Anda di halaman 1dari 12

MENGUNGKAP AL-RA’YU DALAM QUR’AN SURAH AL-ISRA’

AYAT 85 DAN AL-RAHMAN AYAT 33

Tugas Makalah:

Disusun untuk memenuhi tugas uas mata kuliah

“Tafsir Al-Ra’yu”

Dosen Pengampu:

Islamiyah, M.Th.I
Disusun Oleh:

Kholil

Abd.Asiz

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN DARUSSALAM

BANGKALAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk
terbaik, menganugerahinya akal budi sebagai pembeda dari sekalian makhluk-Nya. Shalawat dan
salam semoga tercurah selalu kepada junjungan kita Rasulullah SAW. yang diutus untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu yang telah membimbing
dan memberi arahan terhadap kami sehingga makalah yang ini terselesaikan tepat pada
waktunya, juga kami ucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman sekalian yang telah ikut
andil dan ikut serta memberi dukungan dan arahan kepada kami.

Selanjutnya ribuan maaf kami haturkan apabila ada kesalahan dalam penulisan dan
sebagainya dalam makalah ini, karena itu bukanlah sebuah kesengajaan, melainkan murni
ketidaktahuan kami. Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun samangat, kami harapkan
demi kebaikan dan perbaikan untuk selanjutnya.

Bangkalan, 20 Desember 2022

Penulis
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
A. Pengertian al-Ruh
Pada kamus al-MunawwirRûh mempunyai banyak makna diantaranya: Rûh, jiwa,
Sukma, Malâikat, Malâikat Jibrîl, Intisari dan Hakikat. 1 Sedangkan pada kamus al-‘Ashrî kata
Rûh bermakna Jiwa, Sukma, Intisari, Perasan, Esensi, Malâikat Jibrîl, Rûhal-Qudus.
Menurut Ibnu Zakariya (w. 395 H / 1004 M) menjelaskan bahwa kata al-ruh dan semua
kata yang memiliki kata aslinya terdiri dari huruf ra, wawu, ha; mempunyai arti dasar besar, luas
dan asli. Makna itu mengisyaratkan bahwa al-ruh merupakan sesuatu yang agung, besar dan
mulia, baik nilai maupun kedudukannya dalam diri manusia.2
Al-Raqib al-Asfahaniy (w. 503 H / 1108 M), menyatakan di antara makna al-Ruh adalah
al-Nafs (jiwa manusia). Makna disini adalah dalam arti aspek atau dimensi, yaitu bahwa
sebagian aspek atau dimensi jiwa manusia adalah al-ruh.3
Nyawa (ruh) menurut al-Ghazali mengandung dua pengertian, pertama : tubuh halus
(jisim lathif). Sumbernya itu lubang hati yang bertubuh. Lalu bertebar dengan perantaraan urat-
urat yang memanjang ke segala bagian tubuh yang lain. Mengalirnya dalam tubuh,
membanjirnya cahaya hidup, perasaan, penglihatan, pendengaran, dan penciuman dari padanya
kepada anggota-anggotanya itu, menyerupai membanjirnya cahaya dari lampu yang berkeliling
pada sudut-sudut rumah. Sesungguhnya cahaya itu tidak sampai kepada sebagian dari rumah,
melainkan terus disinarinya dan hidup itu adalah seperti cahaya yang kena pada dinding. Dan
nyawa itu adalah seperti lampu. Berjalannya nyawa dan bergeraknya pada batin adalah seperti
bergeraknya lampu pada sudut-sudut rumah, dengan digerakkan oleh penggeraknya.
Pengertian kedua yaitu yang halus dari manusia, yang mengetahui dan yang merasa. Dan
itulah tentang salah satu pengertian hati, serta itulah yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala dengan
firman-Nya:
}85 : ‫قُ ِل الرُّ وْ ُح ِم ْن اَ ْم ِر َربِّى {اإلسراء‬
“Jawablah! Nyawa (ruh) itu termasuk urusan Tuhanku” (QS. Al-Isra’ : 85)

1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab Indo, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997) hal,545

2 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam Studi tentang Elemen Psikologi dari al-Qur’an, Pustaka


Pelajar, Yogyakarta, 2004, hlm. 136-137

3 Ibid., hlm. 136
Dan itu adalah urusan ketuhanan yang menakjubkan, yang melemahkan kebanyakan akal
dan paham dari pada mengetahui hakikatnya.4
Dengan adanya al-ruh dalam diri manusia menyebabkan manusia menjadi makhluk yang
istimewa, unik, dan mulia. Inilah yang disebut sebagai khayalan akhar, yaitu makhluk yang
istimewa yang berbeda dengan makhluk lainnya. Al-Qur’an menjelaskan hal ini dalam QS. Al-
Mu’minun : 14.5 Kata al-Ruh disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 24 kali, masing-masing
terdapat dalam 19 surat yang tersebar dalam 21 ayat. Dalam 3 ayat kata al-ruh berarti
pertolongan atau rahmat Allah, dalam 11 ayat yang berarti Jibril, dalam 1 ayat bermakna wahyu
atau al-Qur’an, dalam 5 ayat lain al-ruh berhubungan dengan aspek atau dimensi psikis manusia.6
B. QS. Al-Isra’ : 85

} )85( ‫وح ِمنْ َأ ْم ِر َربِّي َو َما ُأوتِيتُ ْم ِمنَ ا ْل ِع ْل ِم ِإال قَلِيال‬ ُّ ‫وح قُ ِل‬
ُ ‫الر‬ ُّ ‫سَألُونَ َك َع ِن‬
ِ ‫الر‬ ْ َ‫{وي‬
َ

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku,
dan tidaklah kalian diberi pengetahuan, melainkan sedikit.”

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan
kepada kami Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang
mengatakan bahwa ketika ia sedang berjalan mengiringi Rasulullah Saw. di sebuah lahan
pertanian di Madinah —yang saat itu Rasulullah Saw. berjalan dengan memakai pelepah kurma
sebagai tongkatnya — maka bersualah beliau dengan sejumlah orang dari kalangan orang-orang
Yahudi. Sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain, "Tanyailah dia oleh
kalian tentang roh." Sedangkan sebagian lainnya mengatakan, "Janganlah kalian bertanya kepa-
danya." Akhirnya mereka bertanya kepada Nabi Saw. tentang roh. Untuk itu mereka berkata,
"Hai Muhammad, apakah roh itu?" saat itu Nabi Saw. masih tetap bertopang pada pelepah
kurmanya seraya berdiri. Ibnu Mas'ud merasa yakin bahwa saat itu Nabi Saw. sedang menerima
wahyu. Setelah itu Nabi Saw. membacakan firman yang baru diturunkan itu, yakni: Dan mereka
bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah
kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Isra: 85) Maka berkatalah sebagian dari

4 Imam Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Pustaka Nasional, Singapore, 1998, jilid 2, ce.IV, hlm. 899-900.

5 Dr. Baharuddin, op.cit., hlm. 137

6 Ibid., hlm. 140-143
mereka kepada sebagian yang lain, "Telah kami katakan kepada kalian, janganlah kalian
bertanya kepadanya."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui hadis Al-
A'masy dengan sanad yang sama.
Menurut lafaz Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini, dari Abdullah ibnu
Mas'ud r.a., disebutkan bahwa ketika kami sedang berjalan bersama dengan Rasulullah Saw. di
sebuah lahan pertanian — saat itu Rasulullah Saw. berjalan dengan memegang pelepah kurma
sebagai tongkatnya maka bersualah beliau dengan orang-orang Yahudi. Sebagian dari mereka
mengatakan kepada sebagian yang lain, "Tanyailah dia tentang roh." Salah seorang dari mereka
berkata, "Apa perlunya kalian dengan dia?" Sebagian yang lainnya mengatakan, "Jangan sampai
dia menghadapi kalian dengan sesuatu yang kalian tidak menyukainya." Mereka berkata,
"Tanyailah dia tentang roh." Akhirnya mereka menanyai Nabi Saw. tentang roh. Tetapi Nabi
Saw. diam, tidak menjawab sepatah kata pun terhadap mereka. Ibnu Mas'ud mengatakan, "Saya
menyadari bahwa beliau Saw. sedang menerima wahyu, maka saya diam di tempat." Setelah
wahyu selesai, Nabi Saw. membacakannya, yaitu firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu
tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku.” (Al-Isra: 85), hingga akhir ayat.
Konteks ayat ini jelas menunjukkan bahwa ayat ini diturunkan di Madinah, diturunkan
ketika orang-orang Yahudi menanyakan kepadanya tentang roh, sekalipun surat ini adalah surat
Makiyyah.
Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa barangkali ayat ini diturunkan di Madinah untuk
yang kedua kalinya, sebelumnya memang ayat ini pernah diturunkan di Mekah. Atau barangkali
makna yang dimaksud dari hadis di atas bahwa Nabi Saw. menjawab pertanyaan mereka dengan
membacakan ayat ini yang telah diturunkan sebelumnya, yaitu firman-Nya: Dan mereka
bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85), hingga akhir ayat.
Dan yang menunjukkan bahwa ayat tersebut diturunkan kepada Nabi Saw. di Mekah,
ialah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam salah satu hadis yang diketengahkannya.
Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami
Yahya ibnu Zakaria, dari Daud, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa orang-
orang Quraisy pernah mengatakan kepada orang-orang Yahudi, "Berikanlah kepada kami sesuatu
pertanyaan yang akan kami ajukan kepada lelaki ini." Orang-orang Yahudi menjawab,
"Tanyailah dia tentang roh." Lalu orang-orang Quraisy bertanya kepada Nabi Saw. tentang
masalah roh. Maka turunlah firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan,
melainkan sedikit.” (Al-Isra: 85) Orang-orang Yahudi berkata, "Kami telah diberi pengetahuan
yang banyak, kami telah diberi kitab Taurat; dan barang siapa yang diberi kitab Taurat,
sesungguhnya ia telah diberi kebaikan yang banyak." Maka Allah Swt. menurunkan firman-
Nya: Katakanlah, "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku,
sungguh habislah lautan itu. (Al-Kahfi: 109), hingga akhir ayat.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Muhammad ibnul Musanna, dari Abdul A'la, dari
Daud, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Ahli Kitab pernah bertanya kepada Nabi Saw.
tentang roh, maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang
roh. (Al-Isra: 85), hingga akhir ayat. Mereka mengatakan, "Kamu menduga bahwa tidaklah kami
diberi pengetahuan kecuali sedikit, padahal kami telah diberi kitab Taurat, dan kitab Taurat itu
adalah hikmah." Mereka bermaksud seperti apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan barang
siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. (Al-Baqarah: 269) Maka
Allah menurunkan firman-Nya: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan
laut (menjadi tinta) ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi). (Luqman: 27), hingga akhir ayat.
Selanjutnya Ikrimah mengatakan bahwa pengetahuan yang telah diberikan kepada kalian yang
membuat kalian diselamatkan oleh Allah dari neraka berkat pengetahuan itu. Maka hal itu adalah
pemberian yang banyak lagi baik, tetapi hal itu menurut pengetahuan Allah dianggap sedikit.
Muhammad Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari salah seorang temannya, dari Ata ibnu
Yasar yang mengatakan bahwa ayat berikut ini diturunkan di Mekah, yaitu firman-Nya: dan
tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit. (Al- Isra: 85) Ketika Rasulullah Saw.
hijrah ke Madinah, orang-orang alim Yahudi datang kepadanya dan bertanya, "Hai Muhammad,
telah sampai kepada kami berita yang mengatakan bahwa engkau telah mengatakan: 'dan
tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.' (Al-Isra: 85) Apakah yang engkau
maksudkan adalah kami, ataukah kaummu sendiri?" Rasulullah Saw. menjawab, "Saya
bermaksud kepada semuanya." Mereka berkata, "Sesungguhnya engkau telah membaca tentang
kami, bahwa kami telah diberi kitab Taurat yang di dalamnya terdapat penjelasan segala
sesuatu." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Hal itu menurut pengetahuan Allah dianggap
sedikit, dan sesungguhnya Allah telah mendatangkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian
mengamalkannya, tentulah kalian beroleh manfaat (yang banyak). Dan Allah menurunkan
firman-Nya: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-
habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana. (Luqman: 27)
Para ulama berbeda pendapat tentang yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini, seperti
keterangan berikut:
Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan roh ialah arwah Bani
Adam.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85), hingga akhir ayat. Demikian itu terjadi
ketika orang-orang Yahudi bertanya kepada Nabi Saw. tentang roh. Mereka mengatakan,
"Ceritakanlah kepada kami tentang roh. Bagaimanakah roh yang ada di dalam jasad disiksa,
padahal sesungguhnya roh itu berasal dari Allah?" Saat itu belum pernah ada suatu wahyu pun
yang diturunkan kepada Nabi Saw. mengenainya, maka Nabi Saw. tidak menjawab sepatah kata
pun. Kemudian datanglah Malaikat Jibril dan menyampaikan wahyu kepadanya, yaitu firman
Allah Swt.: Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi
pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Isra: 85) Kemudian Nabi Saw. menyampaikan wahyu itu
kepada mereka (orang-orang Yahudi), dan mereka mengatakan, "Siapakah yang menyampaikan
hal itu kepadamu?" Nabi Saw. menjawab, "Jibril telah datang kepadaku menyampaikannya dari
sisi Tuhanku." Mereka menjawab Nabi Saw., "Demi Allah, tiada yang mengatakannya kepadamu
melainkan musuh kami." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Katakanlah, "Barang siapa yang
menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan
seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya. (Al-Baqarah: 97)
Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini ialah
Malaikat Jibril. Demikianlah menurut Qatadah, dan Qatadah mengatakan bahwa Ibnu Abbas
menyembunyikan makna yang dimaksud dari ayat ini.
Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini ialah
malaikat yang sangat besar, yang besarnya sama dengan semua makhluk Allah.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-
Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85) bahwa yang dimaksud dengan
roh dalam ayat ini ialah malaikat.
‫ َّدثَنَا‬a‫ َح‬،‫ ٍر‬a‫ ُر بْنُ بَ ْك‬a‫ش‬ َ a‫و ُه َر ْي‬aaُ‫ق َأب‬
ْ ِ‫ َّدثَنَا ب‬a‫رةَ َح‬a ٍ ‫ْب بْنُ ِر ْز‬ ُ ‫ َّدثَنَا َوه‬a‫ َح‬،‫ي‬ ْ ‫رس ا ْل ِم‬a
ُّ ‫ ِر‬a‫ص‬ ْ a‫ ِد هَّللا ِ ْب ِن ُع‬a‫ َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ َع ْب‬a‫ َح‬:‫رانِ ُّي‬a
َ aَ‫ا َل الطَّب‬aaَ‫ق‬
َ
:ُ‫ه‬a‫ َل ل‬a‫و قِي‬a َ َ ‫هَّلِل‬ ُ
ْ a‫ ل‬،‫ا‬aa‫ "ِإنَّ ِ َمل ًك‬:‫سل َم يَقو ُل‬ َّ َ ‫هَّللا‬
َ ‫صلى ُ َعل ْي ِه َو‬ َّ ‫هَّللا‬
َ ِ ‫سو َل‬ ُ ‫س ِمعْتُ َر‬َ :‫س قا َل‬ َ ‫هَّللا‬ َ
ٍ ‫ عَنْ َع ْب ِد ِ ْب ِن َعبَّا‬،‫ َح َّدثنَا َعطا ٍء‬،‫اع ُّي‬ َ ِ ‫اَأْل ْو َز‬
" َ‫ث ُك ْنت‬ ُ ‫س ْب َحانَكَ َح ْي‬
ُ :ُ‫يحه‬ُ ِ‫سب‬ْ َ‫ ت‬،‫ لَفَ َع َل‬،‫ضينَ بِلَ ْق َم ٍة َوا ِح َد ٍة‬ ِ ‫س ْب َع َواَأْل َر‬ َّ ‫ت ال‬
ِ ‫س َما َوا‬َّ ‫ا ْلتَقِ ِم ال‬
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Ars
Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu Rauq ibnu Hubairah, telah menceritakan
kepada kami Bisyr ibnu Bakar, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah menceritakan
kepada kami Ata, dari Abdullah ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ia penah mendengar
Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai seorang malaikat, kalau sekiranya
diperintahkan kepadanya, "Telanlah langit tujuh lapis dan bumi (tujuh lapis) dengan sekali
telan, " tentulah ia dapat melakukannya (karena tubuhnya yang sangat besar). Bacaan tasbihnya
ialah, "Mahasuci Engkau yang layak dengan kesucian-Mu.”7
Hadis ini berpredikat garib, bahkan dapat dikatakan berpredikat munkar.
Abu Ja'far ibnu Jarir rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ali, telah
menceritakan kepadaku Abdullah, telah menceritakan kepadaku Abu Marwan Yazid ibnu
Samurah, dari orang yang menceritakan kepadanya, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. sehubungan
dengan makna firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85) Ali r.a.
mengatakan bahwa roh adalah malaikat yang mempunyai tujuh puluh ribu muka, tiap-tiap muka
mempunyai tujuh puluh ribu lisan, dan tiap-tiap lisan dapat mengucapkan seribu bahasa, Ia
bertasbih kepada Allah dengan memakai semua bahasa itu. Allah menciptakan seorang malaikat
dari tiap tasbih yang diucapkannya, lalu malaikat itu terbang bersama malaikat lainnya hingga
hari kiamat. Asar ini garib lagi aneh.8
As-Suhaili mengatakan, telah diriwayatkan dari Ali bahwa ia pernah mengatakan, "Roh
adalah malaikat yang mempunyai seratus ribu kepala, tiap kepala mempunyai seratus ribu wajah,
tiap wajah mempunyai seratus ribu mulut, dan setiap mulut mempunyai seratus ribu lisan;
semuanya bertasbih menyucikan Allah dengan berbagai macam bahasa.
As- Suhaili mengatakan bahwa menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan roh ialah
segolongan malaikat yang rupanya seperti manusia. Menurut pendapat lainnya lagi, roh adalah

7 Al-T{abari>, Tafsi>r al- T{abari, Juz 3, (Bairu>t: Mu’assah al-Risa>lah, 1994), hal, 90

8 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-T{abari>. Tafsir Al-T{abari>,(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009). Jilid 18 hlm,
872.
segolongan malaikat yang dapat melihat malaikat lainnya, tetapi para malaikat tidak dapat
melihat mereka. Mereka sama halnya dengan malaikat bagi manusia (yakni tidak terlihat).9

Firman Allah Swt.:


}‫وح ِمنْ َأ ْم ِر َربِّي‬ ُّ ‫{قُ ِل‬
ُ ‫الر‬
Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku." (Al-Isra: 85)

Artinya, hanya Allah sajalah yang mengetahuinya; dan hal itu termasuk sesuatu yang sengaja
hanya diketahui oleh-Nya, tidak untuk kalian.
Kesimpulan dari apa yang telah kami kemukakan ialah bahwa sesungguhnya roh itu
adalah asal-usul jiwa. Jiwa adalah terbentuk akibat menyatunya roh dengan tubuh. Dengan
demikian, istilah roh hanyalah dipandang dari salah satu aspeknya saja, bukan dari semua
aspeknya.
C. QS. Ar-Rahman [27]:33

‫س ْلطَان‬ ِ ‫ت َواَأْل ْر‬


ُ ‫ض فَا ْنفُ ُذوا اَل تَ ْنفُ ُذونَ ِإاَّل ِب‬ َّ ‫ستَطَ ْعتُ ْم َأنْ تَ ْنفُ ُذوا ِمنْ َأ ْقطَا ِر ال‬
ِ ‫س َما َوا‬ ِ ‫يَا َم ْعش ََر ا ْل ِجنِّ َواِإْل ْن‬
ْ ‫س ِإ ِن ا‬
Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.”

Dalam Tafsir ibnu Katsir, ayat ini mengancam manusia dan jin bahwa Allah akan
berkonsentrasi untuk melakukan perhitungan terhadap amal-amal mereka sehingga mereka tidak
akan sanggup untuk melarikan diri dari takdir dan keputusan Allah. Dimana saja mereka berada,
Allah akan selalu melihatnya. Dan itulah yang terjadi pada saat dipadang mahsyar. Pada saat itu
malaikat mengelilingi makhluk dalam tujuh barisan disetiap sisi, sehingga tidak seorangpun yang
sanggup pergi kecuali dengan sulthan “ Kekuatan” atau perintah dari Allah.10

Lalu Allah menantang mereka dengan menyatakan : Hai kelompok jin dan manusia, jika kamu
sanggup menembus keluar menuju penjuru-penjuru langit dan bumi guna menghindari
pertanggungjawaban atau siksa yang menimpa kamu itu maka tembuslah keluar. Tetapi sekali-

9 Wahbah al-Zuhaili>, Tafsi>r al-Muni>r fiy’ al-‘Aqidah wash-Sharii’ah wal Manhaj jilid 9,(Darul Fikr,
Damaskus, 2005), cet, 8, hlm, 407.

10 Muhammad ali>- al-S{abuni>, Tafsir ibnu katsir, Ter: Ahmad Zulfikar dkk (Depok : Keira Pulishing,2016 ),
Jilid I, Hal.339
kali kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan, sedangkan kamu tidak
memiliki kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari?

Thahir ibn Asyur menegaskan bahwa ayat ini bukanlah merupakan ucapan yang diucapkan
kepada mereka dalam kehidupan dunia ini. Maksudnya ayat ini akan diucapkan kelak di hari
Kemudian sebagaimana dipahami dari konteks ayat-ayat sebelum dan sesudahnya.

Penulis menambahkan bahwa memang sementara ulama terdahulu menyatakan itu


diucapkan kepada mereka dalam kehidupan dunia ini, tetapi maksudnya dalam arti perintah
untuk menghindar dari maut-kalau mereka mampu.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai