William Grandinata
NIM:
Pembimbing:
Dr.dr.IGN Made Suwarba, Sp.A(K)
Dr.dr.Dewi Sutriani Mahalini, Sp.A
2022
PICO
P (Patient/Problem) : Pasien anak dengan demam
PERTANYAAN KLINIS
Apakah kadar zinc pada anak demam dengan kejang memiliki kadar zinc yang rendah
dibanding dengan anak demam tanpa kejang?
RINGKASAN JURNAL
LATAR BELAKANG:
Kejang terjadi saat saraf otak menerima ledakan sinyal listrik yang abnormal yang
mengganggu fungsi listrik normal otak, sehingga muncul tanda dan atau gejala yang
dihasilkan dari aktivitas neuronal berlebihan atau abnormal di otak. Kejang demam
didefinisikan sebagai kejang yang terjadi antara usia 6 dan 60 bulan dengan suhu 38 0C
atau lebih tinggi yang bukan akibat infeksi SSP atau ketidakseimbangan metabolisme,
dan yang terjadi tanpa adanya riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Berbagai faktor telah dijelaskan dalam patofisiologi kejang demam seperti
infeksi, kerentanan suhu otak yang belum matang, interleukin, toksin, defisiensi
mikronutrien dan defisiensi besi. Peran mikronutrien seperti tembaga, zinc,
magnesium dan selenium telah dijelaskan dalam kaitannya dengan kejang demam.
Daerah kaya neuron glutaminergic yang mengandung zinc yaitu hipokampus dan
amigdala [sistem limbik] dan homeostasis zinc di daerah otak ini dapat dikaitkan
dengan etiologi dan manifestasi kejang pada epilepsi. Efek inhibisi zinc pada reseptor
2
N-Metil-D aspartat bertanggung jawab atas fenomena rangsang setelah terikat dengan
glutamat. Dengan demikian, penurunan kadar zinc mungkin berperan dalam
patogenesis kejang demam.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar serum zinc pada anak
kejang demam jika dibandingkan dengan anak demam tanpa kejang dan
membandingkan kadar serum zinc pada anak kejang akibat SSP dengan kejang
demam dan anak demam tanpa kejang.
METODE:
Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain kasus kontrol. Penelitian
dilakukan di Kurji Holy Family Hospital Patna Bihar, sejak Mei 2014 hingga Mei
2016. Subjek penelitian total 150 anak dari kelompok usia 6-60 bulan dibagi dalam 3
kelompok, kelompok A berjumlah 50 orang anak dengan kejang demam (kasus),
kelompok B berjumlah 50 orang anak dengan infeksi SSP, kelompok C berjumlah 50
orang anak dengan demam tanpa kejang (kontrol).
Kriteria inklusi meliputi usia 6 bulan- 5 tahun, pasien dengan KDS, demam
tanpa kejang, kejang akibat infeksi SSP (meningitis dan ensefalitis). Kriteria eksklusi
meliputi, pasien dengan cerebral palsy, seizure disorder, gambaran dismorfik &
sindromik, mengkonsumsi suplemen zinc dalam 3 bulan terakhir, dalam pengobatan
antikonvulsi, diare akut dan kronik, riwayat kejang neonates, kelainan metabolic,
gambaran klinis defisiensi zinc
Prosedur penelitian meliputi pengambilan sampel darah vena dalam 24 jam
pertama pasien datang, pengukuran kadar zinc serum dalam 6 jam setelah
pengambilan sampel darah, dengan kit uji colorimetric, reagen 2-(3-bromo-2-
pyridylazo)-5-(N-propyl-N-sulphopropylamino) phenol. Cutoff menurut WHO <65
µgm/dl disebut hypozincemia. Analisa statistik dengan SPSS 20.0 menggunakan uji
statistik one way ANOVA dan t-test. Nilai p <0,05 dianggap signifikan secara statistik.
HASIL
Rerata usia kejang demam (GROUP A) adalah 22,14±15 bulan, 24,26±17,2 bulan
pada infeksi SSP (GROUP B) dan 21,16±16,77 bulan kontrol (GROUP C). Dengan
demikian, sebagian besar pasien termasuk dalam kelompok usia < 2 tahun. Jenis
kelamin laki-laki mendominasi dalam penelitian ini dengan rasio laki-laki perempuan
2,9:1. Rerata kadar zinc serum pada kejang demam (kasus) adalah 37,31 ±
3
17,68μgm/dl dengan kadar terendah 14,3μgm/dl dan tertinggi 98μgm/dl dan pada
infeksi SSP diamati 55,54 ± 22,82μgm/dl. Dengan demikian, kasus kejang demam
sejumlah n= 45(90%), infeksi SSP n=33(66 %) mengalami hipozincemia biokimia
yaitu serum zinc kurang dari 65μgm/dl.
SIMPULAN
Pada kejang demam dan kejang karena infeksi SSP, defisiensi seng bisa menjadi
faktor risiko potensial. Kadar Zinc serum pada pasien kejang demam dan kejang
akibat infeksi SSP rendah dibandingkan dengan kadar normal WHO. Hypozincemia
merupakan salah satu faktor risiko kejang Adanya hypozincemia disamping faktor
risiko lain dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kejang demam. RCT yang
lebih luas diperlukan untuk menganalisa hubungan ini, dan untuk membuktikan
apakah profilaksis suplementasi zinc dapat mengurangi risiko kejang demam pada
pasien dengan faktor risiko
5
37,31 ± 17,68 µgm/dl vs 67,19 ± 20,6 µgm/dl
Perbedaan rerata = 29,88 µgm/dl (p = 0,001), CI 95% (-20,44 –
39,32)
Kadar zinc pada kelompok kejang dan kejang demam mayoritas dibawah
kadar normal dan secara signifikan lebih rendah dibandingkan kelompok
kontrol penting untuk edukasi pasien dan keluarga bahwa
hypozincemia disamping faktor risiko lainnya dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya kejang dan untuk pertimbangan pemeriksaan
kadar mikronutrien pada pasien kejang
6
Heydarian F dkk; Gattoo dkk
menunjukkan hasil serupa dimana
kadar zinc serum pada kelompok
kejang demam lebih rendah
dibandingkan kontrol.
Latitkumar dkk juga menemukan
bahwa kadar zinc serum pada
kelompok infeksi SSP (meningitis
piogenik) secara signifikan lebih
rendah dibandingkan kontrol
(70,98 ± 59,39 µgm/dl vs 120,0 ±
37,79 µgm/dl; p<0,01)
Kesimpulan:
Jurnal ini VALID, PENTING dan DAPAT DITERAPKAN
• Level of evidence: II
• Grade of recommendation: B