Anda di halaman 1dari 11

TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH

TANGGA YANG DILAKUKAN SUAMI TERHADAP


ISTRI DALAM PRESPEKTIF FILSAFAT ILMU
(STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI NGANJUK PUTUSAN
NOMOR 81/PID.SUS/2018/PN NJK)

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU DALAM
PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM UNIVERSITAS WIJAYA
KUSUMA SURABAYA
DOSEN PENGAMPU : DR. UMI ENGGARSASI, S.H., M.HUM

OLEH :

ALBI IRWANTO, S.H.


NPM : 21310010

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SURABAYA
2021
A. FAKTA HUKUM DAN KASUS POSISI
Adapun fakta hukum atas tindak pidana yang dilakukan Harsoni, sebagai
berikut :
Harsoni Bin Abdul Manan (Alm) adalah seorang laki-laki dari 2
bersaudara, lahir pada tanggal 23 juni 1976 / 38 tahun di kota kediri dan tinggal
di Dusun Gedongsari RT. 32 RW. 10, Desa Tanjungtani, Kecamatan Prambon,
Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. pada hari Sabtu tanggal 03 Februari 2018
sekira pukul 18.00 WIB, hari Rabu tanggal 07 Februari 2018 sekira pukul 21.30
WIB dan hari Senin tanggal 12 Februari 2018 sekira pukul 22.00 WIB, atau
setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Februari tahun 2018 bertempat di
dalam rumahnya termasuk Dusun Gedongsari, Desa Tanjungtani, Kecamatan
Prambon, Kabupaten Nganjuk, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat dalam
daerah hukum Pengadilan Negeri Nganjuk, telah melakukan kekerasan fisik
dalam lingkup rumah tangga terhadap korban WINARTI, sebagaimana dilakukan
terdakwa sebagai berikut :
Pada tanggal 03 februari 2018 sekira pukul 18.00 WIB di rumah termasuk
Dusun Gedongsari, Desa Tanjungtani, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk,
Terdakwa bertengkar / perang mulut dengan Saksi Korban WINARTI (istrinya),
permasalahannya Terdakwa melarang / mengekang istrinya, namun Saksi Korban
WINARTI (istrinya) menentang / melawan, karena terdakwa tidak bisa menahan
emosinya langsung menampar Saksi Korban WINARTI (istrinya) pada bagian
wajah sebanyak 2 (dua) kali menggunakan tangan kanan kosong membuka.
Pada hari Rabu tanggal 07 Februari 2018 sekira pukul 21.30 WIB,
Terdakwa menjemput Saksi Korban WINARTI (istrinya) sepulang bekerja,
dalam perjalanan pulang berbincang-bincang dan Terdakwa berkata “Iki piye
awak’e dewe iso dibenahi” Saksi Korban WINARTI (istrinya) menjawab “Iso,
aku tak panggah neng panti, awakmu neng pasar ae” setelah sampai di rumah
Terdakwa mengatakan lagi “Nek panggah neng kono yo geger ae” Saksi Korban
WINARTI (istrinya) menjawab “Terus lek gak neng kono, sing cukupi kebutuhan
sopo” atas jawaban Saksi Korban WINARTI (istrinya) tersebut Terdakwa
menanyakan tentang orang yang sebelumnya bersama Saksi Korban WINARTI
(istrinya), Saksi Korban WINARTI (istrinya) menjawab “Tidak ada hubungan
spesial sama orang lain” atas jawaban Saksi Korban WINARTI (istrinya)
tersebut, Terdakwa merasa cemburu dan tidak bisa mengendalikan hawa nafsu/
emosinya lalu langsung memukul / menampar Saksi Korban WINARTI (istrinya)
pada bagian pipi sebelah kanan menggunakan tangan kosong membuka sebanyak
2 (dua) kali.
Senin tanggal 12 Februari 2018 sekira pukul 22.00 WIB, Terdakwa dan
Saksi Korban WINARTI (istrinya) bertengkar lagi serta cek cok mulut lagi, dan
Terdakwa tidak dapat mengendalikan amarah / emosinya lalu memukul Saksi
Korban WINARTI (istrinya) menggunakan tangan kanan kosong mengepal
sebanyak 1 (satu) kali mengenai pipi sebelah kiri Saksi Korban WINARTI
(istrinya). atas perbuatan Terdakwa tersebut diatas, sesuai dengan Visum Et
Repertum Nomor Rekam Medik : 09-96-70 yang dibuat dan ditandatangani oleh
dr. RITA T., Dokter yang bertugas di Rumah Sakit Bhayangkara Moestadjab
Nganjuk dengan hasil pemeriksaan:
Keadaan umum
Korban perempuan,atas nama WINARTI Umur 33 (tiga puluh tiga) tahun, Tinggi
badan 156 (seratus lima puluh enam) Cm, Warna kulit sawo matang, Sadar
penuh, GCS 4-5-6 (empat-lima-enam), Tekanan darah 120/80 (seratus dua puluh
per delapan puluh) milimeter air raksa, Nadi 80 (delapan puluh) kali per menit.
Tampak luka pada bagian kepala yakni di pipi kiri taampak bengkak dengan
diameter 4 (empat) Cm, pada bagian leher tampak sedikit luka dan dada serta
punggung nampak luka namun terlihat tidak cukup jelas.
Kesimpulan yang diambil dari hasil vium et repertum oleh dokter tersebut
yakni bengkak kebiruan di bagian pipi kiri dan kualifikasi luka tergolong luka
