Anda di halaman 1dari 33

Jurnal

Reading
Farah Amalia (15711225)
DM FK UII RSUD SRAGEN
PICO
P Pasien Bakterial Meningitis

I Faktor Risiko

C -

O Terjadinya Kejang
Identitas
Jurnal
Resume Jurnal
Pendahuluan
Meningitis bakteri yang didapat dari komunitas
(CABM) adalah penyakit yang merusak dan seringkali
berakibat pada kondisi yang fatal .

Kejang sering terjadi pada CABM dan telah dikaitkan


dengan peningkatan kasus yang fatal. Patogenesis
kejang di CABM mungkin melibatkan eksitasi
neuronal inflamasi, nekrosis dan peningkatan tekanan
intrakranial.

Beberapa penulis menganjurkan pemberian terapi


antikonvulsif secara rutin pada pasien dengan dugaan
meningitis pneumokokus terlepas dari apakah telah
terjadi kejang atau tidak. Namun, tidak diadopsi oleh
kebanyakan prodoman.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa risiko yang telah ditentukan Insert Your Image
sebelumnya terhadap efek prognostic kejang pada pasien dewasa
dengan CABM.

Insert Your Image


Metode Penelitian
Design Penelitian
Observational cohort studies

Jumlah sampel
358

Setting
Denmark

Objek
Pasien dewasa dengan CABM
Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi


Pasien dengan usia> 15 tahun • Pasien bedah saraf sebelumnya
dengan presentasi klinis CABM dan • Abses otak primer
setidaknya satu dari kriteria berikut: • Meningitis bakteri yang didapat di
1. Kultur CSF yang positif. rumah sakit
2. Kultur darah positif dan pleositosis
LCS> 10 leukosit / mL.
3. Adanya bakteri pada pewarnaan
Gram CSF.
4. Deteksi non-kultur bakteri dalam
CSF dengan berbasis PCR teknologi
atau analisis antigen.
Place Your Picture Here
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yakni:

• Rekam medis untuk memeriksa karakteristik dasar


termasuk riwayat pasien, gejala dan tanda saat masuk,
waktu diagnosis (saat masuk atau setelahnya)
• pengobatan deksametason adjuvant
• hasil laboratorium (biokimia, radiologi, mikrobiologi).
• hasil radiologi, dengan deskripsi ahli radiologi.
• Idefinisikan gangguan kekebalan sebagai adanya salah
satu komorbiditas berikut: penyalahgunaan alkohol,
asplenia, diabetes mellitus, gangguan ginjal, sirosis
hati, terapi imunosupresif (misalnya, kemoterapi atau
prednisolon dosis tinggi), kanker padat atau
hematologis.
Place Your Picture Here

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yakni:

• Grafik observasi diperoleh untuk pasien yang dirawat di


unit perawatan intensif (ICU).
• Untuk pasien dengan kejang, kami memasukkan
riwayat gangguan kejang, penggunaan terapi
antikonvulsif serta jenis, hari dan kejadian kumulatif
kejang selama masuk untuk CABM.
• Electroencephalographs (EEGs) tidak tersedia dalam
rekam medis. Kami menggunakan skor Skala Hasil
Glasgow (GOS) saat keluar untuk menilai hasil dan
mengkategorikan skor GOS 5 sebagai hasil yang
menguntungkan, sementara GOS 1-4 dianggap
sebagai hasil yang tidak menguntungkan.
Analisi Statistik

Data baseline disajikan dalam tabel


kontingensi. Variabel kategori disajikan
sebagai proporsi dengan persentase (%)
dan diperiksa dengan uji pasti Fisher atau
Χ2, sedangkan variabel kontinu disajikan
sebagai median dengan IQR dan
dibandingkan dengan uji U Mann-Whitney.
Peneliti menggunakan STATA MP V.15.1
untuk semua analisis statistik.
Pengukuran hasil primer dan sekunder
Pada kohort derivasi, peneliti menggunakan regresi
Poisson yang telah dimodifikasi untuk menghitung risiko
relatif yang disesuaikan (RR) dengan interval
kepercayaan(CI) 95% untuk faktor risiko yang telah
ditentukan untuk kejang pada CABM. Variabel factor
risiko yang dianalisis terdiri dari :

- Usia> 65 tahun,
- Imunocompromised ,
- etiologi pneumokokus,
- waktu terapi antibiotik untuk CABM dalam 2 jam
setelah masuk,
- pengobatan deksametason tambahan
- pencitraan kranial abnormal.

Untuk resiko kematian dan satus fungsional dinilai


dengan Glasgow Outcome Scale score (1-4).
Selanjutnya, hasil divalidasi dalam kohort validasi.
Karakteristik pasien dengan
CABM Hasil Penelitian
Lanjutan…
Patogen penyabab
CABM
Cranial imaging
pada CABM
Skala Hasil Glasgow
pada pasien CABM
Analisis Univariat untuk
factor risiko kejang
Analisis Multivariat untuk
factor risiko kejang
Pembahasan
Perbandingan dengan Penelitian Laian

Sebuah studi observasional prospektif di Belanda meneliti 696 episode dari CABM dari tahun
1998 hingga 2002 dan menemukan bahwa 121 (17%) pasien mengalami kejang selama infeksi, 1
yang identik dengan temuan dalam penelitian kami. Mereka juga mengamati beberapa perbedaan
antara pasien dengan dan tanpa kejang dengan analisis univariat, misalnya, dalam biokimia CSF.
Namun, dalam analisis multivariabel, hanya immunocompromise dan pneumococcal meningitis
tetap sangat terkait dengan kejang kapan saja dengan tambahan kelainan serebral fokal
(didefinisikan sebagai afasia, monoparesis, hemiparesis atau quadriparesis) untuk kejang setelah
48 jam masuk. Kelainan serebral fokal mungkin berkorelasi dengan infark, antara pasien dengan
kejang dibandingkan dengan pasien tanpa kejang (20% vs 11%). Dalam penelitian kami, infark
otak ditemukan pada 26% pasien CABM dengan kejang dan 11% tanpa kejang. Dua penelitian
lain melaporkan kejang lebih sering terjadilansia (masing-masing> 65 dan 60 tahun)
dibandingkan pada pasien CABM yang lebih muda.
Pada penelitian Aronin oleh (1998) , berdasarkan 176
pasien dengan CABM dari tahun 1970 sampai 1995
menunjukkan gejala peningkatan risiko kematian di rumah
sakit atau defisiti neurologis.saat pulang pada pasien
dengan kejang saat masuk (OR 4,42, 95% CI 1,56 sampai
12,48).

Pada penelitian Durand oleh (1993) juga mengamati


peningkatan risiko kematian di rumah sakit dalam analisis
univariat pasien meningitis bakterial dengan kejang dalam
24 jam setelah masuk (RR 4.0, 95% CI 2.8 sampai 5.8).

Pada penelitian oleh Cabellous (2009) menemukan kejang


yang terjadi setelah memulai pengobatan untuk CABM
pada pasien lanjut usia dikaitkan dengan kematian di
rumah sakit (OR 6,8, 95% CI 1,7-27).
Implikasi
• Meskipun mortalitas kejang pada pasien dengan CABM tinggi, kausalitas tidak dapat disimpulkan
dengan studi observasional. Oleh karena itu, pengobatan antikonvulsif rutin untuk pasien dengan
CABM tidak disarankan untuk saat ini.

• Perawatan anti-inflamasi yang berkepanjangan atau intensif dapat dipertimbangkan dalam studi
eksperimental di masa depan jika vaskulitis serebral infeksius dipastikan sebagai kontributor penting
untuk infark, kejang dan hasil yang fatal pada sebagian besar pasien dengan meningitis pneumokokus.

• Penelitian ini dikonfirmasi dalam kohort prospektif terpisah, dan karakteristik yang terkait dengan
risiko kejang dan didapatkan hasil yang merugikan, bersama dengan temuan dalam penelitian lain,
membantu menentukan populasi pasien yang memenuhi syarat untuk uji klinis obat anti-epilepsi
profilaksis pada orang dewasa dengan CABM
Kesimpulan
Etiologi pneumokokus, immunocompromise dan pencitraan
kranial abnormal menjadi faktor risiko terjadinya kejang pada
pasien dengan CABM. Kejang sangat kuat terkait dengan
kematian dan hasil yang tidak menguntungkan.
Critical Apprisal
1. Apakah penelitian membahas permasalahan 2. Apakah metode penelitian cohort dipilih dengan
secara jelas dan terfokus? tepat?

Penelitian ini membahas mengenai factor


risiko terkait terjadinya kejang
Pemilihan subyek berdasarkan status paparannya
atau factor risiko, kemudian dilakukan pengamatan
atau pencatatan apakah subyek dalam
perkembangannya mengalami kejang atau tidak
3.Apakah pengukuran paparan dalam penelitian 4.Apakah pengukuran paparan outcome dalam
dilakukan dengan akurat untuk menghindari penelitian dilakukan dengan akurat untuk
bias? menghindari bias?

Ya, Untuk menghindari bias telah dilakukan


analisis univariat dan dilanjutkan multivariate Pengukuran outcome menggunakan Glasgow
analisis. Dengan pengukuran klinis yang outcome scale score
dilakukan oleh dokter, pemeriksaan penunjang
laboraturium, gambaran radiologi yang telah
dibacakan oleh radiologis,
5. (a)Apakah peneliti mengidentifikasi semua factor 5. (b). Apakah peneliti memperhitungkan faktor
perancu ? perancu dalam desain dan / atau analisis?

Semua confounding factor diidentifikasi dan


dianalisis dalam multivariate analisis dengan Semua confounding factor diidentifikasi dan
regresi Poisson yang telah dimodifikasi untuk dianalisis dalam multivariate analisis
menghitung risiko relatif yang disesuaikan (RR)
dengan interval kepercayaan(CI) 95%
6. (a). Apakah follow up subjek lengkap dan memadai? 6. (b) Apakah follow up subjek cukup lama?

Ya, pada penelitian ini menggabungkan dua kohort


retrospektif pasien dewasa dengan CABM dari
Wilayah Utara Denmark (1998-2014) dan Rumah
Ya, cukup lama. Namun pada kelompok kohort
Sakit Nordsjællands dan Hvidovre (2003-2014).
prospektif untuk validasi tidak.
Kemudian divalidasi pada kelompok studi Denmark
(DASGIB) dari tahun 2015 hingga 2017
7. Apakah hasil dari penelitian ini ? 8. Apakah hasil penelitian dapat dinilai akurat dan
tepat?

Ya, akurat karena penelitian menggunakan


cohort study dan pengukuran jelas
menggunakan GOS Score. Dilihat berdasarkan
confident interval dan pada penelitian ini
confounding factor dianalisis dengan analisis
multivariate
10. Dapatkah hasil penelitian di aplikasikan pada
9. Apakah hasilnya dapat di percaya?
populasi local ?

Ya karena diperhitungkan risiko relatif (RR) Karena karakteristik dasar subjek yang
yang disesuaikan dengan interval digunakan dapat dijumpai di Populasi lokal
kepercayaan(CI) 95%
11. Apakah hasil penelitian mendukung penelitian 12.Apa implikasi penelitian ini pada parktik?
terdahulu?
Thank You
Insert the Sub Title of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai