Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

Di seluruh Indonesia malnutrisi merupakan salah satu penyebab utama


morbiditas dan mortalitas pada manusia pada masa anak. Malnutrisi dapat akibat
dari masukan makanan yang tidak sesuai atau tidak cukup atau dapat akibat dari
penyerapan makanan yang tidak cukup. Penyediaan makanan yang tidak cukup,
kebiasaan diet yang tidak bagus, mengikuti mode makanan, dan faktor-faktor
emosi dapat membatasi masukan makanan. Kelainan metabolik tertentu dapat
juga menyebabkan malnutrisi.1

Malnutrisi Energi Protein (MEP) merupakan salah satu masalah gizi utama
di negara berkembang seperti di Indonesia, kejadian ini terutama anak-anak
dibawah usia 5 tahun (balita). Mep itu sendiri terdiri dari MEP ringan, sedang dan
berat. MEP berat adalah yang paling sering ditemukan terutama marasmus,
kemudian kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor. MEP merupakan masalah gizi
di Indonesia. MEP disebabkan karena defiseinsi makro nutrien (zat gizi makro).
Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi makro
nutrien kepada defiseinsi mikro nutrien, namun beberapa daerah di Indonesia
prevalensi MEP masih tinggi (> 30%) sehingga memerlukan penanganan intensif
dalam upaya penurunan prevalensi MEP.2

1
BAB II

STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : M Hafiz Noorriyansa

Umur : 1 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

No. RM : 091579

Alamat : Jl. Pasundan Gg Budi No.7

Tanggal Masuk : 03 Mei 2019

Tanggal Keluar : 15 Mei 2019

2.2 ANAMNESIS

Keluhan Utama : Bengkak pada kedua kaki

Keluhan Tambahan : Lemas, rewel, mual, muntah dan tidak ada BAK

Telaah : Ibu OS membawa OS ke Rumah Sakit Royal Prima


Medan dengan keluhan bengkak pada kedua kaki dialami
± 1 minggu. Ibu OS mengatakan sebelumnya OS
menderita varicella dan sudah sembuh tetapi bengkak pada
kaki belum juga sembuh. Ibu OS juga mengatakan OS
sering lemas, rewel merasa mual dan muntah saat makan.
OS juga tidak ada BAK satu hari ini.

Riwayat Penyakit : Diare 2 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Keluarga : Abang juga menderita Gizi Kurang

2
Riwayat Penggunan Obat :-

Riwayat Alergi : Disangkal

Riwayat Imunisasi : Hepatitis B 4x : Baru lahir usia 2, 3, 4 bulan

BCG 1x : Usia 2 bulan

POLIO 4x : Usia 1, 2, 3, 4 bulan

DPT 3x : Usia 2,3 4 bulan

Riwayat Kelahiran : Normal

Ditolong oleh : Dokter

Keadaan Saat Lahir : Segera Menangis

Berat Badan Lahir : 3.200 gram

Panjang Badan Lahir : 50 cm

Riwayat Perkembangan : Menegakkan Kepala : 3 bulan

Membalikan badan : 3 bulan

Merangkak : 6 bulan

Duduk : 7 bulan

Berbicara : 9 bulan

Riwayat Nutrisi

0-6 bulan

ASI : 7-8 kali/hari

Lainnya : ASI hanya diberikan sampai usia anak 2 bulan selanjutnya diberikan
susu formula SGM

3
6-8 bulan

Susu formula : 4 kali/hari :

Makan Pagi/Siang/ malam : 3 kali/hari

Makan Selingan (Snacks) : 1 kali

Lainya : Bubur saring

8-12 bulan :-

Makan Pagi/Siang/Malam : 3 kali/hari

Makan Selingan (Snack) : 2 kali

Lainya : Bubur saring dan buah

2. 3 PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Kesan keadaan sakit : Tampak sakit sedang

Sensorium : Compos Mentis, GCS:15 (E:4, V:5, E:6)

Nadi : 130 x/i

Pernafasan : 30 x/i

Temperatur : 36,50C

4
Data Antropometri

Berat Badan : 6,5 kg

Tinggi Badan : 75 cm

Lingkar Lengan Atas : 9 cm

Lingkar Kepala : 43 cm

Satatus Gizi

BB/Umur : < -3 SD (BB sangat kurang)

TB/Umur : -2SD sampai +3 SD (Perawakan Normal)

BB/TB : < -3SD (Gizi Buruk)

2. Pemeriksaan Fisik
 Kulit
a. Sianosis : tidak dijumpai
b. Ikterus : tidak dijumpai
c. Pucat : dijumpai kuli pucat pada seluruh tubuh
d. Turgor : kembali lambat (> 2 detik)
e. Edema : dijumpai edema pada kedua punggung kaki
f. Lainnya : kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit
sampai tidak ada (baggy pants), dan terdapat
kelainan kulit berupa bercak merah muda yang
meluas dan berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas (crazy pavement
dermatosis)
 Rambut : dijumpai rambut tipis, merah dan rambut mudah
rontok
 Kepala : bentuk normal, tidak ada trauma atau benjolan

5
a. Wajah
 Dismorfik : tidak ada
b. Mata
Pada palpebra : dijumpai edema orbita dan pandangan sayu
Pada konjungtiva : dijumpai anemis
Pada sklera : tidak dijumpai ikterus
Pupil isokor dan reflek cahaya (+)
c. Hidung
Bentuk normal, deviasi septum nasi (-), mukosa tidak hiperemis, tidak
ada edema konka, sekret pada kedua lubang hidung (-)
d. Mulut
Bibir : sangat kering
Gusi : tidak ada gusi berdarah
Lidah : bersih
Tonsil : tidak ditemukan pembesaran
Faring : tidak hiperemis
e. Telinga : bentuk aurikula normal, serumen (-), cairan (-)
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, TVJ
(+1), kaku kuduk (-)
 Thoraks
a. Paru
Inspeksi : iga gambang, tidak terlihat jejas, tidak ada nafas tertinggal
Palpasi : vokal taktil fremitus normal
Perkusi : sonor semua lapang paru
Auskultasi : vesikuler
b. Jantung
Inspeksi : BJ I, BJ II reguler, gallop (-) murmur (-)
 Abdomen
Inspeksi : normal
Palpasi : soepel, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani

6
Auskultasi : peristaltik normal
 Ekstermitas : - akral hangat
- bentuk dan ukuran tangan dan kaki tidak ada deformitas
- ada edema di kedua punggung kaki
- tremor tidak ada dikeempat ekstermita

2.4 DIAGNOSA BANDING

1. Marasmic kwarshiorkor + Bronkhopneumonia


2. Marasmic kwarshiorkor + TB
3. Sindrom nefrotik

2.5 DIAGNOSIS SEMENTARA

Marasmic kwarshiorkor + Bronkhopneumonia

2.6 Terapi Tetap :- IVFD DS 5% 4:1 60 cc dalam 1 jam 4gtt/i micro

- Inj. Cefotaxime 200 mg/12 jam

- Plasbumin 20% 50 cc (1fls) diberikan dalam 4 jam (1x beri)

- Vitamin A 100.000 Iµ selama 2 hari

- Cendo genta 0,15% 2x1 tts

- Cotrimoxazole syr 2x cth ½ pc (pemberian sampai 5 hari)

- Cotrimoxazole syr 2x cth 1 pc (pemberian sampai 5 hari)

- Vit B6 1x1 tab pc (pemberiana sampai 2 minggu)

- Asam folat 1x1 tab pc (pemberian sampai 2 minggu)

- Vit C 1x1 tab pc (pemberian sampai 2 minggu)

- Diet F75 20-30 cc/3 jam/oral (hari pertama, kedua dan


ketiga)

7
- Diet F75 50 cc/2 jam/oral (hari ke empat)

- Diet F75 55 cc/2 jam/oral (hari ke lima dan enam)

- Diet F75 75 cc/2 jam/oral (hari ke tujuh dan delapan)

- Diet F100 75 cc/1 jam/oral (hari ke sembilan,dan sepuluh)


BB: 7,3 kg

- Diet F100 125 cc/3 jam/oral (hari ke sebelas, duabelas)

- Diet F100 125 cc/1 jam/oral (hari ke tigabelas)

- Diet M II

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah lengkap
Tanggal: 03 Mei 2019
HEMATOLOGI
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
Hemoglobin 8.1 g/dL 13.5-15.5
Leukosit 10.79 10 /µL
3
5-11
Laju endap darah mm/l hours < 20
Trombosit 450 103/µL 150-450
Hematocrit 25.2 % 30.5-45.0
Eritrosit 3.18 10^6/mm3 4.50-65.0
MCV 79.4 µm 3
75.0-95.0
MCH 25.6 Pg/cell 27.0-31.0
MCHC 32.3 g/dl 32.0-34.0
RDW 18.8 % 11.50-14.50
PDW 47.1 fL 12.0-55.0
MPV 6.8 fL 6.50-9.50
PCT 0.30 % 0.10-0.50