ringan yang tidak mendatangkan penyakit atau halangan buat menjalankan
kewajiban atau pekerjaan serta besar harapan akan sembuh bila tidak ada
komplikasi atau penyakit penyerta.
Tindak pidana yang dilakukan Harsoni terdapat locus dan tempus delicti
sebagai berikut :
1. Tempus Delicti
- Terdapat catatan bahwa waktu tindak pidana tersebut dilakukan sebanyak 3
kali yakni tanggal 03 februari 2018 sekira pukul 18.00 WIB kemudian
tanggal tanggal 07 Februari 2018 sekira pukul 21.30 WIB dilakukan setelah
istri pulang bekerja dan tanggal 12 Februari 2018 sekira pukul 22.00 WIB
hal ini dipicu akibat adu mulut pada waktu malam hari.
2. Locus Delicti
- Tempat terjadinya tindak pidana ketiganya dilakukan di rumah keduanya
yakni Dusun Gedongsari, Desa Tanjungtani, RT, 32 RW, 10 Kecamatan
Prambon, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
- Teori Bekerjanya Alat : alat yang digunakan untuk menganiaya korban
adalah penutup toples dengan cara dipukulkan dibagian pipi juga leher dan
selang panjang 3 meter dengan cara dipukulkan dibagian dada dan
punggung
- Teori akibat : akibat dari tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa,
korban harus mengalami luka bercampur darah serta lebam dan dilarikan
oleh tetangganya ke rumah sakit ke esokan harinya setelah tindak pidana
selesai dilakukan.
Adapun kasus posisi atas tindak pidana yang dilakukan terdakwa, sebagai
berikut :
Perkara kekerasan ini bermula dari pertengkaran mulut antara kedua belah
pihak yang mana pokok permasalahannya terjadi karena terdakwa terlalu
mengekang korban dan terdakwa menuduh korban selingkuh yang tidak terbukti
adanya, hal ini karena sifat dari terdakwa yang terlalu cemburu kepada korban.
Terdakwa bernama Harsoni usia 38 tahun, bekerja sebagai buruh harian lepas di
perusahaan swasta wilayah nganjuk dan winarti istri terdakwa berusia 33 tahun
dan bekerja sebagai karyawan swasta juga diwilayah nganjuk.
Harsoni dan winarti telah melangsungkan perkawinan secarah sah sebagai
pasangan suami istri pada tanggal 28 Desember 2002 di KUA (Kantor Urusan
Agama) Prambon berdasarkan Kutipan Akta Nikah Nomor 23/23/I/2003. Setelah
itu meraka tinggal bersama dalam satu rumah di Dusun Gedongsari, Desa
Tanjungtani, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk, atau setidak-tidaknya
pada suatu tempat dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Nganjuk, dari hasil
perkawinan tersebut keduanya dikaruniai 2 (dua) orang anak, anak pertama
bernama Vellani Aria (15 tahun) dan kedua bernama Dista Anggraini (7 tahun).
Kesulitan ekonomi dan sifat cemburu yang berlebihan suami korban
mengakibatkan sering terjadinya pertengkaran dalam rumah tangga keduanya.
Setiap terjadi kesalahpahaman antara keduanya suami korban seringkali
menampar bahkan tidak segan-segan memukuli istri dengan selang sepanjang 3
meter dan mengakibatkan luka-luka di bagian tubuh winarti (istri terdakwa). Atas
perlakuan terdakwa winarti menceritakan kejadian tersebut kepada kepala desa
tanjung tani H. Sujiyanto sekira tanggal 13 Februari 2018 pukul 07.00 pagi hari,
dari cerita winarti kepala desa dan atas izin dari korban bersama-sama
melaporkan suami korban ke kepolisian setempat hingga diajukan ke persidangan
oleh jaksa penuntut umum.
Sebagaimana yang terjadi berdasarkan fakta hukum diatas penuntut umum
menuntut terdakwa dengan tuntutan berupa:
1. Menyatakan Terdakwa HARSONI Bin (Alm) ABDUL MANAN telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“Melakukan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga”, sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam Pasal 44 Ayat (1) Undang-undang Nomor
23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam
Surat Dakwaan Pertama.
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa HARSONI Bin (Alm) ABDUL
MANAN berupa pidana penjara selama 5 (lima) bulan dikurangi selama
Terdakwa berada dalam tahanan sementara dan dengan perintah Terdakwa
tetap ditahan.
3. Menyatakan barang bukti berupa : 1 (satu) buah atasan kaos lengan pendek
warna ungu depan bergambar dengan tulisan “MY TRIP MY
ADVENTURE”; 1 (satu) buah bawahan celana panjang jeans warna abu-abu.
Dikembalikan kepada Saksi Korban WINARTI. 1 (satu) buah toples tanpa
tutup warna putih bening; 1 (satu) buah selang warna putih bening panjang
kurang lebih 3 meter dirampas untuk dimusnahkan.
4. Menetapkan agar Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp 5.000,-
(lima ribu rupiah).

