Anda di halaman 1dari 12

#1 iktisar dari jurnal efek cigarret smoke

Dalam bio-molekuler(Biomol), dapat dilihat dengan adanya mekanisme DNA

metilasi yang terjadi pada daerah promoter DNA sekuen tentunya akan menginduksi

munculnya mekanisme suppressor gen. Dengan proses metilasi yang terlalu banyak di

daerah promotor merupakan suatu tanda yang akan menginisiasi tumbuhnya tumor.

Metilasi adalah suatu proses paling awal yang dijumpai pada sekuen DNA dalam tahap

tumorigenesis. DNA metilasi ini merupakan suatu biomarker epigenetik yang dapat

digunakan untuk mendeteksi dini suatu gen yang nantinya mengarah ke dalam

pertumbuhan tumor yang terkena paparan asap rokok. Untuk mengetahui deteksi dini

adanya metilasi DNA pada bagian promoter dengan menggunakan Arrays teknik.

Sel paru pada manusia terdiri dari PSAE (Primary Small Airway Epithelial) sel

(PCS-301-01000), NL-20 (Immortalized Bronchial Ephitelial) sel, A549 (Adenocarcinomic

Alveolar Basal Epithelial) sel, dan H1299 (non-Small Lung Carcinoma) sel.

DNA gen dapat diekstraksi dengan QIAMP DNA Mini Kit dan untuk memonitor

terjadinya metilasi pada gen digunakan Methyl-Profiler DNA Methylation PCR Array.

Dengan digunakannya CSC (Cigarret Smoke Condensated) sebagai faktor paparan

terhadap PSAE sel. Dapat dilihat adanya kenaikan 1.0µg/ml CSC dalam 14 dan 30 hari.

Terdapat satu gen yakni hsa-let-7a-3 yang terjadi proses metilasi yang sangat tinggi dan

signifikan. CHD1, CXCL12, PAX5, RASSF2 dan TCF21 juga merupakan gen yang terjadi

metilasi yang sangat tinggi dan signifikan selain dari pada hsa-let-7a-3. Hsa-let-7a-3

memiliki protein target diantaranya adalah c-MYC, HMGA, STAT3, NIRF, dan RAS. Dan

biasanya pada pasien kanker paru didapatkan ekspresi gen hsa-let-7a-3 berkurang dan
biasanya memiliki prognosis yang malam. Salah satu ekspresi gen hsa-let-7a-3 adalah

menghambat pembentukan sel tumor. Terdapat juga penelitian dari molekul gen genistein

(derivate yang terdapat di kandungan susu kacang) dapat mengurangi banyaknya metilasi di

gen promoter pada ekspresi gen hsa-let-7a-3 dengan mendapatkan paparan 10-100µg/ml.

Proses metilasi dan juga supressi gen tumor TCF21 dapat dijadikan suatu biomarker untuk

dilakukan ya kemo-preventif dalam penatalaksanaan kanker paru. Batas toleransi yang

dapat tubuh terima adalah 1µg/ml pada manusia dengan berat badan 60 kg sehingga dapat

dikatakan 2-3 rokok per hari, tapi tetap mempengaruhi proses metilasi di dalam ekspresi

gen.

Keseimpulan dengan adanya studi ini bahwa proses metilasi di bagian promoter mRNA

adalah merupakan screening atau warning adanya aktivitas tumorgenesis dengan melihat

adanya peningkatan ekspresi gen hsa-let-7a-3 yang nantinya dapat digunakan sebagai

biomarker. MASUKIN DI PALING AKHIR.

#2 efek genotype dan mutilation dari ekspresi gen CYP2D6 dari kebiasaan merokok.

Paparan asap rokok mencetuskan proses yang mempengaruhi ekspresi gen

khususnya terjadinya metilasi pada DNA pada bagian promoter (zat yang berpengaruh

adalah nikotin). Asosiasi tempat yang sangat potensial adalah di bagian promoter DNA

(CpG island) pada gen CYP2D6. Proses metilasi pada gen CYP2D6 sangat juga

dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Pada gen yang memiliki metabolisme yang

rendah menyumbangkan resiko yang besar untuk terjadinya metilasi pada gen promotor
apabila terpapar CSC( asap rokok). Ultrarapid (cepat) metabolisme memiliki asosiasi yang

kuat terhadap resiko menjadi perokok aktif yang berat.

Ekspresi gen CYP2D6 merupakan gen yang berpengaruh dengan metabolisme

tubuh, dan sifat dari metabolisme yang terekpresikan mempengaruhi resiko terjadinya

perokok aktif yang berat.

Kecanduan terhadap kebiasaan merokok adalah dikarenakan zat nikotin yang ada di

rokok itu sendiri. Zat nikotin itu sendiri dapat memberikan peningkatan mood, mengurangi

stres dan cemas, meregulasi perasaan senang dan meningkatkan konsentrasi. Genetik

polimorfisme memiliki hubungan yang kurang adekuat terhadap lamanya paparan asap

rokok dengan gangguan sistemik dalam tubuh manusia. DNA metilasi memiliki peranan

penting dalam memberikan efek terhadap terhadap rangkaian malformasi ekspresi gen.

Apa itu proses metilasi yang terjadi karena paparan asap rokok ? suatu proses ikatan metil

terhadap basa citosin, yang dimana basa citosin-metil akan berikatan dengan basa guanin.

Yang dimaksud dengan daerah CPG (CPG island) adalah suatu daerah di bagian

promotor gen yang kaya akan ikatan basa citosin-guanin. Suatu keadaan yang tidak

termetilasi pada daerah promotor gen adalah untuk tetap berlangsungnya proses transkripsi

dengan lancar. Zat nikotin mempunyai peran pada ekspresi gen DNMT1. Dan sangat

sensitif di bagian CpG site promotor. Pada bagaian promotor yang terjadi metilasi akan

memberikan efek pada saat proses transkripsi sehingga akan mempengaruhi proses

pembentukan asam amino pada proses translasi. Zat nikotin nantinya akan dimetabolisme

di citokrom P450 2A6(CYP2A6) yang terekspresi di liver menjadi cotinin. Terdapat 2

enzim yang berperan dalam metabolisme nikotin yakni CYP2B6 dan CYP2D6.
Laki-laki memiliki status metilasi yang lebih berisiko disbanding dengan

perempuan pada ekspresi gennya. CYP2D6 merupakan suatu enzim yang banyak di

kandung di bagian otak. Kadarnya akan rendah pada saat bayi dan akan beranjak naik

kadarnya sesuai pertambahan usia, dan akan kembali turun dengan usia yang semakin tua.

CYP2D6 yang tidak banyak termetilasi dapat memungkinkan menjadi perokok berat.

CYP2D6 yang termetilasi rendah mengasosiasikan perokok berat dan sebaliknya.

#3 Hubungan genotype GSTM1, gender terhadap kejadian asthma di usia anak-anak akibat

paparan asap rokok pada masa prenatal.

Paparan asap rokok sangat signifikan dalam meningkatkan prevalensi kejadian

ashtma pada anak usia 6 tahun dengan null-GSTM1. Paparan asap rokok pasa masa

prenatal, meningkatkan resiko asthma pada jenis kelamin perempuan dengan null-GSTM1.

Dengan melihat apabila tidak ada paparan asap rokok pada masa prenatal, anak perempuan

dengan genetik null-GSTM1 memiliki resiko yang rendah secara signifikan dalam

munculnya serangan asthma dan memiliki kada IgE yang rendah pada anak usia 6 tahun

dibandingkan dengan anak bergenetik GSTM1 (positif). Dapat dilihat pada studi ini, bahwa

null-GSTM1 (genotipe) menjadi faktor pencegah terhadap kejadian asthma pada anak

perempuan usia 6 tahun tetapi resiko asthma akan meningkat secara signifikan ketika

adanya paparan asap rokok.

GSTM1 adalah sebuah enzim dari keluarga GST(glutation) yang dimana memiliki

fungsi untuk metabolisme detox dari proses oksidative strees dan paparan racun/radikal

bebas yang terbentuk dari lingkungan. Bagi genetic yang memiliki ekspresi gen GSTM1
null-genotipe akan kehilangan kerja dari enzim tersebut sehingga resiko terjadinya inflmasi

menjadi lebih besar. Terdapat beberapa studi sebelumnya ( Rogers), GSTM1 null-genotipe

memiliki angka insidens yang tinggi untuk terjadinya resiko pada anak laki-laki dan

perempuan. GSTM1 null-genotipe akan menjadi faktor pencegah terjadinya kejadian

asthma pada anak usia 6 tahun apabila pada masa prenatal tidak ada paparan asap rokok.

GSTM1 positif memiliki resiko menjadi kejadian asthma, dikarenakan adanya sudtu proses

yng melibatkan interleukin IL-1β dan IL-6 dan dengan cepatnya mengaktivasi mediator

neutrofil apabila adanya paparan alergen.

Prevalensi asthma pada anak-anak sekarang ini meningkat cukup signifikan. Banyak

faktor yang berpengaruh adalah faktor lingkungan antara lain polusi udara, paparan asap

rokok, adanya pembuangan zat sisa hasil olahan pabrik, populasi penduduk dan lain-lain.

Semua faktor tersebut dapat menyebabkan oksidatif stress. Oksidatif stress dapat

berimplikasi terhadap jalur pathogenesis dari asthma yakni menimbulkan inflamasi. Null-

alel adalah nonfungsional alel yang biasanya disebabkan oleh mutasi. Ada satu studi met-

analisis yang menerangkan bahwa null alel genotipe GSTM1 meningkatkan resiko kejadian

asthma pada usia anak-anak. (OR 1.28; 95% CI 1.09-1.52). Beberapa studi meta-analisis,

menerangkan bahwa faktor lingkungan seperti paparan asap rokok dapat menyebabkan

peningkatan oksidative stress pada sel, sehingga dapat meningkatkan kejadian asthma pada

null-genotipe tapi tidak dengan positif genotipe GSTM1.

DNA di esktraksi dari dari khusus dari leukositnya dengan menggunakan Gentra

Puregene kit. Tentunya untuk melihat ekspresi gen yakni GSTM1, tentunya dilakukan

dengan menggunakan PCR.


Anak-anak yang pada masa prenatal mendapat paparan asap rokok memiliki resiko

yang signifikan besar menjadi asthma pada usia 6 tahun ( P=0,006, OR;1.780, 95% CI:

1.181-2.684). lalu juga dapat dilihat hasil, bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada

anak-anak yang pada masa prenatal mendapat paparan asap rokok terhadap resiko

timbulnya dermatitis atopik atau rhinitis.

Hubungan ekspresi gen GSTM1 null-genotipe berhubungan signifikan dengan jenis

kelamin laki-laki dan paparan asap rokok pada masa prenatal terhadap timbulnya asthma

pada anak-anak usia 6 tahun. (Selipkan gambar grafiknya yang udh di screenshot di hp) cek

di tele.
#4 Mekanisme molekular

Didalam asap rokok, terdapat polisiklik aromatic hidrokarbon, ikatan kimia

aromatik amino, ikatan aromatik nitroamino dan akndungan zat reaktif yang dapat memicu

kanker. Mekanisme utama ikatan kimia ini adalah meregulasi proses pembentukan radikal

bebas dan penghambatan pembentukan anti-oksidan.

Terdapat dua molekul yang sangat sensitive dengan proses oksidasi dan reduksi

yakni nuclear faktor (NF-kβ) dan activator protein (AP-1). Dua molekul ini berpengaruh

pada saat proses transkripsi juga kemungkinan sintesis protein. Di sisi lain juga merupakan

molekul sensitive terhadap inflamasi dengan menghasilkan IL-8, IL-6, IL-12, TNF-α dan

makrofag dalam proses inflamasi.

Banyaknya kandungan oksidan yang terdapat di dalam asap rokok, sangat signifikan

dalam membentuk proses inflamasi di dalam sel paru dengan menginisiasi jalur kaskade

mitogen activasi protein kinase (MAPK). Oksigen yang reaktif yang ada di kandungan

asap rokok, menstimulasi fosforilasi dan pengaktifan signal ekstraseluler regulasi kinase

(ERK), p38MAPK dan c-Jun N-terminal kinase (JNK). JNK dan p38 MAPK memiliki

peran yang sangat penting dalam regulasi proses inflamasi. JNK memediasi fosforilasi

transkripsi dari NAFTc faktor, yang dimana meningkatkan kadar IL-4 dan menginduksi

deferensiasi Th2 sel. Kinase p38 memiliki peran untuk mengeksaserbasi inflamasi di paru

dengan meningkatnya adhesi intraseluler molekul-1, TNF-α, dan MIP-2 yang menginduksi

meningkatnya neutrofil dan monosit di paru.


Dengan terstimulasinya MAPK protein, tentunya dapat juga mengaktivasi c-jun dan

menginisiasi signal AP-1, yang dimana dapat berinteraksi langsung pada proses transkripsi

gen sehingga proses inflamasi akan tercetus.

Apabila NF-kβ berikatan kuat dengan rantai DNA, maka akan terjadi transkripsi

yang lama dan mencetuskan pembentukan cytokin inflamasi.

AP-1 mengandung bahan untuk mengaktivasi transkripsi faktor (ATF), dan yang

paling potensial adalah c-jun, yang dimana fos merupakan bagian yang menstabilkan ikatan

DNA pada promotor. AP-1 dapat menyebabkan proliferasi, diferensiasi dan transformasi

sel. Jadi apabila AP-1 sudah teraktivasi, maka proses pro-inflamasi pun juga akan terjadi

seperti pada proses encoding CXC chemokines. Dengan penjelasn dan adanya studi

sebelumnya, bahwa AP-1 meningkatkan ekpresi gen sitokin di makrofag alveolar dan sel

epitelial paru. AP-1 diaktivasi oleh TNF-α.

Ketidakseimbangan asetilasi dan de-asetilasi pada ekpresi gen dapat memicu

transkripsi pro-inflamasi. Peran induksi yang utama adalah oksidasi dan nitroaktif stress

yang dapat menciptkan infomasi OONO ion. Ion ini dapat berinteraksi dengan asam amino

tyrosine di HDAC2. Proses ini meningkatkan aktivasi NF-kβ dan pembentukan sitokin.

Sebagai kompensasi dengan paparan asap rook yang diamana memediasi timbulnya NF-kβ

dan AP-1 sebagai cetusan utama dalam proses transkripsi, maka gen akan membentuk Nrf2

yang dapat berikatan di daerah promotor yang hasilnya dapat membantu membentuk suatu

ekspresi gen menagkal proses radikal bebas atau sebagai ekspresi gen antioksidan.
Oksidatif oksigen dapat meningkatkan mediasi inflamasi seperti IL-1β dan TNF-α.

Dari TNF-α dapat juga menstimulasi regulasi inflamasi seperti IL-8, IL1, COX-2, IL-6,

MIP-1 dan GM-CSF.

ERK dapat memperkuat ikatan co-aktivator di daerah promotor suatu ekspresi gen.

#5 Langkah promosi kesehatan bebas paparan asap rokok di rumah dengan melihat

feedback biomarker .

Paparan asap rokok terhadap perokok pasif secara dini pada bayi dan anak-anak

dapat meningkatkan resiko kematian mendadak pada bayi dan anak (SIDS), asma, dan

gangguan pernapasan lainnya. Salah satunya adalah paparan asap rokok yang terjadi di

rumah, papran asap rokok di rumah merupakan suatu hal yang sulit dihindari dengan

adanya aturan, karena aturan yang membatasi suatu ruang terhadap mereka yang merokok

hanyalah di kawasan public, tidak masuk dalam kawasan privasi seperti rumah. Jadinya,

rumah merupakan suatu ruang bebas bagi mereka yang merokok untuk dapat merokok

sebebas-bebasnya, karena mereka berfikir bahwa rumah adalah haknya untuk merokok

tanpa melihat sekeliling yakni anggota keluarga yang lain, juga mengesampingkan akibat

yang nantinya dapat muncul.