8
Hitung jenis leukosit
Eosinofil 3.9 % 1-3
Basofil 0.5 % 0-1
Monosit 3.5 % 2-8
Neutrofil 29.1 % 50-70
Limfosit 59 % 20-40
LUC 3.9 % 0-4

Pemeriksaan Gula Darah


Tanggal : 03 Mei 2019
DIABETIC
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
Glukosa ad random 112 mg/dL < 200

Pemeriksaan Albumin
Tanggal : 03 Mei 2019
LIVER FUNTION
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
Albumin 1 g/dL 3.0-5.0

Pemeriksaan Ureum dan Creatin


Tanggal : 3 Mei 2019
RENAL FUNTION
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
Ureum darah 9 mg/dL 15-38
Creatin 0.26 mg/dL 0.55-1.30

9
Pemeriksaan Elektrolit Darah
Tanggal: 04 Mei 2019
RENAL FUNTION
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
Natrium 132.9 mEg/dL 135-145
Kalium 2.62 mEg/dL 3.2-5.5
Clorida 1071 mEg/dL 0.7-110

Pemeriksaan Gula darah


Tanggal : 04 Mei 2019
DIABETIC
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
Glukosa ad random 216 mg/dL < 200

Pemeriksaan Foto Thorax


Tanggal : 04 Mei 2019
Nama : M Hafiz Noorriyansa
Jenis kelamin/umur : laki-laki
No.rekam medis : 09.15.79
Dokter pengirim : dr. Rosmayanti Syahfitri siregar Sp.A
Foto Thorax :
Cor, sinuses dan diafragma normal.
Pulmo : Hilli normal.
Corakan bronkhovaskuler dalam batas normal. Tampak infiltrate diparu
kanan. Skeletal dan soft tissue tidak tampak kelainan.
Concl :
Bronkhopneumonia.
Cor ini tidak tampak kelainan
Pemeriksaan Urin Rutin

10
Tanggal : 05 Mei 2019
HEMATOLOGI
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
URINE ROUTINE
Warna Kuning Kuning
Kekeruan Jernih Jernih
Berat jenis 1.005 1.005-1030
PH 5.5 4.5-8.0
Glukosa Negative Negative
Billirubin Negative Negative
Keton Negative Negative
Protein Negative Negative
Urobilinogen 0.2 E U/dl 0.1-1.0
Nitrit Negative Negative
Blood Negative Negative
Leucocyt Negative Negative
URINE SEDIMEN
Eritrosit 0-1 /lbp 0-1
Leucocyt 0-1 /lbp 0-3
Sel Epitel 1-2 /lbp <6
Silinder Negative /lpk Negative
Kristal Negative Negative
Lain-lain negative Negative

2.8 FOLLOW UP

11
Hari/ S O A p
tanggal
Jumat Kesan sakit: Sens CM, Sindrom - IVFD RL 4:1 60
3/05/19 Sedang GCS : 15 Nefrotik cc dalam 1 jam
- Bengkak pada - HR : 130 x/i 4gtt/i micro
kedua - RR : 30 x/i - Inj. Furosemide 5
punggung kaki - mg/8jam IV
(+) Temp :36.50C
- Lemas (+) dan - BB : 6,5 kg
Rewel (+) - TB : 75 cm
- Nafsu makan (-) - LILA : 9 cm
- Mual (+) dan - LK : 43 cm
Muntah (+)
- BAK (-) dan
BAB (-)
Sabtu Kesan sakit: Sens CM, Marasmic - IVFD RL 4:1 60
04/05/19 Sedang GCS : 15 kwarshiorkor cc dalam 1 jam
- Bengkak pada - HR : 130 x/i 4gtt/i micro
kedua - RR : 30 x/i - Cotrimoxazole syr
punggung kaki - 2x cth ½ pc
(+) Temp :36.5 C0
- Vitamin A
- Lemas (+) dan - BB : 6,5 kg 100.000 Iµ selama
Rewel (+) - TB : 75 cm 2 hari
- Nafsu makan (-) - LILA : 9 cm - Asam folat 1x1
- Mual (+) dan - LK : 43 cm tab pc
Muntah (+) - Vit C 1x1 tab pc
- BAK (-) dan - Cendo genta
BAB (-) 0,15% 2x1 tts
- Diet F75
20-30 cc/3 jam/oral
05/05/19 Kesan sakit: Sens CM, Marasmic - IVFD DS 5% 4:1
Sedang GCS : 15 kwarshiorkor 60 cc dalam 1 jam
-- Bengkak pada - HR : 100 x/i + 4gtt/i micro
kedua Bronchopneu - Inj. Cefotaxime

12
punggung kaki - RR : 24 x/i monia 200 mg/12 jam +
(+) - NaCl 0,9% 20 cc
- Lemas (+) dan Temp :36.80C - Plasbumin 20%
Rewel (+) - BB : 6,7 kg 50 cc (1fls)
- Nafsu makan (-) - TB : 75 cm diberikan dalam 4
- Mual (+) dan - LILA : 9,3 jam
Muntah (-) cm - Cotrimoxazole syr
- BAK (+) dan - LK : 43 cm 2x cth ½ pc
BAB (-) - Vitamin A
100.000 Iµ selama
2 hari
- Asam folat 1x1
tab pc
- Vit C 1x1 tab pc
- Cendo genta
0,15% 2x1 tts
- Diet F75
20-30 cc/3 jam/oral
06/05/19 Kesan sakit: Sens CM, Marasmic - IVFD DS 5% 4:1
Sedang GCS : 15 kwarshiorkor 60 cc dalam 1 jam
- Bengkak pada - HR : 98 x/i + 4gtt/i micro
kedua - RR : 24 x/i Bronchopneu - Inj. Cefotaxime
punggung kaki - monia 200 mg/12 jam +
(+) Temp :36.00C NaCl 0,9% 20 cc
- Lemas (+) dan - BB : 6,7 kg - Cotrimoxazole syr
Rewel (+) - TB : 75 cm 2x cth ½ pc
- Nafsu makan (-) - LILA : 9,3 - Asam folat 1x1
- Mual (+) dan cm tab pc
Muntah (-) - LK :43 cm - Vit C 1x1 tab pc
- Mencret (-) - Cendo genta
- BAK (+) dan 0,15% 2x1 tts
BAB (+) - Diet F75
50 cc/2 jam/oral
07/05/19 Kesan sakit: Sens CM, Marasmic - IV line

13
Sedang GCS : 15 kwarshiorkor
- Bengkak pada - HR : 98 x/i + - Inj. Cefotaxime
kedua - RR : 24 x/i Bronchopneu 200 mg/12 jam +
punggung kaki - monia NaCl 0,9% 20 cc
(++) dan Temp :36.0 C0
- Inj. Lasix 10
bengkak pada - BB : 6,9 kg mg/IV 1 x beri
kedua kaki - TB : 75 cm - Cotrimoxazole syr
bagian atas (+) - LILA : 9,6 2x cth ½ pc
- Lemas (+) dan cm - Asam folat 1x1
Rewel (+) - LK : 43 cm tab pc
- Nafsu makan - Vit C 1x1 tab pc
(+) - Vit B6 2x1 tab pc
- Mual (+) dan - Cendo genta
Muntah (-) 0,15% 2x1 tts
- BAK (+) dan - Diet F75
BAB (+) 55 cc/2jam/oral
08/09/19 Kesan sakit: Sens CM, Marasmic - IV line
Sedang GCS : 15 kwarshiorkor - Inj. Cefotaxime
- Bengkak pada - HR : 100 x/i + 200 mg/12 jam +
kedua - RR : 32 x/i Bronchopneu NaCl 0,9% 20 cc
punggung kaki - monia - Cotrimoxazole syr
(++) dan Temp :37.00C 2x cth ½ pc
bengkak pada - BB : 6,9 kg - Asam folat 1x1
kedua kaki - TB : 75 cm tab pc
bagian atas (+) - LILA : 10 - Vit C 1x1 tab pc
- Lemas (+) dan cm - Vit B6 2x1 tab pc
Rewel (+) - LK : 43 cm - Cendo genta
- Nafsu makan 0,15% 2x1 tts
(+) - Diet F75
- Mual (-) dan 55 cc/2jam/oral
Muntah (-)
- BAK (+) dan
BAB (+)
09/05/19 Kesan sakit: Sens CM, Marasmic - IV line

14
Sedang GCS : 15 kwarshiorkor
- Bengkak pada - HR : 100 x/i + - Inj. Cefotaxime
kedua - RR : 32 x/i Bronchopneu 200 mg/12 jam +
punggung kaki - monia NaCl 0,9% 20 cc
(++) dan Temp :37.0 C0
- Cotrimoxazole syr
bengkak pada - BB : 6,9 kg 2x cth ½ pc
kedua kaki - TB : 75 cm - Asam folat 1x1
bagian atas - LILA : 10 tab pc
(+) cm - Vit C 1x1 tab pc
- Lemas (+) dan - LK : 43 cm - Vit B6 2x1 tab pc
Rewel (+) - Diet F75
- Nafsu makan 75 cc/2jam/oral
(+)
- Mual (-) dan
Muntah (-)
- BAK (+) dan
BAB (+)
10/05/19 Kesan sakit: Sens CM, Marasmic - IV line
Sedang GCS : 15 kwarshiorkor - Inj. Cefotaxime
- Demam (+) - HR : 98 x/i + 200 mg/12 jam +
- Bengkak pada - RR : 24 x/i Bronchopneu NaCl 0,9% 20 cc
kedua - monia - Cotrimoxazole syr
punggung kaki Temp :38.50C 2x cth 1 pc
(++) dan - BB : 7,3 kg - Paracetamol sry
bengkak pada - TB : 75 cm 3xcth 1
kedua kaki - LILA : 11 - Asam folat 1x1
bagian atas (+) cm tab pc
- Lemas (+) dan - LK 44 cm - Vit C 1x1 tab pc
Rewel (+) - Vit B6 2x1 tab pc
- Nafsu makan - Diet F75
(+) 75 cc/2jam/oral
- Mual (-) dan
Muntah (-)

15
- BAK (+) dan
BAB (+)
11/05/19 Kesan sakit: Sens CM, Marasmic - IV line
Sedang GCS : 15 kwarshiorkor - Inj. Cefotaxime
- Demam (+) - HR : 98 x/i + 350 mg/12 jam +
- Bengkak pada - RR : 24 x/i Bronchopneu NaCl 0,9% 20 cc
kedua - monia - Cotrimoxazole syr
punggung kaki Temp :39.70C 2x cth 1 pc
(++) dan - BB : 7,3 kg - Paracetamol sry
bengkak pada - TB : 75 cm 3xcth 1
tungkai bawah - LILA : 11 - Asam folat 1x1
(+) cm tab pc
- Lemas (+) dan - LK : 44 cm - Vit C 1x1 tab pc
Rewel (+) - Vit B6 2x1 tab pc
- Nafsu makan - Diet F100
(+) 75 cc/2jam/oral
- Mual (-) dan
Muntah (-)
- BAK (+) dan
BAB (+)
12/05/19 Kesan sakit: Sens CM, Marasmic - IV line
Sedang GCS : 15 kwarshiorkor - Inj. Cefotaxime
- Demam (+) - HR : 100 x/i + 350 mg/12 jam +
- Bengkak pada - RR : 24 x/i Bronchopneu NaCl 0,9% 20 cc
kedua - monia - Cotrimoxazole syr
punggung kaki Temp :36,9 C 0
2x cth 1 pc
(++)dan - BB : 7 kg - Paracetamol sry
bengkak pada - TB : 75 cm 3xcth 1
tungkai bawah - LILA : 12 - Asam folat 1x1
(-) cm tab pc
- Lemas (+) dan - LK : 44 cm - Vit C 1x1 tab pc
Rewel (-) - Vit B6 2x1 tab pc
- Nafsu makan - Diet F100
(+)

16
- Mual (-) dan 75 cc/2jam/oral
Muntah (-)
- BAK (+) dan
BAB (+)
13/05/19 Kesan sakit: Sens CM, Marasmic - IV line
Sedang GCS : 15 kwarshiorkor - Inj. Cefotaxime
- Demam (-) - HR : 100 x/i + 350 mg/12 jam +
- Bengkak pada - RR : 24 x/i Bronchopneu NaCl 0,9% 20 cc
kedua - monia - Cotrimoxazole syr
punggung kaki Temp :36,9 C0
2x cth 1 pc
(++) dan - BB : 6,9 kg - Asam folat 1x1
bengkak pada - TB : 75 cm tab pc
tungkai bawah - LLA : 12 cm - Vit C 1x1 tab pc
(-) - LK : 44 cm - Vit B6 2x1 tab pc
- Lemas (+) dan - Diet F100
Rewel (-) 75 cc/2jam/oral
- Nafsu makan
(+)
- Mual (-) dan
Muntah (-)
- BAK (+) dan
BAB (+)
14/05/19 Kesan sakit: Sens CM, Marasmic - Cefixime syr 2x
Ringan GCS : 15 kwarshiorkor cth 1/2 pc
- Demam (-) - HR : 100 x/i + - Univit syr 2x cth 1
- Bengkak pada - RR : 24 x/i Bronchopneu pc
kedua - monia - Diet F 100
punggung kaki Temp :36,90C 125 cc/3 jam/oral
(+) - BB : 6,4 kg - Diet M II + ekstra
dan bengkak - TB : 75 cm putih telur
pada tungkai - LILA : 12
bawah (-) cm
- Lemas (-) dan - LK : 44 cm
Rewel (-)

17
- Nafsu makan
(+)
- Mual (-) dan
Muntah (-)
- BAK (+) dan
BAB (+)
15/05/19 Kesan sakit: Sens CM, Marasmic - Cefixime syr 2x
Ringan GCS : 15 kwarshiorkor cth 1/2 pc
- Demam (-) - HR : 100 x/i + - Ambroxol 3x1 tab
- Batuk (+) - RR : 24 x/i Bronchopneu pc
sekali-sekali - monia - Univit syr 2x cth 1
- Bengkak pada Temp :36,90C pc
kedua - BB : 6,5 kg - Diet F 100
punggung kaki - TB : 75 cm 125 cc/1 jam/oral
(-) dan - LILA : 12 125
bengkak pada cm
tungkai bawah - LK : 44 cm
(-)
- Lemas (-) dan
Rewel (-)
- Nafsu makan
(+)
- Mual (-) dan
Muntah (-)
- BAK (+) dan
BAB (+)

2.10 RESUME

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Marasmic kwarsiorkor berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Berdasakan alloanamnesis:

18
Ibu OS membawa Os ke Rumah Sakit Royal Prima Medan dengan
keluhan bengkak pada kedua kaki dialami ± 1 minggu. Ibu OS mengatakan
sebelumnya OS menderita varicella dan sudah sembuh tetapi bengkak pada kaki
belum juga sembuh. Ibu OS juga mengatakan OS sering lemas, rewel merasa
mual dan muntah saat makan. OS juga tidak ada BAK satu hari ini.

Pada pemeriksaan fisik dijumpai edema pada kedua punggung kaki, kulit
keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pants),
rambut tipis dan mudah dicabut, merah (rambut jagung), edema orbita dan
pandangan sayu, anemis, dan iga gambang.

Pada pemeriksaan penunjang darah lengkap tanggal 03 Mei 2019 didapat


penurunan Natrium 132.9 mEq/L, Kalium 2.62 mEq/dL, Haemoglobin 8.1 g/dL,
Trombosit 450 103/µL, Hematokrit 25,2 %, Eritrosit 3.18 10^6/mm3, Albumin 1
g/dL, Ureum darah 9 mg/dl, Kreatin 0.26 mg/dl. Terjadi peningkatan Gulukosa
216 mg/dL dan Urobilirubin 0,2 E U/dL. Foto Thorax Bronchopneumonia
(tampak infiltrate diparu kanan).

Berdasarkan literatur (Buku Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I). Tata
laksana MEP berat ada 3 fase (stabilisasi, transisi dan rehabilitasi) tindakan pada
fase stabilisasi bertujuan untuk mengatasi kedaruratan medis dan menstabilkan
kondisi klinis anak, sedangkan tujuan fase transisi untuk mengubah dari
pemberian makanan awal ke makanan tumbuh kejar. Tujuan fase rehabilitasi
adalah pemulihan serta tumbuh kejar yang memerlukan waktu lebih lama. Pada
fase tersebut disertai dengan 10 langka tindakan seperti:

1. Atasi/cegah hipotermi:
Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah < 3
mmol/L, atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi
makanan atau larutan glukosa /gula pasir 10% segera setelah masuk rumah

19
sakit. Tatalaksana: Segera beri F-75 pertama setiap 2-3 jam, siang dan malam
selama minimal dua hari. Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI
di luar jadwal pemberian F-75. Jika anak tidak sadar (latergis), berikan
larutan glukosa 10% secara intravena (bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, larutan
glukosa gula pasir 50 ml dengan NGT. Beri antibiotik.
2. Hipotermi
Segera beri makanan F-75 (jika perlu lakukan rehidrasi dulu). Pastikan bahwa
anak berpakaian (termasuk kepalanya). Beri antibiotik.
3. Dehidrasi
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat
dengan syok. Beri ReSomal secara oral atau NGT beri 5 mg/kgBB setiap 30
menit untuk 2 jam pertama, setelah 2 jam berikan ReSolmal 5-10
ml/kg/BB/jam berselang-seling dengan F75 dengan jumlah yang sama setiap
10 jam. Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume
tinja yang keluar dan apakah anak muntah.
4. Gangguan keseimbangan
Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan Magnesiun, yang
sudah terkandung didalam Mineral-Mix yang ditambah ke dalam F-75, F100
atau ReSoMal. Siap makanan tanpa menambah garam (NaCl).
5. Infeksi
Beri antibiotik pektrum luas dan vaksin campak jika anak berumur > 9 bulan
dan sudah pernah diberikan vaksin sebelum berumur 9 bulan.
Pilihan antibiotik spekturm luas:
 Jika tidak ada komplikasi beri Kotrimoksazol per oral setiap 12 jam
selama 5 hari.
 Jika ada komplikasi beri Ampisilin (50 mg/kg/BB IM/IV setiap 6 jam
selama 2 hari), dilanjutkan dengan amoksisilin oral (15 mg/kg BB selama
5 hari) atau jika tidak tersedia amoksilin, beri Ampisilin per oral (50
mg/kg BB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari,
ditambah Gentamisin (75 mg/kgBB/hari IM/IV) sekali setiap hari selama 7
hari.

20
 Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambah kan Klorampenikol
(25 mg/kgBB/IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.
6. Defisiensi Zat Mikro
Berikan setiap hari sedikit dalam 2 minggu:
 Multivitamin
 Asam folat (5 mg pada hari 1 dan selanjutnya 1 mg/hari)
 Seng (2mg elemental/kgBB/hari)
 Tembaga (0,3 mgCu/kg/BB/hari)
 Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase
rehabilitasi)
 Vitamin A dibrikan secara oral pada hari ke 1(kecuali bila diberikan
sebelum dirujuk), dengan dosis seperti dibawah ini.

Umur Dosis (Iµ)


< 6 bulan 50.000 (1/2 kapsul)
6-12 bulan 100.000 (1kapsul Biru)
1-5 bulan 200.000 (1 kapsul Merah)
Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3
bulan terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2
dan 15.
7. Pemberiaan Makanan Awal
Sifat utama yang menonjol dari pemberian makanan awal adalah:
 Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas
maupun rendah laktosa (F-75)
 Memberikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral
 Energi 80-100 kkal/kgBB/hari
 Protein 1-1,5 g/kgBB/hari
 Cairan : 130 ml/kg/BB (bila ada edema berat beri 100 ml/kg/hari)
 Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-
75 yang ditentukan harus dipenuhi

21
Hari ke Frekuensi Volume/kgbb/pemberian Volume/kgbb/hari
1-2 Setiap 2 jam 11 ml 130 ml
3-5 Setiap 3 jam 16 ml 130 ml
6 dst Setiap 4 jam 22 ml 130 ml
Pantau dan catat setiap hari : jumlah makanan, muntah, frekuensi deteksi
dan konsistensi feses, berat badan.

8. Tumbuh Kejar
Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah
Kembalinya nafsu makan, edema minimal atau hilang.
Tatalaksana fase transisi
 Ganti F-75 dengan F-100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75
selama 2 hari berurutan
 Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml. Setiap kali pemberian
sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit.
 Setelah transisi bertahap, anak masuk ke fase rehabilitasi
 Kebutuhan pada fase transisi ini antara lain:
o Energi 100-150 kkal/kg/hari
o Protein 2-3 g/kgBB/hari
 Setelah transisi bertahap, anak masuk ke fase rehabilitasi
 Lanjutkan menambah pemberian F-100 sampai anak tidak mampu
menghabiskan atau sedikit.
 Pemberian makanan yang sering (setidaknya tiap 4 jam) dengan
jumlah tidak terbatas (sesuai dengan kemampuan anak)
 Energi 150-220 kkal/kgBB/hari
 Protein 4-6 g/kgBB/hari
9. Memberikan Stimulasi Sensorik dan Dukungan Emosional
Pada anak gizi buruk terjadi perkembangan mental dan prilaku karena harus
diberikan:
a. Kasih sayang
b. Lingkungan yang ceria

22
c. Terapi bermain berstruktural selama 15-30 menit/hari
d. Aktifitas fisik segera setelah sembuh
e. Keterlibatan ibu (memberikan makanan, memandikan, bermain dan
sebagainya)
10. Persiapan tindak lanjut perawatan
Kriteria pemulangan balita gizi buruk dari ruangan rawat inap
1. Balita :
a. Selera makan sudah bagus, makanan yang diberikan dapat dihabiskan
b. Adanya perbaikan kondisi mental
c. Balita sudah tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan
sesuai umurnya.
d. Suhu tubuh berkisar antara 36,50C – 37, 50C
e. Tidak ada muntah atau diare
f. Tidak ada edema
g. Terdapat kenaikan berat badan > 5 g/kgBB/hr selama 3 hari berturut-
turut atau kenaikan sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu
berturut-turut
h. Sudah berada dikondisi gizi kurang (sudah tidak buruk)
2. Ibu/pengasuh
a. Sudah dapat membuat makanan yang diperlukan untuk tumbuh kejar
di rumah
b. Ibu sudah mampu merawat serta memberikan makanan dengan benar
kepada balita.

BAB III

MALNUTRISI ENERGI PROTEIN

23
3.1 Defenisi
WHO mendefenisikan malnutrisi sebagai “ketidak seimbangan selular
antara asupan nutrisi dan energi dengan kebutuhan tubuh untuk pertumbuhan,
pemeliharaan, dan fungsi yang spesifik. “ istilah Malnutrisi Energi Protein (MEP)
berkaitan dengan sekelompok penyakit yang meliputi marasmus, kwashiorkor dan
marasmus-kwashiorkor.1

3.2 Etiologi

MEP disebabkan oleh masukan energi dan protein yang sangat kurang
dalam makanan sehari-hari dengan jangka waktu yang cukup lama. Pada
umumnya MEP disebabkan oleh beberapa oleh beberapa faktor, antara lain.2

 Pola makan
Protein (asam amino) adalah zat sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh
dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup,
tidak semua makanan mengandung protein / asam amino yang memadai.
 Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan
sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu dan sudah berlangsung turun temurun dapat menjadi hal yang
menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
 Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga / penghasilan yang rendah yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak
terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencuki kebutuhan proteinnya.
 Faktor infeksi dan penyakit lain
Telaah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi.
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP,

24
walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap
infeksi.

Marasmus berawal dari masukan kalori yang tidak cukup karena diet yang
tidak cukup, karena kebiasaan makan yang tidak tepat seperti mereka yang
hubungan orang tua-anak terganngu, atau karena kelainan metabolik atau
malformasi kongenital serta infeksi kronik atau kelainan organ tubuh lainnya.
Kwashiorkor, selain oleh pengaruh negatif faktor sosio-ekonomi-budaya yang
berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang
negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi, protein, hilangnya
protein melalui air kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun, luka bakar, dan
penyakit hati.

3.3 Patosifiologi

MEP merupakan manifestasi dari kurangnya asam protein dan energi


dalammakanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG),
dan biasanya juga disertai adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya.
Disebut malnutrisi primer bila kejadian MEP akibat kekurangan asupan nutrisi
yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta
rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Disebut malnutrisi sekunder bila kondisi
masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti
kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik yang
mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun
dan/meningkatnya kehilangan nutrisi.2

Makanan yang tidak adekuat akan menyebabkan mobilisasi berbagai


cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamaan hidup, dimulai
dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein
dengan melalui proses katabolik. Kalau kondisi kekurangan ini dapat teradaptasi
maka akan terjadilah marasmik (compensated malnutrition). Kalau terjadi stress
katabolic maka kebutuhan akan protein akan meningkat sehingga dapat

25
menyebabkan defisiensi protein, kalau kondisi ini terjadi maka terjadilah
kwashiorkor decompensated malnutrisi). Pada kondisi ini, penting peranan radikal
bebas dan anti oksidan. Dengan demikian pada MEP dapat terjadi gangguan
pertumbuhan atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin,
penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim.2

3.4 Klasifikasi

Berdasarkan lama dan beratnya kekurangan energi dan protein, MEP


diklasifikasikan menjadi derajat ringan-sedang (gizi kurang, dimana WHZ score -
3SD - -2SD) dan MEP derajat berat berat (gizi buruk, dimana WHZ score < -3
SD). Gizi kurang belum menunjukkan gejala klinis yang khas, hanya dijumpai
gangguan pertumbuhan dan anak tampak kurus.3

MEP BB/U BB/TB


Ringan 70-80% 80-90%
Sedang 60-70% 70-80%
Berat < 60% <70%
Tabel 1. Klasifikasi MEP berdasarkan Antropometri % median WHO-NCHS

Moderate Acute Malnutrition (MAM) is defisiensi by WHO/UNICEF as:

Weight-for-Height Z-score <-2 but >-3

Sever Acute Malnutrition (SAM) is defined by WHO/UNICEF as:

MUAC < 11.5 cm

Weight-for-Height Z-score <-3

Billateral pitting oedem

Mrasmic-kwashiorkor (both wasting and oedema)

Tabel 2. Derajat keparahan malnutrisi akut

Malnutrisi energi protein berat yang merupakan malnutrisi akut berat/gizi buruk
terdapat dalam 3 bentuk, yaitu:

26
1. Marasmus – kehilangan berat badan yang berat atau sangat kurus
2. Kwashiorkor – tampak bengkak karena retensi air (bilateral oedem)
3. Marasmic-kwashiorkor – kombinasi keduanya, kurus dan bilateral oedem.

1. Marasmus
Seorang anak yang kurus dapat diklasifikasikan menjadi malnutrisi
akute sedang atau berat berdasarkan pengukuran tubuh. Lingkar lengan atas
dan Berat badan terhadap tinggi badan (Werigh-forHeight Z-score (WHZ)
merupakan indikator untuk mengklasifikasikan seorang anak yang kurus. WHZ
< -3SD merupakan kondisi sangat kurus dan tergolong dalam marasmus.3

Gambar 1. Derajat marasmus

2. Kwashiorkor

Kwashiorkor diklasikasikan berdasarkan derajat oedem sebagai berikut:

 + Ringan : kedua kaki


 ++ Sedang : kedua kaki, ditambah tungkai bawah, tangan atau lengan
 +++ Berat : oedem generalisata meliputi kedua kaki, tungkai bawah, tangan,
lengan dan wajah.3

Gambar 2. Derajat Kwashiorkor

3.5 Manifestasi Klinis

Marasmus3

27
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan malnutrisi energi protein
marasmus, antara lain:

1. Penampilan
Muka seorang penderita marasmus menunjukkan wajah seorang tua. Anak
terlihat sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak otot-ototnya.
2. Perubahan mental
Anak menagis, juga setelah mendapatkan makan oleh karena masih terasa
lapar. Kesadaran yang menurun (apatis) terdapat pada penderita marasmus
yang berat.
3. Kelainan pada kulit tubuh
Kulit biasanya kering, dingin, dan mengandung disebabkan kehilangan banyak
lemak di bawah kulit serta otot-ototnya. Pada pantat didapatkan kulit
mengendur karena lemak subkutis yang sangat sedikit (babby-pants).
4. Lemak dan otot-otot di bawah kulit
Lemak subkutan menghilang sehingga tulang –tulang terlihat lebih jelas. Iga
tampak jelas terlihat (iga gambang).

Gambar 3. Gejala klinis marasmus

Kwashiorkor 4

28
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan malnutrisi energi protein
kwashiorkor, antar lain:

1. Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat , kurus, atrofi, pada
ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada
tanda moon face dari akibat terjadinya edema. Penampilan anak kwashiorkor
seperti anak gemuk.
2. Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting adalah pertumbuhan yang terganggu. Selaian barat badan
tinggi badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
3. Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium
lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun dan anak menjadi
pasif. Perubahan mental bisa menjadi tanda anak mengalami dehidrasi. Gizi
buruk dapat mempengaruhi perkembangan mental anak.
4. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun
berat. Edemanya bersifat pitingg.
5. Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai tekstur, maupun
warnanya, sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang
mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut
akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih.
Sering bulu mata menjadi panjang.
6. Kelainan Kulit
Kulit penderita biasnya kering dengan menunjukkan garis-garsi kulit yang
lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan
kulit karena habiskan cadangan energi maupun protein. Pada sebagian besar
penderita ditemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor,
yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau

29
merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering
mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan sertai
kelembapan oleh keringan atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa poplitea,
lutut, buku kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian
dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat
bertambah dan terpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan
memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh
tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi. Kurangnya nicotinamide dan
tryptophan menyebabkan mudah terjadi radang pada kulit.
7. Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, oeteoporosis,
dan hambatannpertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
8. Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa jugabditemukan biopsi hati
yang hampir semua sela hati mengandung vakoul lemak besar. Sering juga
ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan
hati terjadi akibat faktor lipotropik.
9. Kelainan Darah dan Sumsung Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai
penyakit lain. Terutama infeksi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka
dapat dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya
nutrien yang penting untuk pembentukan darah seperti ferum, vitamin B
kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia
atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi
menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem
kekebalan tubuh. Akibat terjadinya defek imunitas seluler, dan gangguan
sistem kompleks.

10. Kelainan Pankreas dan kelenjar lain

30
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva
dan usus halus terjadi perlemakan. Pada pankreas terjadi atrofi sel asinus
sehingga menurunkan produksi enzim pankreas terutama lipase.
11. Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung
disebabkan hipokalemi dan hipomagnesemia.
12. Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-
kadang demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan
makan hanya dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada
sebagian besar penderita. Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa
infeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak.
Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak terjadi
akibat defisiensi garam empedu, konjungasi hati, defisiensi lipase pankreas,
dan atrofi villi mukosa usus halus. Pada anak dengan gizi buruk dapat terjadi
defisiensi enzim disakaridase.
13. Atrofi Otot
Massa otot berkurang karena kurang protein. Protein juga dibakar untuk
dijadikan kalori demi penyelamatan hidup.
14. Kelainan Jantung
Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan terjadinya atrofi glomerulus
sehingga GFR menurun.

Gambar 4. Gejala klinis kwashiorkor


Marasmik-Kwashiorkor4

31
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus, disertai dengan edema yang tidak mencolok.

Gambar 5. Gejala klinis marasmik kwarsiokor

3.6 Diagnosis

Anamnesis5

Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang sering, anak kurus, atau
berat badannya kurang. Selain itu ada keluhan anak kurang/tidak mau makan,
sering menderita sakit yang berulang atau timbulnya bengkak pada pada kedua
kaki kadang sampai seluruh tubuh.

Tabel 3. Anamnesis pada anak gizi buruk

32
Pemeriksaan fisik yanh harus diperhatikan pada penderita malnutrisi energi
protein selain dari gejala klinis antara lain.

 Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki
 Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB
 Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk
 Tanda dehidrasi tampak haus, mata cekung, turgor buruk
 Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi
lemah dan cepat), kesadaran menurun.
 Demam (suhu aksilar > 370C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.50C)
 Frekuensi dan tipe pernafasan pneumonia atau gagal jantung
 Sangat pucat
 Pembesaran hati dan ikterus
 Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda asites
 Tanda defisiensi vitamin A pada mata:
o Konjungtivitiva atau kornea yang kering, bercak bitot
o Ulkus kornea
o keratomalasia
 Ulkus pada mulut
 Fokus infeksi: telinga, tenggorokan, paru, kulit
 Lesi kulit pada kwashiorkor
o Hipo-atau hiper-pigmentasi
o Deskuamasi
o Keratomalasia
 Tampilan tinja (konsistensi, darah, lendir)
 Tanda dan gejala infeksi HIV

Penyakit penyerta yang sering ditemui pada MEP

1. Gangguan mata
2. Gangguan mulut
3. Diare peristen

33
4. Anemia berat
5. Parasit/cacing
6. Tuberkulosis
7. Malaria
8. HIV

3.7 Pemeriksan Penunjang6

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan

1. Pemeriksaan laboratorium: kadar gula darah, darah tepi lengkap, pemeriksaan


urin, feses lengkap, elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin), feritin.
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis
normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat
hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang
kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat
ditemukan kadar albumin serem yang menurun.
2. Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan untuk
menemukan adanya kelainan pada paru.
3. Tes mantoux
4. EKG

Menurut Unicef, terdapat 4 indikator menentukan adanya malnutrisi, antar lain.

1. Antropometri- pengukuran BB, PB/TB, LILA


BB/TB – menunjukkan kondisi kurus atau malnutrisi akut
TB/U – menentukan kondisi pendek atau malnutrisi kronis
BB/U – menentukan kondisi berat badan rendah atau kurus dan pendek
2. Gejala klinis
3. Biokimia
4. Riwayat asupan makanan

34
Diagnosis malnutrisi akut berat berdasarkan kriteria.

1. Terlihat sangat kurus


2. Edema nutrisi
3. BB/TB < -3 SD
4. LILA < 11,5

3.8 Diagnosis Banding

1. Marasmic kwarsiorkor + Bronpneumonia


2. Marasmic kwarsiorkor + TB
3. Sindrom nefrotik

3.9 Tatalaksana7
1. MEP ringan – sedang.
 Gejala klinik (-) tampak kurus/hipertrofi
 Tidak perlu dirawat
 Identifikasi penyebab
 Penyuluhan dan suplementasi
2. MEP berat: rawat di RS.
Kriteria lain untuk perawatan di RS
 Berat Badan Sangat Rendah
o BB/TB < 70%
o BB/U < 60% (BB/U > 60% + edema)
 Dengan gejala lain:
o Edema
o Dehidrasi berat
o Diare persisten dan/atau muntah
o Sangat pucat, hipotermi, syok
o Tanda infeksi sitemik/lokal, infeksi saluran nafas
o Anemia berat (HB < 5 g/dl)

35
o Ikterus
o Tidak nafsu makan
o Usia < 1 tahun
Tanda/ gejala dehidrasi pada MEP berat
 Anak lemas, apatis seperti tidak sadar
 Nadi cepat dan lemah
 Tidak ada air mata bila menagis
 Mata dab UUB cekung
 Mukosa mulut kering
 Kulit pucat, dingin, turgorkulit lambat
 Diuresi <</-

Bagan 1. Alur pemeriksaan anak gizi buruk

36
Pada saat masuk rumah sakit.5

 Anak dipisahkan dari pasien infeksi


 Ditempatkan diruangan yang hangat (25-300C, bebas dari angin)
 Dipantau secara rutin
 Memandikan anak dilakukan seminal munkin dan harus segera keringkan.

MEP berat ditatalaksanaan melalui 3 fase (stabilisasi, transisi dan rehabilitasi)


tindakan pada fase stabilitasi bertujuan untuk mengatasi kedaruratan medis dan
menstabilkan kondisi klinis anak, sedangkan tujuan fase trnasisi untuk mengubah
dari pemberian makanan awal ke makanan tumbuh kejar. Tujuan fase rehabilitasi
adalah pemulihan serta tumbuh kejar yang memerlukan waktu lebih lama. Pada 3
fase tersebut disertai dengan 10 langkah tindakan seperti tabel dibawah ini.

37
Tabel 4 Sepuluh langka tatalaksana MEP berat dan perkiraan waktu setiap fase

Tatalaksana Umum

1. Atasi/cegah hipotermi.5
Semua anak denagn gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah <
3 mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan
atau laruta glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit. Pemberian
makanan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk. Jika fasilitas
setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua
anak gizi buruk harus dianggap menderita hipoglikemia dan segera ditangani
sesuai panduan.

Tatalaksana

 Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya


memungkinkan
 Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml larutan
glukosa atau gula 10% (1 sendok teh penuh dalam 50 ml air) secara oral atau
NGT.
 Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2-3 Jam, siang dan malam selama minimal
dua hari
 Bila masih mendapatkan ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal
pemberian F-75
 Jika anak tidak sadar (latergis), berikan larutan glukosa 10% secara intravena
(bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml
dengan NGT
 Beri antibiotik

Pemantauan

Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30
menit.

38
 Jika kadar gula darah dibawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl) ulangi pemberian
larutan glukosa atau gula 10%.
 Jika suhu rektal < 350C atau bila kesadaran memburuk, mungkin
hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula
darah dan tangan sesaui kaadaan (hipotermia dan hipoglikemia)
Pencegahan
Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai segera mungkin atau jika
perlu, lakukan lebih rehidrasi lebih dahulu. Pemberian makanan harus
setiap 2-3 jam siang malam.
2. Hipotermi

Suhu aksilar < 35,50C

Tatalaksana

 Segera beri makanan F-75 (jika perlu lakukan rehidrasi dulu)


 Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup dengan selimut
hangat atau letakkan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak) atau
lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dada atau perut ibunya
(dari kulit ke kulit; metode kangguru). Bila menggunakan lampu listrik,
letakkan lampu pijar 40W dengan jarak 50cm dari tubuh anak
 Beri antibiotik sesuai pedoman

Pemantauan

 Ukur suhu aksila anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36,5 0C
atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam. Hentikan
pemansan bila suhu mencapai 360C
 Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada
malam hari
 Periksa kadar gula darah bila ditemuakan hipotermia

Pencegahan

39
 Letakkan tampat tidur di area yang hangat yang bebas angin dan pastikan anak
selalu tertutup pakaian/selimut
 Ganti pakaian dan sprai yang basah, juga agar anak dan tempat tidur tetap
kering
 Hindarkan anak dari suasana dingin ( misalnya sewaktu dan setelah mandi,
atau selama pemeriksaan medis)
 Biarkan anak tidur dengan dipeluk orang tuanyaagar tetap hangat, terutama
dimalam hari
 Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin
sepanjang hari siang dan malam.
3. Dehidrasi

Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang


berlebihan mengenai derajat keparahan pada anak dengan gizi buruk, hal ini
disebabkan oleh sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak
dengan gizi buruk, hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk
dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas, anggap dehidrasi ringan.7

40
Tabel 4. Tanda-tanda dehidras

Tatalaksana

 Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat
dengan syok
 Beri ReSomal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat
dibandingkan jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
 Beri 5 mg/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
 Setelah 2 jam, berikan ReSomal 5-10 ml/kg/BB/jam berselang-seling
dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.
Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja
yang keluar dan apakah anak muntah.
 Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam. Jika masih diare,
berikan ReSolMal setiap kali diare. Untuk usia < 2 tahun : 50-100 ml setiap
buang air besar, usia > 1 thn 100-200 ml setiap buang air besar.

41
Tabel 5. Cara membuat ReSoMal dan larutan penggantinya

Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung MG, Zn dan Cu, maka dapat diberikan
MgSO4 40% IM 1x/hari dengan dosis 0,3 ml/kgBB, maksimum 2 ml/hari.

Pemantauan

Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah
jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya.
Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan bisa
mengakibatkan gagal jantung dan kematian.

Periksalah

 Frekuensi nafas, frekuensi nadi


 Frekuensi miksi dan jumlah produksi urin
 Frekuensi buang air besar dan muntah
Selama proses rehidrasi, frekuensi nafas dan nadi akan berkurang dan mulai
ada diuresis. Kembalinya air mata, mulut basah, cekung mata dan fontanel
berkurang serta turgor kulit membaik merupakan tanda membaiknya hidrasi,

42
tetapi anak gizi buruk seringkali tidak memperhatikan tanda tersebut walaupun
rehidrasi penuh telah terjadi, sehingga sangat penting untuk memantau berat
badan.
Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi nafas meningkat 5x/menit
dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian cairan/ReSolMal segera dan
lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.

Pencegahan

Cara mencegah dehidrasi akibat yang berkelanjutan sama dengan pada anak
dengan gizi baik, kecuali penggunaan cairan ReSoMal sebagai pengganti larutan
oralit standar.

 Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI


 Pemberian F-75 segera mungkin
 Beri ReSolMal sebanyak 50-100 ml setiap buang air besar cair

4. Gangguan Keseimbangan Elektrolit

Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan


magnesium yang mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk
memperbaikinya. Terdapat kelebihan natrium total dalam tubuh, walaupun kadar
natrium serum mungkin rendah. Edema dapat diakibatkan oleh keadaan ini.
Jangan obati edema dengan diuretikum. Pemberian natrium berlebihan dapat
menyebabkan kematian.

Tatalaksana

Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan Magnesium, yang


sudah terkandung didalam larutan Mineral-Mix yang ditambahkan ke dalam F-75,
F-100 atau ReSoMal. Gunakan larutan ReSolMal untuk rehidrasi. Siapkan
makanan tanpa menambahkan garam (NaCl).

43
5. Infeksi
Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam,
seringkali tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi.
Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi saat
mereka datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik Hipoglikemia
merupakan tanda infeksi berat.

Tatalaksana

Berikan pada semua anak dengan gizi buruk

 Antibiotik spektrum luas


 Vaksin campak jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah di berikan
vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anak syok.