Putusan Majelis Hakim


Dalam putusannya majelis hakim menyatakan bahwa dalam Pasal 44 Ayat
(1) Undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga telah terpenuhi oleh perbuatan terdakwa, sehingga terdakwa harus
dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
dalam pasal sebagaimana dakwaan jaksa penuntut umum dan selama
pemeriksaan dalam persidangan Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang
dapat melepaskan terdakwa dari pertanggungjawaban pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 s/d 51 KUHP sehingga terdakwa dapat
dipertanggungjawabkan atas kesalahannya dan berdasarkan Pasal 193 ayat (1)
KUHAP terdakwa harus dijatuhi pidana. Oleh karena itu majelis hakim
memutuskan sebagai berikut :
1. Terdakwa HARSONI Bin (Alm) ABDUL MANAN telah terbukti secara Sah
dan Meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Kekerasan fisik dalam
lingkup rumah tangga” sebagaimana dakwaan pertama Penuntut Umum.
2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 3 (tiga) bulan dan 7 (tujuh) hari.
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh
terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.
4. Menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan.
5. Menetapkan barang bukti berupa: 1 (satu) buah atasan kaos lengan pendek
warna ungu depan bergambar dengan tulisan “MY TRIP MY ADVENTURE”;
1 (satu) buah bawahan celana panjang jeans warna abu-abu. Dikembalikan
kepada Saksi Korban WINARTI. 1 (satu) buah toples tanpa tutup warna putih
bening; 1 (satu) buah selang warna putih bening panjang kurang lebih 3 Cm
dirampas untuk dimusnahkan.
6. Membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam perkara ini
sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah).

