Anda di halaman 1dari 42

Kasus Neurotik

Seorang Perempuan 22 Tahun dengan

Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik

Disusun oleh :
Hadi Purwanto

Moderator :
dr. Natalia Dewi Wardani, Sp.KJ

PPDS I PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022

1
I. DATA PRIBADI
Nama : Nn. CAH
Usia : 22 tahun (23 April 2000)
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Katholik
Pendidikan : S1 Teknologi pangan
Suku / warganegara : Jawa / Indonesia
Alamat : Semarang
Status perkawinan : Belum menikah
Pekerjaan : Mahasiswi
No. CM : C959751
Tanggal pemeriksaan : Oktober - Desember 2022
DPJP : dr. R, Sp.KJ
Diperiksa oleh : Hadi Purwanto

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh dari data primer hasil autoanamnesis dan
alloanamnesa dan data sekunder dari dokumen rekam medik.
.
Nama Sdri. AT
Alamat Semarang
Pekerjaan Mahasiswa
Pendidikan S1
Umur 22 tahun
Agama katolik
Hubungan Teman Dekat
Lama kenal 10 tahun

Sifat Akrab
perkenalan

2
A. Sebab datang ke Rumah Sakit
Pasien datang bersama temannya ke Poli Psikiatri
Keluhan utama pasien : Sedih Mendalam

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 8 bulan SMRS (April 2022), pasien yang sedang mengerjakan
skripsinya, mengalami hambatan dalam proses pengerjaan dikarenakan dosen
pembimbing sibuk sehingga pasien mengalami kesulitan dalam menjalani
bimbingan skripsi. Hal tersebut menyebabkan pasien kecewa dan sedih karena
target lulus menjadi mundur. Kemudian, saat di rumah, pasien mengetahui
bahwa kondisi perekonomian keluarganya sedang mengalami kesulitan
dikarenakan penghasilan Ayah berkurang sehingga hanya mengandalkan
penghasilan dari ibunya yang bekerja karyawan di rumah makan. Sehingga
keluarga pasien mengalami kesulitan dalam pembiayaan hidup sehari hari. Saat
itu, ibu pasien mengatakan bahwa sedang kesulitan dalam membiayai pasien
lagi dan ibu pasien meminta pasien untuk berhemat. Saat itu pasien dan ibunya
sempat terlibat pertengkaran. Ibu pasien yang mengetahui bahwa pasien
bekerja sebagai bartender, mengatakan bahwa ibu pasien tidak setuju pada
pekerjaan pasien karena khawatir pasien melakukan hal hal yang negatif terkait
dengan pergaulan di pekerjaannya serta sering pulang malam. Namun pasien
sambil marah marah mengatakan bahwa dirinya bekerja untuk menutupi
kebutuhan skripsinya yang memerlukan banyak biaya, pasien juga mengatakan
pada ibunya bahwa dirinya bisa menjaga diri. Saat itu pasien merasa tertekan
dengan kondisinya, namun pasien berusaha untuk memendamnya sendiri.
Pasien tidak menceritakan pada orang lain karena kurang percaya bahwa akan
mendapat respon yang baik dari orang lain. Pasien mencoba menerima kondisi
tersebut namun pasien sebenarnya merasa masih sering kepikiran hingga
pasien sering merasa sedih hingga terkadang merasa mudah lelah. Namun
kemudian pasien menceritakan pada pacarnya. Saat terasa beban pikiran makin
bertumpuk, pasien melakukan selfharm dengan cara cutting pada lengan, dan
setelah melakukannya pasien merasa lebih lega, pasien juga mencoba cara lain
yaitu dengan merokok karena beberapa kali melihat temannya seperti lebih
tenang pikirannya setelah merokok, mencoba untuk merokok. Pasien merokok
dengan frekuensi 3-4 batang per hari, namun hanya saat sedang penat, pasien

3
bisa merokok 10 batang per hari. Pasien mengkonsumsinya saat berkumpul
dengan teman temannya dan juga saat pikiran begitu penat, guna mengalihkan
pikiran saat merasa tidak nyaman. Setelah mengkonsumsinya, pasien merasa
lebih tenang. Pasien juga mengkonsumsi alkohol merk Anggur merah dan
Soju. Pasien meminumnya dengan frekuensi 1x dalam 1-2 bulan. Pasien
meminumnya saat berkumpul kumpul dengan temannya dan juga saat kondisi
pikiran sedang begitu penat. Pasien meminumnya sebanyak 1 sloki sampai
dengan sepertiga hingga setengah botol. Setelah minum setengah botol, pasien
merasa mabuk, pusing, dan mengantuk, pasien bicara melantur dan
mencurahkan segala perasaan hatinya tanpa beban. Hingga pasien merasa lebih
plong pikirannya. Bila lama tidak konsumsi, pasien tidak mengeluhkan pusing
gemetar, mual atau gejala fisik maupun psikis lainnya. Pasien juga bila
pikirannya sedang menumpuk, sering marah marah ke pacarnya. Setelah marah
marah, pasien menjadi beban pikirannya agak berkurang. Sejak saat itu pasien
masih menjalankan skripsinya serta pekerjaan sebagai bartender di suatu cafe
dengan cukup baik. Waktu luang digunakan untuk jalan jalan dan nongkrong
dengan teman temannya, terkadang pasien melamun. Hubungan dengan
keluarga dan sekitarnya baik. Perawatan diri seperti makan, minum dan mandi
dilakukan sendiri atas inisiatif sendiri.
Sejak 4 bulan SMRS (Agustus 2022), Ibu pasien semakin marah karena
pasien masih tetap bekerja sebagai bartender, dan menyampingkan kuliahnya
ibu pasien sangat tidak setuju dengan hal tersebut, Ibu berharap agar pasien
dapat focus menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu baru kemudian bekerja
ditempat ygn lebih layak, karena Ibu khawatir pasien melakukan hal hal yang
negatif terkait dengan pergaulan dalam pekerjaannya karena sering pulang
malam dan tidak pernah kuliah. Namun pasien sambil marah marah
mengatakan bahwa dirinya bekerja untuk menutupi kebutuhan skripsinya yang
memerlukan banyak biaya, pasien juga mengatakan pada ibunya bahwa dirinya
bisa menjaga diri. Saat itu kondisi pasien sangat tertekan. Pasien semakin
merasa sedih, pasien menjadi semakin sering menangis. Pasien merasa terus
menerus mengalami sedih yang mendalam dan merasa mudah lelah. Hilang
minat dan kegembiraan. Aktivitas yang tadinya menghibur pasien sudah tidak
dirasakan dapat menghiburnya lagi. Pasien mengalami kesulitan tidur, dimana
kesulitan dalam mengawali dan juga sering terbangun bangun tidurnya. Pasien

4
sering kali mengalami pusing berputar hingga memeriksakan diri ke RS dan
dikatakan mengalami vertigo, setelah minum obat vertigo, kondisi agak
membaik, namun beberapa masih kambuh, terutama bila pasien memikirkan
masalah masalahnya. Pasien juga merasakan hilang minat dan kegembiraan.
Pasien yang tadinya merasa terhibur saat kumpul bersama, menjadi merasa
tetap sedih. Pasien ada rasa putus asa tapi ide bunuh diri disangkal. Pasien
mengkhawatirkan masa depannya. Pasien mengalami gangguan konsentrasi
dan nafsu makan yang menurun. Pasien Sejak saat itu pasien masih
menjalankan pekerjaannya sebagai bartender di suatu café, namun pasien
mulai mengalami mudah lelah dan konsentrasi berkurang sehingga hasil kerja
tidak sebaik biasanya. Waktu luang yang biasanya digunakan untuk jalan jalan
dengan temannya menjadi sering untuk beristirahat, melamun memikirkan
nasibnya. Hubungan dengan keluarga khususnya ibunya merenggang,
hubungan dengan sekitarnya baik. Perawatan diri seperti makan, minum dan
mandi dilakukan sendiri atas inisiatif sendiri.
2 bulan SMRS (Oktober 2022), pasien mengalami masalah dengan
pacarnya, dimana pacarnya mengatakan bahwa pacar pasien merasa kewalahan
menghadapi kondisi pasien yang menjadi sering sedih hingga menangis dan
tidak bersemangat. Pasien yang selama ini banyak meminta bantuan pada
pacarnya saat mengalami kesulitan, menjadi merasa kecewa dan sedih dengan
kondisi ini. Selama ini pacarnya hampir selalu ada pada apapun keadaan
pasien. Sebenarnya pasien berharap pacarnya bisa memahami kondisinya saat
ini, namun pasien juga di sisi lain tidak ingin memaksakan bila pacarnya
ternyata merasa keberatan dalam mendampingi pasien. Pasien berusaha
memahami bahwa mungkin pacarnya saat ini dalam kondisi tertekan karena
sedang mengerjakan skripsi. Pasien menjadi semakin sedih yang mendalam,
hingga ketika melihat pisau, pasien membayangkan melakukan bunuh diri
dengan menusukkan pisau itu ke dirinya, namun pasien tidak berani
melakukannya karena mengingat bahwa masih ada teman teman yang
menyayanginya. Pasien suatu ketika pernah sengaja mematikan ponsel, untuk
mengetahui apakah masih ada yang mencari keberadaan pasien atau merasa
kehilangan pasien. Saat itu pacar dan teman teman pasien menghubungi dan
mengatakan cemas mengetahui pasien tidak mengaktifkan ponsel. Pasien
merasa bahwa masih ada teman teman dan pacar yang peduli padanya. Pasien

