Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem
pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menetukan tujuan
pembelajaran, metode, teknik, media pembelajaran dan alat evaluasi,
Maka dari itu dengan memahami kurikulum khususnya kurikulum PAI kita sebagai seorang
guru dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum PAI

B. Rumusan Masalah
Berdasarakan Latar Belakang Maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana sifat-sifat kurikulum PAI ?
2. Apa yang dimaksud Pendekatan ?
3. Jelaskan Pendekatan-pendekatan pembelajaran Kurikulum PAI ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sifat – sifat Kurikulum PAI

Kurikulum pai mempunyai sifat-sifat atau karakteristik yang membedakan dengan


kurikulum lain, hal tersebut tercermin dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang ciri-ciri
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Kurikulum PAI mempunyai dua sisi muatan
Dua sisi muatan dalam kurikulum PAI yang dimaksud adalah: (a) sisi muatan keagamaan
berisi wahyu Ilahi dan sunah Rasul yang bersifat mutlak dan berada di luar jangkauan akal dan
indera manusia (beyond of human’s mind and instinct). Wahyu Allah swt dan sunah Rasul saw
berfungsi memberikan petunjuk kepada manusia dalam upaya mendekatkan diri kepada-Nya. Dan
cara-cara mengadakan hubungan antar sesama makhluk Allah lainnya dan lingkungan hidupnya. (b)
sisi muatan pengetahuan yang berisi hal-hal yang dapat di usahakan manusia dalam bentuk
pengalaman factual maupun pengalaman berfikir. Pengetahuan yang dimaksud ada kemungkinan
hasil analisis dari wahyu ilahi atau sunah Rasul (tafsir) atau mungkin pula hasil analisis dari
lingkungan alam sekitarnya.
Peranan kurikulum PAI dalam hal ini ialah mengupayakan agar kedua muatan diatas dapat
lebih dipahami, dihayati, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kurikulum PAI bersifat memihak, tidak netral/moderat
Kurikulum PAI mempunyai garis yang jelas dan tegas (qath’I dan mutlak), jika dalam ajaran
islam sesuatu tersebut ditetapkan sebagai wajib, maka semua umat islam berkewajiban untuk
melaksanakannya, demikian pula sebaliknya, jika dalam ajaran islam menegaskan bahwa sesuatu
itu haram dan harus ditinggalkan, maka semua kaum muslimin wajib meninggalkannya. Bagi orang
yang melanggar kewajiban dan larangan yang telah digariskan dalam islam konsekwensinya ia akan
mendapat sanksinya tidak didunia diakhirat sudah pasti.
Berbeda dengan kurikulum umum, ia bersifat netral atau moderat artinya tidak memihak,
dengan demikiaan kurikulum tersebut diberikan kepada siswa terserah mereka, apakah pengetahuan
yang diperolehnya mau diamalkan atau tidak hal ini didasarkan kepada untung dan rugi dan
pertimbangan pribadi yang bersangkutan.

3. Kurikulum PAI mengarahkan kepada pembentukan akhlak yang mulia


Ajaran islam yang bersumber wahyu ilahi sangat menekankan kepada umatnya agar mereka
mempunyai akhlak yang mulia. Kriteria untuk menentukan apakah akhlak seseorang itu terpuji atau
tercela ialah kriteria yang terdapat didalam ayat-ayat Al-Quran dan sunah Rasul. Kriteria dari dua
sumber tersebut bersifat pasti dan permanen dan tidak berubah-ubah sampai kapanpun. Sementara
kurikulum umum lebih bersifat atas pertimbangan akal pikiran.

4. Kurikulum PAI bersifat fungsional terpakai sepanjang masa


Agama bagi seseorang dalam tingkatan status apapun, baik ia orang kaya, atau orang miskin,
pejabat atau rakyat jelata, pada saat bagaimanapun saat gembira atau sedih, sehat atau sakit.
Pengetahuan agama ini tetap aktual dan fungsional, terpakai dalam seluruh aspek kehidupan. Tidak
2
ada satu ajaran yang sekomplit dan selengkap ajaran islam, yaitu seorang muslim diatur oleh islam
sejak dari bangun tidur sampai dengan tidur lagi, dari hal-hal yang kecil masuk ke WC sampai
kepada menjadi dan mengelola negara semua diatur dalam islam. Aturan-aturan tersebut 14 abad
yang silam sampai sekarang dan yang akan datang akan tetap uptodate dan fungsional. Ajaran islam
yang terkandung dalam kurikulum PAI berfungsi untuk memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Berbeda kurikulum pengetahuan lain yang bersifat nisbi dan relatif berubah-ubah tergantung
situasi dan kondisi tertentu. Tidak jarang kita menemukan teori-teori yang dianggap hebat dan
menggemparkan dunia namun belakangan ini teori-teori tersebut tertolak. Bahkan ada sesuatu yang
dianggap buruk pada masa lalu dianggap masalah biasa atau baik sekarang, atau sebaliknya.

5. Materi kurikulum PAI sudah ada pada setiap peserta didik sejak dari rumah
Peserta didik yang tinggal dirumah bersama-sama dengan keluarganya sebenarnya secara
langsung atau tidak langsung. Mereka sudah terisi pengetahuan agamanya, apa yang telah dimiliki
peserta didik harus menjadi perhatian guru. Pengajaran kurikulum PAI disekolah berfungsi
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik agar lebih
berkembang secara optimal dan meluruskan pengetahuan peserta didik yang kurang tepat. Dengan
demikian pengajaran agama di sekolah tidak memulai dari nol sama sekali. Tetapi karena peserta
didik datangnya dari macam-macam keluarga yang pengetahuan, penghayatan, dan pengamalan
agama bervariasi, maka guru harus dapat menyamakan persepsi mereka terlebih dahulu.

B. Pendekatan – Pendekatan Pembelajaran Kurikulum PAI


Pendekatan merupakan terjemahan dari kata “approach” dalam bahasa Inggris diartikan
dengan come near (menghampiri) go to (jalan ke) dan way path dengan (arti jalan) dalam
pengertian ini dapat dikatakan bahwa approach adalah cara menghampiri atau mendatangi sesuatu.
H.M. Chabib Taha, mendefinisikan pendekatan adalah cara pemprosesan subjek atas objek
untuk mencapai tujuan. Pendekatan juga bisa berarti cara pandang terhadap sebuah objek persoalan,
dimana cara pandang itu adalah cara pandang dalam konteks yang lebih luas.
Lawson dalam konteks belajar, mendefinisikan pendekatan adalah segala cara atau strategi
yang digunakan peserta didik untuk menunjang keefektifan keefisienan dalam proses pembelajaran
materi tertentu.
Pendekatan merupakan cara pandang dan tindakan nyata yang dilakukan untuk memecahkan
masalah belajar dan cara siswa belajar agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.
Pendekatan apapun yang digunakan dalam pembelajaran diharapkan dapat memberikan peran
kepada siswa sebagai pusat perhatian dan kegiatan pembelajaran.
Tugas dan peran guru dalam pembentukan pola kegiatan pembelajaran dikelas bukan
ditentukan oleh “apa yang akan dipelajari” siswa, melainkan “siswa bisa apa” setelah kegiatan
pembelajaran. Karena itu, persoalannya adalah “kemampuan apa yang dimiliki siswa” dan
“bagaimana merekayasa, menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa”.
Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi secara
aktif dan efektif terhadap lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan yang diciptakan
dalam kegiatan pembelajaran, baik sebagai sumber belajar yang direncanakan maupun
tidak. Pendidikan islam, kendati pun dalam konteks ke-Indonesiaan merupakan sub-sistem, misi dan
perannya tidak jauh berbeda dengan peran pendidikan nasional. Untuk menjalankan fungsinya

3
secara efektif dan efisien, suatu sistem pendidikan harus sehat dan terus bergerak sesuai dengan
gerak perubahan masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.
Menurut Tolkhah, ada beberapa pendekatan yang perlu mendapat kajian lebih lanjut berkaitan
dengan pembelajaran agama Islam, diantaranya: pertama, pendekatan psikologis, pendekatan ini
perlu dipertimbangkan mengingat aspek psikologis manusia yang meliputi aspek
rasional/intelektual, aspek emosional dan aspek ingatan.
Aspek rasional mendorong manusia untuk berfikir ciptaan Tuhan di langit maupun di bumi. Aspek
emosional mendorong manusia merasakan adanya kekuasaan tertinggi yang ghaib sebagai
pengendali jalannya alam dan kehidupan. Sedangkan aspek ingatan dan keinginan manusia
didorong untuk difungsikan kedalam kegiatan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang
diturunkan-Nya. Seluruh aspek dimensi manusia sejatinya dibangkitkan untuk dipergunakan
semaksimal mungkin bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kedua,
pendekatan sosio- cultural, suatu pendekatan yang melihat dimensi manusia tidak saja sebagai
individu melainkan juga sebagai makhluk sosial budaya yang memiliki berbagai potensi yang
signifikan bagi pengembangan masyarakat, dan juga mampu mengembangkan sistem budaya dan
kebudayaan yang berguna bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya.
Dalam Pelaksanaan pembelajaran PAI digunakan berbagai pendekatan. Hal ini tergantung
kepada berbagai hal. Seperti; Jenjang Pendidikan, tujuan, sifat materi, dan lingkungan pendidikan
anak. Berdasarkan hal tersebut di atas, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kurikulum PAI adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Pengalaman

Pendekatan pengalaman yaitu pemberian pengalaman kepada peserta didik dalam rangka
penanaman nilai-nilai keagamaan baik secara individual maupun kelompok. Syaiful Bahri
Djamarah menyatakan bahwa pengalaman yang dilalui seseorang adalah guru yang baik.
Pengalaman merupakan guru tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga, belajar dari
pengalaman adalah lebih baik dari sekedar bicara dan tidak pernah berbuat sama
sekali.[1] Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua
pengalaman dapat bersifat mendidik, karena ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik. Suatu
pengalaman dikatakan tidak mendidik jika pendidik tidak membawa peserta didik ke arah tujuan
pendidikan akan tetapi ia menyelewengkan peserta didik dari tujuan itu, misalnya mengajar anak
menjadi pencuri. Karena itu ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan
yang berarti bagi anak, kontinyu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan, dan juga
sesamanya. Pepatah Arab mengatakan : “Ilmu tanpa diiringi dengan amal (pengalaman) bagaikan
pohon tanpa buah”. Betapa tingginya nilai suatu pengalaman, maka disadari akan pentingnya
pengalaman bagi perkembangan jiwa peserta didik sehingga dijadikanlah pengalaman itu sebagai
suatu pendekatan.

2. Pendekatan Pembiasaan

Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan
terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa difikirkan lagi.[2] Dalam hal ini guru menganjurkan
kepada peserta didik agara selalu membiasakan kebiasaan-kebiasaan agama dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya : peserta didik dibiasakan mengucap salam kepada sesama muslim ketika
4
mereka saling bertemu. Guru juga menganjurkan agar peserta didik melakukan amalan-amalan
keagamaan yang harus mereka biasakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Guru juga harus bisa
memberikan contoh kepada peserta didik agar pembiasaan ini bisa mereka laksanakan.

3. Pendekatan Emosional

Pendekatan emosional ialah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam
meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk. Emosi adalah
gejala kejiwaan yang ada dalam diri sesorang. Emosi berperan dalam pembentukan kepribadian
seseorang. Emosi tersebut berhubungan dengan masalah perasaan. Justru itulah pendekatan
emosional dijadikan salah satu pendekatan dalam pendidikan Islam. Pendekatan emosional ini salah
satu bentuk upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang
sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.

4. Pendekatan Rasional

Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan mempergunakan akal, dalam memahami dan
menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Pendekatan rasional ini suatu usaha memberikan
peranan pada rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar
dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dan perilaku yang buruk dalam
kehidupan duniawi. Usaha maksimal bagi guru dalam pendekatan rasioanal adalah dengan
memberikan peran akal dalam memahami dan menerima kebenaran agama.

5. Pendekatan fungsional

Pengertian fungsional ialah usaha memberikan materi agama menekankan kepada segi
kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkatan
perkembangannya. Ilmu agama yang dipelajari oleh anak di sekolah bukanlah hanya sekedar
melatih otak tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik dalam kehidupan individu maupn
dalam kehidupan sosial. Dengan agama anak-anak dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Dengan demikian, dengan pendekatan fungsional berarti anak dapat memanfaatkan ajaran dalam
kehidupan sehari-hari, baik kehidupan individu maupun kehidupan masyarakat.

6. Pendekatan Keteladanan

Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan, baik yang berlangsung melalui


penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidikan dan tenaga
pendidikan lainyangmencerminkan akhlak terpuji, maupaun yang melalui suguhanilustrasi kisah-
kisah teladan.[3] Dalam hal ini guru menjadi teladan bagi peserti didik.

7. Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu adalah pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan
memadukan secara serentak beberapa proses pendekatan.

5
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari Uraian di atas dapat disimpulkan sifat-sifat kurikulum PAI adalah sebagai berikut :
1. Kurikulum PAI mempunyai dua sisi muatan.
2. Kurikulum PAI bersifat memihak, tidak netral/moderat.
3. Kurikulum PAI mengarahkan kepada pembentukan akhlak yang mulia.
4. Kurikulum PAI bersifat fungsional terpakai sepanjang masa.
5. Materi kurikulum PAI sudah ada pada setiap peserta didik sejak dari rumah.

Adapun pendekatan-pendekatan pembelajaran kurikulum PAI adalah sebagai Berikut :


1. Pendekatan Pengalaman
2. Pendekatan Pembiasaan
3. Pendekatan Emosional
4. Pendekatan Rasional
5. Pendekatan Fungsional
6. Pendekatan Keteladanan
7. Pendekatan Terpadu

6
DAFTAR PUSTAKA

Bahri Djamarah, Syaiful dkk, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1997
Nashih Ulwan, Abdullah. Pedoman Pendidikan anak dalam islam. Bandung: Asy-Syifa. 1981
Nasution, kurikulum dan pengajaran. Bandung: PT Bumi aksara,1989
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2008
Ramayulis, Pengantar Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 1984

Anda mungkin juga menyukai