mgg stlh sembuh)
Ø Imunisasi penting
Tonsilofaringitis Difteri
Abses Peritonsil
Rosa Falerina, dr., Sp.T.H.T.K.L (K)
Departemen Ilmu Kesehatan THT KL FK Universitas Airlangga
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Airlangga

17 November 2021
Anatomi Tonsil
• Terletak di fosa tonsilaris, di orofaring
• Anterior : m. palatoglosus (plika anterior)
• Posterior : m. palatofaringeus (plika posterior)
• Kedua otot bergabung di palatum mole
• Jaringan limfoid seperti buah kenari, dibungkus kapsul
jaringan fibrous warna putih
• Terdiri dari folikel dan kanalikuli (saluran)
• Bermuara di ostium (kripta)
• Permukaan tonsil dilapisi epitel skuamus berlapis, 8 –
20 kripta
• Dinding lateral: melekat longgar pada m. konstriktor
faringeus superior
Gambaran klinik
• Nyeri tenggorok hebat, unilateral, spontan dan saat
menelan
• Nyeri telinga, rinolalia, minum keluar lewat hidung
• Trismus, ptialismus
• Lidah kotor, foetor ex ore
• Pembesaran kelenjar leher, nyeri tekan, kadang
tortikolis
• Tonsil udim, hiperemi, terdorong ke medial bawah
Patofisiologi

Pada
tonsillitis Radang pada Supurasi
akut, kuman jaringan ikat infiltrat Abses
menembus peritonsil peritonsil
kapsul tonsil
• Unilateral
• Orang dewasa
• Palatum mole bombans
• Uvula terdorong ke sisi sehat
• Diagnosa pasti : pungsi pd tempat bombans
• Bila pus (+) à abses
• Bila darah (+) à infiltrat
Penyulit
• Penjalaran abses à abses parafaring à
mediatinitis
• Udim menjalar ke bawah à udim laring à
obstruksi
• Aspirasi pus, sepsis
Terapi
• Infiltrat à terapi seperti tonsillitis akut
• Abses à insisi (tanpa anestesi)
• Dapat diberikan antibiotik seperti pada tonsillitis
akut
• 4 – 6 minggu setelah sembuh --> tonsilektomi
Insisi abses peritonsil
• Indikasi : abses peritonsil
ØUnilateral
ØBombans palatum mole, hiperemi
ØTonsil terdorong ke medial, depan, bawah
ØTrismus, rinolalia aperta
• Alat:
1. Jarum injeksi no 18 dan spuit
2. Pisau bentuk melengkun, tajam, pean atau kocher
3. Air hangat untuk berkumur
4. Mouth gag, alat penghisap (bila ada)
• Pelaksanaan:
di poliklinik, tidak MRS, posisi duduk
• Cara:
1. Buka mulut (spontan atau dengan alat)
2. Pungsi dengan jarum, arah lurus kebelakang di tempat yg
bombans.
3. Sedot nanah sebanyak banyaknya
4. Insisi di bekas pungsi, atau di titik pertemuan antara garis
horizontal yg melewati dasar uvula dengan garis vertikal
lewat ujung bawah arkus anterior
5. Arah pisau tegak lurus ke belakang, jangan terlalu dalam
6. Membuka lubang insisi dengan pean/kocher à nanah
keluar à diludahkan/disedot dengan alat penghisap
7. Kumur kumur sampai bersih
TERIMA KASIH
Stomatitis, Faringitis Akut & Kronik,
Adenoiditis Akut & Kronik
Rosa Falerina, dr., Sp.T.H.T.K.L (K)
Departemen Ilmu Kesehatan THT KL FK Universitas Airlangga
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Airlangga

09 November 2022
Stomatitis
• Proses keradangan dan kerusakan permukaan rongga mulut
dan biasanya menimbulkan keluhan
• Faktor risiko :
oral hygiene dan penyakit sistemik
• Etiologi:
treatment related, infeksi, proses imunologi, kondisi
sistemik, gangguan nutrisi, idiopatik
Stomatitis
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik
penunjang
• Penderita • Terlokalisir sd • KOH swab,
mengeluh timbul fulminan pengecatan Gram,
luka • Eritema mukosa, darah lengkap,
• Nyeri rongga mulut hyperkeratosis, LED, imunologi
maupun menelan ulserasi,
• Dapat disertai pseudomembran,
gejala sistemik dan atau
seperti demam, pembentukan
diare, dll vesikel

