THT:
▪ Infeksi → infeksi leher bagian dalam
▪ Paling sering: infeksi ruang submandibuler
▪ Infeksi → berkembang ke ruang potensial leher lain
→ komplikasi → kematian
Pre era antibiotika:
▪ Penyebab infeksi: TONSIL, FARING > GIGI
Era antibiotika:
▪ Penyebab INFEKSI: GIGI > TONSIL, FARING
2
Pengobatan antibiotika:
Bukan sebagai pengganti tindakan
pembedahan
Pus harus dikeluarkan dari tubuh
Penanganan optimal harus memahami
anatomi ruang potensial leher
3
Organ, otot, saraf dan pembuluh darah leher
dalam dipisahkan oleh Fasia servikalis terdiri
atas lapisan jaringan fibrosa
Fasia ini dibagi atas
▪ Fasia superfisialis
▪ Fasia media
▪ Fasia profunda.
Fasia memisahkan area leher menjadi
rangkaian ruangan-ruangan potensial.
4
Anatomi klinis penting untuk dipahami
Pembagian disesuaikan dengan
hubungan pada os Hioid
a. R. sepanjang leher
1. R. retrofaring
2. R. prevertebralis
3. ‘Danger Space’
5
b. R. DI ATAS TULANG HIOID
1. R. Sub Mandibularis
1.1. R. Sub Lingualis
1.2. R. Sub Maksilaris
- Sub Mentalis (sentral)
- Sub Maksilaris (lateral)
2. R. Faringo Maksilaris
3. R. Mastikator
4. R. Temporalis
5. R. Parotis
6. R. Peritonsilaris
8
9
10
Abses ruang retrofaring dan ruang bahaya
Abses ruang parafaring (ruang faringo maksila) dan ruang
viscera vaskuler
Abses ruang submandibula
Abses lidah dan dasar mulut yang berada di submental space
(Ludwig’s angina).
Abses leher lateral
Abses ruang mastikator
Abses ruang peritonsil
Abses ruang temporal
Abses ruang viscera anterior (ruang pre trakea)
11
Kuman bermacam-macam:
AEROB ANAEROB
- Streptokokus - Bacteroides
- Stafilokokus - Pepto Streptokokus
- Difteroid * Sering berasal dari infeksi gigi
- Neisseria
- Klebsiela
- Hemofilus
12
Sulit
Tanda-tanda lokal/sistemik sering tidak jelas
Gejala: panas, rasa sakit, pembengkakan
X-foto:
▪ Leher AP/lateral:
▪ Benda asing, deviasi trakea, udara subkutan, udim
jaringan lunak
▪ Torak: -
▪ Pneumotorak
▪ Udim paru
▪ Pneumo mediastinum
13
▪ CT scan:
▪ Hasil lebih baik dari pada tomogram.
▪ Dapat membantu membedakan: selulitis atau abses
▪ Struktur tampak lebih jelas: Ring enhanment
▪ Dinding abses
▪ Udim jaringan
▪ Kistik
▪ MRI:
▪ Dapat membedakan jaringan normal/keradangan
▪ USG:
▪ Membantu aspirasi dg jarum/pembedahan
14
Perhatian pada jalan pernafasan, kalau perlu
trakeotomi/krikotirotomi
Terapi terhadap infeksi/pencegahan komplikasi
Kultur darah/pus
Antibiotika parenteral
Pembedahan/drainase
Apabila abses (+):
▪ Diduga terdapat komplikasi
▪ Perbaikan → setelah pemberian antibiotika 48 jam
15
1. Akibat infeksi
▪ Erosi A. Karotis
▪ Trombosis V. Jugularis Interna
▪ Gejala: panas , bengkak pada m. sternokleidomastoideus
▪ Mediastinitis, sesak nafas, panas, sakit dada
▪ Aspirasi (ruptur spontan)
▪ Sepsis
2. Akibat pembedahan
▪ Kerusakan struktur neuro muskuler
▪ Infeksi luka
▪ Sepsis
▪ Jaringan parut
▪ Aspirasi (ruptur ok/ alat-alat)
16
Anatomi, terdiri:
▪ R. sub lingualis
▪ R. sub maksilaris (bawah)
Kedua ruangan berhubungan secara langsung melalui tepi
posterior m. Milohioid
Patologi:
▪ 80% ok/ infeksi gigi
▪ premolar → ggn pd r. sub lingualis
▪ molar → ggn pd r. sub maksilaris
