Anda di halaman 1dari 25

Prosiding

Seminar Nasional Ternak Babi


dan Kongres I AITBI

Sumbangan Peternakan Babi dalam Pemenuhan Kebutuhan


Pangan Nasional dan Mendorong Peluang Ekspor
Denpasar, 4-5 Agustus 2015

Penyunting:
Komang Budaarsa
I Gede Mahardika
I Wayan Suarna
N. Sadra Dharmawan
I. B. Komang Ardana
I N. Tirta Ariana
N. N. Suryani
N. L. P. Sriyani
N. L.G Sumardani

Diterbitkan Oleh:

Fakultas Peternakan Universitas Udayana


Denpasar – Bali 80232
Telp./Fax. (0361) 222096-235231
email: semnasbabi.unud@yahoo.co.id

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA


2016

i
Prosiding Seminar Nasional Ternak Babi dan Kongres I AITBI

Sumbangan Peternakan Babi dalam Pemenuhan


Kebutuhan Pangan Nasional dan Mendorong
Peluang Ekspor

Fakultas Peternakan Universitas Udayana


Denpasar – Bali 80232
Telp./Fax. (0361) 222096-235231
email: semnasbabi.unud@yahoo.co.id

Isi prosiding dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya

Penyunting : Komang Budaarsa, I Gede Mahardika, I Wayan


Suarna, N. Sadra Dharmawan, I. B. Komang Ardana, I N. Tirta
Ariana, N. N. Suryani, N. L. P. Sriyani, N. L.G Sumardani
Prosiding Seminar Nasional Ternak Babi dan Kongres I AITBI,
diselenggrakan di Denpasar, 4-5 Agustus 2015
vii + 353 halaman
ISBN: 978-602-294-106-4

Dicetak di Denpasar, Bali, Indonesia

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatNya Prosiding Seminar Nasional Ternak Babi dan Kongres I AITBI
(Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia) tahun 2015 dengan tema
“Sumbangan Peternakan Babi dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan
Nasional dan Mendorong Peluang Ekspor” dapat diselesaikan dengan baik.
Seminar Nasional Ternak Babi dan Kongres I AITBI dilaksanakan pada tanggal 4
– 5 Agustus 2015 oleh Fakultas Peternakan Universitas Udayana dalam rangka
Dies Natalis Universitas Udayana ke-53 dan HUT Fakultas Peternakan
Universitas Udayana ke-53.
Prosiding Seminar Nasional Ternak Babi dan Kongres I AITBI ini
merangkum rumusan seminar nasional, rumusan kongres I AITBI, makalah
lengkap dari pemakalah seminar yang dibagi menjadi tiga kelompok bidang ilmu
yaitu Kelompok Bidang Produksi Ternak Babi, Kelompok Bidang Nutrisi Ternak
Babi, dan Kelompok Bidang Kesehatan Ternak Babi.
Panitian Seminar Nasional Ternak Babi dan Kongres I AITBI
mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Rektor Universitas
Udayana, Dekan Fakultas Peternakan dan Direktur Pasca Sarjana Universitas
Udayana atas fasilitas dan bantuan yang diberikan sehingga seminar nasional dan
kongres I AITBI dapat terselenggara dengan baik. Terimakasih juga disampaikan
kepada sponsor, keynote speaker, pemakalah, peserta seminar dan semua anggota
panitia yang banyak membantu dari persiapan sampai terselenggaranya Seminar
Nasional Ternak Babi dan Kongres I AITBI ini dengan baik. Semoga dengan
diterbitkannya Prosiding ini dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan Seminar
Nasional selanjutnya dan sebagai ajang pertukaran ilmu khususnya mengenai
ternak babi

Denpasar, Pebruari 2016


Ketua Panitia

Dr. Ni Luh Putu Sriyani, S.Pt, MP

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
RUMUSAN SEMINAR NASIONAL .......................................................... 1
RUMUSAN KONGRES I AITBI .................................................................. 3

MAKALAH KEYNOTE SPEAKER


Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA (Dirjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan Ditjennak Keswan Departemen Pertanian RI) .......................... 31

Dr. Ir. Saulan Sinaga, MS (Presiden Asosiasi Monogastrik


Indonesia/Pakar dan Peneliti Senior Fakultas Peternakan Universitas
Padjajaran) ............................................................................................ 37

Dr. Ir. Rachmawati Wahyuningsih, M.Sc.Agr (Pakar dan Peneliti


Senior Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman) ............... 42

KUMPULAN MAKALAH
MAKALAH KELOMPOK I : PRODUKSI TERNAK BABI ....................... 47
Kinerja Usaha Pembibitan Babi Skala Rumah Tangga di Kabupaten
Tabanan Bali
I Made Rai Yasa, N L G Budiari, dan I N Adijaya ............................... 48

Babi Bali Mutiara yang Terpendam


I W. Suarna, N.N. Suryani, dan A.A.A.S. Trisnadewi ........................... 62

Transfer Embrio pada Babi sebagai Sarana Penelitian (Experimental 73


Tool)
D.K. Harya Putra ..................................................................................

Korelasi Ukuran Testis Terhadap Kualitas Semen Babi


NLG Sumardani, IG Suranjaya, IGNA Manik, dan IW Suberata ......... 81

Perilaku Peternak Babi dalam Menangani Limbah di Desa Tua


Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan Bali
N.W. Tatik Inggriati, I.W. Alit Artha Wiguna, I.N. Suparta, dan I.G.
Suarta .................................................................................................... 89

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Babi Bali yang


Menggunakan Ransum Non Konvensional
I W. Sukanata, I P. Ari Astawa., I K., Sumadi., K.M. Budaarsa, M.
Budiasa, dan A.A.P. Putra Wibawa ...................................................... 109

MAKALAH KELOMPOK II : NUTRISI TERNAK BABI .......................... 119


Perbandingan Performans Ternak Babi yang Mengkonsumsi
Konsentrat Pabrikan Komersial dan Lokal

iv
J. F. Umboh, C. A. Rahasia, dan Ch. J. Pontoh ................................... 120

Simulasi Biplot untuk Menentukan Laju Pertumbuhan Dimensi


Tubuh Babi Bali
I Putu Sampurna, Tjok Sari Nindhia dan I Ketut Suatha ...................... 131