• Terapi:
medikamentosa, oral hygiene, menghilangkan factor pencetus atau penyakit
dasarnya serta pemberian pengobatan simptomatis
Faringitis Akut
• Radang akut pada mukosa faring dan jaringan limfoid di
dinding faring

Penularan melalui Permulaan penyakit lain: Bersama-sama peny. sal.


droplet (penyebab morbili, influenza, nafas lainnya: rhinitis
utama adalah virus) rubella, pneumoni, akut, nasofaringitis akut,
Diikuti inf. bakterial parotitis laringitis akut

Virus Bakterial Grup A Beta-hemolitikus


Rhinovirus, coronavirus, streptokokus (GAHBS),
virus influenza A & B, resp. grup C dan G. Stafilokokus
Synctial virus, enterovirus, aereus, C. Diphteria,
Epstein-barr virus Neisseria sp. Korine
bacterium sp.
Faringitis Akut
Anamnesa Pemeriksaan Fisik Terapi

• Tenggorokan terasa • Mukosa faring • Umumnya dapat


kering & panas, hiperemi, udim sembuh sendiri (self
diikuti nyeri menelan (terutama di daerah limiting dis.) dan
di tengah tenggorok, lateral faringeal tidak perlu obat anti
berlangsung band, kadang virus
beberapa hari – terdapat mukopus) • Obat simtomatis :
minggu, nyeri bisa • Sekret yg bening à bedrest, analgetik-
menjalar ke telinga kental kuning antipiretik
• Panas badan, sakit • Granula tampak lebih • Antibiotik : bila ada
kepala besar & merah komplikasi infeksi
• Suara parau dan bakteri
batuk bila menyebar
ke laring)
Faringitis Akut
• Komplikasi :
ØLokal : sinusitis, otitis media akut, laringitia, bronchitis,
pneumonia
ØGeneral : meningitis, ensefalitis, miokarditis
Faringitis Kronik
• Infeksi atau inflamasi yang berlangsung lama (bulan) dari
mukosa faring (non spesifik & spesifik)
• Etiologi:
Faktor intrinsik Faktor ekstrinsik
Infeksi (spesifik)
(non spesifik) (non spesifik)
• Faktor • Post nasal drip • Tuberkulosis
kepribadian yg atau rangsangan • Jamur
tegang, sangat gastroesofagus (HIV/AIDS)
sensitif, cemas, yg menimbulkan • Lepra
insomnia rangsangan
• Toxoplasmosis
pada tenggorok
jangka waktu • skleroma
lama
• Iritasi makanan,
rokok atau
minum alkohol
Faringitis Kronik
• Non spesifik

Anamnesis Pemeriksaan Terapi

• Rasa tidak • Gambaran • Penyebab


enak, pulau-pulau dihindari
mengganjal, jaringan limfe • Obat kumur
rasa lender, pada dinding
gatal di belakang
tenggorok yg faring
lama mengalami
• Nyeri saat pembesaran
menelan dan hiperemi
• Kadang rasa
sakit di telinga
Faringitis Kronik
• Spesifik

Anamnesis Pemeriksaan Terapi

• Tuberkulosis : lesi • Tuberkulosis: • Tergantung


multiple yg sangat pemeriksaan penyebabnya : obat
nyeri mikrobiologi/patologi anti TBC, anti jamur
• Jamur (HIV/AIDS) : thd microbakterium
lesi di seluruh faring tuberkulosa, foto
• Sifilis : dimulai thorax
papula yg kemudian • Jamur : usap
pecah timbul ulkus g tenggorok
tidak nyeri • Sifilis : pemeriksaan
VDRL
Adenoiditis Akut
• Adenoid:
Ø jaringan limfoid di dinding nasofaring
ØBagian dari cincin Waldeyer
ØPada anak sampai usia pubertas
ØUmur 12 tahun mengecil
ØUmur 17 – 18 tahun menghilang
Adenoiditis Akut
• Radang akut dari adenoid pada bayi – anak kurang 12 th