Penelitian ini ditujukan untuk memotivasi khususnya orang tua dan anggota

keluarga lainnya untuk mengurangi paparan asap rokok kepada bayi dan anak dengan

melihat biomarker feedback yang terdapat pada urin yakni nikotin, cotinin, NNAL (4-

[metilnitrosamino]-1-[3-pyridil]-1-butanol) metabolit dari NNK (4-[metilnitro-samino]-1-

[3-pyridyl]-1-butanone).
#6 Nikotin yang terdapat di dalam rokok dapat memberikan keadaan adiksi terhadap anak-

anak dan remaja

Di dalam kandungan rokok terdapat 4000 zat kimia. Zat tersebut dapat memberikan

efek stimmulasi, antid-depresan, dan yang laing sering adalah efek ketagihan. Salah satu

yang menyumbang efek ketagihan tersebut adalah nikotin. Dan efek ini yang sangat sulit

sekali dilawan oleh para perokok untuk berhenti merokok. Nikotin merupakan basa lemah

yang metabolismenya sangat tergantung dengan pH rendah. Pada paru sendiri, khusunya

pada alveoli yang dimana memiliki pH yang normal dan relatif basa, sehinnga

mempermudah dalam penyerapan zat nikotin langsung masuk dalam sirkulasi darah.

Setelah masuk dalam peredaran darah, memerlukan waktu 7 detik untuk zat nikotin dapat

menuju otak. Proses cepat menuju otak ini yang dapat menjelaskan secara kasar mengenai

keadaan ketagihan terhadap rokok.

Nikotin berperan sebagai nikotinik asetilkolin reseptor yang terdapat di

neuromuscular junction. Di dalam otak, nikotinik asetilkolin ini terekspresi menjadi α4 dan

β2 subunit yang tersensitisasi dengan reseptornya. Proses ini yang dapat menyebabkan

ketagihan, karena apabila reseptor tidak berikatan dengan molekul tersebut, maka reseptor

akan memberikan signal agar molekul tersebut dibentuk yang dimana dengan cara adalah

merokok kembali. Nikotin dimetabolisme di hati dengan bantuan sitokrom P450 dengan

enzim hepar CYP2A6 dan CYP2B6 yang dimana bahan metabolitnya dalah 3’-

hidroxycortinin.

Terdapat penelitian bahwa otak perokok pasif dengan mereka yang tidak merokok

memiliki perbedaan pada daerah “white matter”, khususnya di bagian anterior cingulae.
Bagian ini dalam otak biasanya berperan sebagai memori, motivasi, kegiatan motor kasar

dan mood.

Varian genetic CYP2A6, dapat meningkatkan dan juga mengurangi dari aktivitas

enzim di hati dalam metabolisme nikotin. Varian genetic dapat berupa polimofisme, proses

delesi alel, mutasi dan lain lain. Orang yang membawa variasi genetic yang memiliki

genotipe yang null CYP2A6, biasanya tidak akan menjadi perokok atau apabila merokok

tidak terlalu sering untuk merokok sehingga lebih mudah untuk nantinya berhenti merokok

dan terhindar dari kanker paru.

#7 Rokok dan paparan asap rokok pada anak-anak.

Di Amerika kurang lebih sebanyak 4000 remaja sudah mulai untuk merokok dan

biasanya akan menjadi suatu kebiasaan dan masuk dalam tahap adiksi/ ketagihan. Jaman

sekarang, beberapa remaja sudah meninggalkan kebiasaan merokok dengan yang

tradisional dan mulai mulai dengan namanya rokok listrik. Mereka berfikir bahwa rokok

listrik lebih aman dibanding dengan yang tradisional, namun untuk yang namanya rokok

tidak ada yang bebas namanya resiko. Semua berisiko nahkan memiliki risiko yang sangat

tinggi bagi kesehatan tubuh kita.

Beberapa paparan asap rokok pada anak-anak biasanya akan menimbulkan suatu

efek timbulnya asma dan alergi. Penyakit yang timbul ini dapat menurunkan kualitas hidup

mereka.
#8 Paparan asap rokok dapat menyebabkan inflamasi akut jalur napas.

Penjelasan sudah ada pada jurnal sebelumnya

#9 anak-anak kurang suka melihat dan merasakan paparan asap rokok

Anak anak sebenarnya tidak suka melihat orang tua ataupun anggota keluarga

lainnya yang memiliki kebiasaan merokok di rumah atau mobil, dikarenakan asap rokok

yang menyengat dan mengganggu pernapasa mereka. Kebiasaan merokok itu sendiri pun

dapat menjadikan si anak pada dewasa menjadi perokok aktif.

#10 paparan anak-anak terhadap asap rokok biasanya dari orang tuanya yang merokok.

Anda mungkin juga menyukai