Dampak Penggunaan Asap Cair terhadap Kualitas Fisik dan Sensori


Dendeng Daging Babi
Miwada, IN.S., M. Hartawan, S.A. Lindawato, I.A. Okarini dan IK.
Sukada ................................................................................................... 148

Dasar-Dasar Pelestarian dan Peningkatan Mutu Genetik Babi Bali


Warmadewi, D.A., I.G.L. Oka, dan I. N. Budiana ................................ 156

Recahan Karkas Babi Landrace Umur 5 Bulan yang Diberikan Pakan


Komplit dengan Tingkat Serat Kasar Berbeda
Luh Suariani, Ni Made Yudiastari, I Nyoman Kaca, Yan Tonga, dan
Ni Made Ayu Gemuh R.A....................................................................... 168

Kualitas Fisik dan Profil Mikroba Daging Babi yang Ditambahkan


Starbio pada Ransumnya
Ariana INT., I Gd. Suarta, I Gd. Suranjaya, Md. Dewantari, IN.
Ardika, dan N.L.P. Sriyani ................................................................... 182

Pengaruh Penggunaan Minyak Kelapa dalam Ransum Babi Grower


terhadap Kecernaan Energi dan Protein Ransum
M. Najoan, F. N. Sompie, Y.H.S. Kowel, dan J. F. Umboh .................. 190

Pemanfaatan Khamir Pendegradasi Serat (Aktivitas Cmc-Ase)


sebagai Inokulan Fermentasi untuk Mengatasi Antinutrisi Dedak Padi
sebagai Pakan Ternak Monogastrik
Bidura, I.G.N.G. dan I. A. Putri Utami ................................................. 202

Pengaruh Lama Pemberian Bungkil Inti Sawit (Bis) dalam Ransum


Terhadap Kualitas Karkas Babi Landrace
Tjokorda Istri Putri ............................................................................... 218

Pemanfaatan Ampas Tahu untuk Mengganti Sebagian Ransum


Komersial Ternak Babi
K. Budaarsa, G. E. Stradivari, I.P.G.A.S Kencana Jaya, I.G.
Mahardika A.W.Puger, I M. Suasta, dan I P. Ari Astawa ................... 226

Pengaruh Penggantian Sebagian Ransum dengan Umbi dan


Brangkasan Ketela Rambat terhadap Pertumbuhan Babi Umur
2-6 Bulan
Ni Ketut Etty Suwitari, Ni Ketut Sri Rukmini, Ni Ketut Mardewi,
I G A D. Seri Rejeki dan D. N. Sudita .......................................... 240

v
Pengaruh Penggantian Ransum Komersial dengan Ampas Tahu
terhadap Kecernaan Nutrien pada Babi Ras
Puger, A.W., I M. Suasta, P.A. Astawa dan K. Budaarsa ..................... 254

Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) dari Perairan


Tercemar dalam Ransum dan Pengaruhnya terhadap Penampilan Babi
Landrace
I W. Sudiastra, I G. Mahardika, I N.S. Dharmawa dan K. Budaarsa 262

Pengaruh Penggantian Ransum Komersial dengan Ampas Tahu


terhadap Komponen Organ Babi Ras
Puger, A.W., I M. Suasta, P.A. Astawa dan K. Budaarsa ..................... 271

MAKALAH KELOMPOK III : KESEHATAN TERNAK BABI ................ 278


Pengaruh Pemanfaatan Ampas Sagu dan Limbah Udang sebagai
Sumber Serat dalam Ransum terhadap Performa dan Kadar
Kolesterol Daging Babi
Tabita N Ralahalu, Kartiarso, A. Parakkasi, K.G.Wiryawan, dan
R.Priyanto ............................................................................................. 279

Pengaruh Pemacu Tumbuh terhadap Pertumbuhan Babi Peranakan


Landrace yang diberikan Pakan Limbah Hotel di Kabupaten Badung
Ni Luh Gede Budiari dan I Made Rai Yasa .......................................... 292

Karakterisasi secara Histopatologi Babi Penderita Kolibasilosis


(Kajian Retrospektif)
I Ketut Berata, dan I Made Kardena .................................................... 300

Peran Kolostrum Formula Sapi Komersial (Pigstrum®) sebagai


Immun Factor dan Growth Factor dalam Mengatasi Kejadian Diare
dan Pertumbuhan Anak Babi Pra Sapih
I.B.K. Ardana, D.K. Harya Putra, W.S. Yupardi, N.L.G. Sumardani,
I.G.A. Arta Putra dan I.G. Suranjaya ................................................... 308

Molecular Genetic Characterization: As The Basis of Desicion


Making on Conservation of Indigenous Pig in Bali
I Ketut Puja ........................................................................................... 319

Penambahan Tepung Kunyit (Curcuminoid) dalam Ransum


Tradisional untuk Meningkatkan Produktivitas Babi Bali
I Putu Ari Astawa, I Gede Mahardika, Komang Budaarsa, I Ketut
Sumadi, I Ketut Mangku Budiasa dan G.A.M Kristina Dewi ............... 324

Pengaruh Tingkat Penggunaan Limbah Hotel dalam Ransum terhadap


Bobot Potong dan Komposisi Karkas Babi Bali
Tjok. Gde Oka Susila, Tjok Gde Belawa Yadnya dan Tjok Istri Putri 335

vi
LAMPIRAN
JADWAL ACARA ............................................................................... 348
DAFTAR JADWAL PRESENTASI .................................................... 349

vii
SIMULASI BIPLOT UNTUK MENENTUKAN LAJU
PERTUMBUHAN DIMENSI TUBUH BABI BALI
I Putu Sampurna*), Tjok Sari Nindhia*), dan I Ketut Suatha**)
*)Laboratorium Biostatistika, **)Laboratorium Anatomi, Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
E-mail: tegehkori@gmail.com

