Title : Prophylactic Antipyretics for Prevention of Febrile Seizures Following Vaccination
(Antipiretik Profilaksis untuk Mencegah Kejang Demam Paska Vaksinasi) Author : Nicholas Monfries & Ran D. Goldman Resume : Penelitian yang dilakukan dengan membandingkan acetaminophen profilaksis (15- 20mg/kg setiap 4 jam) dengan acetaminophen secara sporadik (15-20 mg/kg hanya untuk suhu >37.9C) pada anak-anak berusia 6-60 bulan dengan kejang demam sederhana mendapatkan hasil statistik yaitu tidak terdapat perbedaan secara signifikan pada angka kejang demam berulang (7.5% dan 9.8%). Penelitian lain, secara Randomized Controlled Trial menyimpulkan bahwa acetaminophen (10 mg/kg hingga 4 kali per hari untuk suhu >40 0) tidak mencegah kejang demam berulang pada anak-anak. Angka berulangnya kejadian untuk setiap kelompok (placebo dan placebo, placebo dan acetaminophen, diazepam dan acetaminophen, serta diazepam dan diazepam) adalah 8.2%, 5.2%, 9.9% dan 11.5% secara berturut-turut. Oleh karena itu, fakta membuktikan bahwa acetaminophen tidak efektif di dalam mencegah berulangnya kejang demam. Antipiretik profilaksis yang digunakan untuk mengurangi resiko kejang demam pada populasi anak-anak yang telah mendapatkan vaksinasi memiliki resiko berkurangnya respon imunitas terhadap antibodi pada vaksin itu sendiri (Prymula et al cit., Monfries & Goldman 2017). Sebuah Systematic Review melaporkan bahwa efek penggunaan antipiretik profilaksis dan kejadian pasca vaksinasi pada anak-anak <6 tahun yaitu secara signifikan mengurangi level antibodi pasca vaksinasi pada pasien yang diberikan acetaminophen sendiri atau dengan kombinasi ibuprofen pada waktu vaksinasi diphtheria (DtaP atau whole-cell pertussis), baik diberikan secara tunggal atau dengan vaksin pneumococcal dan vaksin Haemophilus influenzae tipe B (Dass cit., Monfries & Goldman 2017). JURNAL PENDUKUNG TERAPI KEJANG DEMAM II
Title : New Guidelines for Management of Febrile Seizures in Japan
(Pedoman Baru untuk Manajemen Kejang Demam di Jepang) Author : Jun Natsume, Shin-ichiro Hamano, Kuniaki Iyoda, Hideaki Kanemura, Masaya Kubota, Masakazu Mimaki, Shinichi Niijima, Takuya Tanabe, Harumi Yoshinaga, Noriko Kojimahara, Hirohumi Komaki, Kenji Sugai, Tokiko Fukuda, Yoshihiro Maegaki, Hideo Sugie. Resume : Profilaksis dengan Diazepam diperlukan untuk anak yang memiliki resiko kejang demam berulang. Berdasar penelitian terhadap 428 anak dengan kejang demam pertama, maka prediktor kejang demam berulang yaitu sebagai berikut : onset pada usia dini, riwayat kejang demam pada suhu awal relatif, demam dengan suhu yang cenderung rendah pada saat di UGD serta durasi singkat antara demam dan awal terjadinya kejang (Berg et al cit., Natsume et al 2017). Selain itu, penelitian pada 260 anak secara prospektif dengan kejang demam pertama didapatkan faktor prognosis untuk kejang demam berulang yaitu sebagai berikut : onset usia dini, riwayat keluarga dengan kejang demam, riwayat perinatal abnormal, kejang demam pada kenaikan temperatur suhu yang rendah, kejang demam rekuren dengan penyakit yang sama, bangkitan fokal atau parsial pada kejang demam dan demam yang sering atau berulang (Pavlidou et al cit., Natsume et al 2017). Kriteria penggunaan profilaksis Diazepam : anak-anak dengan riwayat kejang demam yang berakhir 15 menit atau lebih, anak-anak dengan kejang demam berulang dan 2 dari faktor resiko berikut : bangkitan kejang fokal atau kejang berulang dalam 24 jam, abnormalitas neurologi yang sudah ada atau keterlambatan perkembangan, riwayat keluarga dengan kejang demam/epilepsi, usia kurang dari 12 bulan, kejang dalam 1 jam setelah mulai demam dan kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 380. Tidak ada satupun penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara insidensi pasien kejang demam berulang yang diberikan dengan yang tidak diberikan antipiretik, sehingga dapat disimpulkan penggunaan antiperetik tidak mempengaruhi insidensi kejang demam. Indikasi pemberia antipiretik ialah bagi anak-anak tanpa riwayat kejang demam untuk meningkatkan kenyamanan pasien serta kondisinya secara umum.