Anamnesa pemeriksaan Terapi

• Panas tinggi • Rinoskopi anterior • Antibiotika


sampai konvulsi : adenoid udim, • simptomatis
• Buntu hidung, hiperemi, terdapat
gangguan nafas secret, fenomena
saat tidur palatum mole
(obstructive sleep negatif
apneu) • Endoskopi :
• Pilek, tidak mau adenoid hipertrofi
makan, berat • Pemeriksaan
badan menurun penunjang: foto
skull lateral soft
tissue
Adenoiditis Akut
• Komplikasi:
ØMelalui tuba eustachius : otitis media akut
ØKe bawah : laryngitis, trakeitis, bronchitis,
bronkopneumonia
Adenoiditis Kronik
• Radang kronis pada adenoid

Etiologi Anamnesis Pemeriksaan

• Post nasal drip • Bindeng/sengau • Rinoskopi anterior :


(secret kavum nasi (rinolalia oklusa) adenoid membesar,
jatuh ke belakang, karena koane phenomena
sekret berasal dari tertutup adenoid palatum mole
sinus maksilaris dan • Mulut terbuka unt negative
ethmoid bernafas, adenoid • Rinoskopi postrrior :
face adenoid membesar
• Aproseksia nasalis dan tidak hiperemi
• Sakit kepala
• Pilek, batuk kronis • Pemeriksaan
• Nafsu makan tambahan:
menurun endoskopi & foto
skull lateral sof
• Pendengaran
tissue
menurun
Adenoiditis Kronik
• Komplikasi: otitis media efusi & sinusitis paranasalis
• Terapi :
ØAdenoidektomi (ADE)
ØAdenotonsilektomi (ATE) bila disertai tonsilektomi
• Indikasi ADE
ØHipertrofi menyebabkan ngorok (snoring) dan gangguan
nafas (OSA)
ØGangguan pendengaran
ØMenyebabkan sinusitis berulang
TRAUMA MAKSILOFASIAL

Boedy S Santoso, SPTHTKL(K)

Dep/SMF Ilmu Kes THTKL


Trauma
Muka (maksilofasial)

1/3 atas 1/3 tengah 1/3 bawah


Tlg.frontal Tlg.hidung-septum Mandibula
Maksila
Orbita-lantai
Zigoma
Pros. alveolaris
TIPE FRAKTUR

• tertutup, terbuka
• komunitip,“ greenstick “
• depressed, displaced / undisplaced

LOKASI FRAKTUR

• single
• multiple
TRAUMA HIDUNG
(FRACTURE OF THE NASAL BONE)
FRAKTUR HIDUNG
Hidung  organ yang paling menonjol
• Cedera wajah  fraktur hidung (nasal fractures)
2 aspek :

gangguan kosmetik
gangguan fungsi hidung

• Trauma nasi dapat terjadi: - saat bayi lahir


- akibat kecelakaan
(jatuh, perkelahian,
olah raga, KLL, dll)
Anatomi Hidung
bag. luar
Hidung

bag. dalam
Hidung  t.d :
 jaringan lunak
- kulit, sub kutan
otot
mukosa
pembulah darah
syaraf
 jaringan padat
- tulang
- tulang rawan
Tulang & tlg rawan hidung

• os nasal
• prosesus frontalis os maksila
• Kartilago lateral (sup & inf)
• tulang & tlg rawan yang membentuk
septum nasi (os vomer, lamina
perpendikularis os etmoid, kartilago
kuadrangularis)
(external nose)
(internal nose)
Vaskularisasi Inervasi kulit wajah
Akibat trauma hidung
dapat terjadi :
• Lesi kulit luar & jar. lunak
• Kerobekan (laserasi) mukosa
• Fraktur os nasal, tulang & tlg rawan
penyangga hidung
(bone and cartilage nasal framework)
• Fr. komplek  disertai fraktur tlg disekitar hidung (tlg etmoid,
frontal, rima orbita, os lakrimal, dasar orbita (blow out fracture)

• Klinis : epistaksis, deformitas hidung


(nose displacement to the left)
• Akibat trauma yang mengenai hidung
 tergantung:
a. arah trauma
b. kekuatan trauma

Arah trauma :
• Trauma dari lateral 
- depresi os nasal
ipsilateral
- fraktur os nasal
kontralateral
• Trauma dari frontal
 akibat lebih hebat
Kekuatan trauma
 makin kuat trauma dampaknya makin hebat

Berdasarkan dampak yang terjadi


 fraktur nasi terbagi menjadi 3 tingkat:

• Tingkat 1: os nasal depresi, melebar dan menumpang


di atas prosesus frontalis maksila. Fraktur septum
nasi, fragmen tumpang tindih.

• Tingkat 2: fraktur prosesus frontalis maksila,


dislokasi fragmen ke lateral sehingga hidung menjadi
datar. Fraktur septum lebih hebat.
• Tingkat 3: Kerusakan paling hebat.
Idem tingkat 2, disertai prosesus frontalis os
maksila masuk ke dalam sinus maksila,
dislokasi selule etmoid anterior, fraktur os
lakrimal.
Kadang-kadang terjadi fraktur atap kavum
nasi (rinore serebrospinal)
Trauma dari arah frontal (ringan, sedang, berat ) dan dampaknya
Trauma dari lateral (ringan, sedang, berat) dan dampaknya
Fraktur nasi
Diagnosis dapat ditegakkan dari:

1. ANAMNESIS
Apakah ada trauma ?
(macam trauma, arah & kapan terjadi)
Perlu ditanyakan:
• Epistaksis
• Buntu hidung (obstruksi nasi)
• Hiposmia / anosmia
2. PEMERIKSAAN:
Inspeksi : deformitas hidung, asimetri
Palpasi : nyeri tekan, krepitasi, mobilitas, bagian tlg
yang menonjol
Pemeriksaan rongga hidung
RA: - darah di kavum nasi
- dislokasi/ fraktur septum nasi, rangka
hidung ?  kavum nasi sempit
- robekan mukosa ? hematoma septum nasi?
X-foto hidung posisi lateral (kondisi jaringan lunak)
 sebagai pelengkap dalam menegakkan Dx
(47% garis fraktur os nasal tidak tampak)
Kasus berat  rutin (lebih baik lagi : CTscan )
Palpasi

Rinoskopi Anterior
Tujuan operasi fraktur hidung

1. Mengembalikan bentuk hidung yg lebih baik


2. Mempertahankan fungsi hidung sbg jalan
pernafasan
3. Mengembalikan septum di garis tengah
4. Mencegah komplikasi (sinekia/stenosis, sinusitis,
obst.duktus nasolakrimalis, retraksi kolumela,
perforasi septum, saddle nose)
5. Menghindari gangguan pertumbuhan
hidung/muka pada anak
REPOSISI TERTUTUP (CLOSED REDUCTION)

• Indikasi : fraktur os nasal simpel (80% kasus)


 reposisi secepat mungkin (3 jam), dengan anestesi lokal
Fraktur kurang dari 1-2 hari  udem belum muncul / hebat
 reposisi mudah
Bila udem hebat  reposisi dapat di tunda 3-7 hari

Alat yang digunakan :


- Walsham forceps, Asch forceps
- Boies nasal fracture elevator
- Spekulum hidung (Hartman, Killian), pinset bayonet
Reposisi Tertutup
Teknik reposisi tertutup
• Anestesi lokal (sol tetrakain 8%-efedrin 1%,
atau xylocain 10% spray), atau anestesi
umum
• Elevator tumpul (Walsham forceps)
dimasukkan kavum nasi, lalu os nasalis
yang “depessed” diangkat dan dikembalikan
ke tempat / posisi asalnya dengan tangan
kanan
• Ibu jari tangan kiri mengadakan kontrol
supaya bentuk hidung simetris dengan
menekan os nasal kontra lateral
• Dorsum nasi yang ambles (“depressed”) oleh karena
fraktur septum nasi  diangkat keatas dengan
menggunakan Asch forceps

Dgn cara ini septum nasi menjadi lurus, posisi


dorsum nasi kembali spt semula (normal) dan kavum
nasi lapang

• Selanjutnya di pasang tampon hidung (boorzalf,


kloramfenikol / gentamisin)  utk fiksasi interna
(imobilisasi) dan menghentikan epistaksis
Tampon dilepas hari ke 3 – 5

• Fiksasi eksterna dgn gips bentuk kupu (dilepas setelah


7-14 hari)
REPOSISI TERTUTUP
Reposisi Terbuka

Indikasi : Insisi Interkartilago


1. Fraktur > 3 mgg
2. Reposisi tertutup kurang baik
3. Fraktur depresi yg displaced,
dan displacement
4. Tlg septum bertumpuk
5. Fraktur ekstensif
6. Fraktur terbuka
7. Deviasi piramid hidung yg
berat
Reposisi Fraktur Os Nasal & Septum
Teknik : setelah anestesi umum, dilakukan :
reduksi, reposisi dan fiksasi fragmen tulang
dengan kawat (wiring) atau mini plate
 penjahitan luka di kulit / jaringan lunak
 pemasangan tampon hidung (fiksasi interna) dan
fiksasi eksterna dengan gips kupu
REPOSISI TERBUKA
Fiksasi Os Nasal

Kawat Miniplate (tebal


1 mm & 0,8 mm)

Microplate (tebal 0,5 mm)


Reseksi septum submukosa
Septoplasti
Septoplasti

Septorinoplasti
Osteotomi

Medial
Paramedial
Lateral
Transversal
FRAKTUR MAKSILOFASIAL

PRINSIP
Reposisi, Fiksasi, Imobilisasi, Rehabilitasi
TUJUAN OPERASI  mencegah :

1. Gangguan pergerakan & posisi bola mata


2. Deformitas muka
3. Gangguan motorik dan sensorik
4. Maloklusi gigi
5. Buntu hidung
6. Gangguan drainase sinus paranasal
FRAKTUR ZIGOMA

• Sering fraktur depresi pada


arkus zigoma, sutura fronto
zigomaticus atau tonjolan malar
• Fraktur stabil  Reposisi
tertutup
• Fraktur tidak stabil  Reposisi
terbuka

Reposisi Tehnik Gillies


FRAKTUR ZIGOMA

Reposisi Tehnik Gillies

Fiksasi dg kawat

Alat pengungkit Bristow


FRAKTUR ZIGOMA

Fiksasi dg miniplate

Tipis, kuat & stabil


FRAKTUR MAKSILA

Tipe fraktur :
Le Fort I, II, III
PRINSIP PENANGANAN FRAKTUR
MAKSILA

1. Reposisi (reduksi) fragmen tulang


2. Fiksasi dg Arch bar (dental arch bar), metal atau acrylic
splints (mis. cash silver alloy cap splint).
3. Penggantungan dengan menggunakan kawat :
- Le Fort I, II ke arkus zigomatikus os frontalis
( circumzygomatic wiring,, zygomaticomaxillary
suspension atau zyggomaticocircumferential wiring
suspension )
- Le Fort III ke prosesus zigomaticus (frontomaxillary
suspension atau frontocircumferential wiring
suspension)
4. Imobilisasi dg Arch bar (fiksasi intermaksilaris).
OPERASI PADA FRAKTUR MAKSILA
LE FORT I & II

Reposisi

Rowe`s forceps
Circumzygomatic wiring,
Zygomaticomaxillary suspension,
Zyggomaticocircumferential wiring suspension

Tahapan :
1. Pasang Arch bar
2. Penggantungan
Pengikatan kawat pada arch bar

Fiksasi intermaksila
OPERASI PADA FRAKTUR MAKSILA
LE FORT III

Frontomaxillary suspension
Frontocircumferential wiring
suspension
Frontomaxillary suspension
Frontocircumferential wiring suspension.
Fiksasi fragmen tulang maksila
dengan miniplate