5
selera makannya semakin menurun, mudah lelah dan kesulitan dalam
mengawali maupun mempertahankan tidur. Hilang minat dan kegembiraan.
Aktivitas yang tadinya menghibur pasien sudah tidak dirasakan dapat
menghiburnya lagi. Konsentrasi mengalami penurunan, merasakan pesimis
mengenai masa depannya. Pasien masih dapat bekerja namun dalam menjalani
pekerjaan lebih lambat karena pasien mudah lelah dan lemas. Waktu luang
digunakan untuk melamun. Hubungan dengan keluarga dan sekitarnya agak
merenggang. Perawatan diri seperti makan, minum dan mandi dilakukan
sendiri, terkadang harus diingatkan.
C. Riwayat Sebelumnya
1. Psikiatri
• Pasien menyangkal pernah mengalami perasaan senang yang
berlebihan, merasa sangat bersemangat, mempunyai banyak ide-ide atau
gagasan-gagasan sehingga membuat pasien tak merasa lelah dalam
beraktivitas, seolah-olah energi banyak dan merasa kebutuhan tidur
berkurang yang berlangsung terus menerus selama lebih dari 1 minggu.
• Pasien menyangkal pernah mengalami kesedihan yang menetap dan
dirasakan terus menerus selama lebih dari 2 minggu.
2. Medis Umum
• Pasien tidak memiliki riwayat penyakit fisik yang serius berkenaan
dengan gangguan jiwanya. Riwayat kejang demam (-), riwayat epilepsi
(-), riwayat trauma kepala (-), riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes
mellitus (-), hipertiroid (-), nyeri ulu hati/sakit maag (-), riwayat
pingsan/kehilangan kesadaran sebelumnya (-).
3. Penggunaan Obat – obatan dan NAPZA
-Pasien menyangkal riwayat penggunaan obat-obatan terlarang.
-Pasien mulai mengkonsumsi alkohol sejak awal kuliah, yakni tahun
2019. Pasien mengkonsumsi alkohol merk Anggur Merah dan Soju.
Pasien minum dengan frekuensi 1x dalam 1-2 bulan, saat berkumpul
dengan temannya dan juga saat kondisi pikiran sedang begitu penat.
Pasien minum sebanyak 1 sloki sampai dengan sepertiga hingga
setengah botol. Setelah minum setengah botol, pasien merasa mabuk,
pusing, dan mengantuk, pasien bicara melantur dan mencurahkan
segala perasaan hatinya tanpa beban. Hingga pasien merasa lebih plong

6
pikirannya. Bila lama tidak konsumsi, pasien tidak mengeluhkan
pusing gemetar, mual atau gejala fisik maupun psikis lainnya. Pasien
terakhir kali mengkonsumsinya bulan Juli 2022.

RIWAYAT PRAMORBID
1. Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara. Menurut pasien,
kondisi ibu selama hamil sehat, tidak pernah sakit atau dirawat di rumah sakit.
Ibu tidak pernah merokok, mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan. Pasien
dilahirkan di Rumah Sakit, persalinan secara spontan, pasien lahir cukup
bulan. Berat badan lahir pasien 3 kg, kondisi pasien maupun ibunya sehat.
2. Masa Anak Awal (sampai 3 tahun)
Setelah lahir pasien diasuh oleh kedua orang tua. Pasien saat kecil susah
makan, dimana makannya pilih pilih hanya mau makan yang disukai saja.
Menurut pasien, perkembangan seperti bicara, merangkak, duduk dan berdiri
normal. Pasien tidak pernah menderita kejang, kejang demam, cedera kepala
ataupun menderita sakit berat sehingga harus dirawat di rumah sakit.
Ayah pasien bekerja sebagai Karyawan swasta di Suatu Koperasi
simpan pinjam. Saat itu ibu pasien masih sebagai Ibu Rumah Tangga.
3. Masa Kanak Pertengahan (3 – 7 tahun)
Pada periode ini, Ibu mulai bekerja sebagai karyawan di rumah makan.
Ayah maupun ibu merupakan sosok yang disiplin terhadap anak anaknya.
Orangtua pasien mengatur manajemen waktu anak anaknya, jadwal jam
berapa saja harus belajar, tidur dan boleh bermain. Saat itu keadaan keluarga
pasien cukup bahagia dan sejahtera, karena ayah memiliki penghasilan yang
cukup bagi keluarganya. Ayah pasien merupakan seorang yang pendiam,
tidak banyak bicara, namun keras dan disiplin. Sejak kecil, pasien dan kakak
nya sering bertengkar, dan bila pasien serta kakaknya bertengkar, ayah pasien
kerapkali memukul pasien dan kakaknya menggunakan sapu. Bila dipukul,
pasien sebenarnya merasa kesal, namun pasien segera pergi dari rumah dan
bermain dengan teman temannya. Sedangkan ibu merupakan sosok yang tegas
dan disiplin pada anak anaknya. Orangtua pasien menekankan mengenai
pentingnya belajar dengan giat.

7
Pasien merupakan sosok yang keras kepala dan mau menang sendiri,
jarang mengalah dengan kakaknya. Pasien juga jarang membantu orang tua
dalam mengerjakan pekerjaan rumahtangga.
4. Masa Kanak Akhir (7-12 tahun)
Pasien menjalani masa ini dengan baik dan cukup harmonis. Ibu pasien
sangat disiplin dengan anak anaknya. Pasien dan kakaknya diminta
mengerjakan PR kemudian setelahnya dikoreksi oleh ibunya. Ketika ada
jawaban yang salah atau tulisan yang jelek, maka ibu pasien akan menyobek
kertas jawaban pasien. Saat itu pasien merasa kesal dan menangis, namun
ternyata kemudian ayah pasien mengerjakan PR pasien. Pasien merupakan
anak yang berprestasi dimana seringkali mendapat peringkat 10 besar di
kelasnya, namun bila berprestasi, orangtua tidak kerap memberikan pujian.
Sikap orangtua pasien biasa saja.
Saat berusia 10 tahun, pasien pernah ingin meminta ponsel kepada
orangtuanya, namun tidak dikabulkan, saat itu pasien merasa kecewa dan
marah hingga mencoret coret bukunya dengan kata kata kasar, kondisi
keluarga pasien mengalami perubahan drastis. Ibu pasien yang merasa mampu
memberi tempat tinggal yang cukup bagi keluarganya, menjadi berubah sikap
pada ayah pasien. Ibu pasien menjadi dominan dalam keluarga. Ibu pasien
sering marah marah pada ayah pasien, ayah pasien pun awalnya seringkali
diam saja ketika dimarah marahi. Ibu pasien mengatakan bahwa akan
berusaha sekuat tenaga demi memberikan usaha yang terbaik untuk
pendidikan anak anaknya. Menghadapi kondisi orangtuanya yang sering
bertengkar, pasien merasa tertekan, namun hanya dipendam sendiri tidak
diceritakan pada orang lain karena pasien kurang percaya orang lain akan
merespon baik saat pasien bercerita mengenai masalahnya. Pasien juga
berusaha untuk banyak bergaul dengan teman temannya, namun perasaan
pasien tetap tidak nyaman dan kepikiran dengan ketidakharmonisan
orangtuanya. Di depan teman temannya pasien berusaha tetap ceria tidak
menampakan perasaan tertekannya.