▪ Dapat pula oleh karena infeksi fokal dasar mulut, dasar
lidah, tonsila lingualis, batu dari kelenjar ludah
18
19
Klinis:
▪ Infeksi ruang sub maksilaris saja
▪ Kulit tampak bengkak
▪ Dasar mulut normal
▪ Penyebab dari gigi:
▪ bengkak dasar mulut, sub lingual / sub mental
▪ tidak adekuat dasar mulut bengkak >> (LUDWIG ANGINA)
▪ kemerahan jaringan Supra hioid
Gejala:
▪ Bengkak sub maksilaris
▪ Keluhan:
▪ rasa sakit >>, ptialismus, trismus, disfagia, kesukaran bernapas
20
Terapi:
▪ Antibiotika, juga kuman anaerob
▪ Trakeotomi , apabila ada sumbatan jalan nafas dan
kesulitan intubasi
▪ Pungsi - Aspirasi
▪ Insisi - Drainase
Komplikasi:
▪ Infeksi → Ruang faringo maksilaris → mediastinum
▪ Obstruksi jalan napas
21
SEBELUM DIINSISI
22
Usual site for drainage of Ludwig’s Angina
23
24
PASIEN ABSES SUB MANDIBULAR
POST INSISI
25
Anatomi:
▪ Anatomi
▪ Anterior
▪ posterior
▪ Ruangan ini penting secara klinis berbentuk kerucut
terbalik
▪ Dasar pada dasar tengkorak
▪ Apeks pada os Hioid
26
Patologi:
▪ Ruang yang paling sering terinfeksi pada infeksi leher
dalam
▪ Sumber infeksi: faring, tonsil, adenoid. Kadang-kadang
ok/ ruptur bagian medial dr. R. parotis
Klinis:
▪ Bagian anterior:
▪ trismus (+), tonsil terdorong ke medial, parotis bengkak
▪ Bagian posterior:
▪ trismus (-), bengkak pd posterior tonsilar pilar pada dinding faring
lateral. posterior
27
Infeksi supuratif dari ruang parafaring (ruangan
dengan bentukan seperti piramida tebalik dengan
bagian dasar atau superior pada basis kranii dan
bagian puncak atau inferior pada tulang hyoid)
Ruang parafaring dibagi menjadi dua kompartemen :
Kompartemen prestyloid :
▪ terdiri dari jaringan lemak, jaringan ikat, lymph node,
arteri Maksilaris interna,
▪ nervus maksila dan ujung dari kelenjar parotis
Kompartemen poststyloid :
▪ terdiri dari Arteri karotis, Vena jugularis internus, Nervus
IX, X, XI dan XII
Penyebaran infeksi secara langsung dari ruang leher
lainnya.
▪ Ruang peritonsiler ke arah lateral
▪ Ruang sub mandibula ke arah posterior
▪ Ruang retrofaring ke arah anterior
▪ Ruang mastikator atau parotis ke arah medial.
Sumber infeksi seperti infeksi
▪ Tonsil, gigi, ginggiva, trauma faring (port d' entry),
▪ Mastoiditis dan erosi dari kortex mastoid ( Abses Bezold).
Bakteri
▪ bakteri gram positif, bakteri anaerob dan bakteri gram
negatif (lebih banyak pada populasi anak).
▪ Bakteri penyebab terbanyak
▪ Staphylococcus (43-74%),
▪ Streptococcus (13-50%),
▪ Anaerob (7-17%)
▪ Haemophilus(4 - 11%)
ANAMNESIS
▪ Nyeri leher dan menelan
▪ Demam
PEMERIKSAAN FISIK
▪ Kaku leher
▪ Nyeri saat membuka mulut atau trismus. Trismus
(tidak terlihat pada infeksi poststyloid)
▪ Udim pada sudut mandibular
▪ Udim daerah dinding lateral faring ke arah medial
(tidak selalu terlihat pada infeksi poststyloid)
KOMPLIKASI :
▪ Obstuksi jalan napas atas
▪ Septikemia
▪ Neuropaty
▪ Ruptur arteri karotis
▪ Trombosis vena jugularis interna
▪ Mediastinitis
34
Abses retrofaring satu peradangan yang
disertai pembetukan pus pada daerah
retrofaring
Biasa terjadi pada anak usia 3 bulan – 5
tahun.
Aliran limfe berasal dari hidung,paranasal,
faring, tuba, dan telinga tengah.
