Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PELAKSANAAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM


LEMBAGA PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU:
Aan Suriadi, M.Pd.

DISUSUN:
KEMAS MUHAMMAD BARDAN ABDILLAH
NIM. 2021131020

MATA KULIAH PENGELOLAAN PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK
2022
KATA PENGANTAR

$‫م‬$‫ي‬$‫ح‬$‫ر‬$‫ل‬$‫ ا‬$‫ن‬$‫م‬$‫ح‬$‫ر‬$‫ل‬$‫ ا‬$$$‫ هللا‬$‫م‬$‫س‬$‫ب‬

Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji Syukur kami Panjatkan kepada Allah Subhanallah Ta`ala, atas rahmat-Nya.
Sehingga kami dapat menyusun karya tulis atau makalah ini, yang berjudul Pelaksanaan
Fungsi-fungsi Manajemen dalam Lembaga Pendidikan. Penulisan makalah ini dilakukan
dalam rangka memenuhi tugas dari salah satu Mata Kuliah, yaitu Pengelolaan Kependidikan
yang dibimbing oleh Aan Suriadi, M.Pd.
Kami menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran apabila ada kesalahan dari segi penulisan maupun dari
segi materi yang disampaikan di makalah ini. Akhir kata, semoga Allah Subhanallah Ta`ala
memberikan balasan atas segala kebaikansemua pihak yang telah membantu. Semoga
makalah ini membawa manfaat bagi para pembaca. Aamiin

Palembang, 9 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Perencanaan.....................................................................................................................3

B. Struktur Organisasi dan Job Description.........................................................................6

C. Komunikasi dan Koordinasi..........................................................................................10

D. Pengawasan dan Pengendalian......................................................................................11

E. Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah.......................................................14

BAB III PENUTUP..................................................................................................................21

A. Kesimpulan...................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mempelajari ruang lingkup manajemen pendidikan akan dilihat dari dua sudut
pandang, yaitu pertama ditinjau dari objek kajian manajemen lembaga pendidikan, kedua
berdasarkan bidang garapan manajemen pendidikan. Manajemen lembaga pendidikan
merupakan manajemen pada suatu institusi pendidikan sebagai kegiatan utama yang
membedakan satu institusi dengan institusi lain dalam memenuhi pelayanan kepada
manusia dalam bidang pendidikan.Dan pada hakekatnya objek kajian manajemen
lembaga pendidikan merupakan sistem organisasi pendidikan, yaitu satu kesatuan utuh
yang terdiri dari bagian-bagian yang tersusun secara sistematis, mempunyai hubungan
antara satu dengan lainnya sesuai konteksnya. Tinjauan manajemen pendidikan dilihat
dari bidang garapannya bertitik tolak pada aktifitas “dapur inti” yaitu program
pembelajaran di kelas, setidaknya ada 8 (delapan) bidang garapan manajemen, meliputi
manajemen peserta didik, manajemen kurikulum, manajemen personalia, manajemen
pembiayaan pendidikan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen
ketatalaksanaan,manajemen organisasi dan manajemen humas. Di samping kedelapan
bidang garapan tersebut,ada unsur lain yang mempunyai fungsi membina dan
mengendalikan masing-masing atau pun keseluruhan bidang garapan manajemen tersebut
yaitu supervisi pendidikan. Pada pembahasan berikutnya yang menjadi sentral adalah
ruang lingkup menurut bidang garapan, sedangkan urutan kegiatan dan pelaksana secara
implisit diintegrasikan pada setiap bidang garapan tersebut.
Dalam mengoperasionalisasikan fungsi-fungsi manajemen, pendidikan
membutuhkan perencanaan pengelolaan yang baik, sebagaimana adanya
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan untuk semua kegiatan pendidikan.
Fungsi-fungsi manajemen yang lazim diterapkan pada lembaga atau organisasi termasuk
pendidikan mengacu pada pendapat Henry Fayol, seorang pakar ilmu manajemen yang
memerinci secara sistematis, yaitu meliputi: (1) planning (perencanaan), (2) organizing
(pengorganisasian), (3) coordinating (pengoordinasian), (4) commanding (pengarahan),
dan (5) controlling (pengawasan) (Hikmat, 2009, hal. 39). Di samping memaparkan
fungsi manajemen, Henry Fayol juga memunculkan azas-azas manajemen yang meliputi
(1) azas pembagian kerja, (2) azas wewenang dan tanggung jawab, (3) disiplin, (4)
kesatuan perintah, (5) kesatuan arah, (6) azas kepentingan umum, (7) pemberian janji

1
yang wajar, (8) pemusatan wewenang, (9) azas keteraturan, (10) azas keadilan, (11)
kestabilan masa jabatan, (12) inisiatif, (13) azas kesatuan. Materi pada makalah ini
meliputi perencanaan, struktur organisasi dan job description, komunikasi dan koordinasi,
pengawasan dan pengendalian serta diakhiri dengan pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah.

B. Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang diatas bisa diambil poin masalah yang harus di pecahkan,
sebagai berikut:
a. Apa saja fungsi dari manajeman dalam lembaga Pendidikan?
b. Seperti apa peran manajemen dalam lembaga pendidikan?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya
untuk mencapai tujuan tertentu. Dan Hartani mengungkapkan bahwasannya perencanaan
pendidikan adalah kegiatan yang akan dilakukan di masa yang akan datang untuk
mencapai tujuan pendidikan. Perencanaan mengandung unsur-unsur (1) sejumlah
kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, (2) adanya proses (3) hasil yang ingin dicapai, (4)
menyangkut masa depan dalam kurun waktu tertentu (Hartani, 2011). Mengamati
pelaksanaan perencanaan program pendidikan, kepala sekolah bersama-sama stakeholder
sekolah merumuskan dan menetapkan visi-misi sekolah sebagai pra perencanaan
merupakan tolak ukur atau acuan dalam melakukan program perencanaan pendidikan.
1. Visi Sekolah
a. Dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah dan segenap pihak yang
berkepentingan pada masa yang akan datang;
b. Mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah dan
segenap pihak yang berkepentingan;
c. Dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga sekolah dan pihak-pihak yang
berkepentingan, selaras dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan
nasional;
d. Diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah dengan
memperhatikan masukan komite sekolah;
e. Disosialisasikan kepada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan;
f. Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan
tantangan di masyarakat.
2. Misi Sekolah
a. Memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional;
b. Merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu; • Menjadi dasar
program pokok sekolah;
c. Menekankan padamutu layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan
oleh sekolah;
d. Memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program sekolah;

3
e. Memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan
unit sekolah yang terlibat;
f. Dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan
termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang
dipimpin oleh kepala sekolah;
g. Disosialisasikan kepada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan;
h. Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan
tantangan di masyarakat.

Secara substansial, perencanaan pendidikan mengandung 3 (tiga) hal yang


mendasar, yaitu: (1) tujuan pendidikan, (2) pertimbangan kebijakan, (3) pelaksanaan
rencana pendidikan. Tujuan pendidikan perlu dirumuskan, ditetapkan dan
dikembangkan, karena merupakan target yang akan dicapai dalam pelaksanaan
kegiatan pendidikan.
3. Tujuan pendidikan
a. Menggambarkan tingkat kualitas dan kuantitas yang perlu dicapai dalam jangka
pendek, menengah, maupun panjang;
b. Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan
kebutuhan masyarakat;
c. Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh sekolah
dan pemerintah;
d. Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk
komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh
kepala sekolah;
e. Disosialisasikan kepada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan.

Dalam mempertimbangkan kebijakan pendidikan secara umum, perencanaan


pendidikan harus mengacu pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Di dalam BAB II Pasal 2, dinyatakan bahwa, Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undangundang Dasar 1945, dalam pasal 3 dijelaskan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yag bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

4
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (Farikhah, 2015).
Di samping itu, lebih ditegaskan lagi bahwa sistem pendidikan nasional harus
mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi
dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional dan global, sehingga perlu perubahan pendidikan
terencana dan berkesinambungan. Rencana pendidikan di sekolah dijadikan sebagai dasar
pengelolaan sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,
keterbukaan, dan akuntabilitas. Sedangkan isi perencanaan pendidikan tersebut harus
memuat bidang garapan manajemen pendidikan di sekolah yang meliputi kesiswaan,
kurikulum, tenaga personalia, sarana, dan pra-sarana, pembiayaan, budaya, dan
lingkungan sekolah, hubungan masyarakat dan kemitraan, dan Tata Laksana. Ada
beberapa pedoman pelaksanaan rencana pendidikan di sekolah, sebagai berikut (Husaini, 2010):
1. Sekolah membuat dan memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan
secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang terkait.
2. Perumusan pedoman sekolah
a. Mempertimbangkan visi, misi, dan tujuan sekolah;
b. Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan
masyarakat;
c. Pedoman pengelolaan sekolah meliputi:
 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP);
 Kalender pendidikan/akademik;
 Pembagian tugas diantara guru;
 Pembagian tugas diantara tenaga kependidikan;

 Peraturan akademik;

 Tata tertib sekolah;

 Kode etik sekolah;

 Biaya operasional sekolah


3. Pedoman sekolah sebagai petunjuk pelaksanaan operasional
4. Pedoman pengelolaan KTSP, kalender pendidikan, dan pembagian tugas pendidik dan
tenaga kependidikan dievaluasi dalam skala tahunan, sementara lainnya dievaluasi
sesuai kebutuhan.

5
Beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan perencanaan pendidikan di
sekolah:
a. Kegiatan sekolah dilaksanakan berdasarkan macam kerja minimal satu tahun.
b. Dilaksanakan dan penanggung jawab kegiatan berdasarkan sumber daya yang ada.
c. Pelaksanaan kegiatan sekolah yang tidak sesuai dengan rencana yang sudah
ditetapkan perlu mendapatkan persetujuan melalui rapat dewan pendidik dan
komite sekolah;
d. Kepala sekolah mempertanggungjawabkan pelaksanaan pengelolaan bidang
akademik pada rapat dewan pendidik dan bidang non akademik pada rapat komite
sekolah dalam bentuk laporan pada akhir tahun ajaran yang disampaikan sebelum
penyusunan rencana kerja tahunan berikutnya.

B. Struktur Organisasi dan Job Description


Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni
orang-orang dalam satu kelompok kerjasama, dengan maksud menempatkan
masingmasing/penentuan struktur, hubungan tugas, dan tanggung jawab itu dimaksudkan
agar tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju kepadatercapainya tujuan bersama.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat kepala sekolah,
guru-guru, pegawai tata usaha, dan muridmurid, memerlukan adanya organisasi yang baik
agar jalannya sekolah itu lancar menuju kepada tujuannya.
Perlunya organisasi sekolah yang baik adalah karena tugas-tugas di sekolah tidak
hanya mengajar saja, juga pegawai-pegawai tata usaha, pesuruh dan penjaga sekolah, dan
lain-lain, semuanya harus bertanggung jawab dan diikutsertakan dalam menjalankan roda
sekolah itu secara keseluruhan.Dengan demikian agar jangan terjadi overlapping
(tabrakan) dalam memegang atau menjalankan tugasnya masing-masing, diperlukan
organisasi sekolah yang baik dan teratur.Dengan organisasi sekolah yang baik
dimaksudkan agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat merata kepada semua
orang sesuai dengan kecakapan dan fungsinya masing-masing. Tiap orang mengerti dan
menyadari tugasya dan tempatnya dalam struktur organisasi itu.Dengan demikian, dapat
dihindari pula adanya tindakan yang sewenang-wenang atau otoriter dari kepala sekolah,
dan sebaliknya dapat diciptakan adanya suasana yang demokratis didalam menjalankan
roda sekolah itu.
Struktur organisasi sekolah adalah susunan komponenkomponen (unit-unit kerja)
yang ada di sekolah. Struktur organisasi tersebut menunjukkan adanya pembagian kerja

6
dari berbagai unit kegiatan yang berbeda-beda dapat dikondisikan, digerakkan dan
diserasikan sesuai dengan sumber daya pendidikan di sekolah. Dengan adanya Struktur
Organisasi Sekolah, semua pimpinan, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya
mempunyai tugas wewenang, dan tanggung jawab yang jelas tentang keseluruhan
penyelenggaraan manajemen sekolah.
Sebuah sekolah terdiri dari berbagai bagian-bagian yang keseluruhannya
memerlukan pengaturan dan uraian pekerjaan pada masing-masing bagian tersebut.Oleh
karenanya diperlukan uraian kerja masing-masing. Job description (uraian pekerjaan)
merupakan dokumen formal organisasi yang berisi ringkasan informasi penting mengenai
suatu jabatan untuk memudahkan dalam membedakan pekerjaan yang satu dengan yang
lain dalam suatu organisasi. Uraian pekerjaan tersebut disusun dalam suatu format yang
terstruktur sehingga informasi mudah dipahami oleh setiap pihak yang berkaitan di dalam
organisasi.
Pada hakikatnya, uraian pekerjaan merupakan bahan baku dasar dalam pengelolaan
SDM di organisasi, dimana suatu pekerjaan dijelaskan dan diberikan batasan. Informasi
dasar dan penting mengenai jabatan ini diperlukan oleh banyak pihak, mulai dari
pemegang jabatan (agar ia mengerti apa yang dituntut dari jabatan tersebut), perekrut
(agar mengerti orang seperti apa yang sesuai untuk mengisinya), alasan (supaya
memahami apa yang ia tuntut dari pekerjaan bawahannya dan menjadi dasar yang objektif
untuk mengkomunikasikan ekspektasi organisasi terhadap bawahannya, serta dasar untuk
pengukuran kinerja), hingga bagi pengelola pelatihan (agar mengerti kompetensi apa
yang perlu dimiliki oleh setiap pemegang jabatan). Penyusunan uraian jabatan harus
dilakukan dengan baik agar mudah dimengerti. Untuk itulah diperlukan suatu proses yang
terstruktur pula yang dikenal dengan analisis jabatan.
Analisa jabatan adalah sebuah proses untuk memahami suatu jabatan dan kemudian
menyadurnya ke dalam format yang memungkinkan orang lain untuk mengerti tentang
jabatan tersebut. Ada 3 tahap penting dalam proses analisis jabatan, yaitu (1)
mengumpulkan informasi, (2) menganalisis dan mengelola informasi jabatan, dan (3)
menyusun informasi jabatan dalam suatu format yang baku. Analisis jabatan yang
dilakukan dengan baik akan menghasilkan uraian jabatan yang baik pula, dan kemudian
dapat dijadikan bahan baku yang baik untuk proses pengelolaan SDM yang lain (evaluasi
jabatan, rekrutmen dan seleksi, manajemen kinerja, penyusunan kompetensi, pelatihan).
Ada sejumlah prinsip penting yang harus dipegang adalam melakukan proses
analisis jabatan. Pertama, proses analisis dilakukan untuk memahami apa tanggung jawab
7
setiap jabatan dan kontribusi hasil jabatan tersebut terhadap pencapaian hasil atau tujuan
organisasi. Dengan analisis ini, maka nantinya uraian jabatan akan menjadi daftar
tanggung jawab, bukan daftar tugas atau aktivitas. Kedua, yang dianalisis adalah jabatan,
bukan pemegang jabatan yang saat ini kebetulan sedang memangku jabatan tersebut. Ini
penting untuk menghindari kebiasaan menganalisis jabatan berdasarkan kemampuan,
kinerja, gaya atau metode kerja dari pemegang jabatan saat ini. Yang perlu dianalisis
adalah standar desain jabatan tersebut berdasarkan struktur organisasi yang ada saat
ini.Ketiga, kondisi jabatan saat ini berdasarkan fakta yang ada sesuai rancangan strategi
dan struktur organisasi. Prinsip-prinsip ini penting untuk dipahami karena sering terjadi di
banyak organisasi, uraian jabatan dibuat berdasarkan “selera” masing-masing atasan, atau
bahkan diserahkan untuk dibuat oleh pemegang jabatan. Ini membuat tidak adanya
standar batasan jabatan yang sebenarnya diinginkan oleh organisasi. Jika hal ini terjadi,
maka akan mudah untuk diperkirakan munculnyabanyak masalah mengenai tumpang
tindih tanggung jawab antar jabatan, atau rangkap tanggung jawab oleh karena ada
beberapa tanggung jawab yang ternyata tidak tercakup di jabatan apapun. Juga akan dapat
terjadi adanya jabatan yang beban yang tanggungjawabnya sangat besar/luas, sementara
jabatan lain terlihat sangat sempit dan ringan, sehingga tidak ada perimbangan cakupan
pekerjaan, yang dapat menimbulkan banyak masalah (Farikhah, 2015, hal. 128).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam job description (uraian pekerjaan)
diantaranya sebagai berikut : 1. Perumusan fungsi, tugas atau kegiatan yang jelas dan
tegas, 2. Penempatan orang secara tepat yaitu atas dasar pertimbangan yang obyektif. 3.
Kejelasan dan ketegasan wewenang serta tanggung jawab. 4. Kejelasan
pertanggungjawaban dari masing-masing anggota seperti laporan kegiatan, keuangan dan
lain-lain. 5. Membebaskan pucuk pimpinan (top management).
1. Perlunya Job Description Dalam Organisasi Sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa di lingkungan sekolah adalah lingkungan orang-
orang yang memiliki sumber daya manusia yang cukup dalam bidang masing-masing,
namun tidak dapat dielakkan juga kenyataan bahwa dengan perbedaan latar belakang
pengetahuan dan disiplin ilmu tersebut mengakibatkan lingkungan sekolah rentan
dengan konflik yang tidak perlu.Ini bisa saja diakibatkan oleh mis manajemen. Oleh
karenanya manajemen sumber daya manusia sangat dibutuhkan di sekolah, dimana
dalam MSDM tersebut berbicara tentang seni mengatur dan mengelola SDM.
Sumber daya manusia memiliki perbedaan-perbedaan meskipun latar belakang
spesialisasi ilmu yang sama apalagi jika berangkat dari spesialisasi dan latar belakang
8
disiplin ilmu yang berbeda. Sebagai ilustrasi bahwa pemberian perintah kepada dua
orang dengan perintah yang sama dan penyampaian yang sama akan dapat ditafsirkan
berbeda oleh dua orang tesebut menurut tingkat pemikiran dan kehalusan perasaan
masing-masing dan hal ini tentunya akan sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan
organisasi sekolah tersebut. Oleh karenanya maka benar bahwa manajemen sumber
daya manusia merupakan seni dan sekaligus ilmu, karena itu menuntut bagaimana
dapat melakukan suatu pengelolaan dengan cara yang dapat diterima oleh semua
orang dengan pemahaman yang diharapkan sama sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai secara efektif dan efisien.
Kenyataan ini menguatkan bahwa dalam sebuah organisasi sekolah yang di
dalamnya terdapat berbagai tugas manajemen, diantaranya manajemen kurikulum,
manajemen kesiswaan, manajemen personalia, manajemen keuangan, dan manajemen
perawatan preventif sarana dan prasarana, semua harus dapat memastikan bahwa
pembagian tugas dapat terdistribusi dengan baik. Karena job description (uraian
pekerjaan) adalah sebagai dokumen formal organisasi sekolah yang memuat uraian
kerja maka ini menjadi sangat perlu adanya sehingga dapat dijadikan sebagai
dokumen kontrol pelaksanaan pekerjaan bagi masing-masing pegawai, yang sekaligus
juga dapat dijadikan sebagai kontrol keberhasilan pekerjaan karyawan atau pegawai
tersebut. Selain itu, bagi organisasi sekolah sendiri ini dapat dijadikan sebagai
pegangan apabila terjadi rolling atau mutasi pegawai sehingga pegawai baru dapat
melaksanakan tugasnya dengan mudah.
Berikut, beberapa contoh pembagian tugas dan job description Kepala Sekolah,
Wakil Kepala Sekolah, dan Kepala Tata Usaha:
a. Kepala sekolah bertugas memimpin dan mengkoordinasikan semua pelaksanaan
rencana kerja harian, mingguan, bulanan, semester, dan tahunan.Juga mengadakan
hubungan dan kerjasama dengan pejabat-pejabat resmi setempat dalam usaha
pembinaan sekolah.
b. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum bertugas membuat perencanaan dan
mengkoordinasikan pembagian tugas guru-guru per semester merekap daya serap
dan target pencapaian kurikulum per-semester dan per-tahun pelajaran, serta
segala kegiatan yang berhubungan dengan urusan kurikulum dan pengajaran
bidang intra-kurikuler.
c. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan bertugas membuat perencanaan
penerimaan siswa baru, mutasi siswa dan pendaftaran ulang siswa, membina dan
9
membimbing OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dan mengkoordinasikan
semua yang berkaitan dengan kegiatan siswa di bidang ekstra kurikuler.
d. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan yang bertugas
mengkoordinasikan segala kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan,
pemeliharaan dan penghapusan barang-barang inventaris/non inventaris baik fisik
maupun non-fisik milik sekolah.
e. Kepala Tata Usaha bertugas mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan manajemen sekolah, meliputi penyusunan program tahunan, kepegawaian,
keuangan, pelaporan, inventaris dan kesiswaan.

Semua gambaran ini memperjelas bahwa job decription dalam sebuah sekolah
sangat diperlukan adanya, oleh karenanya pihak sekolah harus benar-benar
memperhatikan dan merumuskan dengan baik tentang uraian pekerjaan sesuai dengan
tujuan yang diinginkan, serta selalu terbuka dengan pengaruh perkembangan
teknologi sehingga dapat menyesuaikan diri dengan arus globalisasi di era teknologi
yang lebih pesat sekarang ini.

C. Komunikasi dan Koordinasi


Untuk menuju manajemen yang baik diantaranya diperlukan komunikasi dan
koordinasi yang lancar dan tepat. Pengertian komunikasi adalah proses penyampaian dan
penerimaan dari seseorang kepada orang lain secara tertulis, lisan maupun isyarat baik
secara langsung (face to face) maupun tidak langsung (melalui media tertentu),
Komunikasi ini sangat diperlukan untuk mengantisipasi kesalahpahaman penerima pesan
tentang isi pesannya. Dalam proses komunikasi terdapat unsur-usur sebagai berikut:
1. Pengirim pesan (sender) atau komunikator dan materi (isi) pesan;
2. Bahasa pesan (coding);
3. Media (Telepon, TV, radio) mikrofon, surat, memo, computer, internet, dan
sebagainya;
4. Menginterprestasikan pesan;
5. Penerima pesan;
6. Respons (balikan penerima pesan);
7. Gangguan komunikasi (Hartani, 2011, hal. 25).

Menurut Amstrong bahwa seorang manajer yang baik adalah manajer yang lebih
banyak mendengar dari pada bicara (Hartani, 2011, hal. 26). Pada dasarnya manajer

10
adalah komunikator; sehingga seorang manajer perlu menguasai tehnik berkomunikasi
yang baik, cara mengatasi kendala berkomunikasi dan terampil menjadi pendengar yang
baik.
Selanjutnya, koordinasi dapat didefinisikan sebagai tindakan kerjasama antar
personil, unit atau bagian tentang segala sesuatu dalam hubungan yang harmonis dan
produktif untuk mencapai suatu tujuan. Rencana program pendidikan di sekolah sangat
kompleks dan saling berkaitan antara bidang satu dan lainnya, sehingga dibutuhkan
adanya koordinasi. Koordinasi tersebut perlu untuk mengatasi kemungkinan adanya
duplikasi tugas, menyatukan satu pemahaman, mengantisipasi perebutan hak dan
tanggung jawab, kesimpangan dalam menjalankan tugas dan kewajiban dan sebagainya.

D. Pengawasan dan Pengendalian


1. Pengawasan (Controlling)
Istilah pengawasan sering dikaitkan dengan kata evaluasi (evaluating), koreksi
(correcting), sepervisi (supervision), dan pemantauan. Semua istilah tersebut lebih
tepatnya sebagai tehnik dalam kegiatan pengawasan. Secara umum pengawasan
merupakan kunci keberhasilan manajemen. Karena adanya pengawasan suatu
organisasi, perencanaan, kebijakan dan upaya peningkatan mutu dapat dilaksanakan
dengan baik.
Pengertian pengawasan menurut Jhonson adalah sebagai fungsi sistem yang
melakukan penyesuaian terhadap rencana, mengusahakan agar
penyimpanganpenyimpangan tujuan sistem hanya dalam batas-batas yang dapat
ditoleransi (Djamarah, 2006). Sedangkan (Engkoswara, 2011, hal. 219)
mengemukakan bahwa pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi yang ada
dengan yang seharusnya terjadi. Jadi bila dalam proses terjadi penyelewengan atau
hambatan segera dilakukan tindakan koreksi. Pengawasan tidak hanya dilakukan pada
akhir proses manajemen, tetapi pada setiap tahap kegiatan sehingga lebih efektif.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengawasan
merupakan salah satu fungsi manajemen yang melakukan penyelesaian terhadap
rencana dan sebagai kontrol terjadinya penyelewengan-penyelewengan, sehingga
kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.
a. Tujuan Pengawasan
Secara umum pengawasan tidak bertujuan untuk mencari kesalahan ataupun
memberi hukuman dari pimpinan pada bawahannya, tetapi pengawasan

11
mempunyai tujuan sebagai dasar bagi pimpinan untuk menentukan kebijakan dan
mengambil keputusan yang strategis, menuju organisasi yang lebih baik. Tujuan
pengawasan berdasarkan konsep sistem manajemen adalah membantu
mempertahankan hasil atau output yang sesuai sistem. Artinya melalui
pengawasan apa yang telah ditetapkan dalam rencana dan program, pembagian
tugas dan tanggung jawab, pelaksanaannya serta evaluasinya, senantiasa dipantau
dan diarahkan sehingga tetap berada dalam ketentuan (Fatah, 2000).
Sedangkan (Engkoswara, 2011, hal. 221) menjabarkan tujuan pengawasan
sebagai berikut:
 Agar pihak yang diawasi merasa terbantu, sehingga visi dan misi organisasi
bisa tercapai secara efektif dan efisien.
 Agar tercipta suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi, saling percaya dan
akuntabilitas.
 Untuk meningkatkan kelancaran kegiatan organisasi.
 Untuk memotivasi terwujudnya good governance
Dengan kata lain, tujuan pengawasan adalah untuk menentukan solusi yang
tepat, efisien, dan efektif dalam mengatasi berbagai problema organisasi
(kependidikan).
b. Fungsi Pengawasan
Menurut Donn pengawasan mempunyai 4 (empat) fungsi (Engkoswara,
2011, hal. 221), yaitu:
 Fungsi eksplanasi
Pengawasan berfungsi sebagai menjelaskan bagaimana kegiatan
dilakukan meliputi hambatan dan kesulitan serta alasan adanya perbedaan
hasil kegiatan.
 Fungsi akuntansi
Pengawasan berfungsi untuk dilakukan auditing terhadap penggunaan
sumber daya dan tingkat out put yang dicapai. Hal ini bermanfaat untuk
melakukan program lanjutan atau bahkan untuk pengembangan program.
 Fungsi pemeriksaan
Pengawasan berfungsi mengkaji kesesuaian pelaksanaan kerja nyata
dengan rencana.
 Fungsi kepatuhan

12
Pengawasan berfungsi sebagai alat ukur dari mulai dan sejauh mana
ketaatan personal dengan aturan, sehingga dapat (coomplience) diketahui
tingkat kedisiplinannya.

Selanjutnya dikatakan bahwa pengawasan yang efektif berfungsi sebagai


“Early warning system” yaitu sistem peringatan dini, untuk memberikan informasi
awal tentang persiapan, pelaksanaan dan keberhasilan program.
c. Prinsip Pengawasan
Pengawasan mempunyai prinsip tidak hanya dilakukan dari pihak pimpinan
kepada bawahan, tetapi juga bisa sebaliknya, sebatas mengingatkan. Massic
mengemukakan prinsip-prinsip pengawasan yang perlu diperhatikan (Djamarah,
2006, hal. 60), meliputi:
 Pengawasan tertuju pada kunci strategis mencapai sasaran yang menentukan
keberhasilan;
 Pengawasan harus menjadi umpan balik (feed back) sebagai bahan revisi
dalam mencapai tujuan;
 Pengawasan harus harus fleksibel dan responsif terhadap perubahan kondisi
dan lingkungan;
 Pengawasan cocok diterapkan untuk organisasi sistem terbuka misalnya
pendidikan;
 Pengawasan lebih dijadikan sebagai kontrol diri sendiri;
 Pengawasan lebih bersifat langsung, artinya control di tempat pekerjaan;
 Pengawasan lebih memperhatikan hakekat manusia dalam mengontrol
personal.
d. Proses Pengawasan
Ada 4 langkah dasar proses pengawasan:
 Menetapkan standar dan metode mengukur prestasi kerja, penentuan standar
berdasarkan padatujuan atau sasaran secara spesifik dan mudah diukur.
Sedangkan pengukuran prestasi dapat diambil berdasarkan standar dan metode
kerja.
 Mengukur prestasi kerja. Dilakukan berdasarkan pengamatan langsung atau
melalui penggunaan instrument beberapa indikator efektifitas kerja.

13
 Menetapkan keserasian prestasi kerja dengan standar. Hasil pengukuran
dijadikan informasi untuk dibandingkan antara standar dengan keadaan di
lapangan.
 Menurut Mockler bahwa dengan menentukan tindakan korektif, apabila
diketahui terjadi penyimpangan pada hasil pengukuran (Engkoswara, 2011,
hal. 220).

Pada intinya proses pengawasan meliputi 3 (tiga) tahap, meliputi penetapan


standar pelaksanaan, pengukuran pelaksanaan dan membandingkan antara
pelaksanaan dengan standar dan rencana.
e. Jenis Pengawasan
Jenis pengawasan yang lazim dilakukan di lembaga pendidikan (sekolah)
pada umumnya meliputi:
 Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai top leader dan
supervisor di sekolah. Hal ini dilakukan sebagai upaya pengabdian, agar
pimpinan bisa memonitor efektivitas proses manajemen dan dapat mengambil
tindakan korektif sesuai kebutuhan.
 Pengawasan yang dilakukan oleh seorang penilik atau pengawas sekolah
sebagai pengawas fungsional, yaitu melaksanakan pembinaan terhadap
personal sekolah, agar profesional dan dapat mengembangkan diri secara
optimal.
2. Pengendalian
Pada umumnya proses pengendalian dikaitkan dengan proses pengawasan.
Dalam proses pengendalian ada upaya untuk membina dan meluruskan dalam rangka
mengendalikan mutu suatu organisasi. Mengendalikan organisasi yaitu menciptakan
organisasi secara kondusif bisa mencapai tujuan secara efektif dan efisien.Apabila
terjadi penyelewengan harus dilakukan upaya mengembalikan ke arah semula sesuai
dengan hasil evaluasi. Pengertian pengendalian dalam hal ini adalah proses yang
menetapkan kepastian bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan.
Tahap-tahap pengendalian meliputi:
a. Menetapkan standar kinerja
b. Mengukur kinerja
c. Membandingkan hasil kerja dengan standar kinerja
d. Menentukan tindakan korektif apabila terjadi penyelewengan.

14
E. Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah
Semua fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, motivasi,
kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, pengawasan, dan pengendalian memerlukan
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Perubahan situasi dan kondisi yang
sangat cepat menjadi faktor yang harus dipertimbangkan dalam manajemen yang
mendorong manajer untuk mampu membuat sejumlah keputusan yang tepat dan
cepat.Untuk mampu mengimbangi cepatnya perubahan waktu, seorang manajer harus
sanggup menghadapi minimal tiga tantangan yaitu (1) keadaan yang sangat kompleks, (2)
keadaan yang tidak menentu, (3) tuntutan untuk dapat bertindak luwes. Kualitas suatu
keputusan merupakan cermin dari daya pikir manajer.Oleh karena itu, berfikir dalam
hubungannya dengan mengambil keputusan dan memecahkan masalah harus diusahakan
agar kegiatan manajemen efektif dan efisien.
1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan ialah proses memilih sejumlah alternatif. Artinya
pengambilan keputusan penting bagi manajer pendidikan karena proses pengambilan
keputusan mempunyai peran penting dalam memotivasi, kepemimpinan, komunikasi,
koordinasi, dan perubahan organisasi. Keputusan yang diambil berpengaruh terhadap
pelanggan pendidikan terutama peserta didik.Oleh karena itu, setiap manajer
pendidikan harus memiliki keterampilan mengambil keputusan secara cepat dan tepat
(Husaini, 2010, hal. 321-322).
Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pernyataan.
Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam
hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap
pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula (Hasan, 2006). James A.
F. Stoner (1996) memberikan definisi atau pengertian keputusan sebagai pemilihan
diantara alternatifalternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu:
a. Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan;
b. Ada beberapa alternatif yang harus ada dan dipilih salah satu yang terbaik;
c. Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan
tertentu.

Keputusan adalah sutau reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang


dilakukan secara sadar dengan cara menganalisis kemungkinan-kemungkinan dari

15
alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat pilihan
terakhir, dapat berupa tindakan atau opini.Itu semua bermula ketika perlu untuk
melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan
dapat dikatakan rasional atau irrasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau
asumsi lemah.
2. Model-model pengambilan Keputusan
Ditinjau dari karakteristiknya, keputusan diklarifikasikan menjadi 3 (tiga)
macam, yaitu:
a. Keputusan Otoritatif
Keputusan otoritatif adalah setiap keputusan yang dipaksakan oleh seorang
kepala sekolah kepada orang lain, seperti guru dan staf tata usaha. Keputusan
semacam ini biasanya berupa kebijakan yang dibuat oleh pimpinan sekolah yang
otoriter, yang pelaksanaannya dipaksakan kepada bawahan yang tidak berdaya.
Manajemen sekolah yang membuat keputusan secara otoriter tidak mengenal
bawahan yang banyak bicara. Bawahan tidak diberi kesempatan untuk membuat
alasan apakah dia menerima atau menolak keputusan yang telah
dibuatnya.Bawahan, oleh pimpinan atau manajer, hanya dianggap sebagai aparat
pelaksana atau “sapi perahan” yang dapat dikendalikan sedemikian rupa.
b. Keputusan Pribadi
Keputusan pribadi adalah setiap keputusan yang diambil oleh individu atas
nama pribadi. Kalau hal itu diambil oleh orang uang sedang menjabat, keputusan
ini harus benar-benar terpisah dari statusnya sebagai pejabat, meski statusnya
sedang menduduki jabatan tertentu. Ketika seorang pejabat membuat keputusan
itu benar-benar atas nama pribadi. Jika tidak ada ketegasan semacam itu,
akanmelahirkan dilema bagi organisasi. Bahkan dengan menyebut bahwa
keputusan yang diambil itu atas nama pribadi, seringkali dikaitkan dengan
posisinya sehingga melahirkan problema organisasional.
c. Keputusan Organisasi
Setiap keputusan yang diambil oleh organisasi formal.Keputusan organisasi
merupakan keputusan kolektif, ketika personal organisasional harus mematuhi
kebijakan itu.Keputusan kepala sekolah mutlak diperlukan,
karenakeberlangsungan organisasi ditentukan oleh sampai seberapa jauh
organisasi itu dapat membuat keputusankeputusan baru. Adakalanya ketiga jenis
keputusan ini dikacaukan. Pada situasi tertentu, misalnya dalam keadaan
16
memaksa, seorang pimpinan membuat keputusan otoritatif karena tidak ada
pilihan lain. Keputusan organisasi telah menjadi tanggung jawab individu atau
kelompok yang ada di dalam organisasi. Mungkin saja keputusan hanya diambil
oleh pimpinan puncak, tetapi kesiapan personal organisasional secara keseluruhan
mutlak diperlukan untuk merealisasikan keputusan itu.

Sedang model-model pengambilan keputusan yang lain adalah sebagai berikut:


a. Model Mintzberg, Drucker, dan Simon
 Mintzberg, et al. (1976) memberikan tiga tahap dalam proses pengambilan
keputusan yaitu:
1) Pada tahap identifikasi, pengambilan keputusan memahami dan peluang
membuat diagnosis;
2) Pada tahap pengembangan, mengambil keputusan mencari standar
prosedur yang tersedia atau pemecahan masalah sebagai desain baru;
3) Sedangkan pada tahap pemilihan, pengambilan keputusan dapat memilih
dengan menggunakan pertimbangan, analisis logis, basis sistematis, atau
bargain.
 Drucker (1993) seorang ahli pemimpin organisasi memberikan enam langkah
dalam pengambilan keputusan, yaitu:
1) Mengidentifikasi masalah;
2) Menganalisis masalah;
3) Mengembangkan alternatif pemecahan masalah;
4) Memutuskan atau pemecahan masalah terbaik;
5) Merencanakan tindakan yang efektif;
6) Memantau dan menilai hasilnya.
 Simon (1997) pemenang Nobel teori pengambilan keputusan menggambarkan
proses pengambilan keputusan dalam tiga tahap, yaitu:
1) Kegiatan inteligen, pengambilan keputusan diawali dengan mengintai dan
mengidentifikasi situasi dan kondisi lingkungan;
2) Kegiatan desain, mengambil keputusan menemukan, mengembangkan dan
menganalisis kemungkinan dari aksi yang akan diambil;
3) Kegiatan pemilihan, pengambilan keputusan dengan memilih satu yang
terbaik dari sejumlah alternatif.

17
Dari ketiga pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa proses
pengambilan meliputi tiga kegiatan, yaitu (1) kegiatan yang menyangkut pengenalan,
penentuan dan diagnosis masalah, (2) kegiatan yang menyangkut pengembangan
alternatif pemecahan masalah, dan (3) kegiatan yang menyangkut evaluasi dan
memilih pemecahan masalah terbaik.
a. Keputusan rasional
Keputusan dapat dibedakan atas dua tipe, yaitu:
 Keputusan terprogram ialah keputusan yang selalu diulang kembali.
Contohnya: keputusan kenaikan kelas peserta didik, pengangkatan, penetapan
gaji pegawai baru, keputusan pensiun, dan sebagainya.
 Keputusan tidak terprogram ialah keputusan yang diambil untuk menghadapi
masalah yang rumit atau baru. Contohnya: keputusan lembaga baru, keputusan
terjadinya musibah kebakaran, robohnya bangunan sekolah, dan sebagainya.
b. Keputusan berdasarkan lapangan
Model ini paling banyak digunakan sekolah karena ingin melibatkan
partisipasi warga sekolah dalam mengambil keputusan. Empat teknik penting
dalam pengambilan keputusan berdasarkan lapangan adalah:
 Curah pendapat (brainstorming);
 Teknik grup nominal;
 Teknik Delphi;
 Pembela yang menantang apa yang dianggap baik (devil‘s advocate).
c. Keputusan Pokok Masalah
Masalah yang dihadapi adalah buruknya manajemen, akibatnya adalah
rendahnya mutu.Penyebabnya adalah perencanaan tidak mantap, pelaksanaan
tidak tepat, pengawasan tidak ketat. Dipilih lagi satu penyebab yang prioritas
misalnya pelaksanaan tidak tepat.Penyebab pelaksanaan tidak tepat adalah
rendahnya motivasi kerja, lemahnya kepemimpinan, lambatnya memecahkan
masalah, kurang baiknya komunikasi, dan kurang baiknya koordinasi. Penyebab
pelaksanaan tidak tepat tidak boleh samamaknanya, misalnya lemahnya
koordinasi, yang lain lagi kurang baiknya koordinasi atau koordinasi belum
efektif.
3. Penyebab Terjadinya Kesulitan Pengambilan Keputusan
a. Kurang lengkapnya informasi dan data yang diperlukan;

18
b. Kesulitan menggunakan tolak ukur;
c. Munculnya tujuan ganda;
d. Adanya lebih dari satu orang yang berwenang mengambil keputusan.
4. Pemecahan Masalah dalam Manajemen Pendidikan
Pemecahan masalah ialah suatu proses pengamatan dan pengenalan serta usaha
mengurangi perbedaan antara keadaan sekarang (das sein) dengan keadaan yang akan
datang yang diharapkan (das sollen). Pemecahan masalah mengusahakan pendekatan
antara jurang pemisah kesenjangan yang ada.Masalah ialah perbedaan das sein
dengan das sollen.
Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, manajer selalu berhadapan dengan
berbagai masalah karena masalah merupakan dinamika kehidupan.Manusia masih
hidup, selama itu pula masalah pasti ada, baik itu masalah besar atau masalah
kecil.Jika masalah satu telah berhasil dipecahkan, maka timbul pula masalah
lainnya.Tidak jarang pemecahan masalah satu belum selesai, justru menimbulkan
masalah baru. Demikian seterusnya, permasalahan yang mungkin dihadapi oleh
manajer sekolah antara lain ialah masalah proses pembelajaran, kesiswaan,
ketenagaan, sarana, prasarana, keuangan, laboratorium, perpustakaan, dan hubungan
sekolah dengan masyarakat. Agar permasalahan itu di atasi secara efektif dan efisien,
manajer pendidikan harus mampu mengintegrasikan permasalahan yang dihadapinya
dan mensinkronisasikan ketatalaksanaannya.Oleh sebab itu, manajer pendidikan perlu
dibekali kemampuan mengatasi masalah dan mensinkronisasikan ketatalaksanaannya
melalui teori pemecahan masalah.
Langkah-langkah pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Menemukan persoalan
 Mengetahui mengapa persoalan itu harus dipecahkan;
 Mengetahui mana yang harus benar-benar bermakna;
 Membedakan persoalan dengan petunjuk adanya persoalan.
b. Mencari sebab persoalan
Mencari semua penyebab yang memungkinkan terjadinya permasalahan.
c. Mencari faktor yang paling berpengaruh
 Menemukan penyebab utama dari semua penyebab yang mungkin;
 Mengakibatkan penyelesaian masalah yang paling bermakna.

19
d. Merencanakan langkah-langkah yang tepat
 Menentukan tindakan yang perlu dilakukan dengan menggunakan 5W + 1H;
e. Menjalankan sesuai rencana
f. Memeriksa hasilnya
 Membandingkan hasil dengan rencana;
 Mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
g. Mencegah timbulnya persoalan yang sama
 Apabila rencana terdapat buat standarisasi;
 Apabila ada penyimpangan buat tindakan korektif dan perbaikan.
h. Memperhatikan persoalan yang masih ada
 Melihat kembali persoalan yang belum terselesaikan;
 Untuk memulai kembali dengan langkah pertama.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam mengoprasionalkan fungsi-fungsi manajemen, pendidikan membutuhkan
perencanaan pengelolaan yang baik, sebagaimana adanya pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan untuk semua kegiatan pendidikan. Fungsi-fungsi manajemen yang lazim
diterapkan pada lembaga atau organisasi termasuk pendidikan mengacu pada pendapat
Henry Fayol, seorang pakar ilmu manajemen yang memerinci secara sistematis, yaitu
meliputi: (1) planning (perencanaan), (2) organizing (pengorganisasian), (3) coordinating
(pengoordinasian), (4) commanding (pengarahan), dan (5) controlling (pengawasan).

21
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. (2006). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Engkoswara, dkk. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Farikhah, Siti. (2015). Manajemen Lembaga Pendidikan. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Fatah, Nanang. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Hartani, A. (2011). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo,.

Hasan, Ani. M. (2006, Maret 24). Pengembangan Profesional Guru Di abad. Pendidikan
Network.

Hikmat. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Husaini, Usman. (2010). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (1,3 ed.). Jakarta:
PT Bumi Aksara.

22

Anda mungkin juga menyukai