5. Masa Remaja (12 – 18 tahun)


Pasien melanjutkan pendidikan ke SMP Yoannes. Pasien dapat melewati
masa orientasi dengan baik dan memiliki teman. Setiap hari, pasien pergi ke

8
sekolah menggunakan angkutan umum. Di sekolah pasien dapat menjalin
relasi dengan temannya, pasien memiliki banyak teman serta beberapa teman
dekat. Pasien dan teman dekatnya tidak terlalu sering jalan-jalan karena hal
tersebut akan menghabiskan uang, namun saat di sekolah mereka sering
menceritakan masalah mereka satu sama lain jika ada masalah. Pasien juga
sering mengerjakan tugas kelompok bersama teman dirumahnya dan
terkadang dirumah temannya. Pada malam hari, pasien selalu mengerjakan
PR yang diberikan oleh guru. Pasien terbiasa untuk membuat jadwal dan
mengerjakan yang menjadi prioritasnya. Prestasi pasien di sekolah baik dan
selalu mendapat peringkat 10 besar di kelasnya. Pasien merasa cukup puas
dengan peringkat yang diperolehnya. Pasien tidak pernah terlibat masalah
baik dengan guru maupun teman. Pasien dapat bermain dengan teman laki-
laki ataupun perempuan. Pasien tidak pernah bolos ataupun terlibat bully.
Pasien dapat lulus dengan nilai yang baik dan kemudian pasien melanjutkan
pendidikan ke SMK. Selama di SMK Pertanian, pasien dapat mengikuti
pelajaran dengan baik dan memperoleh prestasi yang baik. Menurut pasien,
hal ini disebabkan karena ibu selalu mengajarkan disiplin kepada anak-
anaknya sehingga pasien terbiasa dengan jadwal dan membuat prioritas yang
harus dikerjakan. Pasien dapat bersekolah dengan baik dan kemudian
melanjutkan pendidikan ke S1 Teknologi Pangan USM atas keinginannya
sendiri.

6. Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pada tahun 2005-2007 pasien menjalani TK Yoannes. Saat itu pasien
dapat menjalani pendidikan dengan baik. Tidak ada cemas perpisahan.
Pasien banyak bergaul dengan baik dengan teman temannya.
Pada tahun 2007-2013, pasien melanjutkan ke SD Yoannes dapat
melakukan adaptasi dengan baik, pasien memiliki banyak teman, hubungan
dengan guru juga baik. Pasien selalu menduduki peringkat 10 besar di
kelasnya. Pasien mengatakan bahwa dirinya ketika mendengar penjelasan
dari guru, dirinya cepat menangkap sehingga pasien tidak memerlukan rajin
belajar. Namun karena ibunya yang disiplin menjadwalkan jam belajar dan
memantau belajar dan pengerjaan PR anaknya, pasien menjadi mau belajar.

9
Pada tahun 2013-2016, pasien melanjutkan ke SMP Yoannes, dapat
melakukan adaptasi dengan baik, pasien memiliki banyak teman, hubungan
dengan guru juga baik. Pasien selalu menduduki peringkat 10 besar di
kelasnya.
Pada tahun 2016-2019, pasien melanjutkan ke suatu SMK Pertanian.
Di sana pasien merasa senang karena banyak teman dan cukup akrab dengan
teman temannya. Namun sebenarnya pasien tidak sering menceritakan
masalah pribadi pada teman temannya. Bila ada masalah, pasien kerap kali
menyimpan sendiri, dan menutupi perasaan tidak nyamannya di depan
teman temannya. Ketika SMA pasien menyadari bahwa teman temannya
pintar pintar dan kompetitif, sehingga pasien menjadi lebih giat belajar.
Prestasi pasien 20 besar di kelasnya.
Pada tahun 2019 - sekarang, pasien melanjutkan pendidikan dengan
kuliah di jurusan Teknologi Pangan USM. Pasien menjalani perkuliahan
dengan baik. Pasien memiliki IPK yang cukup baik. Pasien mengalami
hambatan dalam pengerjaan skrispsi sehingga kuliah mundur dari target.
b. Riwayat Pekerjaan
Bulan Januari 2022 hingga hingga saat ini, pasien bekerja sebagai barista
di suatu café di kota lama. Dimana pasien belajar secara otodidak. Gaji
pasien sebesar 1,8 juta perbulan nya.
c. Riwayat Keagamaan
Pasien beragama katholik. Pasien dididik dalam agama katholik dalam
keluarga. Pasien juga mendapatkan ilmu agamanya di sekolah SD hingga
SMA. Dalam menjalani ibadah, pasien cukup taat. Pasien rajin datang ke
gereja. Namun untuk doa harian, pasien kurang rutin menjalaninya.
Sebelum sakit pasien rutin beribadah, namun semenjak sakit, pasien lebih
mengutamakan rasionalitas dari pada ibadah.
Kesan : cukup taat beribadah
d. Riwayat Perkawinan dan psikoseksual
Pasien belum pernah menikah. Pasien pernah berpacaran sebanyak
4 kali. Pertama kali pacaran saat SMP sebanyak 2x, hanya berjalan
beberapa bulan, karena merasa tidak cocok maka kemudian putus.
Pada saat SMA pasien berpacaran 1 kali semenjak SMA kelas 2
sampai dengan lulus. Saat itu pacar pasien sangat mencintai pasien dan

10
selalu ingin bersama pasien. Apapun akan dilakukan pacar pasien demi
mendapatkan hati pasien. Namun pasien sering marah marah dan bersikap
seenaknya terhadap pacarnya tersebut. Apabila pasien melakukan kesalahan
dan pacar pasien memarahi pasien, maka pasien akan membalas dengan
marah lebih besar pada pacarnya.
Pada saat kuliah pertengahan hingga saat ini, pasien berpacaran
dengan teman satu jurusan. Pasien merasa cocok dengan pacar sekarang
karena pasien merasa pacarnya dapat memahami dirinya. Selama ini
pacarnya selalu menemani pasien dalam kondisi susah maupun senang dan
selalu ada untuk pasien. Pasien bila ada masalah kerapkali melampiaskan
kemarahan pada pacarnya. Setelahnya pasien merasa lebih lega. Namun
baru akhir akhir ini pacar pasien mengaku kewalahan mendampingi pasien.
Suatu ketika, pasien melihat pacar pasien bila bersama dirinya terlihat
murung dan tidak antusias, namun ketika bersama dengan teman temannya,
pacar pasien terlihat senang dan tertawa tawa, seketika pasien merasa begitu
sedih. Pasien tidak sanggup menyaksikan bahwa ternyata pacarnya lebih
bahagia bersama orang lain. Pasien sebenarnya mengharapkan pacarnya
bisa lebih memahami diri pasien dan bisa menyikapi pasien lebih baik ketika
pasien sedang sedih. Namun pasien juga tidak ingin memaksakan diri dan
sempat mempertimbangkan apa lebih baik putus saja. Tapi pasien tidak bisa
memutuskan karena mengenang kebaikan kebaikan pacar pasien yang
selama ini paling ada untuknya, selain itu pasien sudah berjanji untuk
mendampingi pacarnya hingga selesai sidang. Sosok pacarnya di mata
pasien merupakan sosok baik yang selalu ada untuknya. Namun akhir akhir
ini pasien kecewa karena pacarnya tidak seperti harapannya, namun pasien
berusaha untuk berpikir mungkin pacarnya sedang ada masalah.
Akhir akhir ini pasien menyadari bahwa sikap pasien terhadap
pasangannya adalah meniru sikap ibunya pada ayahnya.
e. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah melihat maupun mengikuti kegiatan atau pelatihan
militer.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam tindakan yang melanggar hukum.

11
g. Riwayat Aktivitas Sosial
Pasien merupakan seorang yang cukup mudah bergaul. Pasien juga
memiliki cukup banyak teman. Namun sebenarnya hubungan pasien tidak
terlalu dekat. Ketika ada permasalahan yang bersifat pribadi, pasien lebih
suka menyimpannya sendiri, atau menceritakan pada pacarnya. Hal itu
disebabkan karena pasien tidak mudah percaya bahwa orang lain akan
memberi respon yang baik.
h. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara. Sejak kecil pasien
tinggal dengan orangtuanya. Hubungan antar anggota keluarga pasien
cukup baik, walaupun tidak dekat dan tidak hangat. Namun sejak pasien
berusia 10 tahun, orangtua pasien menjadi sering bertengkar karena dari segi
finansial, ibu lebih tinggi dari ayah, serta rumah yang ditempati adalah hasil
jerih payah ibu pasien. Pasien dan kakaknya pun kerap kali menjadi sasaran
kemarahan dari orangtuanya, terutama ibu. Hal itu menyebabkan pasien
maupun kakaknya sebenarnya tidak nyaman berada di rumah. Hubungan
pasien dengan ayahnya tidak dekat namun cukup baik. Sedangkan hubungan
pasien dengan ibunya kurang baik, dimana ketika ibu marah pada pasien,
maka pasien langsung balik memarahi ibunya. Sosok ibu dahulu dimata
pasien begitu kuat dan tegar dapat berperan sebagai kepala rumah tangga.
Namun kemudian sosok ibu di mata pasien menjadi begitu egois dan
menyebalkan.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini ataupun
mengalami gangguan jiwa lainnya. Tidak ada anggota keluarga yang
mengonsumsi alcohol ataupun NAPZA.