Anterior :
Fasia Bukofaringeal, yang mengelilingi faring,
trakea, esofagus, tiroid.
Posterior :
divisi alar lapisan profunda fasia servikalis
profunda.
Lateral :
Selubung karotis (carotid Sheath) dan daerah
parafaring.
Penyebab:
1. Infeksi jalan nafas atas:
• Morbili
• Influenza
• Faringitis akut
2. Trauma:
• Duri ikan/korpus alienum
• Tindakan dokter
Lokalisasi: epifaring, mesofaring, hipofaring
Klinis:
▪ Subyektif:
▪ febris, nyeri menelan – tak mau makan, gelisah,
buntu hidung
▪ Obyektif:
▪ kepala hiperekstensi, kelenjar. leher >>, otot
leher kaku, bengkak leher kepala sukar digerakkan,
▪ Sumbatan jalan nafas ► menimbulkan sesak, bisa
timbul perubahan suara
▪ Lokal:
▪ Benjolan pada dinding belakang faring, uvula udim
hebat-terdorong ke depan, fluktuasi
Diagnosis :
▪ Ditenggakkan dengan riwayat infeksi saluran nafas atas
atau ada riwayat trauma.
Gejala dan tanda klinis
▪ Pemeriksaan penunjang berupa foto leher lateral.
DD:
▪ Aneurisma → pulsasi
▪ Malformasi korpus vertebra
Terapi:
▪ Insisi Abses (posisi Trendelenburg)
▪ Antibiotika
▪ Simtomatis
Komplikasi:
Bawah → perilaringitis, peritrakeitis, mediastinitis
Lateral → spatium parafaring → abses laring →
obstruksi rima glotis
Pecah → aspirasi
Trombosis vena leher
Sepsis
Tonsilitis Akut & Kronik, Difteri
Tonsil & Faring
Rosa Falerina, dr., Sp.T.H.T.K.L (K)
Departemen Ilmu Kesehatan THT KL FK Universitas Airlangga
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Airlangga
10 November 2021
Tonsilitis Akut
• Infeksi akut jaringan tonsil (amandel)
• Etiologi:
ØVirus (tersering)
Ø H Influenza
Ø Strep. Beta Hemolitikus
• Insiden:
Ø anak 5 – 10 tahun (sering)
Ø dewasa
• Patofisiologi
Ø radang jaringan limfoid
Ø udim
Ø Eksudat à detritus (kumpulan epitel, lekosit dan bakteri)
Tonsilitis Akut
ANTIBIOTIKA
RINGAN:
Fenoksimetil penisilin 7,5 –
12,5 mg/kgbb/hari
4x sehari selama 10 hari
Tonsilitis Akut
• Bila terjadi komplikasi: • Edukasi:
1. Abses peritonsil à 1. Mencegah penularan
pungsi –insisi (tidak bergantian alat
2. Abses parafaring à makan/minum, tutup
pungsi – insisi mulut/hidung bila batuk/
bersin)
3. Sistemik à tonsil sebagai
fokal infeksi à indikasi 2. Meningkatkan kondisi
tonsilektomi badan (olah raga teratur,
makanan bergizi)
3. Meningkatkan daya
tahan lokal
(menghindari iritan)
Tonsilitis Akut
Tonsilitis Kronik
• Infeksi kronik jaringan tonsil à
kelanjutan dari infeksi akut berulang tonsil atau
infeksi sub klinis
17 November 2021
Anatomi Tonsil
• Terletak di fosa tonsilaris, di orofaring
• Anterior : m. palatoglosus (plika anterior)
• Posterior : m. palatofaringeus (plika posterior)
• Kedua otot bergabung di palatum mole
• Jaringan limfoid seperti buah kenari, dibungkus kapsul
jaringan fibrous warna putih
• Terdiri dari folikel dan kanalikuli (saluran)
• Bermuara di ostium (kripta)
• Permukaan tonsil dilapisi epitel skuamus berlapis, 8 –
20 kripta
• Dinding lateral: melekat longgar pada m. konstriktor
faringeus superior
Gambaran klinik
• Nyeri tenggorok hebat, unilateral, spontan dan saat
menelan
• Nyeri telinga, rinolalia, minum keluar lewat hidung
• Trismus, ptialismus
• Lidah kotor, foetor ex ore
• Pembesaran kelenjar leher, nyeri tekan, kadang
tortikolis
• Tonsil udim, hiperemi, terdorong ke medial bawah
Patofisiologi
Pada
tonsillitis Radang pada Supurasi
akut, kuman jaringan ikat infiltrat Abses
menembus peritonsil peritonsil
kapsul tonsil
• Unilateral
• Orang dewasa
• Palatum mole bombans
• Uvula terdorong ke sisi sehat
• Diagnosa pasti : pungsi pd tempat bombans
• Bila pus (+) à abses
• Bila darah (+) à infiltrat
Penyulit