Fakta Hukum dan kasus posisi dari perkara tersebut terdapat adanya
kesangsian, keraguan dan sadar akan keterbatasan. Hal ini dapat dijabarkan
sebagai berikut :

1. Kesangsian
Menurut Rene Decartes berpendapat kesangsian merupakan keheranan
manusia terhadap suatu kebenaran dan hal ini merupakan pemikiran utama
manusia ketika manusia melihat sesuatu yang baru pertama kali dilihatnya dia
akan merasa heran. Dalam perkara ini Harsoni merasa heran mengapa istri sahnya
begitu keras wataknya dan berani menentang suami.
2. Keraguan
Menurut Tom Friedman berpendapat keraguan adalah sikap untuk selalu
mempertanyakan segala sesuatu dan memastikan agar tidak tertipu. Dalam
perkara ini ketika Harsoni menyampaikan kepada istrinya untuk tidak lagi main
dipasar dan berlama-lama. Istri dengan lantang menjawab siapa yang akan
memberi nafkah saya. Hal ini menjadi keraguan harsoni terhadap kesetiaan
istrinya, dan menimbulkan kecurigaan kepada istri seperti selingkuh, sehingga
memicu amarah harsoni.
3. Sadar Akan Keterbatasan
Manusia diciptakan oleh tuhan dalam keadaan sempurna namun tidak
terlepas dari keterbatasan, karena pola pikir manusialah yang menyebabkan
adanya pemikiran bahwa manusia diciptakan dengan banyak kekurangan jika
dibandingkan dengan keadaan disekelilingnya. Dalam perkara ini harsoni merasa
bahwa dia adalah pemimpin atau imam dalam rumah tangga, sehingga istri
sebagai makmum harus patuh kepada suami. Namun ketika istri berani melawan
suami, harsoni sadar bahwa dirinya tidak mampu menasehati dan mendidik istri
secara baik. Watak harsoni yang keras tidak mampu menahan emosionalnya
sehingga ketika dia merasa bahwa keterbatasan atas dirinya yang tidak mampu
menahan amarah maka dengan mudah dia melakukan tindakan kekerasan dalam
lingkup rumah tangga.

B. PERMASALAHAN
Pertanyaan yang dapat diambil dari fakta hukum dan kasus posisi diatas
adalah sebagai berikut :
1. Harsoni sebagai suami seharusnya bersikap lebih sabar namun mengapa
sebaliknya Harsoni selalu memukul istri ketika sedang marah ?
2. Istri sebagai makmum dalam rumah tangga seharusnya mampu menjadi
penyejuk hati bagi suami namun mengapa Winarti berani melawan Harsoni ?
3. Mengapa Winarti istri Harsoni selalu menuntut nafkah kepada Harsoni ?
4. H. Sujianto adalah kepala desa setempat ketika mendapat laporan dari Winarti
mengapa tidak mampu mendamaikan keduanya dan langsung memilih lapor
ke kepolisian ?
5. Vellani aria (15 tahun) anak dari keduanya mengapa tidak segera meminta
tolong kepada tetangga atau kepala desa ketika sering terjadi pemukulan
terhadap ibunya dan memilih diam ?

C. ANALISIS BERDASARKAN CABANG-CABANG FILSAFAT


1. Axiologi
Dalam analisa axiologi untuk menjawab pertanyaan filsafat dengan melihat
norma-norma yang hidup dimasyarakat dapat digunakan untuk menjawab
pertanyaan nomor 1 dan 2 yang mana lebih mengarah kepada kewajiban menjalin
kerukunan hidup dalam berumah tangga dengan begitu maka :
Pertanyaan pertama : mengapa Harsoni selalu memukul istri ketika sedang
marah ini bertentangan dengan norma agama dimana seorang suami wajib
menjaga dan menghormati istrinya dari perbuatan dosa dan sebagaimana diatur
dalam pasal 33 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 sebagaimana diubah
dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan yang
menyatakan suami isteri wajib saling cinta-mencintai hormat-menghormati, setia
dan memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain maka dalam hal ini
Harsoni seharusnya mempunyai rasa tanggung jawab dan wajib menahan
amarahnya ketika mendidik isterinya.
Pertanyaan kedua : mengapa Winarti berani melawan suami ini juga
seharusnya disadari oleh Winarti atas kedudukan masing-masing dalam hidup
berumah tangga. Harsoni adalah seorang suami yang kedudukannya sebagai
kepala rumah tangga dan Winarti adalah seorang istri yang kedudukannya
sebagai ibu rumah tangga. Oleh karena itu sebagai seorang ibu rumah tangga
wajib taat dan patuh kepada suami. Namun sebaliknya juga seharusnya suami
wajib menyayangi istri dan mendidiknya kejalan yang baik dan tidak melanggar
hukum maupun agama hal ini sebagaimana tertulis dalam pasal 31 ayat (3) UU
Perkawinan.
2. Ontologi
Dalam analisa Ontologi untuk menjawab pertanyaan filsafat dengan
menerapkan sesuatu ada dalam kenyataan serta ada menurut kemungkinan hal ini
dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan nomor 3 dengan begitu maka :
Pertanyaan ketiga : mengapa Winarti selalu menuntut nafkah kepada
Harsoni ini bermula pada pemikiran Winarti yang mana ketika sebuah
perkawinan sah dimata hukum dan telah dicatatkan menurut hukum negara
sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Perkawinan dan pasal 5 ayat (1) Kompilasi
Hukum Islam, maka perkawinan tersebut diakui keberadaannya oleh agama dan
hukum negara sehingga Winarti menganggap bahwa suami wajib menafkahi istri
baik dari lahir maupun bathin. Namun juga perlu diketahui bahwa seorang istri
tidak boleh menuntut segala sesuatu termasuk dalam nafkah diluar batas
kemampuan suami, hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 34 ayat (1) UU
Perkawinan yang menyatakan bahwa Suami wajib melindungi isterinya dan
memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan
kemampuannya.
3. Epistimologi
dalam analisa epistimologi ini menggunakan pengetahuan biasa yang mana
pengetahuan ini tidak memiliki dasar pemikiran dan analisa yang kedua dapat
menggunakan pendapat para ahli
pertanyaan kelima : mengapa Vellania tidak segera meminta tolong kepada
tetangga atau kepala desa ketika sering terjadi pemukulan terhadap ibunya dan
memilih diam. Vellania bisa saja segera meminta tolong kepada tetangga atau
kepala desa namun sebagai seorang anak dia merasa takut kepada ayahnya yang
mempunyai watak pemarah dan keras sehingga Vellania memilih bersikap diam.
Menurut gunarsa ahli psikologi rasa takut yang ditimbulkan oleh ancaman
akan membuat seseorang akan menghindari diri dan sebagainya. pada umumnya
ancaman itu samar-samar. Bahaya dari dalam, timbul bila ada sesuatu hal yang
tidak dapat diterima, misalnya pikiran, perasaan, keinginan dan dorongan. Dari
fakta hukum diatas vellania seringkali diancam ayahnya akan dipukul jika tidak
mau menuruti perintah ayahnya.
4. Etika
Analisa berdasarkan pada etika berarti melihat dampak baik dan buruk
suatu keadaan tertentu yang akan timbul maupun yang telah timbul bagi
masyarakat atau melihat baik dan buruk moral pelaku kemudian memberikan
saran. Hal ini dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan nomor 4
Pertanyaan keempat : Mengapa kepala desa lebih memilih langsung
melaporkan pelaku kepada kepolisian karena sebagai kepala desa H. Sujianto
mengenal betul watak dan kebiasaan dari warganya khususnya Harsoni (suami
korban) sehingga kepala desa memutuskan langsung melaporkan kejadian
tersebut kepada pihak berwajib yakni kepolisian jika di tangani sendiri oleh
kepala desa ditakutkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan baik bagi diri
kepala desa maupun bagi Winarti.
D. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari fakta hukum dan kasus posisi
diatas adalah keputusan hakim dengan menghukum terdakwa Harsoni telah tepat
dan dirasa adil. Dalam proses persidangan perbuatan Harsoni terbukti bersalah
dan meyakinkan hakim untuk menjatuhkan hukuman pidana kepadanya sebab
putusan yang dijatuhkan haruslah tidak sekedar menjunjung tinggi kepastian
hukum (rule of law) namun juga memberikan rasa keadilan pada masyarakat
(social justice). Disisi lain, putusan yang dijatuhkan haruslah benar-benar
bertujuan menyelesaikan permasalahan sehingga memberi kecenderungan agar
pasca putusan, keseimbangan masyarakat bisa kembali mendekati seperti sedia
kala (restitutio in integrum).

Anda mungkin juga menyukai