Pembimbing:
dr. Washli Zakiah M. Ked(Ped), Sp.A
IKHSAN SYAKBAN ANWARI SIREGAR (1908320024)
ANGGA SATRIA (1908320034)
QURATUL AINI HAMSI SKD (1908320039)
MIFTAHUL JANNAH (1908320041)
ALIYYUL HALIM SARAGIH (1908320045)
2
I. PENDAHULUAN
4
Kejang demam adalah tipe kejang terbanyak pada anak, dengan kumulasi insidennya 2-
5%. Di jepang, kejang demam terjadi pada 7-11% anak-anak dan resiko kekambuhannya
15% selama demam yang sama.
Bukti yang jelas mengenai kejang demam masihlah kurang dan terapi yang sesuai masih
belum dipahami.
Memang, beberapa dokter anak di Jepang masih mengedukasi keluarga anak dengan
kejang demam bahwa antipiretik akan meningkatkan risiko kekambuhan kejang demam.
Disisi lain, penggunaan antipiretik yang sesuai dianggap efektif dalam mengurangi
ketidaknyamanan pasien.
5
Di dalam praktik klinik, kebanyakan dokter anak menganggap bahwa kekambuhan kejang
demam selama episode demam yang sama tidak akan meningkat dengan penggunaan
acetaminophen.
Namun, sepengetahuan kami, belum ada peneiliti yang telah menentukan apakah
antipiretik khususnya acetaminophen, meningkatkan insidensi dan kekambuhan kejang
demam.
6
Anak dengan kejang demam yang masuk IGD RS Kota Hirataka pada 1 Mei 2015 – 30
April 2017 yang terjadi pada bayi dan anak berusia 6-60 bulan
Kejang demam didefinisikan dengan kriteria dari Japanese Society of Child Neurology,
yaitu kejang disertai demam (Suhu tubuh >38°C) tanpa infeksi SSP
11
5. Kriteria Eksklusi
Pasien yang telah mengalami 2 atau lebih kejang demam selama epidose demam saat ini
Pasien dengan kejang >15 menit yang dianggap memiliki status epileptikus
Pasien dengan epilepsy, kelainan kromosom, penyakit metabolism bawaan, tumor otak,
perdarahan intracranial, hidrosefalus atau pasien dengan riwayat bedah intracranial.
Pasien yang telah diberi diazepam suppositoria untuk mencegah kejang demam dan
pasien yang orang tuanya meminta untuk diberi diazepam suppositoria.
Pasien yang telah diberi antihistamin.
Pasien dengan diare.
12
6. Tujuan Penelitian
III. HASIL
15
16
17
IV. DISKUSI
18
Di dalam penelitian ini, kekambuhan kejang demam sangat rendah pada grup dengan
rektal acetaminophen daripada grup tanpa antipiretik
Dalam analisis multiple logistic regression juga mengungkapkan bahwa usia yang lebih
muda dan surasi kejang yang lebih pendek berkaitan dengan tingginya angka kekambuhan
kejang demam selama episode demam yang sama.
Dalam perbangingan antara grup acetaminophen rektal dan tanpa antipiretik,
menunjukkan bahwa acetaminophen memiliki potensi untuk mencegah kekambuhan
kejang demam pada episode demam yang sama.
19
Temuan ini berbeda dengan temuan oleh Schainaderman dkk, yang menyimpulkan bahwa
pemberian profilaksis acetaminophen pada anak dengan kejang demam tidak efektif untuk
mencegah kekambuhan, karena perbedaan yang kurang signifikan antara 2 grup
(penggunaan regular & penggunaan sporadic)
Perbedaan ini dikarenakan berbedanya kelompok control dengan temuan ini.
20
Hasil dari penelitian saat ini mendukung bahwa acetaminophen dapat mencegah
kekambuhan kejang demam dalam episode demam yang sama, meskipun faktanya,
acetaminophen telah lama dianggap tidak efektif untuk mencegah kekambuhan pada
episode yang sama maupun episode berbeda.
Dengan demikian, data ini harus diinterpretasikan dengan hati hati, khususnya karena
pasien adalah anak-anak yang masuk rumah sakit setelah kejang demam terjadi.
Maka dari itu, temuan ini masih belum bisa menentukan efek pencegahan dari
acetaminophen pada anak yang belum memiliki kejang demam selama episode demam
21
Pasien dengan diare dieksklusikan dari penelitian ini karena dipertimbangkan bahwa pasien
tidak cocok untuk perbandingan langsung dengan anak yang kejang demam tanpa diare.
Pertama, suppositoria mungkin sulit untuk diberikan kepada anak dengan diare karena
menstimulasi BAB.
Kedua, beberapa pasien memenuhi kriteria CwG yang ditandai dengan kejang clusters yang
sering.
Kejang clusters ditandai dengan kejang clusters yang terjadi dalam 24-48 jam sebagai
manifestasi klinis yang khas, riwayat kejadian pada usia 6 bulan sampai 3 tahun, setidaknya
1 episode kejang yang terjadi pada 38°C atau kurang, hubungan dengan GE ringan dan
prognosis yang baik.
23
V. KESIMPULAN
25
Dari penelitian ini, dapat dilihat bahwa acetaminophen dapat mengurangi kekambuhan
kejang demam selama episode demam yang sama dan karenanya dapat dianggap aman
untuk digunakan pada anak dengan kejang deman.
Namun, panggunaan acetaminophen pada anak dengan kejang demam secara terus
menerus tidak direkomendasikan karena biasnya kejang demam berakhir baik.
Aspek yang paling penting oleh praktisi terhadap kejang demam adalah memberikan
penjelasan yang sesuai kepada orang tua untuk menghilangkan kecemasan dan untuk
memastikan penggunaan acetaminophen yang tepat pada tiap pasien.
26
PICO
CRITICAL APPRAISAL
EBM THERAPY
Apakah alokasi subyek penelitian ke 28
kelompok terapi atau kontrol betul betul
secara acak (random) atau tidak ?
Ya, karena penelitian ini menggunakan metode Randomized Controlled Trial
29
Apakah semua keluaran (outcome) dilaporkan ?
Tidak, karena mungkin sudah berbeda demografis antara Jepang dan Indonesia
31
Apakah kemaknaan statistik maupun klinis
dipertimbangkan atau dilaporkan ?
Seluruh hasil dan analisa dilaporkan dalam penelitian ini, pada hasil dan diskusi.
32
Apakah tindakan terapi yang dilakukan dapat
dilakukan ditempat anda bekerja atau tidak ?
Bisa, karena di Indonesia pun kejang demam biasanya diberi antipiretik juga.
33
Apakah semua subyek penelitian
diperhitungkan dalam kesimpulan ?
Tidak, karena dari 438 subyek penelitian yang masuk dalam penelitian ini terdapat 15
subyek yang di dropout karena tidak patuh dan hilang dari follow up.
34
Terima Kasih