Insisi sublabial, teknik


degloving
Fraktur Alveolus

Fiksasi dengan metal


splint , atau
circumferential wiring
Fraktur Mandibula

simpisis
pros. alveolaris
korpus
angulus
ramus
pros.koronoid
pros.kondiloid

Distorsi fragmen tulang


oleh kontraksi otot
Operasi Fraktur Mandibula

1. Reposisi tertutup
2. Reposisi terbuka :
a) Intra oral
b) Ekstra oral
Fiksasi dengan kawat
(interosseous wiring)

1. Pasang arch bar


2. Tulang di bor,
pasang kawat, kmd
diikat
Cara :
a) Ikat transversal
b) Ikat menyilang ( X)
c) Modifikasi Brons
Fiksasi dengan kawat
(interosseous wiring)

Ikat transversal
Ikat menyilang ( X)
Fiksasi dengan kawat
(interosseous wiring)

Fiksasi
intermaksila
dengan karet
Fiksasi fragmen tulang mandibula
dengan plat dan sekrup

Tahapan :
1. Insisi kulit
2. Reduksi dengan alat
the roller-compression
pliers
3. Tlg diratakan dng bor
4. Pasang plat & sekrup
Pemasangan Plat
(konvensional)

Intra oral

Ekstra oral / eksternal


AO PLATE
Tebal 2,7 & 2 mm:
• Stainless steel
• Vitallium
• Titanium

Tepi lobang
mengkerucut :
1.Lobang bulat
(DCP)
2.Lobang lonjong
(EDCP) Efek kompresi tulang
AO PLATE

Implan untuk
rekonstruksi
mandibula

Sangat kuat &


stabilitas tinggi

Titanium-Coated Hollow screw


MINI PLATE
Tipis ( 1mm & 0,8 mm)
Sangat kuat :
• Stainlessteel
• Vitalium
• Titanium

Pemasangan intra oral


(atau ekstra oral)

Dapat digunakan untuk


fraktur dimana saja
KEUNTUNGAN MINI PLATE
1. Dapat dibengkokkan sesuai bentuk permukaan
tulang (malleable)
2. Pemasangannya mudah
3. Fiksasi lebih stabil
4. Aman
5. Kosmetik lebih baik (tidak menonjol oleh karena
plat sangat tipis)
6. Tidak perlu pemasangan arch bar (fiksasi
intermaksila) pada fraktur maksila dan
mandibula
BENDA ASING ESOFAGUS
 terhentinyabenda / makanan dalam
BENDA ASING esofagus

ESOFAGUS
 dapat pada anak dan dewasa

 macam benda asing :


anak : - uang logam (tersering)
Rizka Fathoni Perdana,dr, Sp.THT-KL(K) - mainan, baterai, dll
Dep/SMF Ilmu Kesehatan THT-KL dewasa : - tulang + daging
FK UNAIR/RSUD DR SOETOMO
- gigi palsu, dll
2

PREDISPOSISI Predisposisi ……

 Dental : pemakai gigi palsu ( kepekaan )  Kelalaian :


 Anatomis : - meletakkan sesuatu sembarangan
- molar
 Pemakai gigi palsu : fiksasi kurang baik
- kelainan esofagus : striktur, tumor,
 Psikiatri : sering pada remaja dan dewasa
akalasia
 Kebiasaan : memegang dengan gigi
 Naluriah : anak < 3 th, memasukkan sesuatu  makanan / benda ukuran besar
ke dlm mulut masuk esofagus

3 4

Insiden Jenis Benda Asing


Di RSUD Dr. Soetomo (2000 – 2010) :  Jenis BA : 1. makanan
2. bukan makanan
 580 esofagoskopi + ekstraksi BAE
 laki-laki : perempuan = 3 : 2  Makanan : - tulang + daging 18,5%
 usia : 0 – 5 th : 32% - kikil dll
5 – 10 th : 20%
termuda : 15 hari - anting emas  Bukan makanan :
tertua : 81 th - kikil - uang logam (50,46%)  tersering
- gigi palsu
5
- baterai kancing  plg bahaya 6

1
Jenis Benda Asing …… PATOGENESIS
 Jenis Benda Asing menurut usia :  Benda / makanan terhenti di esofagus :
- terlalu besar bagi lumen esofagus
a. anak : - ada bagian yang tajam & menancap
- uang logam (tersering)
 Lokasi berhentinya benda asing :
- mainan, baterai, dll
▪ penyempitan fisiologis (just below) 90 %
▪ penyempitan anatomis pada :
b. dewasa :
- krikofaring (70 %)
- tulang + daging (tersering) - persilangan aorta / bronkus (15 %)
- gigi palsu, dll - esofagus distal (15 %)

