Duduk Perkara
1. Bahwa Penggugat adalah Kepala
Desa yang mewakili Para Warga
Desa Tulungrejo;
2. Bahwa Penggugat menggugat PT.
Apel Pratama Indonesia yang
merupakan suatu perseoroan
terbatas yang berdiri sejak tahun
1999 dan bergerak dalam bidang
perkebunan apel dan distribusi sari
apel yang dipimpin oleh Tergugat
selaku Direktur Utama
3. Bahwa, PT. Apel Pratama
Indonesia yang berkedudukan di
Jalan Indragiri Kav. 8 Malang,
Jawa Timur pada tanggal 23 Maret
2020 menambah status perluasan
lahan mereka;
4. Bahwa dengan perluasan lahan
mereka tersebut PT. Apel Pratama
Indonesia mengajukan HGU 3
(tiga) untuk tanah seluas 300 ha di
Kawasan Perkebunan yang
beralamat di Jalan Makam RT. 05
Dusun Jabon Desa Tulungrejo,
Kabupaten Malang, Jawa Timur;
5. Bahwa dengan perluasan lahan
tersebut terbit sertifikat HGU yang
dikeluarkan pada N06 Mei 2020
oleh Kantor Kepala Kementrian
Agraria dan Tata Ruang / Badan
Pertanahan Nasional (ATR/BPN
dengan nomor registrasi
130701021Q2322;
6. Bahwa ternyata Penggugat dan para
warga Tulungrejo Kota Malang
mengklaim bahwa tanah yang
dijadikan perkebunan apel oleh
Tergugat maupun tanah milik
masyarakat sekitar;
7. Bahwa Tergugat mengklaim tanah
yang sluas 300 ha itu merupakan
tanah peninggalan leluhur adat
mereka yang sudah dikuasai sejak
tahun 1970 dan hal ini dibuktikan
dengan adanya bukti bukti sejarah
berupa tugu-tugu dan letter C
(Dokumen C) yang masih dalam
proses masa perpanjangan;
8. Bahwa Penggugat mengklaim
bahwa pihak Tergugat
mengeluarkan HGU terhadap tanah
ulayat tersebut Penggugat
menyatakan HGU yang dikeluarkan
atas tanah mereka tidak memiliki
validitas yang cukup;
9. Bahwa dari pernyataan tersebut
Tergugat mengklaim HGU tersebut
sudah sah secara hukum karena
sebelum HGU dikeluarkan,
perwakilan dari Tergugat sudah
melakukan perjanjian atas jual beli
lahan tersebut sebesar 300 ha
kepada mbah suroso yang
merupakan salah satu tokoh
masyarakat di desa tersebut pada
bulan Maret 2020;
10. Bahwa, di dalam perjanjian itu
ternyata ada klausul yang
menyatakan jika tetua desa tersebut
sudah meninggal, pindah atau
sudah tidak bertempat tinggal di
desa tersebut maka perjanjian
tersebut sudah tidak berlaku;
11. Bahwa dari adanya klausul
perjanjian tersebut Penggugat
menyatakan bahwa mbah suroso
sudah tidak dianggap sebagai
penduduk desa Tulungreji sebab
mbah suroso sudah pindah ke
Surabaya sejak bulan Agustus 2020
silam untuk ikut anak anaknya;
12. Bahwa, dari pernyataan pindahnya
Mbah Suroso tersebut yang
diperkuat dari data kelurahan Desa
Tulungrejo yang menyatakan
bahwa Mbah Suroso sudah tidak
lagi merupakan penduduk Desa
Tulungrejo;
13. Bahwa, kemudian para warga
menambahkan pernyataan
mengenai Mbah Suroso yang sudah
diketahuimeninggal pada Bulan
Oktober 2020 karena gagal jantung
maka dari itu pihak Penuntut
menuntut Tergugat terkait
perjanjian yang lama;
14. Bahwa, atas permasalahan yang
terjadi pihak Penggugat
mengirimkan surat kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Malang sehubungan dengan
Tergugat yang sejak 1 tahun lalu
mencaplok tanah Penggugat serta
sebab tidak adanya kejelasan
terhadap penyelesaian dari pihak
Tergugat;
15. Bahwa, setelah itu Tergugat
menunjuk kuasa hukum perusahaan
yang bernama Christian Ivan, S.H.
untuk melakukan mediasi dengan
pihak warga desa Tulungrejo yang
diwakilkan oleh Penggugat selaku
Kepala Desa bulan Januari 2021;
16. Bahwa, dari hasil mediasi
Penggugat memberikan tiga pilihan
untuk penyelesaian sengketa tanah
tersebut terhadap Tergugat yaitu
antara lain: 1) meninggalkan tanah
ulayat tersebut; 2) memberi 150 kg
(serratus lima puluh kilogram) tiap
kali musim panen apel; dan 3)
memberi kepada Penggugat untuk
dijadikan uang tunai sebesai Rp.
1.000.000.000.000 (satu triliun
rupiah);
17. Bahwa, melalui hasil mediais kedua
belah pihak tersebut Tergugat
memilih pilihan alternatif ketiga
yang mana digantikan dengan uang
tunai sebesar Rp.
1.000.000.000.000 (Satu Triliun
Rupiah) dan dari hasil ini
melahirkan sebuah perjanjian baru
yang berisikan kesepakatan antara
kedua belah pihak antara pihak
Penggugat dan Tergugat;
18. Bahwa, dalam surat perjanjian hasil
media tersebut terdapat klausul
yang dimana tenggang waktu
pembayaran ganti rugi lahan paing
telat adalah tanggal 10 November
2021 dengan rincian pembayaran
yang dicil 3 (tiga) kali;
19. Bahwa, setahun sejak surat
perjanjian hasil mediasi
dikeluarkan pihak Tergugat
melanggar klausul ganti rugi dan
pihak Penggugat telah
mengirimkan peringatan sebanyak
3(tiga) kali untuk segera dibayar
uang ganti rugi lahan tersebut
namun tidak ada jawaban dari
pihak Tergugat;
20. Bahwa, pihak Penggugat
menganggap hasil dari mediasi ini
tidak terlaksana seperti seharusnya
dan pihak Penggugat juga telah
mengirimkan surat peringatan
terakhir kepada Tergugat yang
dimana isi surat tersebut
memberikan 30 (tiga puluh) hari
untuk menghentikan penanaman
apel mereka dan membayar uang
ganti rugi lahan namun pihak
Tergugat mengabaikan;
21. Bahwa, karena bukti-bukti yang
telah disebutkan di atas maka
dengan ini Penggugat menganggap
bahwa Tergugat telah melakukan
wanprestasi terhadap perjanjian
mediasi yang telah mereka buat
sebelumnya, sebab tidak adanya
itikad baik Tergugat terhadap isi
klausul perjanjian maupun terhadap
Penggugat.
Isi Gugatan :
1. Mengabulkan Gugatan Para
Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan sah dan berkekuatan
hukum akta perdamaian hasil
mediasi yang dibuat oleh Tergugat
tanggal 10 November tahun 2020
3. Menyatakan Tergugat sah menurut
hukum melakukan perbuatan
Wanprestasi (Ingkar Janji)
sebagaimana diatur dalam Pasal
1243 KUHPerdata);
4. Memerintahkan kepada Tergugat
untuk membayar ganti rugi sebesar
Rp. 1.000.000.000.000 (satu triliun
rupiah) sesuai dengan hasil mediasi
5. Menghukum tergugat untuk
menghentikan penanaman apel
yang berada di Jalan Makam
RT.005 RW.006, Dusun Jabon,
Desa Tulungrejo, Kec. Tulungrejo,
Kab. Malang, JawaTimur
6. Menyatakan putusan ini dapat
dijalankan terlebih dahulu
walaupun ada upaya hukum
banding, Kasasi atau Peninjauan
Kembali (uit voorbaar bij voraad);
7. Memerintahkan kepada Tergugat
untuk membayar biaya yang timbul
dalam perkara ini.