12
Silsilah keluarga

Keterangan :

: Laki-laki : Gangguan Jiwa

: Perempuan : Meninggal

: tinggal serumah : Penderita

: konflik

i. Situasi Hidup Sekarang


Saat ini pasien tinggal di rumah orangtua. Pasien bekerja sebagai barista
di suatu café dikota lama. Ayah pasien bekerja sebagai karyawan dikoperasi
simpan pinjam. Ibu pasien bekerja sebagai karyawan di Rumah makan
padang. Sebenarnya pasien tidak betah dirumah karena sering ada
pertengkaran. Biaya hidup sehari-hari berasal dari diri sendiri. Pasien
mengaku tidak memberitahukan keluarganya jika sedang berobat di poli
psikiatri.
Biaya pengobatan : Umum
Kesan Ekonomi : cukup

13
Denah Rumah

Pasien tinggal di rumah dan tanah milik orangtuanya.


Dengan ukuran 10m x 15 m, 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, dapur, 4 kamar tidur 2 kamar mandi, halaman
depan rumah.. Lantai keramik dan dinding tembok serta
atap genteng.

J. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai


Pasien ingin segera sembuh dan menyelesaikan kuliahnya untuk bisa
mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan lebih besar.
K. Pandangan Pasien terhadap Penyakitnya
Pasien merasa membutuhkan bantuan dokter untuk mengatasi kondisi yang
dialaminya.

14
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL ( 7 Oktober 2022)
A. Deskripsi Umum
a) Penampilan Umum
Seorang perempuan berusia 22 tahun, tampak sesuai usia, postur pendek
perawakan sedang. Kulit kuning langsat. Berambut sebahu berwarna
hitam. Mengenakan kaus hitam dengan jaket dan celana panjang berbahan
jeans. Kebersihan dan kerapian cukup.
b) Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Normoaktif
c) Sikap Terhadap Pemeriksa
Cukup kooperatif
Kontak psikis ada, wajar, dapat dipertahankan.
d) Mood dan Afek
Mood : Sedih
Afek :
Kualitas : Depresif
Kuantitas : Berat
Rentang Afek : Luas
Kewajaran : Wajar
Keserasian : Serasi
B. Pembicaraan
Pasien menjawab semua pertanyaan pemeriksa dengan baik, jawabannya
sesuai dengan yang ditanyakan. Irama baik, intonasi baik, volume suara
jelas, artikulasi jelas.
Kualitas : cukup
Kuantitas : cukup
C. Gangguan Persepsi
Ilusi : Tidak ada
Halusinasi : Tidak ada
D. Pikiran
a. Bentuk pikir : Realistik
b. Arus pikir : Lancar
c. Isi Pikir : waham disangkal
Ide bunuh diri (-)

15
E. Sensorium dan Kognisi
a. Kesadaran : jernih
b. Orientasi
Personal : baik Waktu : baik
Tempat : baik Situasional : baik
c. Daya ingat
Segera : baik Jangka Sedang : baik
Jangka Pendek : baik Jangka Panjang : baik
d. Konsentrasi dan Perhatian
Konsentrasi : kurang baik
Perhatian : normovigilitas
e. Kapasitas untuk Membaca dan Menulis
Baik
f. Kemampuan Visuospasial
Baik
g. Pikiran Abstrak
Baik
h. Pengendalian Impuls
Kurang baik
F. Tilikan : derajat 4
1. Menyangkal sepenuhnya bahwa ia mengalami penyakit / gangguan.
2. Sedikit memahami adanya penyakit pada dirinya dan membutuhkan
pertolongan dan pada saat yang bersamaan pasien sekaligus menyangkal
penyakitnya.
3. Pasien menyadari dirinya sakit namun menyalahkan orang lain atau
penyebab eksternal, atau faktor organik sebagai penyebabnya.
4. Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak
memahami penyebab sakitnya
5. Intellectual insight : pasien menerima kondisi dan gejala-gejala sebagai
bagian dari penyakitnya dan hal ini disebabkan oleh gangguan yang ada
dalam diri pasien, namun tidak menerapkan pemahamannya ini untuk
melakukan sesuatu selanjutnya (misalnya perubahan gaya hidup)
6. Emotional insight : Pasien memahami kondisi yang ada dalam dirinya
seperti tilikan derajat 5 namun pasien juga memahami perasaan dan tujuan

16
yang ada pada diri pasien sendiri dan orang yang penting dalam kehidupan
pasien. Hal ini membuat perubahan perilaku pada pasien.
G. Pertimbangan
Kurang Baik
H. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LANJUT


A. Status Internus (7 Oktober 2022)
Keadaan Umum : Baik
Berat/tinggi badan : 44 kg/155cm
Kesadaran neurologis : Komposmentis
Tekanan darah/nadi : 110/70 mmHg, 80 x/menit
Pernafasan/suhu : 18x/menit, afebris
Kepala : Sklera tidak ikterik, conjunctiva tidak anemis.
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-).
Toraks :
Cor : suara tambahan (-), frekuensi denyut jantung normal.
Pulmo : SD vesikuler, suara tambahan: ronkhi (-), wheezing (-).
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), peristaltik (+) normal
Ekstremitas : Tidak ada kelainan, akral hangat

B. Status Neurologis (7 Oktober 2022)


GCS : E4 M6 V5
Gejala rangsang selaput otak : Negatif
Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal:
- Tremor tangan : Negatif
- Akatisia : Negatif
- Bradikinesia : Negatif
- Cara berjalan : Normal
- Keseimbangan : Baik
- Rigiditas : Negatif
Motorik : Kekuatan baik

17
Sensorik : Baik

Kesan : Tidak ada kelainan.


C. Pemeriksaan Lain
1. Psikometri
▪ HAM-D (7/10/2022) : 18 (berat)
▪ HAM-A (7/10/2022) : 11 (ringan)
▪ Screening Bunuh Diri (7/10/2022) : 1 (rendah)

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


(FORMULASI DIAGNOSTIK)
Seorang perempuan berusia 22 tahun, tampak sesuai usia, beragama
katholik, belum menikah, datang ke poli psikiatri dengan keluhan sedih
mendalam.
Dari Riwayat penyakit sekarang pasien merasa sedih sepanjang hari,
mudah lelah, hilang minat dan kegembiraan, merasa pesimis dan masa depan
suram, konsentrasi menurun, sulit tidur, nafsu makan turun dan muncul ide
bunuh diri. Keluhan ini pasien rasakan sudah lebih dari 8 bulan dan sudah ada
stressor sebelumnya.
Berdasarkan riwayat penyakit pasien, ditemukan adanya pola perilaku
dan psikologis yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan
gejala yang menimbulkan suatu penderitaan (distress) maupun hendaya
(disability) pada berbagai fungsi peran, sosial, penggunaan waktu luang, dan
perawatan diri sehingga dapat disimpulkan penderita mengalami gangguan
jiwa.
Pada pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan gangguan medis umum yang secara fisiologis menimbulkan
disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita saat ini,
sehingga gangguan mental organik dapat disingkirkan. Pada penderita
ditemukan adanya riwayat penggunaan alkohol namun bersifat rekreasional
sehingga Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat dapat
disingkirkan.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan: kesadaran jernih, kontak
psikis ada, wajar dan dapat dipertahankan, perilaku dan psikomotor normoaktif,

18
sikap kooperatif terhadap pemeriksa, mood sedih, afek depresi, arus pikir lancar
dan koheren, tidak ada gangguan bentuk dan arus pikir, terdapat ide bunuh diri.
Gangguan persepsi disangkal. Gejala ini sudah berlangsung selama kurang lebih
8 bulan sebelum pasien datang dan mengakibatkan terjadinya penurunan
kualitas hidup yang bermakna dengan adanya hendaya fungsi peran dan sosial.
Pada riwayat premorbid didapatkan perilaku impulsive yakni bila
marah meledak ledak. Pasien juga sering menggunakan mekanisme pertahanan
jiwa acting out, represi, isolasi afek, regresi, displacement.
Pada pasien terdapat hendaya sedang dalam berfungsi yang berkaitan
dengan sifat keluhan-keluhannya. Berbagai keluhan yang dirasakan pasien
menyebabkan tidak nyaman saat beraktivitas dan mengganggu kegiatan
perkuliahan yang sedang diikuti pasien. Perawatan diri dilakukan mandiri.
VI. DIAGNOSIS PSIKODINAMIK
a. Karakteristik Ego
Ego pasien dinilai kurang adekuat yang ditunjukkan dari fungsi ego pasien yang
rapuh, antara lain :
▪ Pengendalian dorongan instingtual
Pasien sulit mengendalikan dorongan instingtual (id). Pasien seringkali
marah marah kurang bisa mengontrol ketika menghadapi hal hal yang
tidak disukai.
▪ Kemampuan judgement
Pasien memiliki riwayat kemampuan judgement yang kurang baik.
Pasien memiliki ide untuk mengakhiri hidup saat menghadapi beragam
permasalahan yang berat.
• Relasi dengan realitas
Pasien memiliki penilaian realitas tidak terganggu. Tidak terdapat pola
gangguan persepsi maupun adanya delusi.
• Kapasitas membentuk relasi objek
Kapasitas pasien membentuk relasi obyek dengan figur lain kurang baik.
Saat ini pasien menjaga jarak dengan orang lain.
▪ Fungsi Sintesis
Fungsi sintesis ego pasien kurang adekuat dalam mengorganisasi dan
mengkoordinasi pikiran, dorongan, dan perilaku pasien.

19
▪ Fungsi otonomi ego
✓ Fungsi otonomi primer ego
Fungsi otonomi primer ego pada pasien baik dengan kemampuan pasien
membuat persepsi, belajar, intelegensi, intuisi, bahasa, berpikir,
pemahaman dan motilitas.
✓ Fungsi otonomi sekunder ego
Fungsi otonomi sekunder ego pasien terganggu karena pasien kurang
mampu mengatasi masalahnya dengan menggunakan mekanisme defens
yang less adaptife (acting out, regresi) dan more adaptive (represi,
displacement, isolasi afek).
Mekanisme defens less adaptive
• Acting out : mengekspresikan pikiran atau perasaan yang tidak dapat
diterima dalam bentuk perbuatan.
Ketika pasien merasa kecewa dengan pacarnya, pasien seketika
marah dan pergi dari tempat tersebut. Ketika dimarahi oleh ibunya,
pasien langsung memarahi balik.
• Regresi : Menggunakan strategi koping dari periode pengembangan
sebelumnya terkait dengan kejadian atau perasaan stres
(Pasien seringkali menangis bila menghadapi hal yang
mengecewakan atau melukai hatinya)
Mekanisme more adaptive :
• Represi : Menghindari pikiran, perasaan, dan fantasi yang tidak
nyaman memasuki alam sadar
Pasien berusaha meredam perasaan kecewanya ketika mendapati
orangtuanya bertengkar atau menghadapi situasi yang tidak nyaman.
Tidak menceritakan pada oranglain. Pasien berusaha melupakannya
namun sebenarnya masih kepikiran.
• Displacement : mengalihkan perasaan atau impuls ke orang atau
kegiatan lain. Pasien melampiaskan kekesalannya terhadap masalah
pribadinya dengan marah marah pada orang terdekatnya yakni ibu dan
pacarnya. Pasien mengalihkan beban pikiran yang menumpuk dengan
minum alkohol dan merokok. Pasien merasa lebih lega setelah
melakukan hal tersebut.

20
▪ Relasi dengan superego
Relasi superego kurang baik. Pasien melakukan tindakan self-harm
dimana tindakan self-harm bertentangan dengan keyakinan yang pasien
anut.
b. Kualitas Relasi Objek
Kapasitas pasien dalam membentuk relasi objek dengan figur lain kurang
baik. Pasien memiliki banyak teman namun kesulitan dalam membentuk
suatu kelekatan dengan keluarga dan teman-teman. Pasien saat ini kesulitan
membina relasi dengan lingkungan karena merasa tidak nyaman.
c. Karakteristik Self
● Self-esteem: buruk
Pasien membutuhkan perhatian untuk meningkatkan kepercayaan dirinya.
Ditandai dengan mencari perhatian dari teman temannya.
● Self-cohesiveness: buruk, ditandai dengan munculnya rasa sedih dan
khawatir.
● Self-boundaries: Baik. Pasien mampu membedakan pikiran dirinya dengan
pikiran orang lain.
• Self-continuity: kurang baik, saat ini pasien kurang dapat menjalani aktivitas
harian dengan baik
• Mind-body relationship: kurang baik, pasien tidak dapat mengintegrasikan
mind and body nya. Ditandai adanya keluhan fisik saat banyak pikiran yang
menumpuk.
d. Attachment
Pola attachment pasien adalah tipe insecure attachment yang ditandai
dengan kekecewaan dan kesedihan terkait attachment. Seseorang dengan
tipe ini dapat menawarkan potret orang yang ideal dalam kehidupan mereka.
Namun ketika diperiksa, mereka sering dapat mengingat insiden yang
menunjukkan kekecewaan. Seperti pada pasien, menunjukkan kekecewaan
terhadap orangtua dan pacar.
e. Kemampuan Mentalisasi
Kemampuan mentalisasi pasien buruk. Pasien kurang dapat memahami
perasaan orang lain dalam posisi yang dihadapi orang tersebut. Pasien
seringkali tidak memahami apa yang dirasakan orang lain jika pasien

21
melakukan sesuatu pada orang tersebut. Pasien juga kurang memahami
dirinya jika diposisikan dalam berbagai macam situasi.
f. Organisasi Kepribadian
Pasien saat ini menunjukkan organisasi kepribadian borderline yang
ditandai dengan kelemahan fungsi ego, penggunaan mekanisme defens
yang sebagian neurotik dan primitif.
VII. FORMULASI PSIKOPATOLOGI DINAMIK
Tiga langkah dasar dalam penyusunan formulasi psikodinamik, yaitu :
▪ Describe : menentukan Problem dan Pattern of Person
▪ Review : riwayat perkembangan.
▪ Link : “organizing ideas”.

22
Problem
• Pasien datang dengan keluhan sedih mendalam. Hal ini dikarenakan pasien terlibat dalam hutang, masalah skripsi dan masalah dengan
pacarnya.

Self Relationship Adapting Kognisi Work and Play


• Identity pasien kurang baik, • Pasien kurang mampu o Pasien sering • Pasien memiliki • Pasien masih mampu
pasien Pasien kurang mengetahui membentuk trust ke orang mengembangkan kemampuan menjalani
apa yang ia sukai ataupun tidak lain. defens less adaptife kognitif umum aktivitasnya walau
disukai. • Pasien kurang dapat (acting out, regresi)
yang baik hasil kurang baik
• Fantasi self pasien kurang baik, merasakan yang orang lain dan more adaptive
pasien tidak mengetahui rasakan dengan teman dan (represi, dispacement). • Kemampuan • Pasien tidak
kemampuan dan keterbatasannya keluarganya o Pasien kurang fleksibel mentalisasi, self memiliki permainan
• Pasien memiliki kerentanan • Pasien merasa kurang dalam menghadapi reflection pasien yang membuat
terhadap self esteem secure terhadap masalah. kurang baik pasien merasa lebih
• Pasien memiliki respon internal hubungannya o Kemampuan pasien • Judgment pasien nyaman.
terhadap ancaman self esteem • Pasien kurang mampu untuk mengelola emosi
kurang
yang bersifat less adaptive membentuk intimacy dan kurang baik.
sehingga mengganggu fungsi dan mutualitas kepada orang o Pengendalian impuls
hubungan dengan orang lain lain. kurang baik
• Pasien membutuhkan masukan,
perhatian, pujian, serta validasi
dari orang lain untuk membantu
meregulasi self esteemnya.
Fokus diagnosis : pasien memiliki masalah pada self, relasi, adaptasi, kognisi, work and play

23
Review perkembangan.
Kanak awal Kanak tengah Kanak akhir Remaja Dewasa awal
Genetik dan prenatal
0 – 3 tahun (3 – 7 tahun) (7 – 12 tahun) (12 – 18 tahun) (18 – 23 tahun)
• Pasien anak bungsu • Kelekatan dengan • Persepsi self dan • Perkembangan • Identity pasien • Mulai ada
dari 2 bersaudara pengasuh kurang regulasi self kognitif baik kurang terbentuk. hubungan dekat
• Kesehatan fisik dan baik esteem kurang. • pembentukan fungsi • Pasien dapat dengan lawan
psikis ibu saat • Pasien kurang • Pasien kesulitan jenis
ego kurang baik. menerima
hamil baik mendapatkan menjalin relasi
• Relasi dg org diluar perubahan dalam • Tanggung jawab
• Tidak ada idealizing dan dengan orang lain,
kebiasaan beresiko mirroring dari orang kesulitan dalam kurang baik fisiknya. thd perubahan
selama kehamilan tua trust pada orang • Perkembangan moral • Tidak ada lingkungan sudah
• Pasien lahir aterm, lain. cukup baik hambatan kognitif terbentuk.
spontan • Tipe attachment • Orang tua memaksa • Relasi dengan
disorganized sekitar kurang
pasien untuk
berprestasi dan baik karena
jarang memberikan pasien kurang
apresiasi trust pada orang
• Sering mendapat sekitar.
kekerasan fisik

Fokus review perkembangan : pasien kurang mendapatkan attachment, idealizing dan mirroring dari orang tua, kemampuan membentuk relasi
dan trust kurang baik

24
Putting It All Together
Fokus problem dan pattern of person : Fokus review perkembangan : pasien kurang mendapatkan attachment disorganized,
self, relasi, adaptasi, kognisi, work and idealizing dan mirroring dari orang tua, kemampuan membentuk relasi dan trust
play kurang baik
Organizing idea : Self psikologi Heinz Kohut
Formulation : Menurut teori self-Psychology yang dikembangkan oleh Heinz Kohut, seorang anak membutuhkan respon
validasi atau yang disebut sebagai “gleam in the mother’s eye” dan “idealized parental imago” untuk membentuk pribadi yang
memiliki ambisi yang sehat serta memiliki nilai–nilai maupun idealisme dan penting dalam pembentukan self esteem maupun
self cohessiveness yang sehat. Kegagalan seseorang mendapatkan validasi menyebabkan seorang anak gagal dalam memiliki
ambisi yang sehat, sementara gagalnya anak dalam mendapatkan idealized parent imago menyebabkan seorang anak gagal
mendapatkan nilai–nilai dan idealisme. Mengacu pada teori ini, pasien tampaknya tidak memiliki “Object Love” yang
memberikan baik validasi maupun model yang cukup untuk menjadi tempat pasien mengidealkan.
Orangtua terutama ibu memaksakan anak untuk terus meningkatkan prestasinya. Ayah seringkali memukul pasien bila
bertengkar dengan kakaknya, tidak dipuji saat berprestasi sehingga pasien gagal mendapatkan validasi dari yang Kohut sebut
sebagai grandiose exhibitionistic self. Dalam respon kegagalan empati ini, pasien mencoba untuk memberi kesan pada orang
tua supaya pasien mendapatkan validasi. Hal ini bisa dilihat dari perilaku pasien pada saat kecil yaitu berusaha mendapat
peringkat 10 besar di kelasnya.
Sosok Bapak dan Ibu nampaknya tidak bisa menjadi sosok yang melindungi dan memberikan penghiburan (soothing), sehingga
pasien gagal memiliki “idealized parental imago”. Kegagalan ini menyebabkan tidak terbentuknya nilai – nilai dan idealisme
dalam diri pasien. Pasien berusaha untuk tidak menjadi seperti ayah dan ibunya, namun dilain pihak, kebutuhan pasien akan

25
validasi dari keluarganya dengan menjadi sosok sempurna di depan keluarga membuat pasien merasa harus menuruti nilai-nilai
keluarga yakni berprestasi secara akademik.
Pada proses perkembangannya, seorang anak yang dalam kondisi tertekan, akan mengembangkan representasi dari dunia
internalnya (internal states). Anak-anak akan melihat sendiri dirinya dari sorot mata ibu, yang sebagai figure orang tua akan
mengembalikan hal yang mereka lihat pada anak kepada anak. Bila orang tua gagal dalam menyediakan pengalaman ini, figure
pengasuh yang menakutkan atau yang takut akan diinternalisasi sebagai bagian dari struktur self dari si anak. Si anak akhirnya
tumbuh dengan kebutuhan untuk mengeksternalisasi alien self ini. Mekanisme ini menjelaskan kenapa pasien dengan
kepribadian borderline berulang kali mendapatkan hubungan dimana dirinya merasa menjadi korban yang diancam oleh teman
atau orang lain tersebut.
Pada saat berpacaran, pasien mendapatkan teman yang mampu menjadi tempat validasi dan juga sebagai figure ideal. Pasien
membutuhkan pacar (self object) untuk membantu mempertahankan self esteemnya. Namun ketika pacar tersebut
mengecewakan pasien, begitu juga dengan ibu yang memperlakukan pasien dengan tidak baik, pasien kehilangan self object,
pasien mengintroyeksikan masalah-masalah yang dialaminya sehingga muncul gejala yang memenuhi episode depresi berat.

26
VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Menurut PPDGJ III Diagnosis
Aksis I : F32.2 Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
DD: F31.4 Gangguan afektif bipolar episode kini depresi berat tanpa gejala
psikotik
F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Aksis II : Kepribadian Emosional Tak Stabil Tipe Ambang (sering menggunakan MPJ
acting out, regresi, represi, displacement)
Aksis IV: - Masalah psikososial (ada permasalahan dengan pacarnya)
- Masalah Primary support group (pasien mendapat perlakuan kurang baik
dari ibunya)
- Masalah pendidikan (pasien mengalami kesulitan dalam skripsi)
Aksis V : GAF = 60 (saat diperiksa)
GAF = 85 (tertinggi 1 tahun terakhir)

IX. RENCANA PENATALAKSANAAN


A. Psikofarmaka:
• Fluoxetin 20 mg / 24 jam P.O pagi
• Clobazam 5mg/24 jam PO malam
B. Non Psikofarmaka:
• Psikoterapi suportif

X. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

27
XI. PEMBAHASAN
Diagnosis Menurut PPDGJ III
Diagnosis
Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
Kriteria untuk episode depresif berat dipenuhi, dan tidak ada gejala psikotik.
Gejala utama depresi:
▪ Afek depresif
▪ Kehilangan minat dan kegembiraan
▪ Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya:
▪ Konsentrasi dan perhatian berkurang
▪ Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
▪ Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
▪ Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
▪ Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
▪ Tidur terganggu
▪ Nafsu makan berkurang
Episode depresi berat
▪ Semua gejala utama depresi harus ada
▪ Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di antaranya
harus berintensitas berat
▪ Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu, akan tetapi
bila gejala amat berat dan beronset sangat cepat,maka masih dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
▪ Tidak dapat meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga,
kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
Farmakoterapi
1. Fluoksetin
Fluoxetin merupakan antidepressant golongan SSRI
Indikasi untuk :
1. Depresi Mayor
2. OCD
3. Premenstrual Dysphoric Disorder
28
4. Bulimia Nervosa
5. Panic Disorder
6. Bipolar Depresi (Kombinasi dengan olanzapine)
7. Phobia social
8. PTSD
Cara kerja Fluoxetin :
1. Menghambat pengambilan serotonin yang telah disekresikan dalam sinaps →
serotonin dalam otak >> → serotonin >> → anti depressant
2. Flouxetin juga mempunya kemampuan sebagai antagonist reseptor 5HT2C
yang mana meningkatkan neurotranmister norephinefrin dan dopamine
Dosis inisial untuk anak usia 8-18 tahun adalah 10 mg per hari dan dapat dinaikkan
maksimal 20 mg per hari.
Efek terapi akan tampak setelah 1-2 minggu pemberian
Efek Samping :
1. Serotonin di otak >> → insomnia, serotonin di saluran pencernaan >> → diare
2. Serotonin >> → dopamine << → emosi datar, apatis, penurunan kognitif
3. Menginduksi mania
4. Mengaktifkan idea bunuh diri pada pasien dengan riwayat bunuh diri
2. Klobazam
Klobazam adalah salah satu obat golongan benzodiasepin yang manfaatnta sebagai
antiansietas dan mempunyai efek sedasi yang minimal. Kerja benzodiazepin terutama
merupakan interaksinya dengan reseptor penghambat neurotransmitter yang diaktifkan
oleh asam gamma amino butirat (GABA). Reseptor GABA merupakan protein yang
terikat pada membran dan dibedakan dalam 2 bagian besar sub-tipe, yaitu reseptor
GABAA dan reseptor GABAB. Reseptor ionotropik GABAA terdiri dari 5 atau lebih
subunit (bentuk majemuk dari α, β, dan γ subunit) yang membentuk suatu reseptor kanal
ion klorida kompleks. Reseptor GABAA berperan pada sebagian besar neurotransmitter
di SSP. Sebaliknya, reseptor GABAB, yang terdiri dari peptida tunggal dengan 7 daerah
trans membran, digabungkan terhadap mekanisme signal transduksinya oleh protein-G.
Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABAA, tidak pada reseptor pada GABAB.
klobazam mempunyai waktu paruh 18-42 jam. Efek samping yang dapat dijumpai kurang
lebih sama dengan sediaan benzodiazepin lain, berupa sedasi, pusing (diz-ziness), rasa
kering di mulut, konstipasi, mual dan kadang- kadang menyebabkan tremor halus.
Umumnya muncul pada awal pengobatan dan berangsur-angsur hilang bila terapi
29
dilanjutkan. Pada kasus-kasus tertentu dapat timbul rasa gelisah dan kelemahan otot.
Obat ini tidak menyebabkan reaksi idiosinkratik ataupun alergi, juga tidak
mempengaruhi fungsi kognitif.

Psikoterapi suportif
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang handal dalam
tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka. Psikoterapi dapat menambah
efektivitas terapi lain. Cara atau pendekatan yang bisa digunakan pada psikoterapi
suportif adalah mengembangkan aliansi terapi, membangun self-esteem,
mengembangkan ketrampilan adaptasi, meredakan dan mencegah kecemasan dan
memperluas pemahaman diri.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. FK Atmajaya, Jakarta. 2013.


2. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III, Departemen
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993.
3. Stahl MS. Stahl’s Essential Psychopharmacology Neuroscientific Basis and Practical
Applications. 4th Ed. United States: Cambridge Univercity press; 2013.
4. Kaplan: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Synopsis of Psychiatry. 11th Ed. Lippncott
Williams & Wilkins, A Wolters Kluwer Company, Philadelphia, Baltimore, New York,
Lodon, Buenos Aires, Hongkong, Sydney, Tokyo; 2014.