7 8

Benda asing esofagus DIAGNOSIS


 Gejala klinis tergantung :
 ukuran / bentuk / lokasi benda asing
Pressure necrosis Tajam  ada / tidaknya komplikasi

 Anamnesis :
- tertelan sesuatu
 Lesi  Perforasi
- rasa ngganjel setelah makan sesuatu
- sakit / sulit menelan
 Granulasi  Mediastinitis
- muntah bila makan / minum
9 10

PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Benda asing radio-opaque :
 tes minum :  anak : foto leher – toraks – abdomen
- obstruksi total : muntah  dewasa : foto leher PA / Lateral
sebagian : minum sedikit  Benda asing non radio-opaque :
 hipersalivasi foto esofagus dengan barium + kapas
 sesak, bila benda asing menekan trakea
 Diduga ada perforasi :
foto esofagus dengan kontras yang dapat
 gejala paru, bila aspirasi
diserap
ok overflow dari esofagus
 Esofagoskopi diagnostik
11 12

2
Foto Cervico-thoraco-abdominal AP / Lateral
Gigi Palsu dalam Esofagus
13 14

DIAGNOSIS BANDING KOMPLIKASI


1. Dehidrasi
 Faringitis akut 2. Lesi esofagus
 Esofagitis 3. Perforasi esofagus :
- mediastinitis
- fistula aortoenterik
 angka mortalitas tinggi
4. Aspirasi
15 16

PENATALAKSANAAN Alat untuk Esofagoskopi


1. Segera infus
2. Kirim ke RS utk esofagoskopi + ekstraksi
3. Esofagoskopi dilakukan segera pada :
● benda asing yang tajam
● benda asing baterai
Jangan dorong dengan sonde lambung ok :
 bentuk / banyak benda asing ?
 ada / tidak kelainan anatomis esofagus ?

17 18

3
alat untuk esofagoskopi …
Esofagoskopi

19 20

Double contour (disc battery) Pasien Kelainan Jiwa

21 22

Peniti

23 24

4
Anting

25 26

Bekel Tutup Botol

27 28

Protesa Kunci Honda

29 30

5
PENCEGAHAN
1. Anak dididik untuk hanya memasukkan BENDA ASING
makanan ke dalam mulut LARING-TRAKEA-BRONKUS
2. Jangan meletakkan sesuatu sembarangan
3. Jangan makan makanan keras bila gigi tak
lengkap
4. Jangan menggigit benda-benda yang bukan
makanan seperti peniti, dll.
5. Pemakaian gigi palsu yang baik dan benar

31

 terdapatnya benda / bahan yang KEKERAPAN


normalnya tidak ada di trakea – bronkus
 Dapat pada anak maupun orang dewasa
 Jenis benda asing :  Sering pada anak < 3 th, terutama 1 – 2 th
 eksogen : dari luar tubuh  Macam benda asing menurut usia:
 kacang, kecik, dll  anak : - kacang (tersering)
- kecik
 endogen : dari dalam tubuh
- mainan (peluru, sempritan), dll.
 darah, pus, sekret kental, dll
 dewasa : - jarum
- gigi palsu, dll.

33 34

PREDISPOSISI PATOGENESIS
 Pada anak : Makanan berada dalam mulut
 dental : molar belum tumbuh
 fisiologis : fungsi menelan belum sempurna Waktu menelan laring ditutup epiglotis
 kebiasaan : makan sambil tertawa, teriak  inspirasi kuat / dalam - tertawa
 kelalaian : memberi makanan yang keras  tiba-tiba - menangis
 Pada dewasa :
- terkejut
 kebiasaan : “memegang” dengan gigi
laring terbuka - teriak
 kelalaian : gigi palsu tidak dilepas waktu tidur

 makanan / benda berada dalam mulut benda / makanan masuk laring

35 36

6
JENIS BENDA ASING
Benda asing di dalam mulut
 organik  kacang, kecik
terhirup
- iritasi mukosa (24 jam)
pita suara trakea edema
sekret purulen
parau batuk  non-organik  logam / plastik
- obstruksi parsial
- dapat ditoleransi lebih lama
sesak – sianosis
- iritasi lebih ringan
30 menit
- diagnosis lebih mudah
fase tenang
37 38

DIAGNOSIS Diagnosis ……
 Pemeriksaan
 Anamnesis :
tergantung pada : - besar / kecil benda asing
1. Batuk : - setelah / sedang makan sesuatu
- mendadak, bertubi-tubi - tempat
- sampai biru, ok : - obstruksi  Inspeksi :
- tak sempat inspirasi - stridor inspirasi
 merupakan refleks  watch dog reflex - retraksi: supraklavikular , suprasternal ,
 benda asing dapat pindah tempat interkostal , epigastrium
 masuk bronkus  fase tenang/tidak batuk - gerak dada pada pernapasan sisi sakit <
 anamnesis batuk selalu ada - parau bila benda asing pada : - pita suara
2. Sesak napas inspiratoir - subglotik
3. Suara parau  b.a. di pita suara / subglotik

39 40

Diagnosis ……
 Palpasi :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
gerak dada pada pernapasan sisi sakit
 Perkusi :
suara napas pada sisi sakit <
 Auskultasi :  foto toraks :
bila baru : normal - hanya pada kasus tertentu
lama : ronki (+)
- benda asing radio-opaque
Benda asing pada :
bronkus : suara napas D tidak sama dg S
trakea : suara napas D = S

41 42

7
Gigi Palsu dalam Trakea
Benda Asing Tutup Anting
43 44

Atelektasis Paru Kanan & Benda Asing Bronkus Kanan


Benda Asing Bronkus Kiri Distal
45 46

DIAGNOSIS BANDING PENATALAKSANAAN


Segera kirim ke RS
 untuk ekstraksi benda asing / bronkoskopi
 kirim dengan ambulans + oksigen
1. Laringo-trakeo-bronkitis akut  tidak mungkin kirim :  trakeotomi
 Heimlich Maneuver
2. Asma bronkial
BA Jalan Napas  kasus gawat darurat
walaupun saat itu tidak sesak (fase tenang)
ok. benda asing dapat pindah tempat
 obstruksi jalan napas

47 48

8
HEIMLICH MANEUVER
CARA HEIMLICH MANEUVER
 Hanya pada obstruksi laring yang total  Melakukan pendorongan pada abdomen di
 Dasar : bawah xyfoid, sedikit di atas umbilicus ke arah
atas dengan cepat
dorongan elevasi diafragma tiba-tiba  Penderita berdiri :
dengan kepalan tangan kanan, sisi ibu jari &
 ekspulsi udara dari paru jari telunjuk menempel pada abdomen
 Penderita berbaring :
(tidal volume + expiratory reserve)
dengan pangkal telapak tangan
 yang cepat dan kuat  Penderita anak :
dengan ujung jari telunjuk + jari tengah
mendorong benda asing keluar 49 50

Heimlich Maneuvre
Prinsip Heimlich Maneuvre

Epigastrium ditekan keatas


Menekan sisa udara,
mendorong Corp.al keluar

(Aslinya corp.al esofagus)

51 52

Menolong
diri sendiri

53 54

9
Heimlich utk corp. al.
kacang dikorda vokalis Alat bronkoskopi

Kalau tiba-tiba apnea:obstruksi


Kalau tidak apnea, percuma!

55 56

KOMPLIKASI
1. Obstruksi total laring – trakea
2. Atelektase ok obstruksi total
3. Emfisema
 udara dapat masuk tapi tak dapat keluar
yaitu, bila : - edema (+)
- tumpukan sekret (+)
ok. waktu inspirasi lumen bronkus melebar
ekspirasi lumen bronkus mengecil
4. Bronkitis
57 58

PENCEGAHAN

1. Jangan biarkan anak memasukkan


mainan / barang kecil ke dalam mulut.
2. Jangan biarkan anak makan sambil
bergurau / berlari.
3. Jangan beri makanan keras pada anak
dengan geraham yang belum lengkap.

59 60

10

Anda mungkin juga menyukai