REPUBLIK INDONESIA
PROPOSAL
ESAI STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI (SSDN)
PROVINSI SULAWESI SELATAN
(GATRA SOSIAL BUDAYA)
OLEH:
Dr. Siti Nur Azizah, S.H., M.Hum.
NOMOR PESERTA: 078
1
Badan Pusat Statistik, Potret Awal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals) di Indonesia, (Jakarta: Kajian Indikator Lintas Sektor, 2016), hlm. 12
1
pemerintahan daerah, sehingga harus mampu secara aktif
memanfaatkan dan memberdayakan potensi yang dimilikinya untuk
memajukan kemajuan daerah itu sendiri.
Kebijakan pemerintah Sulawesi Selatan khususnya Dinas
Kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ditujukan
untuk mengatasi beberapa permasalahan utama di Sulawesi Selatan
dalam bidang kesehatan. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terus
berupaya untuk meningkatkan kinerja pembangunan kesehatan di
Sulawesi Selatan melalui pelaksanaan Misi Pertama dan Misi
Keempat. Misi pertama dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan
pelayanan publik bidang kesehatan dengan mewujudkan
kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana dan kedaruratan
melalui peningkatan dan pengembangan layanan Brigade Siaga
Bencana (BSB), penanganan dampak krisis akibat bencana dan
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB). Selanjutnya peningkatan
akuntabilitas perangkat daerah dengan tujuan meningkatnya
akuntabilitas kinerja, perencanaan dan pengelolaan keuangan
perangkat daerah, yang dilaksanakan melalui peningkatan
akuntabilitas perangkat daerah dan sumber daya manusia aparatur
dan peningkatan Kapasitas kelembagaan, koordinasi dan kompetensi
sumber daya manusia.2
Selain itu, salah satu program dalam pelayanan kesehatan
adalah layanan kesehatan inklusif. Pelayanan kesehatan yang inklusif
berarti bahwa rumah sakit harus mengakomodasi semua anggota
masyarakat, tanpa memandang kondisi fisik, sosial, emosional, bahasa
atau kondisi lainnya, termasuk penyandang disabilitas. 3 Konsekuensi
2
Warsilah Henny, Pembangunan Inklusif dan Kebijakan Sosial di Sulawesi Selatan,
(Jakarta: Yayasan Pusataka Obor Indonesia, 2017), hlm. 23
3
Dinas DikBud Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Bidang PK-PLK, 2015.
2
logis dari hak-hak anak ini adalah bahwa semua orang berhak atas
pelayanan ramah yang tidak didiskriminasi berdasarkan kecacatan,
ras, agama, bahasa, jenis kelamin, kemampuan, dll. Layanan
kesehatan inklusif bertujuan untuk mengembangkan kerangka kerja
konseptual dan kebijakan yang koheren, disesuaikan dengan kondisi
lingkungan, untuk memungkinkan semua masyarakat memiliki akses
yang sama ke layanan kesehatan.4
Terkait pengaturan hukum layanan kesehatan inklusif, Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2006 tentang Kesehatan, Pasal 139
menyebutkan,”Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan memfasilitasi penyandang disabilitas untuk
dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekomonis.”
Ini artinya, terdapat sebuah jaminan yang sudah seharusnya
didapatkan oleh masyarakat difabel terkait bentuk layanan kesehatan
serta fasilitasnya.
Berdasarkan masalah tersebut, Studi Strategis Dalam Negeri
(SSDN) merupakan salah satu program untuk meningkatkan
kemampuan analisis para peserta PPRA LXIII Lemhannas RI Tahun
2022 terhadap permasalahan-permasalahan Nasional yang terjadi di
provinsi-provinsi di seluruh Indonesia, salah satunya adalah Provinsi
Sulawesi Selatan. Sesuai dengan topik yang diberikan yaitu Gatra
Sosial Budaya, maka penulis memilih judul esai perorangan dalam
kegiatan SSDN di Provinsi Sulawesi Selatan adalah “Strategi
Peningkatan Inklusifitas Layanan Publik Kesehatan Di Sulawesi
Selatan Guna Memperkokoh Ketahanan Sosial Budaya”.
4
Mudjito, AK., Harizal., H & Elfindri. E, Pendidikan Inklusif Baduose. (Jakarta: Media,
2012), hlm. 32
3
B. Rumusan Masalah
Essai ini akan mengupas tentang bagaimana strategi Pemerintah
Sulawesi Selatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Oleh karena itu, rumusan masalah yang lebih rinci
dari tema tersebut adalah “Bagaimana strategi peningkatan inklusifitas
layanan publik kesehatan di Sulawesi Selatan guna memperkokoh
ketahanan sosial budaya?”
C. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian dalam essai ini akan memfokuskan
pada beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa tujuan diselenggarakannya pelayanan kesehatan inklusif?
Apakah tujuan tersebut sudah terealisasikan di Indonesia
khususnya daerah Sulawesi Selatan?
2. Bagaimana menciptakan Indonesia yang inklusif, dimana orang-
orang bisa bercerita dan berdiskusi terkait kesehatan mental tanpa
takut akan stigma dan diskriminasi?
3. Bagaimana mengatasi keterbatasan informasi yang inklusif
mengenai layanan kesehatan?
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penulisan essai gatra ekonomi SSDN
PPRA LXII di Provinsi Banten ini akan dibatasi pada aspek kebijakan
dan tata kelola Pemerintah Provinsi Slawesi Selatan dalam penanganan
pekayanan kesehatan, khususnya dalam hal strategi Peningkatan
Inklusifitas Layanan Publik Kesehatan Di Sulawesi Selatan Guna
Memperkokoh Ketahanan Sosial Budaya.
4
E. Kerangka Teori
Untuk menganalisis data yang didapat, tulisan esai ini akan
menggunakan gabungan teori ketahanan nasional dan teori strategi
pelayanan.
Ketahanan nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang
harus diwujudkan. Suatu kondisi kehidupan yang dibina secara dini
terus menerus dan sinergik, mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan,
daerah dan nasional bermodalkan keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional. Proses
berkelanjutan untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan
berdasarkan pemikiran geostrategi berupa suatu konsepsi yang
dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan kondisi bangsa dan
konstelasi geografi Indonesia. Konsepsi tersebut dinamakan konsepsi
ketahanan nasional yang dijabarkan melalui Trigatra dan Pancagatra
atau Astragatra. Ketahanan bangsa Indonesia dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya, merupakan resultante dari seluruh gatra-gatra
dalam aspek kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Menurut Gregorius Chandra, dalam memberikan pelayanan perlu
memperhatikan elemen-elemen pelayanan yaitu Tangibles (berwujud),
Reliability (keandalan), Responsiveness (daya tanggap), Assurance
(jaminan) dan Emphaty (empati).5
5
Gregorius Chandra, Strategi dan Program Pemasaran, (Yogyakarta: Andi Offset,
2005), hlm. 8-9.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Husein Umar, Desain Penelitian Manajemen Strategik, (Jakarta: Raja Grafindo,
2010), hlm. 17
7
Ibid
6
yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat, termasuk
penyediaan sarana dan prasarana kesehatan untuk mempermudah
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Hal ini diatur
dalam UU No. 36 tentang Kesehatan. Dalam hal ini, pemerintah
berkewajiban dan bertanggung jawab penuh untuk mengelola semua
perlengkapan higiene yang diperlukan untuk higiene, termasuk spesialis
di bidang kesehatan, fasilitas (termasuk teknologi pendukung), dan obat-
obatan untuk pelayanan kesehatan. Menurut Soekidjo Notoatmodjojo,
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan secara bersama-sama
oleh pemerintah dan swasta, yaitu pihak-pihak yang secara bersamaan
menyediakan fasilitas kesehatan, antara lain rumah sakit, puskesmas,
poliklinik, balai bersalin, dll.8
Dinas Kesehatan Pemerintah Sulawesi Selatan dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ditujukan untuk mengatasi
beberapa permasalahan utama di Sulawesi Selatan dalam bidang
kesehatan. Selama kurun waktu tahun 2020, Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan terus berupaya meningkatkan kinerja pembangunan
kesehatan di Sulawesi Selatan melalui pelaksanaan program-program
prioritas dan didukung program lainnya yang secara sinergis
dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Pembangunan
kesehatan juga dilakukan melalui upaya peningkatan akuntabilitas,
perencanaan dan pengelolaan keuangan perangkat daerah,
peningkatankompetensi sumber daya manusia aparatur dan peningkatan
Kapasitas kelembagaan.
