PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem
pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menetukan tujuan
pembelajaran, metode, teknik, media pembelajaran dan alat evaluasi,
Maka dari itu dengan memahami kurikulum khususnya kurikulum PAI kita sebagai seorang
guru dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum PAI
B. Rumusan Masalah
Berdasarakan Latar Belakang Maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana sifat-sifat kurikulum PAI ?
2. Apa yang dimaksud Pendekatan ?
3. Jelaskan Pendekatan-pendekatan pembelajaran Kurikulum PAI ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
5. Materi kurikulum PAI sudah ada pada setiap peserta didik sejak dari rumah
Peserta didik yang tinggal dirumah bersama-sama dengan keluarganya sebenarnya secara
langsung atau tidak langsung. Mereka sudah terisi pengetahuan agamanya, apa yang telah dimiliki
peserta didik harus menjadi perhatian guru. Pengajaran kurikulum PAI disekolah berfungsi
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik agar lebih
berkembang secara optimal dan meluruskan pengetahuan peserta didik yang kurang tepat. Dengan
demikian pengajaran agama di sekolah tidak memulai dari nol sama sekali. Tetapi karena peserta
didik datangnya dari macam-macam keluarga yang pengetahuan, penghayatan, dan pengamalan
agama bervariasi, maka guru harus dapat menyamakan persepsi mereka terlebih dahulu.
3
secara efektif dan efisien, suatu sistem pendidikan harus sehat dan terus bergerak sesuai dengan
gerak perubahan masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.
Menurut Tolkhah, ada beberapa pendekatan yang perlu mendapat kajian lebih lanjut berkaitan
dengan pembelajaran agama Islam, diantaranya: pertama, pendekatan psikologis, pendekatan ini
perlu dipertimbangkan mengingat aspek psikologis manusia yang meliputi aspek
rasional/intelektual, aspek emosional dan aspek ingatan.
Aspek rasional mendorong manusia untuk berfikir ciptaan Tuhan di langit maupun di bumi. Aspek
emosional mendorong manusia merasakan adanya kekuasaan tertinggi yang ghaib sebagai
pengendali jalannya alam dan kehidupan. Sedangkan aspek ingatan dan keinginan manusia
didorong untuk difungsikan kedalam kegiatan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang
diturunkan-Nya. Seluruh aspek dimensi manusia sejatinya dibangkitkan untuk dipergunakan
semaksimal mungkin bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kedua,
pendekatan sosio- cultural, suatu pendekatan yang melihat dimensi manusia tidak saja sebagai
individu melainkan juga sebagai makhluk sosial budaya yang memiliki berbagai potensi yang
signifikan bagi pengembangan masyarakat, dan juga mampu mengembangkan sistem budaya dan
kebudayaan yang berguna bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya.
Dalam Pelaksanaan pembelajaran PAI digunakan berbagai pendekatan. Hal ini tergantung
kepada berbagai hal. Seperti; Jenjang Pendidikan, tujuan, sifat materi, dan lingkungan pendidikan
anak. Berdasarkan hal tersebut di atas, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kurikulum PAI adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Pengalaman
Pendekatan pengalaman yaitu pemberian pengalaman kepada peserta didik dalam rangka
penanaman nilai-nilai keagamaan baik secara individual maupun kelompok. Syaiful Bahri
Djamarah menyatakan bahwa pengalaman yang dilalui seseorang adalah guru yang baik.
Pengalaman merupakan guru tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga, belajar dari
pengalaman adalah lebih baik dari sekedar bicara dan tidak pernah berbuat sama
sekali.[1] Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua
pengalaman dapat bersifat mendidik, karena ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik. Suatu
pengalaman dikatakan tidak mendidik jika pendidik tidak membawa peserta didik ke arah tujuan
pendidikan akan tetapi ia menyelewengkan peserta didik dari tujuan itu, misalnya mengajar anak
menjadi pencuri. Karena itu ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan
yang berarti bagi anak, kontinyu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan, dan juga
sesamanya. Pepatah Arab mengatakan : “Ilmu tanpa diiringi dengan amal (pengalaman) bagaikan
pohon tanpa buah”. Betapa tingginya nilai suatu pengalaman, maka disadari akan pentingnya
pengalaman bagi perkembangan jiwa peserta didik sehingga dijadikanlah pengalaman itu sebagai
suatu pendekatan.
2. Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan
terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa difikirkan lagi.[2] Dalam hal ini guru menganjurkan
kepada peserta didik agara selalu membiasakan kebiasaan-kebiasaan agama dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya : peserta didik dibiasakan mengucap salam kepada sesama muslim ketika
4
mereka saling bertemu. Guru juga menganjurkan agar peserta didik melakukan amalan-amalan
keagamaan yang harus mereka biasakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Guru juga harus bisa
memberikan contoh kepada peserta didik agar pembiasaan ini bisa mereka laksanakan.
3. Pendekatan Emosional
Pendekatan emosional ialah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam
meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk. Emosi adalah
gejala kejiwaan yang ada dalam diri sesorang. Emosi berperan dalam pembentukan kepribadian
seseorang. Emosi tersebut berhubungan dengan masalah perasaan. Justru itulah pendekatan
emosional dijadikan salah satu pendekatan dalam pendidikan Islam. Pendekatan emosional ini salah
satu bentuk upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang
sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
4. Pendekatan Rasional
Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan mempergunakan akal, dalam memahami dan
menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Pendekatan rasional ini suatu usaha memberikan
peranan pada rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar
dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dan perilaku yang buruk dalam
kehidupan duniawi. Usaha maksimal bagi guru dalam pendekatan rasioanal adalah dengan
memberikan peran akal dalam memahami dan menerima kebenaran agama.
5. Pendekatan fungsional
Pengertian fungsional ialah usaha memberikan materi agama menekankan kepada segi
kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkatan
perkembangannya. Ilmu agama yang dipelajari oleh anak di sekolah bukanlah hanya sekedar
melatih otak tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik dalam kehidupan individu maupn
dalam kehidupan sosial. Dengan agama anak-anak dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Dengan demikian, dengan pendekatan fungsional berarti anak dapat memanfaatkan ajaran dalam
kehidupan sehari-hari, baik kehidupan individu maupun kehidupan masyarakat.
6. Pendekatan Keteladanan
7. Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu adalah pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan
memadukan secara serentak beberapa proses pendekatan.
5
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari Uraian di atas dapat disimpulkan sifat-sifat kurikulum PAI adalah sebagai berikut :
1. Kurikulum PAI mempunyai dua sisi muatan.
2. Kurikulum PAI bersifat memihak, tidak netral/moderat.
3. Kurikulum PAI mengarahkan kepada pembentukan akhlak yang mulia.
4. Kurikulum PAI bersifat fungsional terpakai sepanjang masa.
5. Materi kurikulum PAI sudah ada pada setiap peserta didik sejak dari rumah.
6
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Djamarah, Syaiful dkk, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1997
Nashih Ulwan, Abdullah. Pedoman Pendidikan anak dalam islam. Bandung: Asy-Syifa. 1981
Nasution, kurikulum dan pengajaran. Bandung: PT Bumi aksara,1989
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2008
Ramayulis, Pengantar Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 1984