Anda di halaman 1dari 11

MEMBANGUN KESADARAN PERILAKU ANTI KORUPSI

PADA ANAK SEJAK USIA DINI

Erlis Setia Gunenti dan Regita Wulandari


Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial
Email: gunenti@gmail.com, Regitawulandari2019@gmail.com
Abstrak

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya membangun


kesadaran perilaku anti korupsi pada anak sejak usia dini, pada saat ini banyak
orang tua yang lalai memperhatikan hal- hal yang penting dalam menjaga
lingkungan anak. Korupsi merupakan salah satu perbuatan yang tercela yang
mampu melawan hukum dan membuat banyak kerugian baik diri sendiri,
keluarga, maupun bagi negara. Generasi muda merupakan penerus bangsa dan
agen perubahan namun kenyataan banyak yang melakukan korupsi
memperlibatkan generasi muda karena di Indonesia korupsi sudah menjadi
budaya.
Hasil dari penelitian ini bagaimana peran pentingnya orang tua untuk
membangun kesadaran terhadap anaknya untuk membangun kesadaran perilaku
anti korupsi, pelajaran anti korupsi harus di ajarkan terhadap anak dari usia dini
karena akan menjadi penerus bangsa dan agen perubahan di negara ini.
Kata kunci: anti korupsi, anak usia dini.

Abstrak
In this study, the aim of this research is to determine the importance of
building awareness of anti-corruption behavior in children from an early age. At
this time many parents neglect to pay attention to important things in protecting
the child's environment. Corruption is a disgraceful act that is capable of breaking
the law and causing a lot of harm to yourself, your family and the state. The
young generation is the nation's successor and agent of change, but the fact is that
many who commit corruption involve the younger generation because in
Indonesia corruption has become a culture.
The results of this study are how important the role of parents is to build
awareness of their children to build awareness of anti-corruption behavior. Anti-
corruption lessons must be taught to children from an early age because they will
become the nation's successor and agents of change in this country.
Keyword: anti-corruption, early childhood.

Pendahuluan Sebenarnya pihak yang berwenang,


Korupsi merupakan fenomena seperti KPK (Komisi Pemberantasan
sosial yang sulit untuk diberantas Korupsi) telah berusaha melakukan
karena sudah begitu membudaya di kerja maksimal. Tetapi antara kerja
negeri ini, bukan hanya terjadi di yang harus digarap jauh lebih banyak
birokrasi pemerintahan, namun juga dibandingkan dengan tenaga dan
di perusahaan-perusahaan swasta. waktu yang dimiliki KPK.
Bangsa Indonesia sudah sampai pada Tindakan korupsi merupakan
puncak batas kesabaran dalam sekumpulan kegiatan yang
menghadapi korupsi yang menyimpang dan dapat merugikan
menggerogoti hampir seluruh aspek orang lain. Kasus-kasus korupsi
kehidupan. Batas kesabaran itu banyak dijumpai dalam kehidupan
diutarakan dalam bentuk keinginan sehari-hari. Pada lingkungan anak-
untuk bertindak luar biasa dalam anak seperti sekolah banyak ditemui
memberantas korupsi, yaitu dengan praktek-praktek korupsi sederhana
pencanangan Hari Antikorupsi oleh saja seperti mencontek, berbohong,
Presiden Susilo Bambang melanggar aturan sekolah,
Yudhoyono pada tanggal 9 membolos, sering terlambat dalam
Desember 2004 lalu. Namun hingga mengikuti sebuah kegiatan, dan
kini pemberantasan korupsi di terlambat masuk sekolah. Bukan
Indonesia belum menunjukkan titik hanya di sekolah, pada lingkungan
terang melihat dari peringkat korupsi rumah juga tidak sedikit pula kita
dalam perbandingan korupsi antar bisa menjumpai berbagai prkatek
negara yang tetap rendah. Hal ini korupsi seperti halnya, pada saat
juga ditunjukkan dari banyaknya orang tua menyuruh anak untuk
kasus-kasus korupsi di Indonesia. berbelanja suatu kebutuhan di
warung dengan memberikan digunakaan karena dianggap sangat
sejumlah uang dan uang itu masih sesuai untuk mendapatkan yang data
memiliki sedikit sisa dari hasil valid (Lexy J Moleong. 2007).
belanja, dan anak cenderung tergiur Dalam pembuatan penelitian ini
untuk menjajakan uang sisa hasil dengan judul Membangun Kesadaran
belanja tersebut dengan membeli Prilaku Anti Korupsi Pada Anak
suatu hal yang sangat ia inginkan Sejak Dini direncanakan dan
misalnya permen atau coklat tanpa dilaksanakan pada bulan desember
izin terlebih dahulu pada orang tua. 2020.
Namun demikian hal kecil tersebut Penggunaan teknik analisis data
tidak boleh dibiarkan karena dapat dalam proses penelitian ini yaitu
menjadi bibit penyebar budaya deskriptif. Hasil dalam analisis ini
korupsi. Untuk itulah perlunya menggunakan data berupa kata-kata
Membangun Kesadaran Perilaku yang menjelaskan apa yang diamati.
Anti Korupsi Pada Anak Sejak Dalam pembuatan penelitian ini
Usia Dini agar anak mengerti bahwa tahap yang dilakukan yaitu
tindakan korupsi merupakan menggumpulkan semua data,
tindakan menyimpang, merugikan memilih data, penyajian data dan
orang lain dan tindakan yang sangat mengambil inti atau kesimpulan
tercela dalam agama. dalam penelitian ini dengan judul
fenomena perceraian di masyarakat.
Metode Penilitian Analisis hasil penelitian yang
Dalam mengerjakan peneliatian menggunakan data berupa kata-kata
ini mengunakan pendekatan tertulis atau kalimat dari subjek yang
kualitatif. Pendekatan kualitatif diamati ( Eko Sugiarto. 2015).
merupakan pendekatan yang Dalam penelitian ini penulis
membahami suatu kejadian yang melakukan analisis dengan tahap
dialami oleh subjek penelitian yang dimulai dengan pengumpulan
dengan cara mendekripsi dalam data, pemilihan data, penyajian data
bentuk kata- kata dan bahasa melalui dan pengambilan kesimpulan terkait
pemanfaatan berbagai metode ilmiah dengan fenomena perceraian yang
Menggunakan metode kualitatif ada di masyarakat.
Pembahasan keyakinan yang mana seseorang
bertindak atas dasar pilihannya.
1. Pengertian Nilai Anti
Moral sangat erat kaitannya dengan
Korupsi Korupsi
tanggung jawab sosial yang teruji
Permasalahan korupsi kian
secara langsung. Tidak seperti
hari semakin meningkat, meskipun
halnya nilai, moral menuntut
ancaman hukuman bagi para
adanya keharusan diakui dan
koruptor sangat tinggi, namun hal
direalisasikan dalam tatanan
ini sama sekali tidak ditakuti oleh
masyarakat (Hidayati, 2008).
para koruptor. Bahkan masalah
Sedangkan kaitannya dengan Etika,
korupsi ini menjadi masalah serius
(Ahmad Amin, 1988)
yang dirasakan oleh setiap Negara,
mendefinisikan etika sebagai ilmu
walaupun Negara ini memiliki
yang menjelaskan arti baik-buruk,
agama, moral, budaya dan juga
tindakan yang harus dilakukan
kebiasaan-kebiasan yang baik dan
manusia terhadap manusia lain,
berbasis anti korupsi. Salah satu
tujuan yang harus dicapai, dan
upaya yang dilakukan untuk
jalan yang harus ditempuh. Maka
menekan tingginya angka korupsi
jelas bahwa nilai merupakan tema
adalah dengan membangun
abstrak dalam kajian etika.
kesadaran perilaku anti korupsi,
Dalam teori sikap Katz
upaya pembangunan ini harus
(dalam Azwar, 2006), nilai
dilakukan dari sedini mungkin
ditempatkan pada posisi sebagai
kepada siapapun, salah satu isu
salah satu fungsi sikap bagi
penting yang harus mendapatkan
individu. Menurut Katz, fungsi
perhatian besar adalah dengan
sikap bagi individu dapat dibagi
memberikan pendidikan anti
menjadi empat, yaitu (1) Sikap
korupsi kepada anak sejak dini.
sebagai fungsi instrumental, fungsi
Istilah nilai banyak
penyesuaian, atau fungsi manfaat.
berhubungan dengan istilah moral
Fungsi ini menyatakan bahwa
dan etika. Ketika nilai dipisahkan
individu dengan sikapnya berusaha
dengan moral, maka arti nilai tidak
untuk memaksimalkan hal-hal
dipengaruhi oleh moral, yakni tetap
yang diinginkan dan
pada arti awalnya sebagai suatu
meminimalkan hal-hal yang tidak memberikan pengalaman yang baik
diinginkan. (2) Sikap sebagai pada anak dan akan dijadikan
fungsi pertahanan ego. Dalam hal pondasi dalam bertingkah laku oleh
ini sikap merefleksikan problem anak tersebut. Hal ini juga selaras
kepribadian yang tidak dengan pendapat Bonger yang
terselesaikan. (3) Sikap sebagai menyatakan bahwa “mencegah
fungsi pengetahuan. Dalam hal ini kejahatan adalah lebih baik
sikap berfungsi sebagai suatu daripada mencoba mendidik
skema, yaitu suatu cara penjahat menjadi orang baik
strukturisasi agar dunia di sekitar kembali” Salah satu upaya
tampak logis dan masuk akal. Dan preventif dalam menanggulangi
(4) Sikap sebagai fungsi tindak pidana korupsi di Indonesia
pernyataan nilai. Nilai dalam hal yang sudah terlanjur membudaya
ini diartikan sebagai konsep dasar ini adalah dengan Membangun
mengenai apa yang dipandang Kesadaran Perilaku Anti
sebagai baik dan diinginkan. Sikap Korupsi Pada Anak Sejak Usia
kemudian digunakan sebagai Dini, mengingat anak merupakan
sarana ekspresi nilai sentral dalam penerus estafet kepemimpinan
diri individu. Dengan fungsi ini bangsa kita tercinta ini.
seseorang seringkali
mengembangkan sikap tertentu 2. Pengertian Anak Usia Dini
untuk memperoleh kepuasan dalam Menurut Pasal 1 UU No. 3
menyatakan nilai yang dianutnya Tahun 1997 tentang Peradilan
sesuai dengan penilaian pribadi dan Anak, yang dimaksud dengan anak
konsep dirinya. adalah: “Orang yang dalam perkara
Mengajarkan nilai-nilai anti Anak Nakal telah mencapai umur 8
korupsi dapat dimulai dengan (delapan) tahun tetapi belum
mengenalkan pada anak mengenai mencapai umur 18 (delapan belas)
prilaku baik atau buruk, perilaku tahun dan belum pernah kawin.”
yang benar dan salah, prilaku yang Ketentuan tersebut merubah Pasal
sesuai atau tidak sesuai dengan 45 KUHP yang memasukkan
norma, dengan begini akan remaja ke dalam kelompok orang
yang belum cukup umur and don’t atau “lakukan dan
(minderjarig), yaitu belum berumur jangan lakukan”, semata-mata
16 (enam belas tahun). untuk menghindari hukuman.
Mengenai tahapan usia dalam 4) Usia remaja, yaitu usia 13
perkembangan anak, secara garis (tiga belas) hingga 18 (delapan
besarnya adalah sebagai berikut: belas) tahun, yang merupakan
1) Usia bayi, berlangsung 2 (dua) tahun kehidupan yang penuh
tahun pertama setelah periode perubahan sepanjang
bayi yang baru lahir, yang menyangkut pertumbuhan dan
merupakan dasar periode perkembangan. Usia remaja
kehidupan yang sesungguhnya disebut juga dengan periode
karena pada masa ini banyak peralihan karena merupakan
pola perilaku, sikap, dan pola periode perpindahan dari masa
ekspresi emosi terbentuk. kanakkanak menuju masa
2) Usia kanak-kanak, yang dewasa, dan merupakan masa
sering disebut sebagai usia mencari identitas diri dengan
prasekolah, memasuki play ditandai oleh kepribadian yang
group yang selanjutnya menuju labil.
taman kanak-kanak sebagai 5) Usia dewasa, dimulai pada
masa persiapan sekolah, yaitu usia 19 (sembilan belas) tahun
usia 3 (tiga) hingga 5 (lima) dan merupakan periode
tahun. Masa ini adalah masa penyesuaian diri terhadap pola-
meniru pembicaraan dan pola kehidupan baru,
tindakan orang lain, dan mengembangkan sikap-sikap
dikenal dengan periode meniru baru serta nilai-nilai baru.
3) Usia sekolah, yang dimulai Perkembangan moral pada usia
ketika seorang anak memasuki ini berada pada tahap pos
sekolah dasar, yaitu usia 6 konvensional, yaitu secara
(enam) tahun. Perkembangan kritis mulai menguji kebiasaan-
moral pada usia ini berada pada kebiasaan dan aturan-aturan
tahap pra konvensional, yaitu sosial sesuai dengan hati
nilai moral yang terdiri dari do nurani, hak asasi manusia,
prinsip-prinsip moral dan Dalam Tahap Konvensional
kewajiban-kewajiban. Seorang individu mulai
Berdasarkan tahapan meyakini dan mengadopsi nilai-
perkembangan usia pada anak nilai dan aturan masyarakat serta
diatas, Menurut Lawrence berusaha menegakkan aturan-
Kohlberg, perkembangan moral aturan tersebut. Perkembangan
seseorang tumbuh dalam tiga moral ini terjadi pada kisaran usia
tahap, yaitu: (a) tahap pra remaja atau belasan tahun. Sebagai
konvensional, (b) tahap contohnya, seorang siswa tidak
konvensional, dan (c) tahap pos akan mencontek ketika
konvensional. menghadapi ujian di sekolah
karena yang bersangkutan yakin
Dalam Tahap Pra Konvensional bahwa perbuatan itu tidak terpuji
Aturan moral dan nilai-nilai dan melanggar norma agama.
moral terdiri dari “lakukan” dan Dalam tahap ini pula seseorang
“jangan lakukan” semata-mata mulai mempunyai tokoh idola yang
untuk menghindari hukuman. dikagumi dan dijadikan panutan
Perkembangan moral ini terjadi dalam hidupnya, misalnya saja
pada kisaran usia di bawah 9 presiden atau menteri.
(sembilan) tahun bagi anak
perempuan dan usia di bawah 11 Dalam Tahap Pos Konvensional,
(sebelas) tahun bagi anak laki-laki, Individu secara kritis menguji
dalam dirinya berpikir dan kebiasaan-kebiasaan dan aturan-
bertindak pada pola tingkah laku aturan sosial sesuai dengan hati
ini. Sebagai contohnya, seorang nurani serta perasaan tentang hak
anak mengerjakan pekerjaan rumah asasi universal, prinsip-prinsip
matematika semata-mata karena moral dan kewajiban-kewajiban.
yang bersangkutan takut Perkembangan moral ini terjadi
mendapatkan sanksi dari gurunya, pada kisaran usia 20 (dua puluh)
bukan karena kesadaran bahwa tahun ke atas. Sebagai contohnya,
semakin banyak berlatih akan seorang mahasiswa yang
membuatnya pandai. melakukan unjuk rasa menentang
kebijakan pemerintah karena formal (SD-Perguruan Tinggi)
dirasakan tidak adil dan kurang serta pendidikan non formal
memihak rakyat kecil. (kursus keterampilan/pelatihan-
Dalam tahapan pelatihan). Dengan kata lain
perkembangan usia anak ini, peran keluarga merupakan sekolah
utama orang tua sangat diperlukan pertama semenjak seseorang
agar anak tumbuh dan berkembang dilahirkan, dan sangat berperan
dengan memiliki kepribadian yang dalam pembentukan akhlak. Tugas
baik dan memiliki nilai-nilai moral utamanya ialah mendidik serta
yang baik pula. Utamanya, dalam memperkenalkan prinsip kebaikan,
hal ini tergantung pada bagaimana kebenaran, dan kesalehan hidup
masing-masing keluarga adalah tugas dan tanggung jawab
meletakkan dasar-dasar moral orang tua. Hal ini berarti bahwa
kepada anak ketika masih dalam peran keluarga sangatlah besar di
tahap perkembangan. dalam mencetak generasi penerus
sebuah bangsa. Dengan demikian
3. Peran Keluarga dalam keluarga turut andil di dalam
Membangun Kesadaran memberi warna budaya sebuah
Perilaku Anti Korupsi bangsa, termasuk di dalamnya
Dalam perspektif sosiologis, adalah membangun kesadaran anti
pengertian keluarga meliputi korupsi.
keluarga inti atau keluarga batih Menurut teori pembelajaran
(yang terdiri dari ayah, ibu, dan sosial dari Albert Bandura, seorang
anak) serta keluarga besar atau anak belajar bertingkah laku
keluarga tambahan (yang terdiri melalui “behavioural modelling”
dari keluarga inti ditambah dengan yaitu dengan peniruan tingkah laku
anggota keluarga lainnya seperti orang lain yang ditransmisikan
kakek dan nenek). Keluarga melalui contoh-contoh, terutama
merupakan salah satu bentuk yang datang dari keluarga, sub-
lembaga pendidikan, yang disebut budaya, dan media massa. Oleh
dengan pendidikan informal, dan di sebab itu sangat diperlukaan
samping itu ada juga pendidikan penanaman teladan yang baik dari
seluruh anggota keluarga seperti Dalam hal ini perilaku
ketaatan beribadah, bertutur kata antikorupsi tersebut tidak dapat
yang baik, berperilaku sopan sesuai tertanam dalam diri anak apabila
dengan budaya bangsa, jujur dalam hanya diajarkan, jadi perlu
berkata dan bertindak sejak usia dicontohkan agar anak bisa paham
dini, sebab anak (usia 3-5 tahun) dan tertanam nilai-nilai anti
merupakan peniru yang sangat korupsi. Namun hal ini, tidaklah
pandai. Sikap teladan untuk selalu adil rasanya jika teladan itu hanya
berjalan di rel yang benar juga datang dari keluarga. Pemerintah
harus dilakukan meskipun dalam juga harus berperan serta aktif
persoalan yang tampaknya sepele, dalam menciptakan budaya
contonya saja pada saat anak antikorupsi, misalnya melalui
menghadapi Ujian Akhir Nasional, Kementerian Pendidikan Nasional
sebaiknya orang tua tidak dengan memperbaiki kurikulum
mengutamakan pada “hasilnya” pembelajaran di sekolah-sekolah,
dan membebani anak dengan misalnya dengan tetap
target-target tertentu dalam memasukkan mata pelajaran budi
hidupnya, melainkan lebih pekerti di dalam kurikulum
menekankan pada “prosesnya”, sekolah, sebab mendidik bukan
yaitu dikerjakan dengan jujur dan semata-mata membuat murid
tidak memilih jalan pintas. menjadi pintar secara kognitif atau
Menanamkan perilaku yang menguasai berbagai ilmu
mengutamakan kejujuran dan pengetahuan saja. Jansen Sinamo
kepatuhan terhadap hukum tersebut dalam harian Kompas halaman 7
merupakan suatu proses yang tidak tanggal 21 Juni menyatakan bahwa
dapat tercipta dalam sekejap, mendidik merupakan urusan
namun memerlukan suatu latihan kesetiaan menemani murid untuk
dan pembelajaran dalam diri menghasrati apa yang luhur dan
seseorang sejak berusia dini, memperoleh kebiasaan-kebiasaan
sehingga akhirnya menjadi suatu hidup yang luhur.