ABSTRAK

Simulasi grafik biplot menggunakan analisis faktor dengan rotation


promax kapa 90 telah dilakukan untuk menentukan laju pertumbuhan dimensi
tubuh babi Bali umur 0 – 26 minggu. Hasil simulasi grafik biplot tampak bahwa,
dimensi tubuh babi Bali yang termasuk laju pertumbuhannya lambat berada pada
kuadran II adalah : bobot badan, lingkar dada, lingkar pinggang dan panjang
punggung. Dimensi tubuh babi Bali yang laju pertumbuhannya sedang berada
pada kuadran I adalah : panjang leher, lingkar perut, panjang kepala, panjang
ekor, lingkar leher, lebar kepala, lebar pinggul. Sedangkan dimensi tubuh babi
Bali yang termasuk laju pertumbuhannya cepat berada pada kuadran IV adalah :
panjang telinga, panjang kaki depan bagian atas dan bagian bawah, panjang kaki
belakang bagian atas dan bawah, lebar leher, lebar dada, dan lebar pantat.
Berdasarkan umurnya peragaan biplot rotation promax kapa 90 dapat juga
menggambarkan pada umur berapa rata-rata dimensi tubuh babi Bali mencapai
laju pertumbuhan tercepat atau titk infleksi dan dapat pula menggambar
perbedaan ukuran antara babi Bali jantan dan betina.

Kata kunci : biplot, analisis faktor, ruang eigen, kuadran, babi Bali, dimensi
tubuh dan laju pertumbuhan

BIPLOT SIMULATION TO DETERMINE THE GROWTH RATE


BODY DIMENSIONS OF BALI PIG

Putu Sampurna *), Tjok Sari Nindhia *), and I Ketut Suatha **)
*) Laboratory of Biostatistics, **) Laboratory of Anatomy, Faculty of Veterinary
Medicine, Udayana University, Denpasar, Bali, Indonesia
E-mail: tegehkori@gmail.com

ABSTRACT

Biplot graph simulation using factor analysis with rotation PROMAX kapa
90 has been carried out to determine the growth rate of Bali pigs body dimensions
aged 0-26 weeks. Biplot graphic simulation results it appears that, Balinese pig
body dimensions including slow growth rate are in quadrant II are: body weight,
chest circumference, waist circumference and length of the back. Body
dimensions of Bali pig the medium rate of growth located in quadrant I are: neck

131
length, abdominal circumference, head length, tail length, neck circumference,
head width, the width of the hips. While the dimensions of the body of a Bali pig
which included rapid growth rate are located in quadrant IV were: ears length,
legs length front upper and lower, legs length behind the top and bottom, neck
width, chest width, and rump width. By age, simulati biplot PROMAX rotation
kapa 90 can also describe when the dimensions of the body of Bali pigs average
achieving the fastest growth rate or inflection point and can also determine the
difference in size between male and female Bali pigs.

Keywords: biplot, factor analysis, eigenspace, quadrant, Bali pigs , body


dimensions and growth rates

PENDAHULUAN

Pertumbuhan dimensi tubuh hewan pada saat tumbuh cepat biasanya


mengikuti fungsi eksponensial dengan laju pertumbuhan yang berbeda-beda
antara dimensi tubuh yang satu dengan dimensi tubuh yang lainnya. Perbedaan
kecepatan pertumbuhan ini disebabkan karena perbedaan fisiologis dan tuntutan
fungsional yang berbeda, serta komponen penyusunnya. Dimensi tubuh hewan
yang fungsinya lebih dini, akan tumbuh lebih dini maka laju pertumbuhannya
lebih besar daripada dimensi tubuh hewan yang berfungsi belakangan, dimensi
tubuh yang terdiri dari tulang sebagai komponen penyusunnya lebih dulu
berkembang dibandingan dengan yang tersusun dari otot atau lemak (Swatland,
1984),
Ternak babi berdasarkan fase pertumbuhannya dapat dibagi menjadi tiga
yaitu : Starter, fase hidup anak babi semenjak menyusui sampai umur 8 atau
sampai 11 minggu, Grower, fase hidup anak babi sesudah fase stater sampai
dengan umur 10 atau sampai 24 minggu, Finisher, anak babi yang menjelang
dewasa (Girisonta, 1981). Pertumbuhan menurut Williams (1982) adalah
perubahan bentuk dan ukuran seekor ternak yang dapat dinyatakan dengan
panjang,volume, ataupun massa. Sedangkan menurut Swatland (1984) dan Aberle
(2001), pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuran
lingkar dan bobot yang terjadi pada seekor ternak muda yang diberi pakan, minum
dan mendapat tempat yang layak.
Kay dan Housseman (1987) menyatakan bahwa hormon androgen pada
hewan jantan dapat meransang pertumbuhan sehingga hewan jantan lebih besar

132
dibandingkan dengan betina. Tillman dkk. (1991) menyatakan bahwa
pertumbuhan mempunyai tahap cepat dan lambat. Tahap cepat terjadi sebelum
dewasa kelamin dan tahap lambat pada fase awal dan saat kedewasaan tubuh telah
tercapai.
Babi bali secara genetik pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan
dengan babi ras impor. Diperlukan waktu 8-10 bulan untuk mencapai bobot badan
90-100 kg, sedangkan babi ras impor hanya 5-6 bulan. Tetapi kelebihannya, babi
bali adalah babi yang tahan menderita, lebih hemat terhadap air, masih mampu
bertahan hidup walaupun di beri pakan seadanya (Budaarsa, 2012). Sinaga (2010)
menyatakan bahwa babi di Bali terdapat dua tipe yaitu tipe
pertama terdapat di bagian timur pulau Bali yang diduga berasal dari Sus vittatus
setempat. Babi ini berwarna hitam dan berbulu agak kasar. Punggung sedikit
melengkung ke bawah namun tidak sampai menyentuh tanah dan bercungur
relative panjang. Tipe yang kedua terdapat di utara, tengah, barat dan selatan
pulau Bali. Babi ini memiliki punggung sampai melengkung kebawah (lordosis),
berperut besar dan sering menyentuh tanah dalam keadaan bunting atau gemuk.
Babi ini berwarna hitam kecuali di garis perut bagian bawah dan keempat kaki
serta kadang-kadang pada dahi berwarna putih. Kepala pendek sekitar 24-28 cm,
telinga tegak dan pendek, yakni sekitar 10-11 cm. Tinggi pundak babi ini sekitar
48-54 cm, panjang tubuh sekitar 90 cm, lingkar dada sekitar 81-94 cm dan
panjang ekor sekitar 20-22 cm. Puting susu induk berjumlah 12-14 buah. Bobot
badan babi Bali dapat mencapai 80 kg pada umur enam bulan. Jumlah anak
perkelahiran adalah 12 ekor. Babi ini disebut babi
Bali.
Perbedaan kecepatan pertumbuhan organ atau bagian-bagian tubuh ternak
dalam rentang waktu tertentu, dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
allometrik (Natasasmita, 1979), (Sampurna, 2012). Sampurna dan Suatha (2010)
berdasarkan pertumbuhan allometri diperoleh hasil bahwa pertumbuhan dimensi
panjang sapi bali jantan di mulai dari panjang leher, panjang kepala, panjang
tubuh bagian belakang dan paling akhir panjang tubuh bagian depan Sedangkan
lingkar dada merupakan bagian tubuh yang tumbuh atau berkembang paling dini

133
kemudian diikuti lingkar abdomen lingkar leher belakang dan lingkar leher depan
tumbuh paling belakang.
Namun, dalam penelitian sering berhadapan dengan jumlah dimensi tubuh
yang terlalu banyak, penyajian dengan menggunakan persamaan allometri
maupun grafik allometri kurang begitu menarik, ataupun tidak bisa disajikan
dalam satu gambar secara bersamaan. Peragaan biplot dengan rotation promax
kapa 90 terhadap fungsi eksponensial dapat menggambarkan perbedan laju fungsi
tersebut menjadi 3 kuadran dalam ruang eigen berdimensi dua, yang berada pada
kuadran II lajunya lambat, pada kuadran I lajunya sedang dan yang berada pada
kuadran IV lajunya cepat. Berdasarkan hal tersebut dapat ditentukan bahwa,
dimensi tubuh pedet sapi bali yang berada pada kuadran II mempunyai laju
pertumbuhan lambat, dimensi tubuh pedet sapi bali yang berada pada kuadran I
mempunyai laju pertumbuhan medium, dan dimensi tubuh pedet sapi bali yang
berada pada kuadran IV mempunyai laju pertumbuhan cepat (Sampurna et al.,
2013). Hasil analisis faktor dengan rotation promax kapa 90 terhadap dimensi
tubuh sapi bali yang diganbarkan pada salib sumbu ruang eigen berdimensi dua
dapat pula menggambarkan kedekatan hubungan antar dimensi tubuh berdasarkan
laju pertumbuhannya. Dimensi tubuh yang mempunyai laju hampir sama maka
jarak koordinat antar dimensi tubuh akan mendekati nol, sedangkan antar dimensi
tubuh yang jarak koordinatnya semakin panjang, maka kedekatan hubungannya
semakin jauh atau laju pertumbuhannya semakin besar bedanya (Sampurna,
2013).
Analisis gerombol merupakan analisis multivariat yang bertujuan untuk
mengelompokkan objek-objek dari data yang diteliti berdasarkan kesamaan
karakteristik yang dimilikinya Kesamaan karakteristik ini biasanya diukur
menggunakan ukuran kedekatan antarobjek yang dapat berupa ukuran kemiripan
atau ketakmiripannya. Lebih jauh mengenai pengelompokan data berdasarkan
objek, analisis multivariat lain yang juga sering digunakan adalah analisis biplot.
Tujuan analisis ini adalah untuk menggambarkan baris (objek) dan kolom
(peubah) yang ada pada matriks data secara bersama-sama dalam sebuah grafik
berdimensi rendah (biasanya dua atau tiga). Penggambaran ini meliputi

134
keragaman dan korelasi antar peubah, serta kedekatan antarobjek yang nantinya
akan mampu mengidentifikasikan pengelompokan objek (Ariawan et al, 2013)
Peragaan biplot dengan analisis faktor untuk menggambarkan baris (objek)
dan kolom (peubah) yang ada pada matriks data secara bersama-sama dalam
sebuah grafik berdimensi rendah biasanya menggunakan rotation varimax.
Mattjik dan Sumertajaya (2002) mengatakran bahwa peubah akan digambarkan
sebagai garis berarah. Dua peubah yang berkorelasi positif tinggi akan
digambarkan sebagai dua buah garis dengan arah yang sama, atau membentuk
sudut sempit. Sementara itu, dua peubah yang memiliki korelasi negatif tinggi
digambarkan dalam bentuk dua garis dengan arah yang berlawanan, atau
membentuk sudut tumpul. Sedangkan dua peubah yang tidak berkorelasi akan
digambarkan dalam bentuk dua garis dengan sudut mendekati 90o (siku-siku).
Peubah dengan keragaman kecil digambarkan sebagai vektor yang pendek
sedangkan peubah yang ragamnya besar digambarkan sebagai vektor yang
panjang. Sedangkan kedekeyen antar obyek, dua obyek dengan karakteristik sama
akan digambarkan sebagai dua titik yang posisinya berdekatan. Obyek yang
terletak searah dengan arah dari suatu peubah, dikatakan bahwa pada obyek
tersebut nilainya di atas rata-rata. Sebaliknya, jika obyek lain terletak berlawanan
dengan arah dari peubah tersebut, maka obyek tersebut memiliki nilai di bawah
rata-rata. Sedangkan obyek yang hampir di tengah-tengah, memiliki nilai dekat
dengan rata-rata. Sedangkan Sampurna at al. (2013) melaporkan bahwa peragaan
biplot dengan rotation promax kapa 90 dapat menggambarkan kedekatan
hubungan antar peubah, semakin pendek jarak antar peubah maka hubungan antar
peubah semakin dekat dan korelasinya semakin mendekati satu, sedangkan sudut
antar peubah dan norma atau panjang vektor dari suatu peubah tidak dapat
menggambarkan besarnya korelasi antar peubah dan keragaman dari peubah
tersebut.
Biplot merupakan metode eksplorasi analisis data peubah ganda yang
dapat memberikan gambaran secara grafik tentang kedekatan antar objek,
keragaman peubah, korelasi antar peubah, dan keterkaitan antara peubah dengan
objek. Selain itu, analisis biplot digunakan untuk menggambarkan hubungan
antara peubah dan objek yang berada pada ruang berdimensi tinggi ke dalam

135
ruang berdimensi dua Dari biplot diperoleh tiga matriks pendekatan yang terkait
dengan data, peubah, dan objek (Gabriel, 2002). Pada dasarnya analisis ini
merupakan suatu upaya untuk memebrikan peragaan grafik dari matriks data X
dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang
berdimensi rendah, biasanya dimensi dua yang mewakili vektor-vektor baris
matriks X (gambaran obyek) dengan vektor-vektor yang mewakili kolom matriks
X (gambaran variabel). Dari peragaan secara grafis ini diharapkan akan diperoleh
gambaran tentang objek, misalnya kedekatan antar objek, dan gambaran tentang
variabel, baik tentang keragamannya maupun korelasinya, serta keterkaitan antara
objek-objek dengan variabel-variabelnya. (Solimun dan Rinaldo, 2008).
Dalam rangka untuk membuat penafsiran dari faktor-faktor yang dianggap
relevan, langkah seleksi pertama umumnya diikuti oleh rotasi faktor yang
dipertahankan, rotasi berfungsi untuk membuat hasil lebih mudah dimengerti.
Rotasi bisa ortogonal atau miring (yang memungkinkan faktor berkorelasi), rotasi
promax adalah non-ortogonal alternatif (miring) rotasi metode komputasi yang
lebih cepat daripada metode oblimin langsung dan karena itu kadang-kadang
digunakan untuk dataset yang sangat besar. Oleh karena itu, dalam praktek rotasi
dalam analisis faktor, sangat disarankan untuk mencoba beberapa ukuran untuk
subruang dari faktor ditahan untuk menilai ketahanan penafsiran rotasi (Abdi,
2003).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedekatan hubungan antar
dimensi tubuh itik bali betina berdasarkan laju pertumbuhannya dalam suatu
simulasi grafik biplot, sehingga dapat diketahui dimensi tubuh mana dan pada
umur berapa laju pertumbuhannya lambat, sedang atau cepat.

METODE PENELITIAN

Penerapan analisis biplot pada dimensi tubuh babi Bali yang berumur 0
minggu sampai dengan umur 26 minggu, datanya diambil dari peternakan babi
yang dipelihara secara tradisional di desa Musi, kecamatan Gerogak, kabupaten
Buleleng. Pengambilan data dilakukan pada babi bali yang berumur 0, 2, 4, 6. 8.
10. 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24 dan 26 minggu masing-masing 2 ekor jantan dan 2
ekor betinai sehingga jumlah babii yang diamati sebanyak 14 x 2 x 2 ekor = 48

136
ekor. Dimensi tubuh yang diukur adalah : panjang kepala, panjang punggung,
panjang ekor, panjang leher, lingkar leher, lingkar dada, leher perut, lingkar
pinggang, panjang kaki depan bagian atas dan bagian bawah, panjang kaki
belakang bagian atas dan bagian bawah, lebar kepala, lebar leher, lebar dada, lebar
pinggul dan lebar pantat.

Gambar 1. Cara Pengukuran Dimensi Tubuh Babi Bali

1. Panjang kepala diukur dari ujung hidung (planum nasolabiale) sampai


perbatasan Intercornuale dorsale garis median
2. Panjang leher diukur dari perbatasan intercornuale sampai pada garis tegak
yang ditarik dari tuberositas lateralis dari humerus (sendi bahu/articulatio
scapulo humeri).
3. Panjang punggung
4. Panjang ekor adalah jarak antara pangkal ekor (vertebrae
coccygeaeperlama) dengan ujung tulang ekor terakhir (vertebree
coccygeae)
5. Panjang telinga adalah jarak antara pangkal telingan dengan ujung telinga
6. Lingkar leher diukur dengan cara melingkari leher di depan sendi bahu
(articulatio scapulo humeralis) tegak lurus terhadap bidang median tubuh.
7. Lingkar dada diukur dengan jalan melingkari dada dibelakang sendi siku,
tegak lurus vertikal bidang median tubuh.
8. Lingkar perut diukur dengan jalan melingkari perut, tegak lurus vertikal
bidang median tubuh
9. Lingkar pinggang diukur dengan jalan melingkari pada abdomen di depan
tuber coxae pelvis tegak lurus terhadap bidang median tubuh
10. Panjang kaki depan bagian atas meliputi tulang tuberositas humerus diukur
dari ekstremitas anterior sternum sampai pada olecranon process
11. Panjang kaki depan bagian bawah meliputi : radius, ulna, pisiform,
metacarpus, phalang dari dua jari kaki yang besar, phalang dari kaki

137
eksternal; diukur dari olecranon process sampai ke ujung phalang dari dua
jari kaki yang besar.
12. Panjang kaki belakang bagian atas meliputi tuberositas anterior tibia,
fibula diukur dari cup lutut sampai dengan calcaneum.
13. Panjang kaki belakang bagian bawah meliputi tarsus, metatarsus, phalang
dari dua jari kaki yang besar, phalang dari kaki eksternal diukur dari
calcaneum sampai ujung phalang dari dua jari kaki yang besar
14. Lebar kepala diukur pada sebelah kanan dan kiri (tepi luar procesus
supraorbitalis dextra et sinistra) di bawah mata.
15. Lebar leher diukur dari kulit sisi lateral os vertebrae cervicalis, mulai dari
bagian kiri ke kanan
16. Lebar dada diukur dengan cara menarik garis horizontal antara tepi luar
sendi bahu kiri dan kanan (tuberositas latelaris dari humerus dextra et
sinistra) tegak lurus bidang median tubuh
17. Lebar pinggul diukur dengan cara menarik garis horizantal pada tepi luar
tuber coxae kiri dan kanan tegak lurus bidang median tubuh.
18. Lebar pantat adalah jarak terlebar dari pantat, diukur dengan cara
menarik garis horizoltal dari kulit lateral tuber ischiuim dextra ke tuber
ischiuim sinistra

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis faktor berdasarkan korelasi


antar peubah, sehingga diperoleh matriks korelasi dan pengujian signifakansinya.
Vektor eigen ditentukan dengan adanya hubungan Rx o = λ x o , sehingga f(x) =
│R - λ I│ = 0. Jadi f( λ ) = 0 dinamakan persamaan eigen matriks R, akar dari
persamaan ini disebut akar eigen matriks R dan vektor yang bersesuian dengan
akar eigennya disebut vektor eigen
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dimensi tubuh sebelum
dianalisis dibagi dengan rata-ratanya, sehingga semua rata-ratanya menjadi 1,0,
dan hanya berbeda setandar deviasi
Peragaan grafik biplot diambil dari 2 vektor eigen yang berpadanan
dengan akar eigen terbesar sebagai sumbu X dan akar eigen yang terbesar kedua
sebagai Y, dengan Rotation Promax Kapa 90.
Letak koordinat masing-masing dimensi tubuh babi Bali pada sumbu X
dan Y di ruang eigen menyatakan kedekatan hubungan antar dimensi tubuh
tersebut, dimensi tubuh yang mempunyai laju pertumbuhan yang hampir sama
letaknya saling berdekatan, sebaliknya yang mempunyai laju pertumbuhan yang
jauh berbeda letaknyapun saling berjauhan, Penggunaan Rotation Promax Kapa
90 dimaksudkan untuk membagi letak dimensi tubuh babi Bali menjadi 3 tempat

138
(kuadran). Dimensi tubuh babi Bali yang terletak pada kuadran II adalah dimensi
tubuh babi Bali yang laju pertumbuhannya lambat, dimensi tubuh babi Bali yang
terletak pada kuadran I adalah dimensi tubuh babi Bali yang laju
pertumbuhannya medium, dan yang terletak pada kuadran IV adalah dimensi
tubuh babi Bali yang laju pertumbuhannya cepat. Sedangkan letak koordinat
objek atau umur babi babi dari 0 – 26 minggu dilakukan berdasarkan Analisis
Factor Scores Method Regression, faktor 1 sebagai absis dan faktor 2 sebagai
kordinat.
Prosedur analisis menggunakan Program SPSS 22 (Statistical Product and
Service Solutions Persi 22).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis faktor (Tabel 1.) menunjukkan bahwa 98.82% ke- 18


dimensi tubuh babi bali Bali dan bobot badannya yang mempunyai laju
pertumbuhan yang berbeda-beda dapat digambarkan pada biplot ruang eigen
berdimensi dua,. Dengan demikian, penggunaan dua komponen utama tersebut
dianggap mampu menerangkan keragaman data dimensi tubuh babi Bali dengan
laju pertumbuhan yang berbeda-beda.

Tabel 1. Total Varian yang Menjelaskan Dimensi Tubuh Babi Bali Betina

Scree plot dimensi tubuh babi Bali (Gambar 2) menunjukkan bahwa pada
nilai akar eigen component 1 ke component 2 terjadi penurunan nilai yang cukup
tajam, setelah itu dari component 2 sampai dengan component 19 tidak terjadi

139
penurunan yang berarti atau garisnya mendatar, gambar ini menggambarkan
bahwa ke 18 dimensi tubuh babi Bali dan bobot badannya dapat digambarkan
dalam ruang eigen berdimensi dua dengan component 1 sebagai absis dan
component 2 sebagai kordinat.

Gambar 2. Sree Plot Dimensi Tubuh Babi Bali

Berdasarkan koordinat dari component 1 sebagai absis dan component 2 sebagai


koordinat (Tabel 2.) dapat ditentukan bawa dimensi tubuh babi Bali yang berada
pada kuadran II adalah dimensi tubuh yang mempunyai laju pertubuhan lambat
selama umur 0 – 26 minggu, yaitu dari yang paling lambat adalah bobot badan,
kemudian diikuti oleh lingkar dada, dan disusul linggar pinggang dan yang
terakhir adalah panjang punggung. Hasil ini menunjukkan bahwa bobot badan
dari umur 0 – 26 minggu sangat dekat hubungannya dengan lingkar dada, lingkar
pinggang dan panjang punggung. Lingkar dada dan panjang badan mempunyai
pengaruh terbesar terhadap bobot badan. Fourie et al. (2002) menjelaskan lebih
lanjut bahwa korelasi positif ditemukan antara lingkar dada dan tingkat
pertumbuhan yang mengindikasikan bahwa seleksi pada lingkar dada menjadi
petunjuk kecepatan pertumbuhan pada ternak. Pangestika (2010) korelasi antara
bobot tubuh denan panjang badan dan lingkar dada pada babi bali paling tinggi
dibandingkan dengan ukuran tubuh yang lain.

140
Tabel 2. Koordinat Berdasarkan Pola Matriks Dimensi Tubuh Babi Bali

Panjang leher, lingkar perut, panjang kepala, panjang ekor, lingkar leher,
lebar kepala, lebar pinggul berada pada kuadran I, dimensi tubuh tersebut
termasuk dimensi tubuh yang laju pertumbuhannya sedang selama umur 0 – 26
minggu. sedangakan dimensi tubuh yang lainnya berada pada kuadran IV, yaitu
termasuk dimensi tubuh yang pertumbuhannya cepat adalah panjang telinga,
panjang kaki depan bagian atas dan bagian bawah, panjang kaki belakang bagian
atas dan bawah, lebar leher, lebar dada, dan lebar pantat.
Hasil ini menunjukkan bahwa dimensi tubuh babi Bali pada umur 0 - 26
minggu sedang mengalami pertumbuhan dengan laju pertumbuhan yang berbeda,
perbedaan laju pertumbuhan ini disebabakan karena perbedaan fungsi dan
tuntutan fungsional dari bagian dimensi tubuh tersebut tersebut dan komponen

141
penyusunnya (Swatlan, 1984). Panjang kaki bagian kaki depan dan belakang
termasuk bagian tubuh yang laju pertumbuhannya cepat termasuk juga pamjang
telinga, hal ini disebabakan karena tuntutan fungsional dari kaki untuk melakukan
aktifitas sangat diperlukan, disamping itu juga komponen penyusunnya dari
bagian tubuh tersebut, bagian tubuh yang menggambarkan pertumbuhan tulang
akan melaju libih cepat dan lebih cepat berenti tubuh atau memcapai ukuran
dewasa dari pada bagian tubuh yang penyusunnya terdiri dari otot dan lemak
(Sampurna, 2014). Nasrul (2012) menyatakan bahwa terjadi perubahan ukuran
dan bentuk tulang, dan otot serta deposit lemak selama pertumbuhan. Selama
pertumbuhan ukuran dan bentuk tulang terjadi perubahan, hal ini dikontrol oleh
dua proses yaitu deposisi dan resorpsi (penyerapan), Proses ini terus berlangsung
selama kehidupan ternak dewasa dan berperan dalam membentuk kembali
jaringan tulang secara kontinyu. Saat ukuran tulang sudah mencapai ukuran
maksimum, pertumbuhan berhenti dan berubah menjadi keras, dimana epifise dan
diafise bergabung menjadi tulang tunggal. Deposisi dari bertambahnya lapisan
tulang kompak dibawah periosterum berhenti. Berhentinya pertumbuhan tidak
terjadi pada waktu yang sama pada semua tulang, tulang belakang bagian sacrum
mencapai dewasa sebelum lumbal, dan lumbal mencapai dewasa sebelum tulang
belakang bagian dada
Berdasarkan umurnya jarak koordinat pada ruang eigen berdimensi dua
antar babi jantan dengan betina semakin tua umurnya jaraknya semakin jauh.
Hasil ini menunjukkan pada saat lahir ukuran dimensi tubuh babi Bali betina
hampir sama dengan yang jantan, semakin dewasa umurnya yang jantan ukuran
dimensi tubuhnya lebih besar daripada yang betina. Testosteron yang dihasilkan
oleh testes memacu pertumbuhan otot melalui peningkatan sintetis protein, yang
dalam kerjanya bersama-sama androgen, tergantung peranannya dalam
reproduksi. Khususnya, otot bagian depan pada ternak jantan, seperti daerah leher
dan dada menunjukkan perkembangan yang lebih besar dibanding ternak betina
maupun kastrasi. Androgen juga memacu penimbunan garam pada tulang yang
menyebabkan pertumbuhan tulang meningkat dibanding ternak betina dan
kastrasi, tetapi saat androgen sudah cukup tinggi maka akan menyebabkan
menutupnya pipa epifise yang diikuti oleh matangnya kerangka sebelum

142
dikastrasi. Estrogen yang dihasilkan oleh ovary umumnya sedikit pengaruhnya
atau bahkan tidak berpengaruh terhadap sintesis protein dan skeletal, tetapi efektif
dalam meningkatkan pembentukan lemak tubuh. Estrogen lebih efektif dalam
menyebabkan menutupnya pipa piphyscal. Oleh karena itu, betina lebih cepat
berhenti tumbuh daripada jantan. Perbedaan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan jaringan juga komposisinya berhubungan dengan jenis kelamin
ternak. Ternak jantan biasanya tumbuh lebih cepat, dewasa lebih lambat dan
mempunyai karkas yang lebih berotot dengan lemak yang lebih sedikit
dibandingkan ternak betina, sapi jantan yang dikastrasi deposit lemak lebih
banyak dan otot lebih sedikit selama pertumbuhan (Nasrul, 2012).

Tabel 3. Koordinat Berdasarkan Skor Umur Dimensi Tubuh Babi Bali.

Sedangkan jarak koordinat antara umur pada babi jantan maupun betina
berbeda-beda antar peningkatan umur yang berbeda, hasil ini menunjukkan terjadi
perbedaan lalu pertumbuhan antar peningkatan umur yang berbeda. Laju

143
pertubuhan dari umur 0 minggu ke umur 2 minggu, dari 2 minggu ke umur 4
minggu dan dari 4 minggu ke umur 6 minggu jaraknya semakain jauh, pada umur
selanjutnya jaraknya sudah tidak terjadi peningkatan. Hasil ini menunjukkan laju
pertumuhan dari umur 0 minggu sampai umur 6 minggu laju pertumbuhan
dimensi tubuh babi bali semakin cepat, kemudian dengan meningkatnya umur
menunjukkan terjadi perlambatan pertumbuhan.

Gambar 2. Grafik Biplot Dimensi Tubuh Babi Bali Umur 0 – 26 Minggu.

Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar dimensi tubuh babi Bali laju
pertumbuhannya paling cepat pada umur mendekati umur 6 minggu, hal ini
menunjukkan dimensi tubuh babi Bali sebagian besar mencapai titik infleksi rata-
rata pada umur mendekati umur 6 minggu, dan setelah mencapai titik infleksi laju
pertumbuhannya semakin lambat sampai mencapai ukuran dewasa, sehingga
tampat pada biplot semakin dewasa umurnya maka jarak koordinatnya semakin

144
pendek, pada umur tersebut sebagian besar dimensi tubuh babi Bali sudah
mencapai ukuran dewasa. Hasil ini sesuai dengan laporan Sampurna et al. (1984)
dimensi tubuh ternak laju pertumbuhannya paling cepat saat mencapai titik
infleksi, selanjutnya akan semakin lambat sampai mencapai ukuran dewasa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Peragaan biplot dengan rotation promax kapa 90 dapat menggambarkan
perbedaan laju pertumbuhan dimensi tubuh babi Bali pada umur 0 – 26 minggu,
sehingga dapat ditentukan dimensi tubuh mana yang laju pertumbuh lambat,
sedang dan cepat. Berdasarkan umurnya peragaan biplot rotation promax kapa 90
dapat juga menggambarkan pada umur berapa rata-rata dimensi tubuh babi Bali
mencapai laju pertumbuhan tercepat atau titik infleksi dan dapat pula
menggambarkan perbedaan ukuran antara babi Bali jantan dan betina.

Saran
Untuk menentukan pada umur berapa setiap dimensi tubuh babi Bali
mencapai titik infleksi dan mencapai ukuran dewasa, maka perlu dilakukan
penelitian tentang pola pertumbuhan masing-masing dimensi tubuh babi Bali.

.UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. I Nyoman Gde Antara, M.Eng selaku
Ketua Pelaksana Penelitian Hibah Unggulan Program Studi atas persetujuan serta
dana yang diberikan untuk pelaksanaan penelitian ini. Terimakasih kepada Bapak
I Ketut Sumadi selaku ketua kelompok tani ternak Tunas Mekar dan I Wayan
Tarik Adnyana selaku ketua kelompok tani ternak Karya Alit desa Musi,
kecamatan Gerogak, kabupaten Buleleng, Bali, atas kerja samya dan informasi
yang diberikan sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aberte, D. E., J.CForrest, D.F Gerrard and E.W Mills. 2001. Principles of Meat Science
4th Edition. W.H. Freeman and Company. San Francisco, United States
of America

145
Abdi, H (2003) Factor Rotations in Factor Analyses. Program in Cognition and
Neurosciences, MS: Gr.4.1, The University of Texas at Dallas, Richardson,
TX 75083–0688, USA http://www.utdallas.edu/~herve/Abdi-rotations-pretty.pdf
Aldrich, John (2006), "Eigenvalue, eigenfunction, eigenvector, and related terms", in Jeff
Miller (Editor), Earliest Known Uses of Some of the Words of athematics,
retrieved 2006-08-22
Alexander B 2008. Applied matrix algebra in the statistical sciences. Elsevier Science
Publishing Co. (North-Holland), Inc., New York, 1983. xiii + 389 pp. ISBN 0–
444–00756–3 Article first published online: 18 DEC 2008.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.2307/3314921/abstract
Ardana, I.B., dan P.D.K Harya. 2008. Ternak Babi Udayana University Press, Bali
Cetakan Pertama.
Ariawan. 1 M. A, Kencana I P. E. N,. Suciptawati. B. L P. 2013. Komperasi Analisis
Gerombol (Cluster) dan Biplot dalam Pengelompokan. E-Jurnal Matematika Vol.
2, No.4, Nopember 2013, 17- 22 ISSN: 2303-1751
Aritonang, D. 1993. Beternak Babi Mutiara Jakarta
Budaarsa, K. 2012. Babi Guling Bali. Dari Beternak, Kuliner hingga Sesaji. Penerbit
Buku Arti. Denpasar. ISBN : 978-979-1145-69-5
Fourie, P. J., F. W. C. Neser, J. J. Olivier & C. Van Der Westhuizen. 2002. Relationship
between production performance, visual appraisal and body measurement of
young Dorper rams. http://.sazas.co.za/sajas/html [2 Juni 2010].
Gabriel, K. R. (2002). Goodness of fit of biplots and correspondence analysis.
Biometrika, 89(2), 423-436
Kay, M.R., and Housseman. 1987. The Influence of Sex on Meat Production. In Meat Fd.
D.J.A. Cook and R.A. Lawrrie Butterworth. London
Mattjik, A. A., dan Sumertajaya M. 2002. Aplikasi Analisis Peubah Ganda. Bogor Buku
Latihan SPSS Statistik .
Maharani, Suci, D and Suyoto. 2009. Nilai dan Vektor Eigen Matriks Iinterval atas
Aljabar Max-Pus. Jurnal Matematika dan Komputer. ISSN 1410-8518
Natasasmita, A. 1979. Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan dalam Produksi
Ternak Daging. Ceramah Ilmiah, 17 Februari 1979. Fakultas Peternakan-IPB,
Bogor.

146
Nasrul, L. 2012.Pertumbuhan dan Perkembangan Otot dan Jaringan Karkas. Prinsip dan
Konsep dari Pertumbuhan dan Perkembangan http://lalat- angau. blogspot. com/
2012/05/ pertumbuhan-dan-perkembangan-otot-dan.htm
Pangestika, I G. A.I. 2010. Pendugaan Bobot Badan dan Perbandingan Ukuran serta
Bentuk Tubuh pada Babi Lokal Bali. Skripsi Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/63199
Sampurna, I P. 1999. Pertumbuhan Alometrik Bagian-bagian Tubuh Itik Bali. Jurnal
Biologi Universitas Udayana, Jurusan Biologi. Database Jurnal Ilmiah Indonesia
ISJD-LIPI
Sampurna, I P dan I K Suatha. 2008. Pertumbuhan Alometri Dimensi Panjang dan
Lingkar Sapi Bali Jantan. Jurnal veteriner 9:\1, Maret. 2008, ISSN : 1411-8327,
Akreditasi Dikti No. 55/DIKTI/Kep/2005. Hal : 41-44.
Sampurna, I P., I K Saka, I G. L. Oka dan P. Sentana. 2013. Biplot Simulation of
Exponential Function to Determine Body Dimensions’ Growth Rate of Bali
Calf. Canadian Journal on Computing in Mathematics Natural Sciences
Engineering and Medicine. Vol. 4. No. . ISSN : 1923-1660.
Sampurna, I P. 2013. Pola Pertumbuhan dan Kedekatan Hubungan Dimensi Tubuh Sapi
Bali. Disertasi Doktor, Program Pascasarjana, Universitas Udayana.
Sampurna, I P., I K Saka, I G. L. Oka dan P. Sentana. 2014. Patterns of Growth of Bali
Cattle Body Dimensions. ARPN Journal of Science and Technology VOL. 4,
NO. 1, January 2014. ISSN 2225-7217
Sinaga, S. 2010. Babi Bali dan Nias (Rully L). http://blogs.unpad.ac.id. [11 Mei 2010
Shores, Thomas S. (2007), Applied linear algebra and matrix analysis, Springer
Science+Business Media, LLC, ISBN 0-387-33194-8.
Stephen Andrilli and David Hecker 2009. Elementary Linear Algebra. Fourth Edition
ISBN : 978-0-12-374751-8. http://books.google.co.id/books
Solimun, N dan A. A. Rinaldo. 2008. Permodelan Persamaan Struktural Pendekatan
PLS dan SEM. Fakultas MIPA dan Program Pascasarjana Universitas Brawijaya.
Swatland HJ. 1984. Structure and Development of Meat Animals. Prentice-HallInc.,
Englewood Cliff, New Jersey
Roman, Steven (2008), Advanced linear algebra (3rd ed.), New York, NY: Springer
Science + Business Media, LLC, ISBN 978-0-387-72828-5

147

Anda mungkin juga menyukai