Pilihan antibiotik spektrum luas

 Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per
oral setiap 12 jam selama 5 hari
 Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat latergis atau
tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri:
 Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan
dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) atau,
jika tidak tersedia amoksilin, beri Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap
6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari, ditambah
 Gentamisin (75 mg/kgBB/hari IM/IV) sekali setiap hari selama 7 hari

Catatan : jika anak anuria/oliguria, tunda pemberian gentamisin dosis ke-2 sampai
ada diresis untuk mencegah efek samping/toksik gentamisin.

 Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25
mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.

44
Tabel 6. Dosis pemberian antibiotik berdasarkan berat badan

6. Defisiensi Zat Gizi Mikro


Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral.
Meskipun sering ditemukan anemia, jagan beri zat besi pada fase awal, tetapi
tunggu sampai badanya (biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi),
karena zat besi dapat memperparah infeksi serta terjadinya reaksi oksidasi oleh
besi bebas yang akan merusak membran sel dan berakibat fatal.

Tatalaksana
Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu.
 Multivitamin
 Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1mg/hari)
 Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)

45
 Tembaga (0,3 mg Cu/kg/BB/hari)
 Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi)
 Vitamin A diberikan secara oral pada hari ke 1 ( kecuali bila telah diberikan
sebelum dirujuk), dengan dosis seperti dibawah ini.

Umur Dosis (Iµ)


< 6 bulan 50.000 (1/2 kapsul)
6-12 bulan 100.000 (1kapsul Biru)
1-5 bulan 200.000 (1 kapsul Merah)
Tabel 7 Dosis pemberian vitamin A

Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan
terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1,2 dan 15.

7. Pemberian Makanan Awal


Pada fase awal, pemberian makan (formula harus diberikan secara hati-hati
sebab keadaan fisiologis anak masih rapuh.
Tatalaksana
Sifat utama yang menonjol dari pemberian makan awal adalah:
 Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas
maupun rendah laktosa (F75)
 Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral
 Energi 80-100 kkal/kgBB/hari
 Protein 1-1,5 g/kgBB/hari
 Cairan : 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari)
 Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-
75 yang ditentukan harus dipenuhi.

Hari ke Frekuensi Volume/kgbb/pemberian Volume/kgbb/hari


1-2 Setiap 2 jam 11 ml 130 ml
3-5 Setiap 3 jam 16 ml 130 ml
6 dst Setiap 4 jam 22 ml 130 ml
Tabel 11. Jadwal pemberian F75

46
Pada anak dengan nafsu makan baik dan tanpa edema, jadwal diatas dapat
dipercepat menjadi 2-3 hari. Formula awal F-75 sesuai resep dan jadwal makan
dibuat untuk mencukupi kebutuhan zat gizi pada fase stabilitasasi. Pada F-75
yang berbahan serealia, sebagian gula diganti dengan tepung beras atau
maizena sehingga lebih menguntungkan karena mempunyai osmolaritas yang
lebih rendah, tetapi perlu dimasak dulu. Formula ini baik bagi anak gizi buruk
dengan diare persisten. Terdapat 2 macam tabel petunjuk pemberian F-75 yaitu
untuk gizi buruk tanpa edema dan dengan edema berat (+++)

47
48
49
50
Cara membuat Formula (F-75, F-100):
 Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan masukkan sus bubuk sedikit
demi sedikit, aduk sampai kalis dan berbentuk gel. Tambahkan air hangat dan larutan
mineral-mix sedikit demi sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen dan
volumenya menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum atau dimasak selama
4 menit.
 Apabila tersedia blander, semua bahan dapat dicampur sekaligus dengan air hangat
secukupnya. Setelah tercampur homongen baru ditambahkan air hangat secukupnya.
Setelah tercampur homongen baru ditambahkan air hingga volume menjadi 1000 ml.
Apabila tidak tersedia blender, gula dan minyak sayur (dianjurkan minyak kelapa)
harus diaduk dahulu sampai rata, baru tambahkan bahan lain dan air hangat.

Pemberian makanan sepanjang malam hari sangat penting agar anak tidak terlalu
lama tanpa pemberian makan (puasa dapat meningkatkan risiko kematian).
Apabila pemberian makanan per oral pada fase awal tidak mencapai kebutuhan
minimal (80 kkal/kgBB/hari), berikan sisanya melalui NGT jagan melebihi 100
kkal/kgBB/hari pada fase awal ini. Pada cuaca yang sangat panas dan anak
berkeringat banyak maka anak mendapat ekstra air/cairan.

Pemantauan

Pantau dan catat setiap hari

 Jumlah makanan catat setiap hari


 Muntah
 Frekunsi deteksi dan konsistensi feses
 Berat badan
8. Tumbuh Kejar

Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah7

 Kembalinya nafsu makan


 Edema minimal atau hilang

51
Tatalaksana

Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke Formula tumbuh
kejar (F-100) (fase transisi)

 Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2 hari
berturutan
 Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian sampai anak
tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi ketika
pemberian formula mencapai 150 kkal/kgBB/hari
 Kebutuhan pada fase transisi ini antara lain:
o Energi 100-150 kkal/kg/hari
o Protein 2-3 g/kgBB/hari
 Setelah transisi bertahap, anak masuk ke fase rehabilitasi
 Lanjutkan menambah pemberian F100 sampai anak tidak mampu
menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi ketika
pemberian formula mencapai 30 ml/kgBB/hari
 Pemberian makanan yang sering (setidaknya tiap 4 jam) dengan jumlah
tidak terbatas (sesuai kemampuan anak)
 Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari
 Protein 4-6 g/kgBB/hari
Bila anak masih mendapatkan ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi
pastikan anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak
mengandung cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-
siap-saji (ready to use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi
sebanyak 500 kkal/sachet 92 g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.

Kebutuhan zat gizi anak gizi buruk menurut fase pemberian makanan

Zat Gizi Stabilisasi transisi rehabilitasi


Energi 80-100 kkal/kgBB/hr 100-150 150-220 kkal/kgBB/hr
Protein 1-15 g/kgBB/hr kkal/kgBB/hr 4-6 g/kgBB/hr
Cairan 130 ml/kgBB/hr atau 2-3 g/kgBB/hr 150-200 ml/kgBB/hr

52
100 ml/kgBB/hr 150 ml/kgBB/hr
Bila edema berat
Tabel 12. Kebutuhan zat gizi buruk menurut fase pemberian makanan

Pemantauan

Hindari terjadinya gagal jantung. Amati gejala dini gagal jantung (nadi cepat dan
nafas cepat). Jika nadi maupun frekuensi napas meningkatkan (pernafasan naik 5x/menit
dan nadi naik 25x/menit), dan kenaikan ini menetap selama 2 kali pemeriksaan dengan
jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda bahaya (cari penyebab)

Lakukan segera

 Kurangi volume makanan menjadi 100 ml/kg/hari selama 24 jam


 Kemudian, tingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut:
 115 ml/kgBB/hari selama 24 jam berikutnya
 130 ml/kgBB/hari selama 48 jam berikutnya
 Selanjutnya, tingkatkan setiap kali makan dengan 10 ml. Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya.
 Atasi penyebab

Penilaian kemajuan

Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi dan
mendapat F 100 .

 Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan, plot pada formulir
pemantauan berat badan
 Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam gram/kg/BB/hari

Jika kenaikan berat badan

 Kurang (< 5 g/kgBB/hari), anak membutuhkan penilaian ulang lengkap


 Sedangkan (5-10 g/kgBB/hari), periksa apakah target asupan terpenuhi atau
mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi
 Baik (> 10 g/kgBB/hari) pemeriksaan apakah target asupan terpenuhi atau
mungkin ada infeksi yang akan terdeteksi
 Baik (> 10 g/BB/hari), lanjutkan tatalaksana

53
9. Memberikan Stimulasi Sensorik dan Dukungan Emosional7

Pada anak gizi buruk terjadi perkembangan mental dan prilaku karena harus

Diberikan :

1. Kasih sayang
2. Lingkungan yang ceria
3. Terapi bermain terstuktur selama 15-30 menit/hari
4. Aktifitas fisik segera setelah sembuh
5. Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dan sebagainya)

10. Persiapan tindak lanjut perawatan7

Kriteria pemulangan balita gizi buruk dari ruang rawat inap

1. Balita :

a. Selera makan sudah bagus, makanan yang diberikan dapat dihabiskan


b. Adanya perbaikan kondisi mental
c. Balita sudah tersenyum, duduk, merangka, berdiri atau berjalan sesuai
umurnya
d. Suhu tubuh berkisar antara 36,5-37,50C
e. Tidak ada muntah atau diare
f. Tidak ada edema
g. Terdapat kenaikan berat badan > 5 g/kgBB/hr selama 3 hari berturut-
turut atau kenaikan sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-
turut
h. Sudah berada di kondisi gizi kurang (sudah tidak gizi buruk)
2. Ibu/pengasuh
a. Sudah dapat membuat makanan yang diperlukan untuk tumbuh kejar di
rumah
b. Ibu sudah mampu merawat serta memberikan makan dengan benar
kepada balita

54
3. Institusi lapangan : Institusi lapangan telah siap untuk menerima rujukan
pasca perawatan

Pemantauan

1. Kriteria Sembuh : BB/TB > -2 SD


2. Tumbuh Kembang:
a. Memantau status gizi secara rutin dan berkala
b. Memantau perkembangan psikomotor
3. Edukasi
Memberikan pengetahuan pada orang tua tentang :
a. Pengetahuan gizi
b. Melatih ketaatan dalam pemberian diet
c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

Tindak lanjut dirumah bagi anak gizi buruk

1. Bila gejala klinis dan BB/TB-PB > -2 SD dapat dikatan anak sembuh
2. Pola pemberian makanan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di
rumah setelah penderita dipulangkan

Beri contoh kepada orang tua:

1. Menu dan cara membuat makanan dengan kandungan energi dan zat gizi yang
padat, sesuai dengan umur, berat badan anak.
2. Membawa bermain terstruktur

Sarankan:

1. Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering, sesuai dengan umur anak
2. Membawa anaknya kembali untuk kontol secara teratur:
Bulan I : 1x/minggu
Bulan II : 1x2 minggu
Bulan III-IV : 1x/bulan
3. Pemberian suntikan /imunisasi dasar dan ulangan (booster)

55
4. Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali (dosis sesuai umur)

Tatalaksana sesuai hasil pemeriksaan5

Berikut ini diuraikan beberapa alur sesuai dengan hasil pemeriksaan MEP
berat/gizi buruk pada bernagai kondisi.

Gambar 5. Alur tatalaksana MEP berat/gizi buruk

56
Tabel 13. Tatalaksana MEP berat/gizi buruk

57
Bagan 2. Rencana 1 Pemberian cairan dan makanan untuk stabilisasi pada kondisi
renjatan/syok, latergi dan muntah/diare/dehidrasi

58
Bagan 3. Rencana II Pemberian cairan dan makanan untuk stabilisasi pada latergis,
dan muntah/ diare/dehidrasi

Bagan 4. Rencana III. Pemberian cairan dan makanan untuk stabilisasi pada
muntah/diare/dehidrasi

59
Bagan 5. Rencana IV Pemberian cairan dan makanan untuk stabilitasasi pada letargis

Bagan 6 Rencana Pemberian cairan dan makanan untuk stabilisasi pada tanpa tanda
bahaya & tanda penting

60
Bagan 7. Alur pada fase transisi dan rehabilitasi

61
Atasi penyakit penyerta yang ada sesuai pedoman7
a. Bila ada ulkus di mata diberikan:
 Tetes mata chloramphenicol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam
selama 7-10 hari.
 Teteskan mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari.
 Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali.
b. Dermatois
Dermatosis ditandai adanya hipo/hiperpigmentasi, deskuamasi (kulit
mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai
infeksi sekunder, antara lain oleh candida
 Tatalaksana
 Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO (kalium
permanganat) 1% selama 10 menit
 Beri salep atau krim (Zn dengan minyak katsor)
 Usahakan agar daerah perineum tetap kering
 Umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral
 Umumnya terdapat defisiensiseng (Zn); beri preparat Zn peroral
c. Parasit/cacing
Jika terdapat bukti adanya infeksi cacing, beri mebenazol (100 mg/kgBB)
selama 3 hari atau albenazole (20 mg/kgBB dosis tunggal). Beri
mebendazole setelah 7 hari perawatan, walaupun belum terbukti adanya
infestasi cacing.
Pemantauan
Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik diatas, lanjutkan
pengobatan sampai seluruhnya 10 hari. Jika nafsu makan belum membaik,
lakukan penilaian ulanh menyeluruh pada anak.
d. Diare diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak perbaikan keadaan
umum. Berikan formulasi bebas/rendah lactos. Sering kerusakan usu dan
giardiasisnmerupakan penyebab laindari melanjutnya diare. Bila mungkin,
melanjukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : metronidazole 7,5
mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari

62
e. Tuberkulosis
Pada setiap hari kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/mantoux
(seringkali alergi) dan Ro-foto torax. Bila positif atau sangat mungkin TB,
diobati sesuai pedoman pengobatan TB.
f. Anemia
Tranfusi darah diperlukan jika
 Hb < 4 g/dl
 Hb 4-6 g/dl dan anak mengalami ganguan pernafasan atau tanda gagal
jantung

pada anak gizi buruk, tranfusi harus diberikan secara lebih lambat dan
dalam volume lebih kecil dibandingkan anak sehat. Beri :

 Darah utuh (Whole Blood), 10 ml/kgBB secara lambat selama 3 jam


 Furosemid, 1 mg/kg IV pada saat tranfusi dimulai

Bila terdapat gejala gagal jantung, berikan komponen sel darah merah (packed red
cell) 10 ml/kgBB.

Malnutrisi energi protein merupakan gizi yang multifaktorial. Tindakan


pencegahan bertujuan untuk mengurangi insidensi dan menurunkan angka
kematian. Oleh karena ada beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya
masalah tersebut, maka untuk mencegahnya dapat dilakukan beberapa langkah,
antara lain:

a. Pola makan
Penyuluhan pada masyrakat mengenai gizi seimbang (perbandinagn jumalah
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral berdasarkan umur dan berat
badan)
b. Pemantauan tumbuh kembang dan penetuan status gizi secara berkala (sebulan
sekali pada tahun pertama)

63
c. Faktor sosial
Dalam World Food Conference di Roma tahun 1974 telah dikemukakan
bahwa meningkatkannya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan
bertambahnya persedian bahan makanan setempat yang memadai merupakan
sebab utama krisis pangan, sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat
lanjutnaya. Ditekankan pula perlunya bahan makanan yang bergizi baik di
samping kuantitasnya.
d. Faktor infeksi
Telah lama diketahui adanya sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat
apapun dapat memperburuk keadaan status gizi. MEP, walaupun dalam derajat
ringan, menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.

3.10 Komplikasi
Anak malnutrisi berat lebih rentan terhadap infeksi, khususnya sepsis,
pneumonia, dan gastroenteritis. Hipoglikemia sering dijumpai setelah puasa
lama, namun dapat juga merupakan suatu tanda sepsis. Hipoglikemia mungkin
menunjukkan penurunan laju metabolisme untuk menghemat energi.
Bradikardi dan curah jantung yang buruk pada anak malnutrisi merupakan
faktor predisposisi terjadinya gagal jantung, yang dapat dipicu dengan
pemberian cairan atau solut yang mendadak. Defisiensi mikronutrien juga
dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi malnutrisi. Defisiensi vitamin A
dan seng juga dapat menjadi komplikasi malnutrisi. Defisiensi vitamin A dan
seng juga umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab
penting perubahan respon imun dan merupakan penyebab penting perubahan
respon imun dan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Tergantung pada usia
awitan dan lamanya malnutrisi berlangsung., anak malnutrisi mungkin
mengalami hambatan pertumbuhan permanen (dari malnutrisi intrauterin, masa
bayi atau saat remaja), deprivasi lingkungan (sosial) mungkin berinteraksi
dengan efek malnutrisi sehingga menggangu perkembangan dan fungsi kognitif
selanjutnya.1

64
DAFTAR PUSTAKA

1. Kliegman, Stanton, Gemes, S., & Schor (2016). Nelson Textbook of Pediatrics
20 Edition Volume I. Philadelphia : Elsevier.
2. Rudolph S, Abraham M. 2006. Buku Ajar Pediatrik, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
3. Pudjiadi, Hegar, Handryastuti. 2013. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: IDAI
4. Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI. 2013. Tanda dan
Gejala Klinis Anak Gizi Buruk. Jakarta: Bakti Husada.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Tata Laksana Anak Gizi
Buruk: Buku 1. Jakarta: Departemen Kesehatan.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Petunjuk Teknis Tata
Laksana Anak Gizi Buruk: Buku II. Jakarta: Departemen Kesehatan.
7. Sjarif DR. Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. 2011. Buku Ajar Nutrisi
Pediatrik dan Metabolik. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia

65

Anda mungkin juga menyukai