31
FOLLOW UP

1. 14 Oktober 2022
S Pasien sudah mulai bisa tidur, namun masih sering terbangun bangun. Rasa
sedih dirasakan berkurang, terasa membaik. Keinginan bunuh diri disangkal.
Nafsu makan kurang.
O Kesadaran: jernih, kontak psikis +, wajar, dapat dipertahankan, kooperatif,
normoaktif, verbalisasi cukup, mood membaik, afek hipotim koheren, Waham
(-) Halusinasi (-)
TV: T: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 16 x/menit, Afebris
HAM-D : 16
HAM-A : 8
A F32.2 Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
P Farmakoterapi:
• Clobazam 5mg/24jam PO malam
• Fluoxetin 20 mg / 24 jam P.O Pagi
Psikoterapi supportif

2. 28 Oktober 2022
S Pasien merasa sedih dan kembali sering menangis tanpa bisa dijelaskan
penyebabnya, tidur malam kurang. nafsu makan berkurang
O Kesadaran: jernih, kontak psikis (+), wajar, dapat dipertahankan, kooperatif,
normoaktif, verbalisasi cukup, mood lebih baik, afek depresif. Koheren,
Waham (-) Halusinasi (-)
TV: T: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 16 x/menit, Afebris
HAM-D : 17
HAM-A : 8
A F32.2 Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
P Farmakoterapi:
• Clobazam 5mg/12jam PO
• Fluoxetin 20 mg / 24 jam P.O Pagi

3. 11 November 2022
S Pasien merasa sudah lebih baik, tidur malam sudah bisa, masih kurang
nyenyak. Perasaan sedih berkurang, nafsu makan sudah membaik
O Kesadaran: jernih, kontak psikis (+), wajar, dapat dipertahankan, kooperatif,
normoaktif, verbalisasi cukup, mood lebih baik, afek hipothym. Koheren,
Waham (-) Halusinasi (-)
TV: T: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 16 x/menit, Afebris
HAM-D : 12
HAM-A : 7

32
A F32.2 Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
P Farmakoterapi:
• Clobazam 5mg/12jam PO
• Fluoxetin 20 mg / 24 jam P.O Pagi

4. 25 November 2022
S Pasien merasa tidur lebih nyenyak. Perasaan semakin membaik, merasa
senang karena banyak kejadian yang menyenangkan. Semangat dalam
menjalani aktivitas.
O Kesadaran: jernih, kontak psikis (+), wajar, dapat dipertahankan, kooperatif,
normoaktif, verbalisasi cukup, mood lebih baik, afek hipothym. Koheren,
Waham (-) Halusinasi (-)
TV: T: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 16 x/menit, Afebris
HAM-D : 5
HAM-A : 3
A F32.2 Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
P Farmakoterapi:
• Clobazam 5mg/12jam PO
• Fluoxetin 20 mg / 24 jam P.O Pagi

5. 8 Desember 2022
S Kondisi pasien membaik, lebih tenang, namun merasa mengantuk dan tidur
berlebihan, keinginan mati sudah semakin menurun.
O Kesadaran: jernih, kontak psikis (+), wajar, dapat dipertahankan, kooperatif,
normoaktif, verbalisasi cukup, mood lebih baik, afek hipothym. Koheren,
Waham (-) Halusinasi (-)
TV: T: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 16 x/menit, Afebris
HAM-D : 9
HAM-A : 5
A F32.2 Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
P Farmakoterapi:
• Clobazam 5mg/24jam PO malam
• Fluoxetin 20 mg / 24 jam P.O pagi
Psikoterapi supportif

33
HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HAM-D)
Nama : Nn. C
Umur : 22 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal : 7 Oktober 2022
1 Keadaan perasaan sedih (sedih, putus asa, tak berdaya, tak berguna )
0 Tidak ada SKOR
1 Perasaan ini hanya dinyatakan bila ditanya 2
2 Perasaan ini dinyatakan secara verbal & spontan
3 Perasaan yang nyata tanpa komunikasi verbal misalnya:
ekspresi mukanya, bentuk mukanya dan kecenderungan
menangis
4 Pasien menyatakan perasaan yang sesungguhnya ini
dalam komunikasi verbal maupun nonverbal secara
spontan
2 Perasaan bersalah
0 Tidak ada SKOR
1 Menyalahkan diri sendiri, merasa sebagai penyebab 1
penderitaan orang lain
2 Ide bersalah atau renungan tentang kesalahan tentang
masa lalu
3 Sakit ini sebagai hukuman, delusi bersalah
4 Suara kejaran atau tuduhan dengan atau dan halusinasi
penglihatan tentang hal yang mengancam
3 Bunuh diri
0 Tidak ada SKOR
1 Merasa hidup tidak berguna 4
2 Mengharapkan kematian atau pikiran kearah hal itu
3 Ide bunuh diri/ langkah kearah itu
4 Percobaan bunuh diri
4. Insomnia (initial)
0 Tidak ada SKOR

34
1 Keluhan kadang sukar masuk tidur (lebih setengah jam 2
baru dapat tidur)
2 Keluhan tiap malam sukar masuk tidur
5. Insomnia (Middle)
0 Tidak ada kesukaran untuk mempertahankan tidur SKOR
1 Pasien mengeluh, gelisah dan terganggu sepanjang 1
malam
2 Terjaga sepanjang malam (bangun dari tempat tidur,
kec. buang air)
6. Insomnia (late)
0 Tidak ada kesukaran atau keluhan bangun tidur terlalu SKOR
pagi 0
1 Bangun di waktu fajar, tetapi tidur lagi
2 Bila telah bangun, tidak bisa tidur lagi di waktu fajar
7. Kerja dan kegiatan-kegiatannya
0 Tidak ada kesukaran SKOR
1 Pikiran dan perasaan ketidakmampuan, keletihan, 2
kelemahan yang berhubungan dengan kegiatan
kerja/hobi
2 Hilangnya minat kegiatan, hobi, pekerjaan, baik
langsung/tidak pasien menyatakan kelesuan, keragu-
raguan & rasa bimbang (merasa bahwa ia harus
memaksa diri untuk bekerja atau dalam kegiatan
lainnya)
3 Berkurangnya waktu untuk beraktifitas sehari-hari atau
kurang produktif di RS. Bila pasien tidak sanggup
beraktifitas sekurang-kurangnya 3 jam sehari dalam
kegiatan sehari-hari kecuali tugas bangsal
4 Tidak berkerja karena sakitnya sekarang. Di RS bila
pasien tidak berkerja sama sekali kecuali tugas bangsal,
atau jika pasien gagal melaksanakan kegiatan di bangsal
tanpa bantuan.

35
8. Kelambanan (lambat dalam berfikir dan berbicara, gagal konsentrasi,
aktifitas motorik menurun)
0 Normal dalam berbicara dan berfikir SKOR
1 Sedikit lamban dalam wawancara 1
2 Jelas lamban dalam wawancara
3 Sukar diwawancarai
4 Stupor (diam sama sekali)
9. Kegelisahan atau agitasi
0 Tidak ada SKOR
1 Kegelisahan ringan 0
2 Memainkan tangan, rambut dan lain-lain
3 Bergerak terus tidak bisa duduk tenang
4 Meremas-remas tangan, menggigit-gigit kuku,
menarik-narik rambut, menggigit bibir
10. Anxietas Psikis
0 Tidak ada SKOR
1 Ketegangan subyektif dan mudah tersinggung 2
2 Mengkhawatirkan hal kecil
3 Sikap kekhawatiran yang tercermin di wajah atau
pembicaraannya
4 Ketakutan yang diutarakan tanpa ditanya
11. Anxietas somatic
0 Tidak ada. Anxietas berhubungan psikologi seperti: SKOR
1 Ringan: gastrointestinal: mulut kering, diare 0
2 Sedang: Cardiovaskuler: palpitasi, sakit kepala
3 Berat: Pernafasan: frekuensi buang air kecil,
berkeringat dll
12. Gejala somatik gastrointestinal
0 Tidak ada SKOR
1 Nafsu makan berkurang tetapi dapat makan tanpa 0
dorongan teman. Merasa perutnya penuh.

36
2 Sukar makan tanpa obat dorongan teman,
membutuhkan pencahar untuk BAB atau obat untuk
saluran pencernaan.
13. Gejala somatik umum
0 Tidak ada SKOR
1 Anggota geraknya, punggung/kepala terasa berat, sakit 0
punggung, kepala & otot, hilangnya kekuatan dan
kemampuan
2 Gejala-gejala diatas yang jelas
14. Genital (gejala pada genital dan libido)
0 Tidak ada SKOR
1 Ringan (misalnya gejala hilangnya minat libido dan 1
gangguan menstruasi)
2 Tidak ada gairah seksual/frigid
3 Impotensi
15. Hypokondriasis
0 Tidak ada SKOR
1 Dihayati sendiri 0
2 Preokupasi mengenai kesehatan diri sendiri
3 Sering mengeluh, membutuhkan pertolongan dan lain-
lain
4 Delusi hypokondris
16. Kehilangan berat badan (antara A dan B)
A Bila hanya riwayat : SKOR
0 Tidak ada kehilangan berat badan 1
1 Kemungkinan berat badan berkurang berhubungan
dengan sakit sekarang
2 Jelas (menurut pasien) berkurang berat badannya
3 Tidak terjelaskan lagi kehilangan berat badan
B Dibawah pengawasan dokter bangsal secara mingguan
bila jelas berat badannya berkurang menurut ukuran:
0 Kurang dari 0,5 kg seminggu
1 Lebih dari 0,5 kg seminggu

37
2 Lebih dari 1 kg seminggu
3 Tidak ternyatakan lagi kehilangan berat badan
17. Insight / tilikan
0 Mengetahui sedang depresi dan sakit SKOR
1 Mengetahui sakit tetapi berhubungan dengan penyebab 1
iklim, makanan, berkerja berlebih-lebihan, virus, perlu
istirahat
0= tidak ada gejala, 1= gejala ringan, 2= gejala sedang, 3=gejala berat, 4=
gejala berat sekali
< 10 : Tidak ada depresi 14-17 : Depresi sedang SKOR TOTAL: 18
10-13 : Depresi ringan > 17 : Depresi Berat Depresi Berat

38
HAMILTON ANXIETY RATING SCALE (HAM-A)
Nama : Nn. C
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal : 7 Oktober 2022
Perasaan
1 cemas SKOR
1. Firasat buruk/ takut akan pikiran sendiri/ mudah tersinggung. 1
Ketegangan
1 SKOR
2. Tegang/ lesu/ mudah terkejut/ tidak dapat istirahat dengan nyenyak/ 1
mudah menangis/ gemetar/ gelisah.
Ketakutan
1 SKOR
3. Pada gelap/ pada orang asing/ ditinggal sendiri/ pada binatang 0
besar/ pada keramaian lalu lintas/ pada keramaian orang banyak.
Gangguan
1 tidur SKOR
4. Sulit memulai tidur/ terbangun di malam hari/ tidur tidak nyenyak/ 1
bangun dengan lesu/ banyak mimpi/ mimpi buruk/ mimpi
*menakutkan.
Gangguan
1 kecerdasan SKOR
5. Sulit konsentrasi/ daya ingat menurun/ daya ingat buruk. 1
Perasaan
1 depresi SKOR
6. Hilangnya minat/ berkurangnya kesenangan pada hobi/ sedih/ 1
bangun dini hari/ perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
Gejala
1 somatic SKOR
7. Sakit dan nyeri otot/ kaku/ kedutan otot/ gigi gemerutuk/ suara tidak 1
stabil.
Gejala
1 sensorik SKOR
1
Telinga berdenging/ penglihatan kabur/ muka merah (pucat)/ 1
8. merasa lelah/ perasaan ditusuk-tusuk.
Gejala
1 kardiovaskuler SKOR
9. Denyut nadi cepat/ berdebar-debar/ nyeri dada/ denyut nadi keras/ 0
rasa lemah seperti mau pingsan/ detak jantung hilang sekejap.
Gejala
1 pernafasan SKOR

39
10. Rasa tertekan di dada/ perasaan tercekik/ nafas pendek (sesak)/ 0
sering menarik nafas panjang.
Gejala
1 gastrointestinal SKOR
11. Sulit menelan/ mual/ muntah/ berat badan menurun/ sulit BAB/ 1
perut melilit/ gangguan pencernaan/ nyeri lambung sebelum atau
sesudah makan/ rasa panas diperut/ perut terasa penuh atau
kembung.
Gejala
1 urogenitalia SKOR
12. Sering kencing/ tidak bisa menahan kencing. 0
Gejala
1 otonom SKOR
13. Mulut kering/ muka merah/ mudah berkeringat/ kepala pusing/ 1
kepala terasa berat/ kepala terasa sakit/ bulu roma berdiri.
Perilaku
1 saat wawancara SKOR
14. Gelisah/ tidak tenang/ gemetar/ mengerutkan kening/ muka tegang/ 2
otot tegang (mengeras)/ nafas pendek (cepat)/ muka memerah.
Skor 0 Bila tidak ada gejala Tidak ada gejala
Skor 1 Bila ada satu gejala yang tertulis ada pada Gejala ringan
kamu
Skor 2 Bila ada separuh gejala yang tertulis ada Gejala sedang
pada kamu
Skor 3 Bila lebih dari separuh gejala yang tertulis Gejala berat
ada pd kamu
Skor 4 Bila semua gejala ada pada kamu Gejala sangat berat
< 17 Mild
18-24 Mild to moderat SKOR: 11
25-30 Moderat to severe

40
Protokol Wawancara

D : Selamat pagi. Saya dr. Hadi, asisten DPJP yang bertugas pada hari ini.

P : Selamat pagi dok, saya C.

D : Baik C. Apa ada yang bisa saya bantu?


P : Saya akhir-akhir ini susah tidur dan meerasa sedih Dok.
D : Sejak kapan C merasakan itu?
P : Sudah 8 bulan ini dok.
D : Bisa diceritakan kondisi 6 bulan ini?
P : Awalnya saya ada hambatan dalam mengerjakan skripsi saya dok, dosen
pembimbing susah untuk ditemui, sehingga itu mengakibatkan target kelulusan
saya mengalami kemunduran, dan ternyata orangtua saya sedang mengalami
kesulitan keuangan sehingga saya diminta untuk mengajukan pinjaman online atas
nama saya sendiri. Namun kemudian ibu saya lepas tangan sehingga saya sempat
diberi peringatan oleh debt collector. Saya sedih harus menanggung hal yang
bukan tanggungjawab saya.
D : Baik C. Tentunya tidak mudah ya menjalani kondisi tersebut.
P : Iya dok, saya jadi sering kepikiran dan sedih.
D : Baik C, biasanya apa yang C lakukan untuk mengatasi kondisi sedih tersebut?
P : Saya awalnya berusaha meredam dan berusaha menerima dengan ikhlas dok, tapi
sangat sulit dan saya merasa jadi sering lemas dan pusing berputar dok. Lalu saya
pergi ke dokter, menjalani pemeriksaan, tekanan darah normal, dan dikatakan
vertigo, diberi obat, namun keluhan masih kadang masih ada.
D : Baik C, untuk keluhan sering pusing dan lemasnya apakah baru beberapa bulan
belakangan atau sudah sejak dulu ya?
P : Baru akhir akhir ini saja dok.
D : Baik C mengatakan bahwa awalnya berusaha untuk meredam pikiran yang tidak
nyaman tersebut. Apakah sebelum sebelumnya bila ada masalah C seringkali
melakukan hal yang serupa?
P : Iya dok. Saya bila ada masalah sering menyimpan sendiri, berusaha meredamnya,
tapi masih tetap kepikiran. Saya juga jadi terlalu sensitif, tapi berusaha untuk pura
pura baik baik saja dgn teman teman saya. Namun bila di depan pacar, saya sering
marah marah dok.

41
D : Baik C, apakah setelah marah marah dengan pacar, maka C merasa lebih lega?
P : Iya dok.
D : Baik C. Tadi mengatakan bahwa mengalami kesedihan ya. Apakah kesedihannya
dirasakan terus menerus ?
P : Iya Dok
D : apakah disertai hilang minat?
P : Iya Dok
D : Mudah capek ?
P : Iya Dok
D : Nafsu makan manurun?
P : Iya Dok
D : Konsentrasi turun
P : Iya
D : Merasa pesimis?
P : Iya
D : Apakah ada pikiran bunuh diri ?
P : Kadang terlintas ingin mengakhiri hidup dengan menusukkan pisau ke tubuh saya
dok.
D : apakah C sempat mempersiapkan hal untuk melakukan itu ?
P : Tidak dok. Saya masih ingat dengan orang orang yang sayang dengan saya.
D : Baik C. Kapan terakhir kali ada pikiran tersebut? Saat ini apakah ada pikiran untuk
melakukannya lagi?
P : Terakhir 1 bulan yang lalu dok, saat ini sudah tidak ada dok.
D : C bagaimana menjalani aktivitas akhir akhir ini?
P : Beberapa hari ini saya cuti dulu dari pekerjaan saya dok
D : Baik C. Adakah yang ingin ditanyakan lagi ?
P : Tidak ada Dok
D : Baik, nanti kontrol 1 minggu lagi ya
P : Baik Dok

42

Anda mungkin juga menyukai