Pemerintah Sulawesi Selatan menjadikan penanggulangan krisis
kesehatan sebagai salah satu prioritas pelayanan publik bidang
kesehatan dengan meningkatkan dan mengembangkan pelayanan
8
Soekidjo Notoatmodjojo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2007).
7
Brigade Siaga Bencana (BSB) untuk mengatasi dampak krisis. Bencana
dan Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB). Dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan masyarakat yang berisiko bencana dan krisis
kesehatan, pengadaan ambulans darat dan ambulans laut untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat untuk memfasilitasi layanan evakuasi,
transportasi bencana dan rujukan kesehatan kepada korban krisis,
Prioritas diberikan ke daerah terpencil, pedalaman, wilayah pesisir dan
pulau.
Sekaitan dengan penanganan KLB, pada awal tahun 2020,Dunia
diperhadapkan pada wabah Covid-19 yang hingga sekarang masih
berlangsung. Kasus Covid-19 secara resmi dilaporakan terjadi di Provinsi
Sulawesi Selatan pada tanggal 19 Maret 2020, sejalan dengan waktu
Jumlah kasus Positif covid-19 semakin bertambah, hingga pada tanggal
31 Desember 2020 jumlah kasus yang dilporkan adalah 31.597 kasus.
Walaupun Provinsi Sulawesi Selatan telah on-track dalam penanganan
Covid-19, namun untuk mempercepat penanganan covid-19 di Provinsi
Sulawesi Selatan, ada bebarapa strategi yang telah dilakukan untuk
penanganan Covid-19. Strategi tersebut dinamakan TRISULA yaitu
aggressive testing, contact tracing dan edukasi massif perubahan
perilaku.
8
Dalam konteks ini, Pemerintah Sulawesi Selatan memberikan
fasilitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan terus
meningkatkan kualitas dan kuantitas dengan tetap memperhatikan
kemudahan akses pelayanan kesehatan. Jumlah Puskesmas sebagai
sarana pelayanan kesehatan dasar semakin meningkat dari tahun ke
tahun, dengan tujuan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh
masyarakat dan merata hingga ke pelosok. Per Desember 2019, jumlah
Puskesmas di Sulawesi Selatan sebanyak 459 unit, terdiri dari 304
Puskesmas Keperawatan dan 155 Puskesmas Non Pemeliharaan.
Kehadiran Puskesmas didukung oleh 1.321 Puskesmas Pembantu. 9
Dari sisi pelayanan rujukan, dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit, juga terdapat beberapa pekerjaan standardisasi
pelayanan medis, antara lain perpanjangan kebijakan izin
penyelenggaraan rumah sakit, mewajibkan rumah sakit terkait untuk
diakreditasi, yang diharapkan dapat meningkat. persentase rumah sakit
yang terakreditasi. Jumlah rumah sakit di Sulawesi Selatan sebanyak
114, terdiri dari 2 Rumah Sakit Pemerintah Pusat (Kemenkes), 2 Rumah
Sakit Pendidikan, 7 Rumah Sakit Pemerintah Provinsi, 34 Rumah Sakit
Pemerintah Kabupaten/Kota, 8 Rumah Sakit TNI/Polri, dan 61 Rumah
Sakit Swasta. Hingga akhir tahun 2020, total 94 rumah sakit di Sulawesi
Selatan telah diakui negara, termasuk 45 rumah sakit pemerintah/militer
dan polisi dan 49 rumah sakit swasta.
Prioritas pembangunan kesehatan lainnya adalah pembangunan
rumah sakit kabupaten, dengan tujuan membangun dan meningkatkan 6
rumah sakit kabupaten pada tahun 2023. Mengembangkan sarana dan
prasarana pelayanan kesehatan sekunder (rumah sakit) yang berstandar
yang diharapkan dapat menjadi pusat rujukan pelayanan primer di
wilayah sekitarnya, terutama kegawatdaruratan yang memerlukan akses
9
Laporan Kinerja (LKJ) Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel TA. 2019, hlm. 5
9
cepat dan memberikan pengobatan/pertolongan yang tepat bagi
masyarakat di daerah terpencil akses kesehatan yang terbaik layanan,
termasuk rujukan perbatasan regional.
Fasilitas yang ada di setiap Rumah Sakit sudah cukup memadai
dan sudah sesuai dengan standar, hal ini dikarenakan setiap alat-alat
kesehatan yang digunakan secara rutin di kalibrasi oleh bagian IPSRS
(bengkel Rumah Sakit) sehingga kondisinya menjadi lebih terkontrol dan
jika ada alat yang sudah tidak layak pakai menjadi lebih mudah diketahui
secara dini. Namun ada beberapa rumah sakit yang fasilitas ruang inap,
kasus, kamar mandi, ruang lab serta ketersediaan obat-obatan
dipandang perlu peningkatan ke taraf yang lebih maksimal demi
pelayanan kesehatan yang semakin baik. Di samping hal di atas fasilitas
yang menunjang informasi kepada masyarakat juga tersedia dengan
lengkap mulai dari papan pengumuman hingga media audio visual yang
digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai syarat dan prosedur
pelayanan kesehatan.
C. Reliability: Kehandalan
Setiap tenaga kesehatan harus mampu memberikan kinerja
pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang semakin meningkat memungkinkan
tenaga kesehatan memiliki kapasitas yang cukup untuk menjawab
tingginya permintaan pelayanan kesehatan di masyarakat. Kompetensi
setiap pegawai mengacu pada kemampuan untuk memberikan
pelayanan yang dijanjikan secara tepat waktu dan tepat serta memenuhi
kebutuhan masyarakat, seperti menyelesaikan pelayanan yang
diharapkan masyarakat tepat waktu, cepat dan tepat.
Sumber daya manusia yang memadai merupakan salah satu
masalah yang terkadang terkesan menghambat pelayanan kesehatan
10
rumah sakit. Kompetensi tenaga kesehatan perlu ditingkatkan untuk
meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan. Untuk itu, tenaga
kesehatan di setiap rumah sakit telah menjalani berbagai pelatihan dan
workshop untuk meningkatkan kemampuannya dalam mendukung
pelayanan kesehatan. Upaya penyediaan tenaga kesehatan dipandang
sebagai upaya yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan dengan meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan. Tenaga
kesehatan yang lebih baik diharapkan dapat menciptakan pelayanan
kesehatan yang lebih baik di setiap rumah sakit.
11
membantu masyarakat terutama dalam pengurusan prosedur dan syarat
pengajuan rawat jalan. Masyarakat melihat para petugas kesehatan di
rumah sakit selalu konsisten dan sabar dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat baik itu yang muda ataupun tua. Hal seperti ini perlu
dipertahankan agar masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang
memadai.
12
469.087.484.100,- Rincian Provinsi (40%) Rp. 187.634.993.600,- dan
60% dari realisasi yang dibiayai (Kabupaten/Kota) adalah Rp.
281.452.490.400.-.
Dari ringkasan laporan kabupaten/kota, per Desember 2019,
terdapat 10.120.805 kunjungan menggunakan layanan skema JKN di
fasilitas kesehatan primer (Puskesmas), sedangkan data kunjungan di
luar puskesmas (Dokter Gigi, Dokter Umum), klinik pratama, dan
laboratorium) hingga 1.735.853. Jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak
802.442 rujukan, pasien rawat inap 550.143, kunjungan rawat jalan
2.692.980, dan kunjungan rawat jalan peserta sehat sebanyak 3.243.123
kunjungan pada tahun 2019.
F. Emphaty
Kesadaran petugas pelayanan kesehatan dalam kewajiban
memberikan pelayanan yang baik merupakan suatu hal yang harus
dimiliki oleh para petugas. Kesadaran yang baik tentu diharapkan mampu
meningkatkan kinerja petugas pelayanan kesehatan, dikarenakan para
petugas menyadari apa yang menjadi tanggung jawab dirinya.
Sebagai wujud simpati kepada tenaga kesehatan, dalam
meningkatkan kesehatan keluarga dalam rangka upaya penanggulangan
stunting, gizi buruk dan gizi buruk telah dilaksanakan program prioritas
lainnya yaitu Kampanye Peningkatan Gizi 1000 hari pertama kehidupan
anak atau Gerakan 1000 Hari Kelahiran (HPK) pertama. Penguatan
komitmen terhadap rencana aksi percepatan perbaikan gizi dari usia
kehamilan 1.000 hari hingga usia 2 tahun, termasuk upaya penurunan
jumlah kasus kematian ibu dan anak, tetapi juga melalui pendekatan A
continuum of care bagi remaja (laki-laki dan perempuan berpotensi
melahirkan). ) untuk menyediakan dan meningkatkan kualitas layanan.
13
Dalam pengendalian penyakit menular dan tidak menular juga
memberikan kontribusi terhadap pembangunan pelayanan kesehatan di
Sulawesi Selatan, dan angka kejadian TB 205/100.000 penduduk pada
tahun 2020 masih di bawah batas target (207/100.000 penduduk).
deteksi/tingkat kejadian 0,17/1.000 penduduk penyakit malaria (API)
masih jauh di bawah angka target 1/1.000 penduduk. Demikian pula di
bidang sanitasi di Sulawesi Selatan, cakupan pemantauan kualitas air
minum mencapai 89,96%, dan cakupan fasilitas sanitasi dasar
masyarakat mencapai 98,99%, melebihi target 2020..
Dari segi ketenagaan, hingga tahun 2020 pemenuhan rasio tenaga
kesehatan di Sulawesi selatan sdh mencapai 70%, dengan rasio Dokter
Umum sebesar 18/100.000 penduduk artinya setiap 100.000 penduduk
Sulawesi Selatan dilayani 18 dokter umum, rasio dokter spesialis 16 per
100.000 penduduk, rasio dokter gigi 7 per 100.000 penduduk, rasio
perawat 89 per 100.000 penduduk, rasio bidan 54 per 100.000 penduduk,
rasio ahli gizi 10 per 100.000 penduduk, rasio ahli sanitasi 8 per 100.000
penduduk, rasio apoteker 10 per 100.000 penduduk dan rasio tenaga
kesehatan masyarakat 17 per 100.000 penduduk.
14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pelayanan publik di bidang kesehatan merupakan salah satu
kebutuhan yang sangat penting bagi suatu masyarakat. Kesehatan
merupakan salah satu aspek penting dari suatu negara. Bahkan
kesehatan masyarakat suatu negara menjadi salah satu tolak ukur
kesejahteraan negara tersebut. Namun kenyataannya, sulit bagi institusi
kesehatan dari semua unit untuk mendapatkan pelayanan yang baik.
Jumlah penduduk yang besar mengakibatkan biaya yang besar bagi
negara, dan negara hanya memiliki sedikit sumber pendanaan untuk
pelayanan publik di bidang kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan
langkah-langkah strategis untuk menghadapinya.
Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan bertujuan untuk mengatasi
beberapa permasalahan utama di bidang kesehatan Sulawesi Selatan
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Selama tahun 2020,
Pemerintah Sulawesi Selatan terus berupaya meningkatkan kinerja
pembangunan kesehatan di Sulawesi Selatan melalui pelaksanaan
proyek-proyek prioritas dan dukungan dari proyek-proyek lain yang
dilaksanakan secara bersama-sama untuk meningkatkan hasil
kesehatan. Pembangunan kesehatan juga ditempuh melalui upaya
penguatan akuntabilitas, perencanaan dan pengelolaan keuangan
kelembagaan daerah, peningkatan kapasitas sumber daya manusia
kelembagaan, dan peningkatan kapasitas kelembagaan.
Pemerintah Sulawesi Selatan menjadikan tanggap krisis
kesehatan sebagai salah satu prioritas pelayanan publik bidang
kesehatan dengan meningkatkan dan mengembangkan layanan Brigade
Kesiapsiagaan (BSB) untuk mengatasi dampak krisis. Bencana dan
15
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB). Dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan masyarakat yang berisiko bencana dan krisis
kesehatan, pengadaan ambulans darat dan ambulans laut untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat untuk memfasilitasi layanan evakuasi,
transportasi bencana dan rujukan kesehatan kepada korban krisis,
Prioritas diberikan ke daerah terpencil, pedalaman, wilayah pesisir dan
pulau.
B. Saran
Untuk melengkapi strategi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang inklusif, ada
beberapa saran nampaknya perlu dilakukan atau diperkuat (jika ternyata
sudah dijalankan programnya) oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/
Kota untuk memperkuat pelayanan kesehatan, sebagai berikut:
1. Melakukan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
2. Melakukan Sosialisasi Tatalaksana dan Diagnosa DBD/Penyakit
Arbovirosis Lainnya Bagi Tenaga Dokter (DAK).
3. Menyediakan Intervensi Gizi pada Ibu Hamil dalam Rangka
Pananggulangan Stunting.
4. Memberikan Pelatihan Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Bagi
Tim Asuhan Gizi Puskesmas Dan Rumah Sakit (DAK) kepada
petugas rumah sakit dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
16
Gregorius Chandra, Strategi dan Program Pemasaran, (Yogyakarta: Andi
Offset, 2005).
Husein Umar, Desain Penelitian Manajemen Strategik, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2010), hlm. 17
Laporan Kinerja (LKJ) Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel TA. 2019, hlm. 5
Mudjito, AK., Harizal., H & Elfindri. E, Pendidikan Inklusif Baduose. (Media:
Jakarta, 2012i, hlm. 32
Soekidjo Notoatmodjojo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2007).
Warsilah Henny, Pembangunan Inklusif dan Kebijakan Sosial di Sulawesi
Selatan, (Jakarta: Yayasan Pusataka Obor Indonesia, 2017).
17
ALUR PIKIR
Keterangan:
Semakin Optimal Strategi ini
maka pelayanan kesehatan
Rumusan Masalah: akan semakin baik dan prima
Strategi Pemprov Sulsel dalam
meingkatkan inklusifitas
pelayanan kesehatan. Tangible:
Pembangunan Rumah
Sakit, Rawat Inap, Kasur
Pasie, dll
Realibility:
Pelatihan dan Seminar
untuk Meningkatkan
Kompetensi.
Responsiveness:
Kerangka Teori: Pemberian Pelayanan
1. Ketahanan Sosial sesuai SOP.
2. Startegi Pelayanan
Assurance:
Pelayanan Kesehatan
Gratis dari Program JKN.
Emphaty:
Gerakan 1000 Hari
Pertama Kelahiran
(HPK).
Rekomendasi Esai:
Peningkatan Pelayanan
Kesehatan. Pelayanan
Sosialisasi Tatalaksana dan Kesehatan Inklusif
Diagnosa DBD
18