• Penjalaran abses à abses parafaring à
mediatinitis
• Udim menjalar ke bawah à udim laring à
obstruksi
• Aspirasi pus, sepsis
Terapi
• Infiltrat à terapi seperti tonsillitis akut
• Abses à insisi (tanpa anestesi)
• Dapat diberikan antibiotik seperti pada tonsillitis
akut
• 4 – 6 minggu setelah sembuh --> tonsilektomi
Insisi abses peritonsil
• Indikasi : abses peritonsil
ØUnilateral
ØBombans palatum mole, hiperemi
ØTonsil terdorong ke medial, depan, bawah
ØTrismus, rinolalia aperta
• Alat:
1. Jarum injeksi no 18 dan spuit
2. Pisau bentuk melengkun, tajam, pean atau kocher
3. Air hangat untuk berkumur
4. Mouth gag, alat penghisap (bila ada)
• Pelaksanaan:
di poliklinik, tidak MRS, posisi duduk
• Cara:
1. Buka mulut (spontan atau dengan alat)
2. Pungsi dengan jarum, arah lurus kebelakang di tempat yg
bombans.
3. Sedot nanah sebanyak banyaknya
4. Insisi di bekas pungsi, atau di titik pertemuan antara garis
horizontal yg melewati dasar uvula dengan garis vertikal
lewat ujung bawah arkus anterior
5. Arah pisau tegak lurus ke belakang, jangan terlalu dalam
6. Membuka lubang insisi dengan pean/kocher à nanah
keluar à diludahkan/disedot dengan alat penghisap
7. Kumur kumur sampai bersih
TERIMA KASIH
Stomatitis, Faringitis Akut & Kronik,
Adenoiditis Akut & Kronik
Rosa Falerina, dr., Sp.T.H.T.K.L (K)
Departemen Ilmu Kesehatan THT KL FK Universitas Airlangga
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Airlangga
09 November 2022
Stomatitis
• Proses keradangan dan kerusakan permukaan rongga mulut
dan biasanya menimbulkan keluhan
• Faktor risiko :
oral hygiene dan penyakit sistemik
• Etiologi:
treatment related, infeksi, proses imunologi, kondisi
sistemik, gangguan nutrisi, idiopatik
Stomatitis
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik
penunjang
• Penderita • Terlokalisir sd • KOH swab,
mengeluh timbul fulminan pengecatan Gram,
luka • Eritema mukosa, darah lengkap,
• Nyeri rongga mulut hyperkeratosis, LED, imunologi
maupun menelan ulserasi,
• Dapat disertai pseudomembran,
gejala sistemik dan atau
seperti demam, pembentukan
diare, dll vesikel
• Terapi:
medikamentosa, oral hygiene, menghilangkan factor pencetus atau penyakit
dasarnya serta pemberian pengobatan simptomatis
Faringitis Akut
• Radang akut pada mukosa faring dan jaringan limfoid di
dinding faring
• tertutup, terbuka
• komunitip,“ greenstick “
• depressed, displaced / undisplaced
LOKASI FRAKTUR
• single
• multiple
TRAUMA HIDUNG
(FRACTURE OF THE NASAL BONE)
FRAKTUR HIDUNG
Hidung organ yang paling menonjol
• Cedera wajah fraktur hidung (nasal fractures)
2 aspek :
gangguan kosmetik
gangguan fungsi hidung
bag. dalam
Hidung t.d :
jaringan lunak
- kulit, sub kutan
otot
mukosa
pembulah darah
syaraf
jaringan padat
- tulang
- tulang rawan
Tulang & tlg rawan hidung
• os nasal
• prosesus frontalis os maksila
• Kartilago lateral (sup & inf)
• tulang & tlg rawan yang membentuk
septum nasi (os vomer, lamina
perpendikularis os etmoid, kartilago
kuadrangularis)
(external nose)
(internal nose)
Vaskularisasi Inervasi kulit wajah
Akibat trauma hidung
dapat terjadi :
• Lesi kulit luar & jar. lunak
• Kerobekan (laserasi) mukosa
• Fraktur os nasal, tulang & tlg rawan
penyangga hidung
(bone and cartilage nasal framework)
• Fr. komplek disertai fraktur tlg disekitar hidung (tlg etmoid,
frontal, rima orbita, os lakrimal, dasar orbita (blow out fracture)
Arah trauma :
• Trauma dari lateral
- depresi os nasal
ipsilateral
- fraktur os nasal
kontralateral
• Trauma dari frontal
akibat lebih hebat
Kekuatan trauma
makin kuat trauma dampaknya makin hebat
1. ANAMNESIS
Apakah ada trauma ?
(macam trauma, arah & kapan terjadi)
Perlu ditanyakan:
• Epistaksis
• Buntu hidung (obstruksi nasi)
• Hiposmia / anosmia
2. PEMERIKSAAN:
Inspeksi : deformitas hidung, asimetri
Palpasi : nyeri tekan, krepitasi, mobilitas, bagian tlg
yang menonjol
Pemeriksaan rongga hidung
RA: - darah di kavum nasi
- dislokasi/ fraktur septum nasi, rangka
hidung ? kavum nasi sempit
- robekan mukosa ? hematoma septum nasi?
X-foto hidung posisi lateral (kondisi jaringan lunak)
sebagai pelengkap dalam menegakkan Dx
(47% garis fraktur os nasal tidak tampak)
Kasus berat rutin (lebih baik lagi : CTscan )
Palpasi
Rinoskopi Anterior
Tujuan operasi fraktur hidung
Septorinoplasti
Osteotomi
Medial
Paramedial
Lateral
Transversal
FRAKTUR MAKSILOFASIAL
PRINSIP
Reposisi, Fiksasi, Imobilisasi, Rehabilitasi
TUJUAN OPERASI mencegah :
Fiksasi dg kawat
Fiksasi dg miniplate
Tipe fraktur :
Le Fort I, II, III
PRINSIP PENANGANAN FRAKTUR
MAKSILA
Reposisi
Rowe`s forceps
Circumzygomatic wiring,
Zygomaticomaxillary suspension,
Zyggomaticocircumferential wiring suspension
Tahapan :
1. Pasang Arch bar
2. Penggantungan
Pengikatan kawat pada arch bar
Fiksasi intermaksila
OPERASI PADA FRAKTUR MAKSILA
LE FORT III
Frontomaxillary suspension
Frontocircumferential wiring
suspension
Frontomaxillary suspension
Frontocircumferential wiring suspension.
Fiksasi fragmen tulang maksila
dengan miniplate
simpisis
pros. alveolaris
korpus
angulus
ramus
pros.koronoid
pros.kondiloid
1. Reposisi tertutup
2. Reposisi terbuka :
a) Intra oral
b) Ekstra oral
Fiksasi dengan kawat
(interosseous wiring)
Ikat transversal
Ikat menyilang ( X)
Fiksasi dengan kawat
(interosseous wiring)
Fiksasi
intermaksila
dengan karet
Fiksasi fragmen tulang mandibula
dengan plat dan sekrup
Tahapan :
1. Insisi kulit
2. Reduksi dengan alat
the roller-compression
pliers
3. Tlg diratakan dng bor
4. Pasang plat & sekrup
Pemasangan Plat
(konvensional)
Intra oral
Tepi lobang
mengkerucut :
1.Lobang bulat
(DCP)
2.Lobang lonjong
(EDCP) Efek kompresi tulang
AO PLATE
Implan untuk
rekonstruksi
mandibula
ESOFAGUS
dapat pada anak dan dewasa
PREDISPOSISI Predisposisi ……
3 4
1
Jenis Benda Asing …… PATOGENESIS
Jenis Benda Asing menurut usia : Benda / makanan terhenti di esofagus :
- terlalu besar bagi lumen esofagus
a. anak : - ada bagian yang tajam & menancap
- uang logam (tersering)
Lokasi berhentinya benda asing :
- mainan, baterai, dll
▪ penyempitan fisiologis (just below) 90 %
▪ penyempitan anatomis pada :
b. dewasa :
- krikofaring (70 %)
- tulang + daging (tersering) - persilangan aorta / bronkus (15 %)
- gigi palsu, dll - esofagus distal (15 %)
7 8
Anamnesis :
- tertelan sesuatu
Lesi Perforasi
- rasa ngganjel setelah makan sesuatu
- sakit / sulit menelan
Granulasi Mediastinitis
- muntah bila makan / minum
9 10
2
Foto Cervico-thoraco-abdominal AP / Lateral
Gigi Palsu dalam Esofagus
13 14
17 18
3
alat untuk esofagoskopi …
Esofagoskopi
19 20
21 22
Peniti
23 24
4
Anting
25 26
27 28
29 30
5
PENCEGAHAN
1. Anak dididik untuk hanya memasukkan BENDA ASING
makanan ke dalam mulut LARING-TRAKEA-BRONKUS
2. Jangan meletakkan sesuatu sembarangan
3. Jangan makan makanan keras bila gigi tak
lengkap
4. Jangan menggigit benda-benda yang bukan
makanan seperti peniti, dll.
5. Pemakaian gigi palsu yang baik dan benar
31
33 34
PREDISPOSISI PATOGENESIS
Pada anak : Makanan berada dalam mulut
dental : molar belum tumbuh
fisiologis : fungsi menelan belum sempurna Waktu menelan laring ditutup epiglotis
kebiasaan : makan sambil tertawa, teriak inspirasi kuat / dalam - tertawa
kelalaian : memberi makanan yang keras tiba-tiba - menangis
Pada dewasa :
- terkejut
kebiasaan : “memegang” dengan gigi
laring terbuka - teriak
kelalaian : gigi palsu tidak dilepas waktu tidur
35 36
6
JENIS BENDA ASING
Benda asing di dalam mulut
organik kacang, kecik
terhirup
- iritasi mukosa (24 jam)
pita suara trakea edema
sekret purulen
parau batuk non-organik logam / plastik
- obstruksi parsial
- dapat ditoleransi lebih lama
sesak – sianosis
- iritasi lebih ringan
30 menit
- diagnosis lebih mudah
fase tenang
37 38
DIAGNOSIS Diagnosis ……
Pemeriksaan
Anamnesis :
tergantung pada : - besar / kecil benda asing
1. Batuk : - setelah / sedang makan sesuatu
- mendadak, bertubi-tubi - tempat
- sampai biru, ok : - obstruksi Inspeksi :
- tak sempat inspirasi - stridor inspirasi
merupakan refleks watch dog reflex - retraksi: supraklavikular , suprasternal ,
benda asing dapat pindah tempat interkostal , epigastrium
masuk bronkus fase tenang/tidak batuk - gerak dada pada pernapasan sisi sakit <
anamnesis batuk selalu ada - parau bila benda asing pada : - pita suara
2. Sesak napas inspiratoir - subglotik
3. Suara parau b.a. di pita suara / subglotik
39 40
Diagnosis ……
Palpasi :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
gerak dada pada pernapasan sisi sakit
Perkusi :
suara napas pada sisi sakit <
Auskultasi : foto toraks :
bila baru : normal - hanya pada kasus tertentu
lama : ronki (+)
- benda asing radio-opaque
Benda asing pada :
bronkus : suara napas D tidak sama dg S
trakea : suara napas D = S
41 42
7
Gigi Palsu dalam Trakea
Benda Asing Tutup Anting
43 44
47 48
8
HEIMLICH MANEUVER
CARA HEIMLICH MANEUVER
Hanya pada obstruksi laring yang total Melakukan pendorongan pada abdomen di
Dasar : bawah xyfoid, sedikit di atas umbilicus ke arah
atas dengan cepat
dorongan elevasi diafragma tiba-tiba Penderita berdiri :
dengan kepalan tangan kanan, sisi ibu jari &
ekspulsi udara dari paru jari telunjuk menempel pada abdomen
Penderita berbaring :
(tidal volume + expiratory reserve)
dengan pangkal telapak tangan
yang cepat dan kuat Penderita anak :
dengan ujung jari telunjuk + jari tengah
mendorong benda asing keluar 49 50
Heimlich Maneuvre
Prinsip Heimlich Maneuvre
51 52
Menolong
diri sendiri
53 54
9
Heimlich utk corp. al.
kacang dikorda vokalis Alat bronkoskopi
55 56
KOMPLIKASI
1. Obstruksi total laring – trakea
2. Atelektase ok obstruksi total
3. Emfisema
udara dapat masuk tapi tak dapat keluar
yaitu, bila : - edema (+)
- tumpukan sekret (+)
ok. waktu inspirasi lumen bronkus melebar
ekspirasi lumen bronkus mengecil
4. Bronkitis
57 58
PENCEGAHAN
59 60
10