Crs Impetigo Krustosa
Crs Impetigo Krustosa
IMPETIGO KRUSTOSA
Oleh:
Preseptor:
ANDALAS
PUSKESMAS NANGGALO
PADANG 2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Report Session (CRS) ini dengan judul “Impetigo Krustosa” sebagai salah satu
Penulis menyadari naskah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak yang membaca demi
seluruh pihak yang turut membantu. Semoga naskah ini dapat memberikan
lainnya.
Penulis
2
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
perubahan vesikel berdinding tipis, diskret, menjadi pustul dan ruptur serta
dilepaskan.
impetigo krustosa.
1.2 Epidemiologi
sering. Penyakit ini banyak terjadi pada anak - anak kisaran usia 2-5 tahun dengan
merupakan 10% dari penyakit kulit anak yang menjadi penyakit infeksi kulit
bakteri utama
3
dan penyakit kulit peringkat tiga terbesar pada anak. Di Inggris kejadian impetigo
pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia
5-15 tahun .
Impetigo krustosa banyak terjadi pada musim panas dan daerah lembab,
dengan puncak insiden di akhir musim panas. Anak-anak prasekolah dan sekolah
paling sering terinfeksi. Pada usia dewasa, laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan. Disamping itu, ada beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya
- hunian padat
- higiene buruk
- hewan peliharaan
1.3 Patogenesis
Impetigo krustosa dimulai ketika trauma kecil terjadi pada kulit normal
sebagai port of entry yang terpapar oleh kuman melalui kontak langsung dengan
pasien atau dengan seseorang yang menjadi carrier. Kuman tersebut berkembang
biak dikulit dan akan menyebabkan terbentuknya lesi dalam satu sampai dua
minggu.
4
Gambar 1. Struktur Streptoccocus Piogenes dan Substansinya
5
Cara infeksi pada impetigo krustosa ada 2, yaitu infeksi primer dan infeksi
sekunder.
Infeksi Primer
berkembang menjadi lesi pada kulit. Lesi biasanya timbul di atas kulit
Infeksi sekunder
Infeksi sekunder terjadi bila telah ada penyakit kulit lain sebelumnya
serangga, luka lecet, luka goresan, dan luka bakar, dapat terjadi pada
semua umur.
suatu protein yang mengakibatkan bakteri dapat melekat dan membentuk suatu
kontak langsung dari orang ke orang. Impetigo banyak terjadi pada musim panas
dan cuaca yang lembab. Pada anak-anak sumber infeksinya yaitu binatang
6
peliharaan, kuku tangan yang kotor, anak-anak lainnya di sekolah, daerah rumah
kumuh, sedangkan pada dewasa sumbernya yaitu tukang cukur, salon kecantikan,
1.4 Histopatologi
leukosit dan sel epidermis. Pada dermis terjadi inflamasi ringan yang ditandai
Seringkali terjadi spongiosis yang mendasari pustula. Pada lesi terdapat kokus
Gram positif.
Impetigo krustosa dapat terjadi di mana saja pada tubuh, tetapi biasanya
pada bagian tubuh yang sering terpapar dari luar misalnya wajah, leher, dan
kurang lebih 2 mm yang dengan cepat membentuk vesikel, bula atau pustul
berdinding tipis. Kemudian vesikel, bula atau pustul tersebut ruptur menjadi erosi
kuning keemasan (honey-colored) dan dapat meluas lebih dari 2 cm. Lesi biasanya
berkelompok dan sering konfluen meluas secara irreguler. Pada kulit dengan
pada akhirnya mengering dan lepas dari dasar yang eritema tanpa pembentukan
jaringan scar.
7
Lesi dapat membesar dan meluas mengenai lokasi baru dalam waktu
beberapa minggu apabila tidak diobati. Pada beberapa orang lesi dapat remisi
spontan dalam 2-3 minggu atau lebih lama terutama bila terdapat penyakit akibat
parasit atau pada iklim panas dan lembab, namun lesi juga dapat meluas ke dermis
8
1.6 Diagnosis
pemeriksaan fisik dengan mengidentifikasi tanda dan gejala yang ada dan dapat
Pada pulasan gram, ditemukan coccus Gram positif yang lebih terlihat bila
pemeriksaan biakan kuman dan sensitivitas bila terapi tidak menghasilkan respon
a. Dermatitis Atopik
Terdapat riwayat atopik seperti asma, rhinitis alergika. Lesi pruritus kronik
b. Dermatitis Kontak
c. Herpes Simpleks
Vesikel dengan dasar eritema yang ruptur menjadi erosi ditutupi krusta.
d. Varisela
9
Terdapat gejala prodomal seperti demam, malaise, anoreksia. Vesikel
berbagai stadium).
e. Kandidiasis
1.8 Komplikasi
1. Ektima
Impetigo yang tidak diobati dapat meluas lebih dalam dan penetrasi ke
dengan eritema dan tepi meninggi, panas, bengkak, dan biasanya disertai
gejala prodromal.
10
Komplikasi utama dan serius dari impetigo krustosa yang umumnya
anak-anak usia kurang dari 6 tahun. Tidak ada bukti yang menyatakan
Streptococcus strain 49, 55, 57,dan 60 serta strain M-tipe 2. Periode laten
4. Rheumatic Fever.
streptokokus yang tidak diobati strep throat atau scarlet fever. Kondisi
5. Pneumonia.
Penyakit ini biasa terjadi pada perokok dan seseorang yang menggunakan
6. Osteomielitis
berasal dari bagian tubuh yang lain yang berpindah ke tulang melalui
darah.
11
7. Meningitis
1.9 Tatalaksana
A. Umum
Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit.
- Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak
memperberat lesi.
B. Khusus
12
Pada prinsipnya, pengobatan impetigo krustosa bertujuan untuk
1. Terapi Sistemik
terdapat lesi yang luas atau berat, limfadenopati, atau gejala sistemik.
o Amoksisilin
o Sefaleksin
hari.
o Kloksasilin
b. Pilihan Kedua
o Eritromisin
Dosis 30-50mg/kgBB/hari.
o Azitromisin
Dosis 500 mg/hari untuk hari ke-1 dan dosis 250 mg/hari
13
2. Terapi Topikal
wajah dan penderita sehat secara fisik. Pemberian obat topikal ini
o Mupirocin
Streptococcus pyogenes.
o Asam Fusidat
kuman gram positif dan telah teruji sama efektif dengan mupirocin
topikal.
o Bacitracin
14
menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat
o Retapamulin
oleh Food and Drug Administraion (FDA) pada tahun 2007 sebagai
terapi impetigo pada remaja dan anak-anak diatas 9 bulan dan telah
mupirosin, azitromisin.
1.10 Prognosis
Pada beberapa individu, bila tidak ada penyakit lain sebelumnya impetigo
krustosa dapat membaik spontan dalam 2-3 minggu. Namun, bila tidak diobati
impetigo krustosa dapat bertahan dan menyebabkan lesi pada tempat baru serta
15
16
BAB 2
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
KB : Tidak ada
Listrik ada
17
III. Aspek Psikologis di keluarga
V. Keluhan Utama
Timbul keropeng dan kulit kemerahan di sudut kiri bibir dan hidung sejak
Timbul keropeng dan kulit kemerahan di sudut kiri bibir dan hidung sejak
18
VII. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kesadaran : CMC
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,7 oC
BB : 12 kg
TB : 93 cm
Dada
Paru
Perkusi : sonor
Jantung
Perkusi : Kiri: 1 jari medial LMCS RIC V, kanan: LSD, atas: RIC
19
Abdomen
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
STATUS DERMATOLOGIKUS
Distribusi : terlokalisir
Batas : tegas
Ukuran : lentikular
Status Venereologikus
Kelainan Selaput :
Tidak Ditemukan Kelainan
Kelainan Kuku :
Jaringan sekitar kuku tidak ditemukan kelainan
Kelainan Rambut :
Tidak ditemukan kelainan
20
VIII. Laboratorium Anjuran :
pyogenes)
Impetigo Krustosa
X. Diagnosis Banding : -
XI.Manajemen
Preventif :
Promotif :
2
Edukasi mengenai perjalanan penyakit pasien
Kuratif :
Sistemik :
2
Pro :
Khaiza Umur
: 3 tahun
Alamat : Jalan Kurao Pagang, Nanggalo
Rehabilitatif :
XII. Prognosis
BAB 3
DISKUSI
Puskesmas Nanggalo Padang pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 9.30.00 WIB
dengan keluhan utama timbul keropeng dan kulit kemerahan di sekitar mulut dan
hidung sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan diawali timbul gelembung kemerahan
berair di sudut kiri bibir dan sekitar hidung yang kemudian pecah, mengelupas,
2
sebagian besar kering, agak gatal dan sedikit nyeri. Kebiasaan menggaruk-garuk
ada. Demam dan nyeri pada bercak merah tidak ada. Riwayat alergi tidak ada.
Riwayat tergigit serangga tidak ada. Pasien belum pernah menderita penyakit
yang sama sebelumnya. Pasien tidak pernah menderita penyakit kulit lainnya
sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik, status generalisatanya baik dan dalam batas
normal. Pada status dermatologikus pada sudut kiri bibir dan sekitar hidung
kuratif, dan rehabilitatif. Pasien diberi obat amoksisilin tablet 3 x 250 mg,
sehari dioleskan pada lesi dan kompres Nacl 0,9% 3 x sehari selama 5 - 10 menit.
Prognosis pada pasien Quo ad Vitam Bonam, Quo ad Functionam Bonam,
DAFTAR PUSTAKA
EGC: 156-162
2. 2, Hay R.J, B.M Adriaans. Bacterial Infection. In: Burns T, Brethnach S, Cox
3. Heyman W.R, Halpern V. Bacterial Infection. Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini
2
4. Cole C, Gazewood J. Diagnosis and Treatment of Impetigo. American
http://www.sepeap.org/archivos/pdf/10524.pdf
5. Craft N, Peter K.L, Matthew Z.W, Morton N.S, Richard S.J. Superficial
Dermatology in General Medicine. Vol 2. 7th Ed. New York: McGraw Hill.
2008. p.1695-1705.
6. Arnold, Odom, James. Bacterial Infection. In: James W.D, Berger T.G, Elston
D.M (eds). Andrew’s Disease of the Skin Clinical Dermatology. 10th Ed.