OLEH:
Menyetujui,
Pembimbing
(Suryaningsih Ndahawali,S.Pi.,M.P)
NIDN. 0817019301
Penguji
Mengetahui,
(Krisman Umbu Henggu, S.Pi., M.Si) (Rambu Yetti Kalaway, ST., MT., MM)
NIDN.0827069002 NIDN.0829038101
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan proposal ini yang berjudul “Karakteristik
Mutu Ikan betok (Anabas Testudineus) Segar Mengunakan Ekstrak Kunyit
(Curcuma Domistica)”. Penulis menyadari bahwa kelancaran dari penulis
proposal ini tidak terlepas dari dukungan,bimbingan serta motivasi dari berbagai
pihak,sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini sebagai syarat untuk
mendapatkan gelar Pendidikan sarjana Program Studi Teknologi Hasil Perikanan
di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Kristen Wira Wacana Sumba.
Selama penyusunan proposal, penulis banyak mendapatkan bantuan baik
berupa petujuk, bimbingan, saran serta bantuan moral dari berbagai pihak,baik
secara langsung maupun tidak langsung,karena penulis menyadari akan
keterbatasan pengetahuan dan kemanpuan yang dimiliki. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Krisman Umbu Henggu, S.Pi., M.Si selaku ketua Program Teknologi
Hasil Perikanan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Kristen Wira
Wacana Sumba yang telah membantu kelancaran proses proposal ini.
2. Ibu Suryaningsih Ndahawali, S.Pi., M.P selaku dosen pembimbing yang telah
banyak membantu dalam membimbing dan memberi arahan untuk penulisan
proposal ini.
3. Orang Tua Bapak Simon Pati Ndamung,Ibu Nia Debi Tamar, Orang Tua Wali
Bapak Ishak Namu Praing (alm), Ibu Monika Pindi djawa, dan kakak terkasih
Deny Namu Praing, Anche Thomas,Ervin Namu Praing, Emilia Namu Praing,
yang telah memberikan dukungan serta motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal ini.
4. Teman-teman seperjuangan Prodi Teknologi Hasil Perikanan Angkatan 2019
yang telah memotivasi penulis menyelesaikan proposal ini.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................5
1.5 Hipotesis....................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Betok.......................................................6
2.2 Habitat Ikan Betok.....................................................................................7
2.3 Kandungan Ikan Betok..............................................................................7
2.4 Kunyit........................................................................................................8
2.4.1 Klasifikasi dan Morfologi Kunyit......................................................8
2.4.2 Senyawa Kimia Kunyit......................................................................9
2.4.3 Kandungan Kunyit.............................................................................9
2.4.4 Aplikasi Kunyit Sebagai Pengawet..................................................10
2.5 Pengawetan..............................................................................................11
2.6 SNI Ikan Segar........................................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................14
3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................14
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................14
3.3 Prosedur Penelitian..................................................................................14
3.3.1 Pengumpulan Sampel.......................................................................14
3.3.2 Ekstraksi Kunyit...............................................................................14
3.3.3 Perendaman Ikan Betok dalam Ekstrak Kunyit...............................15
3.3.4 Penyimpanan....................................................................................15
3.4 Parameter Pengujian................................................................................15
3.4.1 Komposisi Kimia.............................................................................16
3.4.2 Total Bakteri....................................................................................16
3.4.3 Pengujian Organoleptik....................................................................17
3.5 Rancangan Percobaan..............................................................................17
3.6 Analisis Data...........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
LAMPIRAN...........................................................................................................20
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
15
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Kandungan Ikan Betok memiliki nilai kadar air sebesar 80,07%, kadar abu
sebesar 1,71%, kadar lemak sebesar 3,24% dan kadar protein sebesar 9,75%.
Dalam pengawetan terdapat pengawetan dengan menggunakan kunyit yang
dapat dikatakan dalam penggunaan kunyit tersebut yang akan menjadi sebagai
bahan pengawet alami pangan sangat perlu memperhatikan adanya konsentrasi
yang terdapat dalam kunyit tersebut yang tepat dengan ekstrak kunyit yang dibuat
dengan berbagai konsentrasi seperti 0%, 30%, 45%, dan 60% dengan
menambahkan aquades sesuai dengan perlakuan yang akan dilakukan (Amalia,
2019).
Kadar proksimat Ikan Betok segar asal Kalimantan Barat yang penulis
lakukan memiliki nilai yang tidak berbeda jauh dengan kadar proksimat Ikan
Betok segar yang berasal dari Sumatera Selatan yang dilakukan oleh Lestari et al
(2015). Pindang ikan betok merupakan Teknik pengolahan dan pengawetan
tradiosonal di kabupaten sumba timur dengan cara kombinasi
pengukusan,perebusan dan pemberian kunyit selama jangka tertentu dalam sebuah
wadah.
Pengawetan ikan adalah upaya atau cara yang digunakan agar ikan memiliki
daya simpan lebih lama dan mempertahankan nilai gizi,sifat fisik dan kimia yang
terkandung dalam ikan. Upaya yang diamaksud adalah menghambat pembusukan
dan menjamin mutu awal pangan tetap terjaga selama mungkin (Abdulmumen et
al, 2012 dalam Puspawanti 2019).
Kunyit merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pengawet,
masyarakat juga telah banyak memanfaatkan sebagai bumbu dapur maupun obat-
obatan. berdasarkan penelitian Nopandi et al., (2019) menyatakan bahwa
penambahan ekstrak kunyit dengan konsentrasi 4% terhadap presto ikan nila yang
disimpan pada suhu kamar mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan
kadar air dari presto ikan nila adalah 60% dan pH 5,9. Penghambatan
pertumbuhan bakteri ini dikarenakan pemberian kunyit yang bersifat antibakteri.
Sifat antibakteri kunyit berasal dari kurkumin dan minyak atsiri yang terkandung
didalamnya. Senyawa tersebut merupakan golongan senyawa bioaktif yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara menembus dan merusak dinding
sel kemudian mengendapkan protein sehingga menjadi racun dalam protoplasma
3
sel bakteri (Kaamiliina 2005). Beberapa penelitian yang mengkaji ekstrak kunyit
juga sudah banyak dilakukan diantaranya penggunaan ekstrak kunyit sebagai anti
bakteri (Warnaini, 2010), sebagai penghambat pertumbuhan bakteri perusak tubuh
ikan (Purwani dkk., 2008; Syaefatun, 2013), dan dapat menurunkan nilai Total
Volatil Base (TVB) (Pasaraeng, 2013), sebagai flavouring agent dan menstimulasi
pertumbuhan bakteri asam laktat pada pembuatan bekasam ikan lele (Aulia dkk.,
2018).
Dalam kunyit terdapat beberapa kandungan senyawa yakni kurkumin dan
minyak atsiri. Kurkuminoid itu sendiri pada rimpang kunyit sekitar 10.92% yang
terdiri dari senyawa kurkumin beserta turunannya seperti kurkumin,
desmetoksikumin sekitar 10% dan bisdesmetoksikurkumin (1-5%) yang memiliki
aktivitas biologis berspektrum luas yakni antibakteri, antioksidan dan
antihepatoroksik. Dapat dikatakan turunan fanol akan berinteraksi dengan dinding
sel bakteri, terabsorbsi, dan terpenetrasi kedalam sel bakteri yang mengakibatkan
presipitasi dan denaturasi protein yang akan melisikan membrane bakteri.
Aktivitas yang dilakukan antibaktero kurkumin dengan menghambat poliferasi
sel bakteri dan untuk minyak atsiri itu sendiri dapat terdiri dari keton
sesquiterpene, turmeron, 60 % tumeon, 25% zingiberene, felandren, sabinene,
borneol dan sineil. Selain itu, kunyit juga mengandung 1-3% lemak, 3%
karbohidrat, 30% protein, 8 % pati, 45% itamin C, serta garam mineral yang
didalamnya terdapat zat besi, dan fosfor terdapat zat besi dan kalsium. Disisi lain
senyawa didalam sesquiterpene pada minyak atsiri yang terdapat di kunyit dapat
dikatakan sebagai turunan senyawa terpen seperti alkohol yang dijadikan sebagai
bakterisida yang merusak struktur tersier protein bakteri atau denaturasi protein.
Dengan demikian, dengan beberapa kandung maupun senaywa yang terdapat
didalam kunyit dapat dikatakan bahwa kunyit cocok untuk dijadikan sebagai
babhan dalam pengawetan alami (Ayu, 2021).
Pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 2729:2013 yang menyatakan bahwa
syarat mutu ikan segar yakni menunjukkan nilai organoleptik minimal 7. Dengan
kata lain, dalam pengujian organoleptik ikan segar yang menunjukkan nilai 7
dapat dikatakan sebagai nilai terendah pada suatu ikan yang dapat dikatakan
termasuk segar yang ditinjau dari segi tekstur, aroma, bau maupun mutu lainnya.
4
1.5 Hipotesis
H0 : Konsentrasi penambahan ekstrak kunyit yang berbeda tidak berpengaruh
nyata terhadap kadar air,pH, dan Total bakteri dan organoleptik ikan
betok.
H1 : Konsentrasi penambahan ekstrak kunyit yang berbeda berpengaruh nyata
terhadap kadar air,pH, dan Total bakteri dan organoleptik ikan betok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan betok sering disebut ikan pejalan (walking fish atau climbing perch).
Keterampilan untuk berjalan jauh di darat sudah sangat di kenal, menggunakan
ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada, dan tutup insang yang keras
digunakan untuk mendukung bobot badan (Ndobe et al. 2019). Menurut (Akbar,
2017), sebenarnya tutup insang ikan betok berfungsi sebagai kaki tambahan waktu
ikan ini berjalan di darat, tutup insang yang berduri ini di rentangkan untuk
menjaga keseimbangan, sedangkan sirip dada dan sirip ekor mendorong untuk
maju.
6
7
2.4 Kunyit
2.4.1 Klasifikasi dan Morfologi Kunyit
Klasifikasi ilmiah kunyit menurut pratikno (2011), antara lain adalah
sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klasis : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Vah
secara terus menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang semu, sehingga
berbentuk sebuah rumpun. Lebar rumpun mencapai 24,10 cm. panjang rimpang
biasanya mencapai 22,5 cm. tebal rimpang yang tua 4,06 cm dan rimpang muda
1,61 cm. rimpang kunyit yang sudah besar dan tua merupakan bagian yang
dominan sebagai obat (Winarto, 2004).
2.4.2 Senyawa Kimia Kunyit
Pada rimpang kunyit memiliki kandungan senyawa kimia didalamnya
menurut Winarto (dalam Santoso, 2022), yang dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 2. 2 Senyawa Kimia Kunyit
Komposisi Satuan Jumlah
Air G 11,4
Kalori kal 1480
Karbohidrat G 64,9
Protein G 7,8
Lemak G 9,9
Serat G 6,7
Abu G 6,0
Kalsium G 0,182
Fosfor G 0,268
Besi G 41
Vitamin A - -
Vitamin B Mg 5
Vitamin C Mg 26
Minyak Atsiri % 3
Kurkumin % 3
Sumber: (Santoso, 2022)
berbagai senyawa didalamnya yakni kurkumin dan minyak atsiri yang dari kedua
senayawa tersebut tentu memiliki kegunaan yang berbeda bagi tubuh manusia itu
sendiri. Dalam setiap senyawa yang terdapat didalam rimpang kunyit tentu
masing-masing memiliki aktivitas biologis yang berspektrum luas diantaranya
antibakteri, antioksidan dan antihepatorosik. Terutama pada kandungan senyawa
minyak atsiri dalam senyawa sesquiterpen pada kunyit dapat dikatakan sebagai
turunan asal senyawa terpen yang mirip dengan alkohol yang bersifat baktersida
yang mengakibatkan rusaknya struktur tersier protein bakteri atau denaturasi
protein (Ayu, 2021).
Salah satu kegunaan dari pengplikasian kunyit sebagai bahan pengawet
makanan salah satunya ikan betok yang dilakukan perendaman dengan esktrak
kunyit dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Kandungan yang terdapat didalam
ikan betook dengan protein dan lemak dapat menjadi media yang dapat menjadi
pertumbuhan dan perkembangan bakteri pembusuk atau mikroorganisme lain
sehingga kunyit menjadi bahan pengawet alami yang hingga saat ini digunakan
untuk mengawetkan ikan.
2.5 Pengawetan
Pengawet alami adalah bahan tambahan yang diberikan pada makanan yang
biasanya banyak berasal dari tumbuhan, hewan maupun mikroba. Pengawet
dengan menggunakan bahan alami sangat aman untuk digunakan (Utari F. ,
Herliany, Negara, Kusuma, & Utami, 2018). Tumbuhan dapat mesintesa berbagai
senyawa bioaktif yang dapat berperan sebagai antimikroba, seperti senyawa fenol
dan turunannya, terpena dan terpenoid, alkaloid, steroid dan polipeptida (Putra,
2014). Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air
dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk
berkembang biak (Mareta, 2011). Proses pengawetan ikan merupakan salah satu
bagian penting dari mata rantai industri perikanan, dimana pengawetan bertujuan
mempertahankan kesegaran ikan selama mungkin dengan cara menghambat
penyebab kemunduran mutu (Afrianto dan Liviawaty, 1989).
12
Catatan:
* Bila diperlukan
** Untuk ikan predator
*** Untuk ikan scombroidae (scombroid), clupeidae, pomatomidae,
copyhaenedae
**** Untuk ikan hasil budidaya
***** Untuk ikan karang
13
Keterangan:
ALT = Angka Lempeng Total
APM = Angka Paling Memungkinkan
BAB III
METODE PENELITIAN
14
15
2. pH (AOAC, 2005)
Pengukuran derajat keasaman menurut AOAC (2005) dilakukan sebagai
berikut: Derajat keasaman daging ikan betok diukur dengan menggunakan pH-
meter, dan dikalibrasi dengan larutan buffer dengan nilai pH 4 dan 7. Sampel
disiapkan sebanyak 1 ml, kemudian ditambah aquades 10 mL, setelah itu
sampel di aduk selama lima menit, sampel dipindahkan ke dalam gelas ukur,
pH-meter dicelupkan ke dalam sampel kira-kira 2-4 cm. Nilai pH diperoleh
dengan membaca skala yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk.
3.4.2 Total Bakteri
BSN. (2013). Standar Nasional Indonesia SNI 2719:2013. Jakarta: Gd. Manggala
Wanabakti.
19
LAMPIRAN
20
21
Penilaian Organoleptik
Mata P0 P1 P2 P3 P4
insang
Aroma
Tekstur
warna