kebiasaan yang membudaya. Allah pun tidak melarang
sesuatu hal namun dibalik itu
banyak hal yang membuat Kesimpulan
pelakunya merugi diantaranya Mengajarkan nilai-nilai anti
yaitu: korupsi dapat dimulai dengan
a. Pelaku korupsi akan mengenalkan pada anak mengenai
dibelenggu prilaku baik atau buruk, perilaku
b. Korupsi akan mengakibatkan yang benar dan salah, prilaku yang
kehinaan dan siksaan api sesuai atau tidak sesuai dengan
neraka norma, dengan begini akan
“Hadits Ubadah bin ash Shamit memberikan pengalaman yang baik
Radyyallahi anhu, jika nabi pada anak dan akan dijadikan
Shallallahu alaihi wa sallam pondasi dalam bertingkah laku oleh
bersabdah dengan arti anak tersebut. Keluarga merupakan
“(karena) sesungguhnya salah satu bentuk lembaga
ghulul (korupsi) itu adalah pendidikan, yang disebut dengan
lehinaan, aib dan api neraka pendidikan informal, dan di
bagi pelakunya”. samping itu ada juga pendidikan
c. Mati saat korupsi akan formal (SD-Perguruan Tinggi)
terhalang masuk surga serta pendidikan non formal
“Hal tersebut dapat dijelaskan (kursus keterampilan/pelatihan-
dari sabda nabi Shllallahu pelatihan). Dengan kata lain
alaihi wa salla,” barang keluarga merupakan sekolah
siapa berpisah ruh dari pertama semenjak seseorang
jasadnya (mati) dalam dilahirkan, dan sangat berperan
keadaan terbebas dari tiga dalam pembentukan akhlak.
perkara, maka ia dijamin Dengan demikian keluarga turut
masuk surga. Yakni andil di dalam memberi warna
kesombongan, korupsi, dan budaya sebuah bangsa, termasuk di
hutang”. dalamnya adalah membangun
d. allah tidak menerima kesadaran anti korupsi.
shadaqoh korupsi
e. hasil korupsi haram
Referensi Lexy J Moleong. 2007.
Amin, Ahmad. 1988. Etika Metode Penelitian Kualitatif.
(Ilmu Akhlak). Jakarta: PT Bulan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Bintang Eko Sugiarto,menyusun
Bonger, W.A., 1995, proposal penelitian kualitatif
Pengantar tentang Kriminologi, skripsi dan
Pembangunan, Jakarta. tensis,Yogjakarta,Suaka Media,
Desmita (2012). Psikologi 2015.
Perkembangan Peserta didik.
Santoso, Topo, et al., 2003,
Bandung. Rosda Karya.
Kriminologi, RajaGrafindo
Hasanah, Uswatun (2010).
Persada, Jakarta.
Pendidikan Nilai untuk anak usia
Wijaya, Firman, 2008,
dini.
Peradilan Korupsi (Teori dan
Hurlock, Elizabeth B., 2001,
Praktik), Penaku & Maharani
Psikologi Perkembangan
Press, Jakarta.
(Developmental Psychology),
Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai