Anda di halaman 1dari 197

0

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. D.A USIA 27 TAHUN DI


PMB RACMATIAH, SST KOTA BEKASI JAWA BARAT
PERIODE AGUSTUS-OKTOBER 2022

LAPORAN CONTINUITY OF CARE

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Profesi Bidan

Oleh :

Rachmatiah
NIM: 52122076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


POLITEKNIK TIARA BUNDA
DEPOK
2022

0
0

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. D.A USIA 27 TAHUN DI


PMB RACMATIAH, SST KOTA BEKASI JAWA BARAT
PERIODE AGUSTUS-OKTOBER 2022

LAPORAN CONTINUITY OF CARE

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Profesi Bidan

Oleh :

Rachmatiah
NIM: 52122076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


POLITEKNIK TIARA BUNDA
DEPOK
2022

0
Halaman Persetujuan

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. D.A USIA 27 TAHUN DI


PMB RACHMATIAH, SST KOTA BEKASI JAWA BARAT
PERIODE AGUSTUS-OKTOBER 2022
Laporan Continuity Of Care

Oleh:
Rachmatiah
NIM: 52122076

Disetujui untuk diseminarkan

Pembimbing Tanda Tanggal


Tangan
Merry Januarti Panjaitan, S,ST.,M.Kes 20 Okt 2022
Halaman Pengesahan

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. D.A USIA 27 TAHUN DI


PMB RACHMATIAH, SST KOTA BEKASI JAWA BARAT
PERIODE AGUSTUS-OKTOBER 2022

Laporan Continuity Of Care

Oleh:

Rachmatiah
NIM: 52122076

Telah dipertahankan dalam seminar di depan Dewan Penguji


Pada tanggal ...............................

Tanggal 27 Oktober 2022 Tanggal 27 Oktober 2022


Dewan Penguji Dewan Pembimbing

Kiki Yusika, M.Tr.Keb Merry Januarti Panjaitan, S,ST.,M.Kes

Laporan Coc ini telah diterima sebagai persyaratan untuk


memperoleh gelar profesi bidan
Tanggal, ..................................
Direktur

Lusy Pratiwi, S.Tr.Keb., M.K.M


NIDN. 042210940
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rachmatiah, SST

NIM : 52122076

Judul KTI : Asuhan Kebidanan Pada Ny. D.A Usia 27 Tahun Di Pmb

Rachmatiah, SST Kota Bekasi Jawa Barat

Periode Agustus-Oktober 2022

Bahwa Laporan Continuity Of Care ini merupakan hasil karya saya sendiri,

kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka jika ternyata plagiat saya mempersilahkan Politeknik Tiara Bunda

mencabut ijazah dan gelar saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk diketahui oleh

pihak yang berkepentingan.

Bekasi, .....................................

Penulis
Materai
10000

Rachmatiah, SST
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI LAPORAN

CONTINUITY OF CARE UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Politeknik Tiara Bunda, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:
Nama : Rachmatah, SST
NIM : 52122076
Program Studi : Kebidanan
Jurusan : Profesi Kebidanan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Politeknik Tiara Bunda Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non- exclusive
Royalty- Free Right) atas Laporan Continuity Of Care saya yang berjudul :
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. D.A USIA 27 TAHUN DI PMB
RACHMATIAH, SST KOTA BEKASI JAWA BARAT PERIODE AGUSTUS -
OKTOBER 2022
Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini Politeknik Tiara Bunda berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : PMB RACHMATIAH, SST
Pada tanggal: …………………….

Yang menyatakan

Materai 10000

( Rachmatiah, SST )
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Continuity Of Care yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA

NY.D.A DI TPMB. RACHMATIAH TAHUN 2022” yang diajukan guna

memenuhi salah satu tugas pada Program Studi Profesi Kebidanan.

Dalam penyusunan Laporan Continuity Of Care ini tidak lepas dari

dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada :

1. E.K Budi Santoso, S.E., MM selaku Ketua Yayasan Cerdas Mutiara Bangsa.

2. Lusy Pratiwi, S.Tr.Keb., M.K.M selaku Direktur Politeknik Tiara Bunda.

3. Rut Yohana Girsang, S.SiT., M.Tr.Keb selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan

Kebidanan dan Profesi Bidan.

4. Merry Januarti Panjaitan, S,SiT.,M.Kes Selaku Dosen Pembimbing Akademi

5. Kiki Yusika, M.Tr.Keb selaku dosen penguji.

6. Ny.D.A dan keluarga yang eelah bersedia bekerja sama dengan penulis dalam

penulisan laporan ini

7. Suami dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material

dan moral.

8. Teman – teman seperjuangan dan sepenanggungan yang selalu memberikan

semangat
vi

Penulis menyadari studi kasus ini masih banyak kekurangan.

Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi penulisan studi kasus selanjutnya. Semoga

Laporan Continuity Of Care ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

penulis pada khususnya.

Bekasi, Oktober 2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LAPORAN CONTINUITY OF CARE............................................................................


LAPORAN CONTINUITY OF CARE............................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.........................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI LAPORAN..........iii
CONTINUITY OF CARE UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.........................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. PERUMUSAN MASALAH..................................................................................4
C. TUJUAN PENULIS..............................................................................................4
D. MANFAAT............................................................................................................5
E. SASARAN, TEMPAT DAN WAKTU PENGAMBILAN KASUS....................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................
A. KEHAMILAN.......................................................................................................7
B. PERSALINAN.....................................................................................................25
C. NIFAS...................................................................................................................61
D. BAYI BARU LAHIR...........................................................................................77
BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................................
A. KEHAMILAN...................................................................................................168
B. PERSALINAN...................................................................................................170
C. NIFAS.................................................................................................................172
D. BAYI BARU LAHIR.........................................................................................173
BAB V PENUTUP.........................................................................................................................
A. KESIMPULAN..................................................................................................175
B. SARAN...............................................................................................................175
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................
LAMPIRAN..................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang alamiah atau

natural bagi perempuan, meskipun alamiah, kehamilan, persalinan, dan

nifas dapat terjadi adanya suatu komplikasi atau penyulit yang perlu

mendapatkan penanganan lebih lanjut. Agar proses-proses yang alamiah

ini berjalan dengan lancar dan tidak berkembang menjadi patologis

diperlukan upaya sejak dini dengan memantau kesehatan ibu yang

berkesinambungan dan berkualitas serta melakukan pemeriksaan

kehamilan secara teratur ke petugas kesehatan. (Kemenkes RI, 2015).

Pemeriksaan kehamilan yang berkualitas yaitu melakukan pemeriksaan

secara teratur ke petugas kesehatan, melakukan kunjungan antenatal

komprehensif yang berkualitas minimal 6x dengan rincian 2x di Trimester

1, 1x di Trimester 2, dan 3x di Trimester 3. Minimal 2x diperiksa oleh

dokter saat kunjungan 1 di Trimester 1 dan saat kunjungan ke 5 di

Trimester 3 (Kemenkes RI, 2020).

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2015,

sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran

terjadi di negara-negara berkembang, 81% angka kematian ibu (AKI)

akibat komplikasi selama hamil dan bersalin. Faktor yang menyebabkan

kematian ibu secara garis besar dapat dikelompokan menjadi penyebab

langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu yaitu faktor

1
2

yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas,

misalnya perdarahan, pre-eklampsi atau eklampsi, infeksi, persalinan

macet, dan abortus. Faktor langsung penyebab tingginya AKI adalah

perdarahan 45%, terutama perdarahan post-partum. Selain itu ada

keracunan kehamilan 24%, infeksi 11%, dan partus lama atau macet 7%.

(WHO, 2015)

Menurut (WHO) World Health Organization Angka Kematian Ibu

(AKI) dan Angka Kematian bayi (AKB) merupakan indikator penting

untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu Negara dan status kesehatan

masyarakat. Kematian ibu merupakan kematian seorang wanita yang

terjadi saat hamil. bersalin, dan masa nifas (dalam 42 hari) setelah

persalinan. Kematian yang berkaitan dengan kehamilan merupakan

masalah yang sampai saat ini belum dapat diatasi. Hal ini terlihat dari

masih tingginya angka kematian yang berkaitan dengan masalah

kehamilan. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu target global

Sustainable Development Goals (SDGs) dalam menurunkan angka

kematian ibu (AKI) menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2030. Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu

sebanyak 303.000 jiwa. (world health organization, 2019). Pada tahun

2018 angka kematian bayi baru lahir sekitar 18 kematian per 1.000

kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Kematian Bayi (AKB) disebabkan oleh komplikasi pada kehamilan dan

persalinan (WHO, 2019)


3

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi. AKI

merupakan salah satu indikator kesehatan masyarakat. AKI

menggambarkan jumlah wanita yang meninggal oleh suatu penyebab

kematian terkait gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk

kecelakaan atau kasus insidental) selama kehamilan, melahirkan dan

dalam masa 42 hari setelah melahirkan tanpa memperhitungkan lama

kehamilan per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI dan Measure DHS

ICF International, 2017).

AKI di Jawa Barat pada tahun 2017 sebesar 76,03 per 100.000 KH,

jika dibandingkan dengan proposi AKI tahun 2017 yang ditargetkan maka

AKI di Provinsi Jawa Barat sudah berada di bawah target SDGS angka ini

masih jauh dari target pembangunan kesehatan yang tercantum dalam

Sustainable Development Goals yaitu 70 per 100.000 kelahiran hidup.

Sementara AKB di Jawa Barat tahun 2017 sebesar 3,4/1000 kelahiran

hidup. (Dinkes, Jawa Barat, 2017)

Menurut Kemenkes RI (2018), Angka Kematian Ibu di Indonesia

secara umum terjadi penurunan dari 390 menjadi 305 per 100.000

kelahiran hidup, walau sudah cenderung menurun namun belum berhasil

mencapai target MDGs. Pada tahun 2015, MDGs menargetkan angka

kematian ibu 110 kematian per 100.000 kelahiran. Angka Kematian Bayi

(AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah banyaknya bayi yang

meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup pada

tahun yang sama. AKB merupakan indikator yang terbaik untuk menilai
4

status kesehatan di suatu wilayah. Indikator ini terkait langsung dengan

target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi

dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan

kesehatannya. Berdasarkan pencatatan dan pelaporan Puskesmas se-Kota

Bekasi, jumlah kematian bayi (dilaporkan) di Kota Bekasi mengalami

sedikit penurunan yaitu terdapat 47 kasus kematian bayi pada tahun 2014,

sedangkan pada tahun 2013 terdapat 48 kasus kematian bayi.

Berdasarkan pencatatan dan pelaporan Puskesmas dan rumah sakit

di Kota Bekasi tahun 2014, jumlah kematian ibu dilaporkan menurun

dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 22 orang.

Berdasarkan pencatatan setiap pemeriksaan pasien pada tahun 2018

sampai 2022 PMB rachmatiah, SST mengalami peningkatan jumlah pasien

yang akan memeriksa kandungan maupun hanya sekerdar pemeriksaan

biasa

Berdasarkan uraian diatas penulis akan memberikan asuhan

kebidanan secara komprehensif pada ibu hami, bersalin, nifas, dan bayi

baru lahir. Pemberian asuhan kebidanan tersebut diharapkan dapat

memberikan kepastian bahwa seluruh proses yang dilalui Ny.D.A Di BPM

RACHMATIAH, SST dapat berlangsung secara fisiologis.

B. PERUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny. D.A

di Praktik Mandiri Bidan Rachmatiah, SST Jatibening Bekasi


5

C. TUJUAN PENULIS

1. TUJUAN UMUM

Secara umum tujuan dari penulis laporan studi kasus ini adalah agar

mahasiswa/i dapat memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif

kepada ibu sejak masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir

dengan manajemen asuhan kebidanan varney dan dokumentasi dalam

bentuk SOAP.

2. TUJUAN KHUSUS

a. Dapat melakukan pengkajian data subjektif dan objektif terhadap

ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir pada Ny. D.A

b. Dapat menegakkan diagnose terhadap ibu hamil, Bersalin, nifas,

dan bayi baru lahir pada Ny. D.A

c. Dapat melakukan penatalaksanaan pada masa kehamilan,

persalinan, nifas, dan bayi baru lahir pada Ny. D.A

d. Dapat melakukan evaluasi asuhan selama masa kehamilan,

pesalinan, nifas, bayi baru lahir pada Ny. D.A

D. MANFAAT

1. Bagi institusi

Dengan studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan,

contoh, dan bahan perbandingan pada pembuatan studi kasus bagi

mahasiswa angkatan selanjutnya.


6

2. Bagi Lahan Praktik

Dengan studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dalam upaya pengembangan meningkatkan mutu asuhan

kebidanan dari teori-teori baru dalam rangka meningkatkan pelayanan

berkualitas khususnya bagi klien.

3. Bagi Mahasiswa/i

Dengan studi kasus ini diharapkan mahasiswa/i dapat menambah

referensi dalam memberikan asuhan secara komprehensif mulai

darimasa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

4. Bagi Penulis

Dengan studi kasus ini mahasiswa dapat menerapkan keilmuan yang di

dapat selama pembelajaran di institusi pendidikan secara komprehensif

pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir sehingga dapat

diterapkan dalam praktik.

E. SASARAN, TEMPAT DAN WAKTU PENGAMBILAN KASUS

1. Sasaran

Sasaran subjek asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu mulai dari hamil,

bersalin, nifas, neonatus dan KB.

2. Tempat

Pengambilan kasus dilakukan di BPM RACHMATIAH, SST

3. Waktu
7

Waktu dimulai dari pemantauan kehamilan pada bulan Agustus 2022

sampai masa nifas pada oktober 2022

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEHAMILAN

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap

wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, jika telah mengalami

menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang

organ reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinannya terjadi

kehamilan. (Nuryaningsih, 2017)

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

kehamilan adalah bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar

Rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan

lahir (Nuryaningsih, 2017)


8

Kehamilan terbagi menjadi dalam 3 trimester, dimana trimester

kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu

(minggu ke 13 – ke 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28

– minggu ke 40). (Syaiful Y. F., 2019)

2. Perubahan Fisiologis dalam Masa Kehamilan

Perubahan fisiologis pada kehamilan Trimester I, II, III

a. Vagina – Vula

Vagina dan serviks akibat hormone esterogen mengalami

perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina

dan vulva tampak lebih merah, sedikit kebiruan (livide) disebut

tanda chandwick. Vagina membiru karena pelebaran pembuluh

darah, PH 3.5 – 6 merupakan akibat meningkatnya produksi asam

laktat karena kerja laktobaci Acidophilus, keputihan, selaput lender

vagina mengalami edematous, hypertrophy, lebuh sensitive

meningkap pada seksual terutama trimester III Pada awal

kehamilan, vagina dan serviks memiliki warna merah yang hampir

biru (normalnya warna bagian ini pada wanita yang tidak hamil

adalah merah muda). Warna kebiruan ini disebabkan oleh dilatasi

vena yang terjadi akibat kerja hormone progesterone (Rukiyah d. ,

2012).

b. Serviks Uteri

Serviks yang terdiri terutama jaringan ikat hanya sedikit

mengandung jaringan otot tidak mempunyai fungsi sebagai sfingter


9

pada multipara dengan porsio yang bundar porsio yang terbelah –

belah dan menganga. Vaskularasi ke serviks meningkat selama

kehamilam, sehingga serviks menjadi lebih lunak dan warnanya

lebih biru. Serviks akan mengalami perlunakan atau pematangan

secara bertahap akibat bertambahnya aktivitas uterus selama

kehamilan, dan akan mengalami dilatasi sampai pada kehamilan

trimester ke-3.

c. Uterus

Uterus akan membesar pada bulan – bulan pertama

dibawah pengaruh esterogen dan progesterone yang kadarnya

meningkat. Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar kepala bayi

dan semakin membesar sesuai dengan usia kehamilan dan ketika

usia kehamilan sudah aterm dan pertumbuhan janin normal, pada

kehamilan 28 minggu tinggi fundus uteri 25 cm, pada 32 minggu

27 cm, pada 36 minggu 30 cm. pada kehamilan 40 minggu TFU

(Tinggi Fundus Uteri) turun kembali dan terletak 3 jari dibawah

prosessus xifoideus

d. Mammae

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormone

somatomammotropin, esterogen dan progesterone akan tetapi

belum mengeluarkan air susu pada kehamilan trimester I,

perubahan pada payudara yang membawa kepada fungsi laktasi

disebabkan oleh peningkatan kadar esterogen, progesterone,


10

laktogen plasental dan prolactin. Beberapa wanita dalam kehamilan

trimester II akan mengeluarkan kolostrum secara periodic hingga

trimester III yang menuju kepada persiapan untuk laktasi.

e. System Kardiovaskular

Posisi terlentang dapat menurunkan curah jantung hingga

25%. Peningkatan volume darah dan aliran darah selama

kehamilan akan menekan darah panggul dan vena di kaki, yang

mengakibatkan vena menonjol yang disebut varises. Pada akhir

kehamilan, kepala bayi juga akan menekan vena daerah panggul

yang akan memperburuk varises. Munculnya varises pada saat

hamil dipengaruhi adanya faktor keturunan.

f. System Respirasi

Perubahan hormonal pada trimester III yang mempengaruhi

aliran darah ke paru – paru mengkibatkan banyak ibu hamil akan

merasa susah bernafas. Ini juga di dukung oleh adanya tekanan

rahim yang membesar yang dapat menekan diafragma. Akibat

pembesaran uterus, diafragma terdorong ke atas sebanyak 4 cm,

dan tulang iga juga bergeser ke atas (Hutahaean, 2013).

g. Pencernaan

Pada kehamilan trimester III, lambung berada pada posisi

vertical dan buka n pada posisi normalnya, yaitu horizontal.

Kekuatan mekanis ini menyebabkan peningkatan tekanan

intragastrik dan perubahan sudut persambungan gasrro-esofageal


11

yang mengakibatkan terjadinya refluks esophageal yang lebih

besar (Hutahaean, 2013).

h. System Perkemihan

Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan

sehingga sering timbul kencing. Selanjutnya dikehamilan trimester

ke II, kandung kemih tertarik ke atas dan keluar dari panggul sejati

kearah abdomen. Pada akhir kehamilan, terjadi peningkatan

frekuensi BAK karena kepala janin mulai turun sehingga kandung

kemih tertekan kembali. Perubahan struktur ginjal ini juga

merupakan aktivitas hormonal (esterogen dan progesterone),

tekanan yang timbul akibat pembesaran uterus, dan peningkatan

volume darah (Banjarnahor, 2018).

3. Perubahan Psikologi dalam Masa Kehamilan Trimester III

Segera setelah terjadi peningkatan hormone estrogen dan

progesterone dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam ketidak

nyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya mual, muntah, keletihan,

dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan

psikologis seperti berikut :

Trimester Ketiga

1) Ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya.

2) Ibu khawatir bayinya yang akan segera lahir sewaktu – waktu.

3) Ibu khawatir bayinya lahir tidak normal.


12

4) Ibu bersikap lebih melindungi bayinya dan menghindari orang atau

benda yang dianggap membahayakan bayinya.

5) Ibu merasa takut akan sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada

saat melahirkan.

6) Tidak nyaman dengan kehamilannya, ibu merasa dirinya jelek dan

aneh. (Syaiful & Fatmawati, 2019)

4. Kebutuhan Dasar Pada Ibu Hamil

Agar janin dapat berkembang secara optimal, maka dalam proses

pertumbuhan dan perkembangannya perlu dipenuhi oleh zat gizi yang

lengkap, baik berupa vitamin, mineral, kalsium, karbohidrat, lemak, dan

protein. Oleh karena itu selama proses kehamilan seorang ibu hamil perlu

mengkonsumsi makanan dengan kualitas gizi yang sehat dan seimbang,

karena pada dasarnya selama kehamilan berbagai zat gizi yang kita

konsumsi akan berdampak langsung pada kesehatan dan perkembangan

janin ibu sendiri. Selain gizi yang cukup, kebutuhan dasar selama ibu

hamil juga harus diperhatikan, karena hal ini sangat berpengaruh

terhadap kondisi ibu baik fisik maupun psikologisnya mengingat reaksi

terhadap perubahan selama masa kehamilan antara satu dengan ibu hamil

lainnya dalam penerimaannya tidaklah sama. Menurut Romauli (2011)

kebutuhan dasar ibu hamil diantaranya :

Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III

1) Nutrisi
13

Kecukupan gizi ibu hamil diukur berdasarkan kenaikan

berat badan. Kalori ibu hamil 300 – 500 kalori lebih banyak dari

sebelumnya. Kenaikan berat badan juga bertambah pada trimester

ini antara 0,3 – 0,5 kg/minggu. Kebutuhan protein juga 30 gram

lebih banyak dari biasanya.

2) Seksual

Hubungan seksual pada trimester 3 tidak berbahaya kecuali

ada beberapa riwayat berikut, yaitu :

a) Pernah mengalami abortus sebelumnya,

b) Riwayat perdarahan pervaginam sebelumnya,

c) Terdapat tanda infeksi dengan adanya pengeluaran cairan

disertai rasa nyeri dan panas pada jalan lahir.

Walaupun ada beerapa indikasi tentang bahaya jika melakukan

hubungan seksual pada trimester III bagi ibu hamil, namun faktor

lain yang lebih dominan yaitu turunnya rangsangan libido pada

trimester ini, yang membuat kebanyakan ibu hamil tidak tertarik

untuk berhubungan intim dengan pasangannya, rasa nyaman yang

sudah jauh berkurang disertai ketidaknyamanan seperti pegal /

nyeri di daerah punggung bahkan terkadang ada yang merasakan

adanya kembali rasa mual seperti sebelumnya, hal inilah yang

mempengaruhi psikologis ibu di trimester III.

3) Istirahat Cukup
14

Istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan

kesehatan jasmani, rohani, untuk kepentingan kesehatan ibu

sendiri dan tumbuh kembang janinnya di dalam kandungan.

Kebutuhan tidur yang efektif yaitu 8 jam / hari.

4) Kebersihan Diri (Personal Hygiene)

Penting bagi ibu menjaga kebersihan dirinya selama hamil,

hal ini dapat mempengaruhi fisik dan psikologis ibu. Kebersihan

lain yang juga penting di jaga yaitu persiapan laktasi, serta

penggunaaan bra yang longgar dan menyangga membantu

memberikan kenyamanan dan keamanan bagi ibu.

5) Mempersiapkan Kelahiran dan Kemungkinan Darurat

Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat

untuk mempersiapkan rencana kelahiran, termasuk

mengidentifikasi penolong dan tempat persalinan, serta

perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya persalinan.

Bekerja sama dengan ibu, keluarganya dan masyarakat untuk

mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi, termasuk :

mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi untuk

mencapai tempat tersebut, mempersiapkan donor darah,

mengadakan persiapan financial, mengidentifikasi pembuat

keputusan kedua jika pembuat keputusan pertama tidak ada

ditempat.

6) Memberikan konsling tentang tanda – tanda persalinan


15

Beberapa tanda – tanda persalinan yang harus :

a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering

dan teratur.

b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak

karena robekan – robekan kecil pada serviks.

c) Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan

telah ada. (Sandra, 2018)

5. Tanda – Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan merupakan tanda yang mengidikasikan

adanya bahaya yang terjadi selama kehamilan atau selama periode

antenatal. Dengan dilakukannya pemeriksaan kehamilan, diharapkan

ibu hamil dapat meningkatkan kewaspadaan serta memiliki kesiapan

baik fisik, ment

al, maupun finansial untuk menghadapi kegawatdaruratan yang

dapat timbul kapan saja (Jannah & Widajaka, 2012).

a. Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit / komplikasi

kehamilan

Menanyakan tanda – tanda penting yang terait dengan masalah

kehamilan dan penykit yang kemungkinan diderita ibu hamil :

Berikut merupakan tanda – tanda bahaya kehamilan selama

periode antenatal yang perlu ibu hamil ketahui, yaitu :

1) Perdarahan Pervaginam
16

Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah

yang berwarna merah, pendarahan yang banyak, atau

perdarahan dengan nyeri (Lalage, 2013). Bila menemukan

adanya pengeluaran darah pada trimester awal kehamilan,

dapat dicurigai bahwa ibu mengalami keguguran atau abortus.

a) Keguguran (Abortus)

Berikut merupakan jenis – jenis abortus menurut Nita &

Dwi, (2013):

(1) Abortus imminens (Threatened)

Pada abortus imminens dapat atau tanpa disertai

dengan rasa mulas ringan seperti pada waktu menstruasi

dan rasa nyeri pada pinggang. Perdarahan pada

abortusimminens seringkali hanya sedikit, namun hal

tersebut bisa berlangsung beberapa hari atau minggu

(2) Abortus Insipiens (Inevitable)

Merupakan suatu abortus yang tidak dapat

dipertahankan lagi ditandai dengan pecahnya selaput

janin dan adanya pembukaan serviks. Keadaan ini

disertai rasa nyeri perut bagian bawah atau nyerik kolik

uterus yang hebat.

(3) Abortus inkompletus (Incomplete)

Abortus inkompletus merupakan pengeluaran

sebagai hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20


17

minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam

uterus.

(4) Missed Abortion

Missed abortion adalah suatu kematian janin yang

berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin tersebut tidak

dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

(5) Abortus Habitualis (Habitual Abortion)

Abortus habitualis yaitu abortus spontan yang

terjadi berturut – turut 3 kali atau lebih. Pada umumnya

penderita tidak sulit untuk menjadi hamil namun

kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

b. Muntah berlebihan
Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan muda

terutama pada pagi hari namun kondisi ini biasanya hilang

setelah kehamilan berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu

dikhawatirkan, kecuali kalau memang cukup berat, hingga

tidak dapat makan dan berat badan menurun terus.

c. Pusing

Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing

sampai mengganggu aktivitas sehari – hari maka perlu

diwaspadai.

d. Sakit kepala

Sakit kepala hebat atau yang menetap timbul pada ibu

hamil mungkin dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.


18

e. Perdarahan

Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah

merupakan tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.

f. Sakit perut hebat

Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu

dan janinnya.

g. Demam

Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan

berlebihan dari bagian rahim dan kadang – kadang berbau

merupakan salah satu tanda bahaya pada kehamilan.

h. Batuk lama

Batuk lama lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan

lanjut dan dapat dicurigai ibu hamil menderita TB.

i. Berdebar – debar

Jantung berdebar – debar pada ibu hamil merupakan salah

satu masalah pada kehamilan yang harus diwaspadai.

j. Cepat lelah

Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya

timbul rasa lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang


19

biasanya terjadi pada sore hari. Kemungkinan ibu menderita

kurang darah.

k. Sesak nafas atau sukar bernafas

Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil sering merasa sedikit

sesak bila bernafas karena bayi menekan paru – paru ibu.

Namun jika hal ini terjadi berlebihan maka perlu diwaspadai.

l. Keputihan yang berbau

Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya

pada ibu hamil.

m. Gerakan janin

Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir

bulan keempat. Apabila gerakan janin belum muncul pada usia

kehamilan ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada

gerakan maka ibu hamil harus waspada.

n. Perilaku berubah selama hamil

Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah,

menarik diri, bicara sendiri, tidak mandi, dsb. Selama

kehamilan, ibu bisa mengalami perubahan perilaku. Hal ini

disebabkan karena perubahan hormonal. Pada kondisi yang

mengganggu kesehatan ibu dan janinnya maka akan

dikonsulkan ke psikiater.

o. Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk :


20

1) Pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,

frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan

kandungan gizinya.

2) Inisiasi menuyusu dini dan ASI Eksklusif selama 6 bulan

3) Perawatan tali pusat

4) Penggunaan alat kontrasepsi

5) Status imunisasi tetanus ibu hamil

6) Jumlah tablet tambah darah (tablet Fe) yang dikonsumsi

ibu hamil

7) Obat – obat yang dikonsumsi seperti : antihipertensi,

diuretika, antivomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB

dan sebagainya.

8) Di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan

riwayat pemakaian obat malaria.

9) Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan

riwayat penyakit pada pasangannya. Informasi ini

penting untuk langkah – langkah penanggulangan

penyakit menular seksual (Fatimah & Nuryaningsih,

2017).

6. Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care)

Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan secara berkala

selama masa kehamilan ibu yang diselenggarakan oleh tenaga

kesehatan professional (dokter spesialis, kebidanan, dokter umum,


21

bidan dan perawat) kepada ibu hamil dan janin yang dikandungnya

untuk menjamin agar ibu hamil dapat melalui madsa kehamilan,

persalinan, dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan

bayi yang sehat (Depkes RI, 2012)).

Kemenkes RI (2013) menjelaskan bahwa pelayanan

antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan yang

dilaksanakan oleh tenaga kesehatan kepada ibu selama masa

kehamilannya sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan.

Antenatal care adalah pelayanan yang diberikan oleh ibu

hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya.

(Ernawaty, 2016)

Pemantau kesehatan ibu yang berkesinambungan dan

berkualitas serta melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur

ke petugas kesehatan, dengan cara melakukan kunjungan antenatal

komprehensif yang berkualitas minimal 6x dengan rincian 2x di

Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan 3x di Trimester 3. Minimal 2x

diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di Trimester 1 dan saat

kunjungan ke 5 di Trimester 3. (Kemenkes RI, 2020)

Menurut (Permenkes, 2019) pelayanan antenatal sesuai

standar meliputi:

Standar kualitas, yaitu Pelayanan antenatal yang memenuhi 10T

meliputi:

1. Pengukuran berat badan dan pengukur tinggi badan (T1)


22

Penimbangan berat badan setiap kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.

Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan

atau kurang dari 1 kg setiap bulanya menunjukan adanya

gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada

pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor

resiko panggul sempit pada ibu hamil.

2. Pengukura tekanan darah (T2)

Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih

besaratau sama dengan 140/90 mmHg, ada faktor risiko hipertensi

dalam kehamilan.

3. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) (T3)

Ibu hamil yang mengalami KEK di mana ukuran LILA kurang

dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi

berat lahir rendah (BBLR).

4. Pengukuran Tinggi fundus uteri (T4)

Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan setiap kali kunjungan

antenatal untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak

dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus uteri tidak sesuai

dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan

pertumbuhan janin.

5. Penentuan letak janin dan denyut jantung janin (DJJ) (T5)


23

Menentukan presentase janin dilakukan pada trimester III dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Jika pada trimester III

bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk

ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau

masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang

dari 120 x/menit atau cepat > 160 x/menit menunjukan adanya

gawat janin

6. Tetanus toxoid (T6)

Untuk mencegah tetanus pada ibu dab janin.

7. Tablet Fe (minimal 90 tablet selama kehamilan) (T7)

Tablet tambah darah dapat mencegah anemia gizi besi, setiap ibu

hamil harus medapat tablet tambah darah dan asam folat minimal

90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.

Tiap tablet mengandung 60 mg zat besi dan 0,25 mg asam folat

8. Tes laboratorium (T8)

1) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu

hamil bila diperlukan

2) Tes haemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan

darah, dilakukan minimal 2 kali pada saat kunjungan awal

dan trimester III

3) Tes pemeriksaan urin (air kencing)


24

4) Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuai indikasi seperti

malaria, HIV, sifilis, dan lain

9. Tatalaksana khusus sesuai indikasi (T9)

Jika ibu mempunyai masalah Kesehatan pada saat hamil.

10. Temu wicara (T10)

Temu wicara atau konseling dilakukan pada setiap kunjungan

antenatal yang meliputi : kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan

sehat, peran suami dan keluarga dalam kehamilan dan

perencanaan persalinan, tanda bahaya pada kehamilan, persalinan

dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi

seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular, inisiasi

menyusui dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif, KB pasca

persalinan, dan imunisasi, penjelasan diberikan secara bertahap

saat kunjungan kehamilan.

Pelayanan antenatal care terpadu dan berkualitas menurut

(Depkes, 2013) secara keseluruhan meliputi hal-hal sebagai

berikut, memberikan pelayanan konseling Kesehatan termasuk

gizi agar kehamilan berlangsung dengan sehat, melakukan deteksi

dini masalah penyakit dan komplikasi kehamilan, menyiapkan

persalinan yang bersih dan aman, merencanakan antisipasi dan

persiapan diri untuk melakukan rujukan jika terjadi

penyuit/komplikasi, melakukna penatalaksanaa kasus serta


25

rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan, melibatkan ibu dan

keluarganya terutama suami.

Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut

dengan Antenatal Care (ANC) menurut (Kemenkes RI, 2018)

adalah sebagai berikut:

1. Memantau kemajuan proses kehamilan demi memastikan

kesehatan pada ibu serta tumbuh kembang janin yang ada di

dalamnya.

2. Mengetahui adanya komplikasi kehamilan yang mungkin

saja terjadi saat kehamilan sejak dini, termasuk adanya

riwayat penyakit dan tindak pembedahan. 

3. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan

ibu dan bayi.

4. Mempersiapkan proses persalinan sehingga dapat

melahirkan bayi dengan selamat serta meminimalkan

trauma yang dimungkinkan terjadi pada masa persalinan.

5. Menurunkan jumlah kematian dan angka kesakitan pada

ibu.

6. Mempersiapkan peran sang ibu dan keluarga untuk menerima

kelahiran anak agar mengalami tumbuh kembang dengan normal.

7. Mempersiapkan ibu untuk melewati masa nifas dengan baik

serta dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya.


26

B. PERSALINAN

1. Pengertian Persalinan

Sulistiyawati dalam Asgori (2013) mengemukakan persalinan

adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan

lahir atau jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati,

yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri

dengan kekuatan plasenta. Fritasari, dkk dalam Damayanti (2014)

mengemukakan persalinan adalah rangkain proses yang berakhir

dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu, dimulai dengan kontraksi

persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan proresif pada serviks,

dan di akhiri dengan pelepasan plasenta.

Persalinan adalah peristriwa fisiologis yang melibatkan rangkaian

perubahan serkuensial dan terpadu di dalam miometrium, desidua, dan

serviks uterus yang terjadi secara bertahap selama beberapa hari

sampai minggu. Perubahan jaringan ikut biokimia di serviks uterus

muncul untuk mendahului kontraksi rahim dan pelebaran serviks, dan

semua kejadian ini biasanya terjadi sebelum pecahnya membran janin.

Dengan kata lain proses persalinan proses pengeluaran janin yang

matang dan telah melewati masa kehamilan normal. (Asgari, 2013).

Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal,

namun bila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi


27

abnormal. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, oleh

karena itu, setiap wanita usia subur (WUS), ibu hamil (bumil), ibu

bersalin (bulin), dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang

berkualitas. Persalinan merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia dimana angka kematian ibu bersalin yang

masih cukup tinggi. Keadaan ini disertai dengan komplikasi yang

mungkin saja timbul selama persalinan, sehingga memerlukan

pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam bidang kesehatan,

dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menurunkan

angka kematian, kesakitan ibu dan perinatal. (Purwandari, dkk dalam

Damayanti, 2014)

Persalinan normal yaitu persalinan yang di mulai secara spontan

(dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah

pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia

kehamilan antara 37-42 minggu setelah persalinan ibu maupu bayi

berada dalam kondisi baik. Definisi lain mengenai persalinan dan

kelahiran normal menurut Damayanti, dkk (2014) yaitu proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42),

lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung

dalam 18 jam. Tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.

Persalinan berdasarkan umur kehamilan :

a. Partus Imamaturus
28

Pengeluaran janin antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi

dengan berat badan antara 500 sampai 999 gram.

b. Partus Prematurus

Pengeluaran janin antara 28 mingu dan 37 minggu atau bayi

dengan berat badan antara 1.000 sampai 2.499 gram.

c. Partus Matures atau Partus Aterm

Pengeluaran janin antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi

dengan berat badan 2.500 gram atau lebih.

d. Partus Postmaturus atau Partus Serotinus

Pengeluaran janin setelah 2 minggu atau lebih dari waktu

persalinan yang di taksir (Sukarta, 2019)

2. Jenis – Jenis Persalinan

Jenis-jenis persalinan menurut Damayanti, dkk (2014), diantara lain :

a. Persalinan Spontan

Yaitu persalinan yang prosesnya berlangsung dengan kekuatan ibu

sendiri.

b. Persalinan Buatan

Yaitu persalinan yang prosesnya berlangsung dengan bantuan

tenaga dari luar misalnya dengan forceps/vakumatau dilakukan

operasi sectio caesarea.

c. Persalinan Anjuran

Yaitu persalinan yang di bantu dengan jalan rangsangan misalnya

pemberian pitocin atau prostaglandin.


29

3. Sebab – Sebab Terjadinya Persalinan

Sebab-sebab terjadinya persalinan menurut Damayanti, dkk (2014),

antara lain :

a. Faktor Hormonal Yang Menyebabkan Persalinan

1) Rasio Estrogen Terhadap Progesteron

Progesteron menghambat kontraksi uterus selama

kehamilan, sehingga ekspulsi fetus tidak terjadi. Sedangkan

estrogen dapat meningkatkan kontraksi uterus karena estrogen

meningkatkan jumlah otot-otot saling berhubungan satu sama

lain antara sel-sel otot polos uterus yang berdekatan saat

permulaan inpartu.

2) Pengaruh Oksitosin Pada Uterus

Oksitosin adalah hormon yang di hasilkan oleh

Neurohipofisis Posterioryang dapat menyebabkan kontraksi

uterus.

3) Pengaruh Hormon Fetus pada Uterus

Kelenjar hipofisis pada fetus juga mensekresikan oksitosin

yang jumlahnya semakin meningkat seiring dengan

bertambahnya usia kehamilan. Membran fetus menghasilkan

prostaglandin yang tinggi pada waktu persalinan, prostaglandin

dapat meningkatkan intensitas kontraksi uterus.

b. Teori Yang Berkaitan DEngan Mulai Terjadinya Kekuatan His


30

Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan

Damayanti, dkk(2014) yaitu :

1) Teori Kerenggangan

a) Otot rahim mempunyai kemampuan merengangkan dalam

batas tertentu.

b) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat dimulai.

c) Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setalah

kerenggangan tertentu, sehingga menimbulkan proses

persalinan.

2) Teori Penurunan Progesteron

a) Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan

28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat,

pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.

b) Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga

otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.

c) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai

tingkat penurunan progesteron tertentu.

3) Teori Oksitosin Internal

a) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis past

posterior.
31

b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat

mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi

kontraksi Braxton Hicks.

c) Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya

aktivitas, sehingga persalinan dapat dimuali.

4) Teori Prostaglandin

a) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur hamil

15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.

b) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan

kontraksi otot rahim sehingga konsepsi dikeluarkan.

c) Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya

persalinan.

5) Teori Hipotalumus Pituitari

a) Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan

anensefalus sering terjadi keterelambatan persalinan

karena tidak terbentuk hipotalamus.

b) Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan

maturitas janin, induksi/lulanya persalinan.

c) Dari hal di atas menunjukan hubungan antara pituitari

dengan persalinan.

4. Tanda – Tanda Persalinan

Menurut Manuaba dalam Rukiyah, dkk (2012), tanda-tanda

persalinan diantaranya :
32

a. Kekuatan dan rasa sakit oleh adanya his datang lebih kuat,

sering dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin

pendek.

b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks :

pelunakannya, pendataran, dan terjadinya pembukaan serviks.

e. Melihat tanda dan gejala kala II diantaranya dorongan kuat dan

rasa ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol

dan vulva terlihat membuka

5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi persalinan

Menurut ) (Vita, 2014) faktor-faktor yang mempengaruhi

persalinan, yaitu :

a. Tenaga ( Power )

b. Janin ( Paseenger )

c. Jalan Lahir ( Passage )

d. Psikis ibu bersalin

e. Penolong

6. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan mengacu pada serangkaian

perubahan posisi dan sikap yang di ambil janin selama


33

perjalanannya melalui jalan lahir. Tahapan mekanisme persalinan

menurut (Holmes, Buku Ajar Ilmu Kebidanan, 2012) diantaranya :

a. Engagement

Kepala biasanya masuk ke panggul pada posisi

transversal/pada posisi yang sedikit berbeda dari posisi ini

sehingga memanfaatkan diameter terluas panggul. Engagement

dikatakan terjadi ketika bagian terluas dari bagian presentasi

janin berhasil masuk ke pintu atas panggul. Engagement terjadi

pada sebagian besar wanita nulipara sebelum persalinan,

namun tidak terjadi pada sebagian besar wanita multipara.

Bilangan perlimaan kepala janin yang dapat di palpasi melalui

abdomen sering digunakan untuk menggambarkan apakah

engagement telah terjadi. Jika lebih dari 2/5 kepala janin dapat

dipalpasi melalui abdomen, kepala belum engaged.

c. Penurunan ( Descent )

Selama kala I persalinan, kontraksi dan retraksi otot uterus

memberikan tekanan pada janin untuk turun. Proses ini

dipercepat dengan pecah ketuban dan upaya ibu untuk

mengejan.

1) Fleksi

Ketika kepala janin turun menuju rongga tengah panggul

yang lebih sempit, fleksi meningkat. Fleksi ini mungkin

merupakan gerakan pasif, sebagian karena struktur


34

disekitarnya, dan penting dalam meminimalkan diameter

presentasi kepala janin untuk memfasilitasi perjalanannya

melalui jalan lahir. Tekanan pada akses janin akan lebih cepat

disalurkan ke oskiput sehingga meningkatkan fleksi.

2) Rotasi Internal

Jika kepala fleksi dengan baik, oksiput akan menjadi titik

utama dan saat mencapai alur yang miring pada otor levator

ani, kepala akan didorong untuk berotasi secara anterior

sehingga sutura sagital kita terletak di diameter anterior

posterior pintu bawah panggul (diameter terluas panggul).

3) Ekstensi

Setelah rotasi internal selesai, oksiput berada di bawah

simfisis pubis dan bregma berada dekat batas bawah sakrum.

Jaringan lunak perineum masih memberikan resistensi, dan

dapet mengalami trauma dalam proses ini. Kepala yang fleksi

sempurna kini mengalami ekstensi, dengan oksiput keluar dari

bawah simfisis pubis dan mulai mendistensi vulva. Hal ini

dikenal sebagai crowning kepala. Kepala mengalami ekstensi

lebih lanjutdan oksiput yang berada di bawah simfisis pubis

hampir bertindak sebagai titik tumbuh wajah, dan dagu tampat

secara berturut-turut pada lubang vagina posterior dan badan

perineum. Esktensi dan gerakan ini meminimalkan trauma


35

jaringan lunak dengan menggunakan diamter terkecil kepala

janin untuk kelahiran.

4) Restitusi

Adalah lepasnya putaran kepala janin, yang terjadi

akibat rotasi internal. Restitusi adalah sedikit rotasi oksiput

melalui seperdelapan lingkaran. Saat kepala dilahirkan, oksiput

secara langsung berada di bagian depan. Segera setelah kepala

keluar dari vulva, kepala mensejajarkan dirinya sendiri dengan

bahu, yang memasuki panggul dalam posisi oblik (miring).

5) Rotasi Eksternal

Agar dapat dilahirkan, bahu harus berotasi ke bidang

anterior-posterior, diameter terluas pada pintu bawah panggul.

Saat ini terjadi, oksiput berotasi melalui seperdelapan

lingkaran lebih lanjut ke posisi transversal. Ini disebut rotasi

eksternal.

6) Melahirkan Bahu dan Tubuh Janin

Ketika restutusi dan rotasi eksternal terjadi, bahu akan

berada dalam bidang anterior-posterior. Bahu anterior berada

di bawag simfisis pubis dan lahir pertama kali, dan bahu

posterior lahir berikutnya. Meskipun proses ini dapat terjadi

tanpa bantuan, seringkali ‘traksi lateral’ ini dilakukan dengan

menarik kepala janin secara perlahan ke arah bawah untuk

membantu melepaskan bahu anterior dan bawah simfisis pubis.


36

Normalnya, sisa tubuh janin lahir dengan mudah dengan bahu

posterior dipandu ke atas, pada perineum dengan melakukan

traksi ke arah yang berlawanan sehingga mengayun bayi ke

arah abdomen ibu.

7. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Pada Persalinan

Beberapa perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama

proses persalinan menurut (Supritiningsih, 2015), yaitu :

a. Tekanan Darah

Meningkatnya tekanan darah selama kontraksi disertai

peningkatan sistolik rata-rata 15 (10-20) mmHg dan diastolik

rata-rata (5-10) mmHg pada waktu-waktu kontraksi tekanan

darah kembali ketingkat sebelum persalinan. Dengan adanya

peningkatan tekanan darah tersebut dipastikan wanita yang

memang memiliki resiko hipertensi kini resikonya meningkat

untuk mengalami komplikasi, seperti perdarahan otak.

Terdapat beberapa faktor yang dapat merubah tekanan darah

ibu diantaranya :

1) Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat

kontraksi, kemudian diarahkan kembali ke pembuluh

darah perifer.

2) Timbul tahanan perifer, tekanan darah meningkat dan

frekuensi denyut nadi melambat.


37

3) Rasa akit, takut, dan cemas dapat meningkatkan tekanan

darah ibu.

b. Metabolism Jantung

Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob

maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap.

Peningkatan ini disebabkan oleh ansietas (kondisi emosional

seperti cemas, takut/khawatir) dan aktifiktas otot rangka.

Peningkatan aktivitas metabolik terlihat dan peningkatan suhu

tubuh, denyut nadi, pernafasan, curah jantung dan cairan yang

hilang.

c. Suhu

Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh

agak sedikit meningkat selama persalinan terutama selama dan

segera setelah persalinan. Peningkatan suhu yang terjadi tidak

boleh melebihi 0,5-10C.

d. Denyut Nadi dan Detak Jantung

Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi lebih tinggi

dibanding selama periode persalinan. Pada setiap kontaksi 400

ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk kedalam sistem

vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar

10% hingga 15% pada tahap pertama persalinan dan sekitar

30% hingga 50% pada tahap kedua persalinan.

e. Perubahan Pada Ginjal


38

Poliuria atau gangguan berkemih berlebihan selama

persalinan dapat terjadi akibat adanya peningkatan kardiak

output, fitrasi dalam glomerulus, dan peningkatan aliran

plasma ginjal. Hal lain yang menyebabkan sulit berkemihnya

wanita yaitu : edema pada jaringan akibat tekanan bagian

presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, rasa malu, serta posisi

ibu saat bersalin terlentang.

f. Perubahan Pada Saluran Cerna

Saat persalinan, mobilitas dan absorbsi lambang terhadap

makanan padat jauh berkurang, hal ini juga diperburuk oleh

penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama

persalinan, sehingga saluran cerna berkeja dengan lambat

menjadi lebih lama.

g. Perubahan Hematologi

Perubahan hematologi meningkat sampai 1,2% gr/1-00,

selama persalinan dan akan kembali pada tingkat sebelum

persalinan sehari setelah pasca salin kecuali perdarahan post

partum. (Holmes, Buku Ajar Ilmu Kebidanan, 2012)

8. Tahapan Persalinan

Tahapan persalinan menurut (Damayanti, Buku Ajar

Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir.

Edisi 1, 2014), diantara lain :


39

a. Kala I (Pembukaan)

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya)

hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan

terdiri atas dua fase, yaitu :

1) Fase Laten

Fase laten dimulai sejak awal berkontraksi yang

menimbulkan penipisan dan pembukaan serviks bertahap,

berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm

pada umumnya fase laten berlangsung hingga 8 jam.

2) Fase Aktif

Fase aktif adalah frekuensi dan lama kontraksi akan

meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap

adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam

waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau

lebih, uterus menegras waktu kontraksi, serviks membuka.

Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan

lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata

1 cm/jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm

hingga 2 cm pada multipara. Pada fase aktif kala II terjadi

penurunan bagian terendah janin tidak boleh berlangsung

lebih dari 6 jam.


40

Fase aktif dibagi menjadi 3, yaitu :

a) Fase Akselerasi

Pada primigravida pembukaan serviks bertambah dari

3 cm menjadi 4 cm dalam waktu sekitar 2 jam.

b) Fase Dilatasi Maksimal

Pembukaan serviks berlangsung lebih cepat, yaitu 4

cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam.

c) Fase Deselerasi

Pembukaan serviks melambat dari 9 cm menjadi

lengkap (10 cm) dalam waktu 2 jam.

Lamanya untuk primigravida berlangsung 12-14 jam

sedangkan pada multigravida sekitar 6-8 jam.

b. Kala II (Pengeluaran Janin)

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Pada kala

pengeluaran janin his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama,

kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk

keruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot

dasar panggul yang secara reflektoris atau otomatis

menimbulkan rasa mengejan. Ibu merasa seperti ingin buang

air besar karena tekanan pada rektum dengan tanda anus

terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva

membuka dan perineum merenggang. Dengan his mengejan


41

yang terpimpin maka akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh

badan janin. Kala II pada primigravida berlangsung 1 ½ - 2

jam, pada multigravida ½ - 1 jam.

c. Kala III (Pengeluaran Uri)

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran

plasenta. Proses ini berlangsung setelah kala II yang tidak lebih

dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit.

Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta

lepas dari lapisan Nitabusch atau jaringan ikat longgar yang

melapisinya.

Berikut beberapa tanda terlepasnya plasenta, diantaranya :

1) Uterus menjadi berbentuk longgar

2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta terlepas ke segmen

bawah rahim.

3) Tali pusat semakin memanjang.

4) Terjadinya perdarahan.

5) Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan

secara crede (pelepasan plasenta seperti memeras jeruk dan

dilakukan untuk melahirkan plasenta yang belum lepas) pada

fundus uterus.

d. Kala IV (Observasi)
42

Kala IV persalinan adalah dimulai dari lahirnya plasenta

sampai dua jam post partum. Beberapa hal penting yang harus

diperhatikan pada kala IV persalinan adalah

1) Kontraksi uterus harus baik

2) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genetalia

lain

3) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap

4) Kandung kemih harus kosong

5) Luka perineum harus di rawat dan tidak ada

hematoma/pembekuan darah

6) Resume/observasi keadaan umum ibu dan bayi.

(Damayanti, Buku Ajar Kebidanan Komprehensif Pada Ibu

Bersalin dan Bayi Baru Lahir Edisi 1, 2014)

e. Lamanya Persalinan

Menurut (Rukiyah d. , 2012), lamanya persalinan tentu

berlainan bagi primigravida dan multigravida

Tabel 2.1

Primigravida Multigravida
Kala 1 12 jam 30 menit 7 jam 20 menit
Kala II 80 menit 30 menit
Kala III 10 menit 10 menit
Lamanya 14 jam 8 jam
Persalinan
Sumber : (Rukiyah A. , 2012)

9. Asuhan Kebidanan Pada Pesalinan


43

Menurut (Rukiyah d. , 2012) asuhan kebidanan pada persalinan

diantaranya :

a. Kala I

Manajemen dalam asuhan kebidanan kala I antara lain :

1) Anamnesis

Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang

riwayat kesehatan, kehamilan, dan persalinan.

2) Pemeriksaan Fisik

Fisik ibu meliputi, keadaan umum, pemeriksaan head to toe,

vaginal toucher. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan

abdoment yang dilakukan untuk :

a) Menentukan tinggi fundus

Pengukuran dilakukan pada saat uterus sedang berkontraksi

menggunakan pita ukur. Rentangkan pita mengikuti aksis

atau linea mediana dinding depan abdoment hingga ke

puncak fundus. Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan

puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.

b) Memantau kontraksi uterus

Secara hati-hati, letakan tangan penolong diatas uterus dan

palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10

menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi yang

terjadi.

c) Memantau denyut jantung janin


44

Gunakan laenec atau doppler untuk mendengar denyut

jantung janin (DJJ) dalam rahim ibu dan untuk menghitung

jumlah denyut jantung janin permenit. Nilai DJJ selama dan

segera setelah kontraksi uterus. Dengarkan DJJ selama

minimal 60 detik. Gangguan kondisi kesehatan janin

dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari

160 kali per menit.

d) Memantau Presentasi

Untuk menentukan apakah presentasinya adalah kepala atau

bokong maka perhatikan dan pertimbangkan bentuk, ukuran

dan kepadatan bagian tersebut. Bagian terbentuk bulat,

teraba keras, berbatas tegas dan mudah di gerakkan (bila

belum masuk rongga panggul) biasanya adalah kepala. Jika

berbentuk kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar,

dan sulit terpegang secara mantap maka bagian tersebut

biasanya adalah bokong.

e) Menentukan Penurunan Bagian Terbawah Janin

Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan

menghitung proporsi bagian terbawah janin dengan yang

masih diatas simfisis dan dapat terukur dengan lima jari

tangan pemeriksa (perlimaan). Bagian diatas simfisis adalah

proporsi yang belum masuk janin telah masuk ke dalam

rongga pinggul.
45

(1) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas

simfisis pubis.

(2) 4/5 jika sebagaian (1/5) bagian terbawah janin telah

memasuki pintu atas panggul.

(3) 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah

memasuki rongga panggul.

(4) 2/5 jika hanya sebagian daro bagian terbawah janin

masih berada diatas simfisis dan (3/5) bagian telah

turun melewati bidang tengah rongga panggul (tidak

dapat digerakkan).

(5) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba

dari pemeriksaan luar an seluruh bagian terbawah janin

sudah masuk kedalam rongga panggul.

b. Kala II

Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks

sudah lengkap (10 cm) dan terakhir dan lahirnya bayi. Kala II

juag disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda

kala II persalinan adalah :

1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi

2) Ibu merasakan adanya peningkatan pada rectum

3) Perineum menonjol

4) Vulva vagina dan sfingter ani terbuka


46

5) Meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah

6) Tanda pasti gejala kala II ditemukan melalui periksa dalam

(informasi objektif) yang hasilnya adalah :

7) Pembukaan servik telah lengkap, atau

8) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

c. Kala III

Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput

ketuban.Fisiologis persalinan kala III menurut teori Asuhan

Kebidanan dalam Persalinan Normal (2010) yaitu pada kala III

persalinan, otot uterus (myometrium) berkontraksi mengikuti

penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.

Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran

tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi

semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka

plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian terlepas dari

dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian

bawah uterus atau kedalam vagina.

Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau

semua hal-hal di bawah ini :

1) Perubahan bentuk menjadi globuler

2) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar

melalui vulva (tanda ahdeld)


47

3)Samburan darah mendadak dan singkat. Darah yang

terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong

plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi.


48

d. Manajemen Aktif Kala III

Tujuan manajemenaktif kala III adalah untuk menghasilkan

kontraksi uterus yang telah efektif sehingga dapat

mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi

kehilangan darah kala III persalinan.

Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala III :

1) Persalinan kala III yang lebih singkat

2) Mengurangi jumlah kehilangan darah

3) Mengurangi kejadian retensio plasenta

Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama :

1) Memberikan suntikan oksitosin dalam satu menit pertama

setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM 1/3 bagian

atas paha.

2) Melakukan peregangan tali pusat terkendali

3) Masase fundus uteri selama 15 detik

e. Kala IV

Persalinan kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai

dengan 2 jam sesudahnya, adapun hal-hal yang perlu

diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali

kebentuk normal. Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan

masase untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.


49

1) Pemantauan dan evaluasi lanjut dalam kala IV, yaitu :

Jika tanda-tanda vital dan kontraksi uterus masih dalam

batas normal selama dua jam pascasalin, mungkin ibu

tidak akan mengalami perdarahan pascasalin.

Pemantauan selama dua jam pertama pasca salin.

2) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung

kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit selama

satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam

kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal,

tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi

ibu.

3) Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam

pertama pascasalin. Jika meningkat, pantau dan

tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.

4) Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina dan

vagina setiap 15 menit selama satu jam pertama dan

setiap 30 menit selama dua jam kedua pada kala IV.

5) Ajakarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai

kontraksi uterus dan jumlah darah yang keluar dan

bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi

lembek.

6) Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan

dan bantu ibu mengenakan baju atau sarung yang bersih


50

dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk

bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar

bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup

baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk

dipeluk dan diberikan ASI.

7) Tanda bahaya kala IV, diantaranya :

a) Demam

b) Perdarahan pasif

c) Keluar banayak bekuan darah

d) Bau busuk dari vagina

e) Pusing

f) Lemas luar biasa

g) Penyulit dalam menyusukan bayi

h) Nyeri panggul atau abdoment yang lebih hebat dan

nyeri kontraksi biasa. (Rukiyah d. , 2012)

10. Asuhan Persalinan Normal

Menurut (JNPK-KN, 2013) untuk melakukan asuhan

persalinan normal (APN) dirumuskan 58 langkah asuhan

persalinan normal sebagai berikut :

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II

2) Memastikan kelengkapan alat penolong persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin dan memasukan alat suntik

sekali pakai 2 ½ ml ke dalam wadah partus set.


51

3) Memakai celemek plastik

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci

tangan dengan sabun dan air mengalir.

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang

akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung

tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam

wadah partus set.

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah

yang telah dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan

vulva ke perineum.

8) Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah

lengkap dan selalaput ketuban sudah pecah.

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5% membuka sarung tangan dalam keadaan

terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus

selesai, pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila

ibu sudah merasa ingin meneran.


52

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

untuk meneran (pada saat his, bantu ibu dalam posisi

setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai

dorongan yang kuat untuk meneran.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada

dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di

perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5-6 cm.

16) Meletakan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian bawah

bokong ibu.

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan.

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6

cm, memasang handuk bersih pada perut ibu untuk

mengeringkan bayi jika telah lahir dan kain kering dan

bersih yang dilipast 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

Setelah itu kita melakukan perasat stenan (perasat untuk

melindungi perineum dengan satu tangan, dibawah kain

bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan
53

4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada

belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar

posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap

melewati introitus dan perineum).

20) Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi

dengan kasa steril kemudian memeriksa adanya lilitan tali

pusat pada leher janin.

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran

paksi luar secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang

secara biparietal.

23) Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.

Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal

hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan

kemudian gerakan arah ke atas dan distal untuk melahirkan

bahu belakang.

24) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum

ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah

bawah. Gunaka tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas.

25) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri

punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk


54

memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri

diantara kedua lutut janin)


55

Melakukan penilaian sepintas :

a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas

tanpa kesulitan ?

b) Apakah bayi bergerak aktif ?

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan

bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa

membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan

handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi diatas perut ibu.

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada

lagi bayi dalam uterus.

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar

uterus berkontraksi.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan

osksitosin 10 unit IM (intramuskular) di 1/3 paha atas

bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan

oksitosin).

30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan

klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali

pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2

cm distal dari klem pertama.

31) Dengan satu lengan, pegang tali pusat yang telah dijepit

(lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat

diantara 2 klem tersebut.


56

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada

satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut

dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan

memasang topi dikepala bayi.

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10

cm dari vulva.

35) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi

atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan

tali pusat.

36) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat

dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus

dengan hati-hati kearah dorsokranial. Jika plasenta tidak

lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan

mengulangi prosedur.

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsoktranial hingga

plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong

menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian

kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan

tekanan dorso kranial).

38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan

plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan),


57

pegang plasenta engan kedua tangan dan lakukan putaran

searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan

mencegah robeknya selaput ketuban.

39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada

fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler

menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hinga

kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan

tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon

dan selaput sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam

kantong plastik yang tersedia.

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan

perdarahan.

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak

terjadi perdarahan pervaginam.

43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan

kedalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan

dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan

dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

Kemudian pakai sarung tangan untuk melakukan

pemeriksaan fisik bayi.


58

44) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di

dada ibu paling sedikit 1 jam.

45) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi,

beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg

intramuskular dipaha kiri anterolateral.

46) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan

imunisasi Hepatitis B dipaha kanan anterolateral.

47) Celupkan tangan dilarutan klorin 0,5% dan lepaskan secara

terbalik dan rendam, kemudian cuci tangan dengan sabun

danair bersih yang mengalir, keringkan dengan handuk

bersih dan pakai sarung tangan.

48) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah

perdarahan pervaginam.

49) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus

dan menilai kontraksi.

50) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

51) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap

15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap

30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

52) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi

bernafas dengan baik.


59

53) Menempatkan samua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas

peralatan setelah di dekontaminasi.

54) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat

sampah yang sesuai.

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.

Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu

ibu memakai pakaian bersih dan kering.

56) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga

untuk membantu apabila ibu ingin minum.

57) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin

0,5%.

58) Merendam handscoon dalam larutan klorin 0,5%.

59) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

60) Melengkapi partograf. (JNPK-KN, 2013)

11. Partograf

Menurut teori (Depkes RI, 2012), partograf dipakai untuk

memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan

dalam menentukan keputusan dalam pelaksanaan. Partograf

memberikan peringatan kepada petugas kesehatan bahw suatu

persalinan berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin, bahwa

ibu mungkin perlu dirujuk. Untuk menggunakan partograf dengan


60

benar, petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut

: denyut jantung janin, dicatat setiap 30 menit.

Pendokumentasian dalam partograf, diantara lain :

Air ketuban catat warna air ketuban setiap melakukan

pemeriksaan vagina. Dengan menggunakan lambang-lambang

berikut ini :

U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)

J : Selaput ketuban pecah dan air ketuban jernih

M : Selaput ketuban pecah, air ketuban bercampur mekonium

D : Selaput ketuban sudah pecah, tapi air ketuban bercampur

darah

K : Selaput ketuban sudah pecah, tapi air ketuban kering.

Penyusupan (molase) tulang kepala janin, catat temuan

yang ada dikotak yang sesuai dibawah lajur air ketuban. Gunakan

lambang-lambang berikut ini :

0 : Tulan kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat

dipalpasi.

1 : Tulang kepala janin saling tumpah tindih tetapi masih

dapat dipisahkan.

2 : Tulang kepala janin saling tumpah tindih dan tidak dapat

dipisahkan.

Pembukaan mulut rahim (serviks) : dinilai pada saat

pembukaan pervaginam 4 jam dan diberi tanda silang (X).


61

Penurunan bagian terendah janin : mengacu pada bagian

kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan

abdoment/luar) diatas simfisisn pubis catat dengan tanda lingkaran

(O) pada setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam).

Tulisannya turunnya kepala dan garis tidak terputus dari 0-5,

sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada disimfisis pubis.

Waktu : Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah

pasien diterima

Jam : Catat jam sesungguhnya

Kontraksi uterus : catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lainnya tiap

kontraksi dalam hitungan detik :

Kontraksi yang lamanya kurang dari 20

detik

Kontraksi yang lamanya 20-40 detik.

Kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik

Oksitosin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasi setiap 30

menit, jumlah unit oksitosin yang diberikan ke volume cairan IV dan

dalam satuan tetesan permenit.

Obat- obatan lain dan cairan IV


62

Catat semua pemberian dan obat-obatan tambahan atau cairan IV

dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.


63

Garis Waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan servik 4 cm dan

berakhir pada titik dimana pembukaan menjadi lengkap diharapkan

terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Jika pembukaan

serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang

dari 1 cm per jam), maka dipertimbangkan adanya penyulit

(misalnya : fase yang memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri

hipotonik, dll). Pertimbangkan perlunya intervensi yang bermanfaat

serta diperlukan, misalnya : persiapan rujukan (rumah sakit atau

puskesmas) yang mempunyai kemampuan untuk menatalaksanakan

penyulit atau kegawatdaruratan obstetric. Garis bertindak tertera

sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 cm) garis waspada. Jika

pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis

bertindak maka hal ini dapat menunjukan perlu dilakukan tindakan

untuk menyelesaikan persalinan. Untuk lebih baiknya ibu sudah harus

berada ditempat rujukan sebelum melewati garis bertindak. (Depkes

RI, 2012)

12. Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan Normal

Menurut (JNPK-KN, 2013) ada lima aspek dasar yang penting dan

saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman.

1. Membuat keputusan klinik

2. Asuhan sayang ibu

3. Pencegahan infeksi
64

4. Pencatatan (Dokumentasi)

5. Rujukan

Amniotomi

Cairan amnion (air ketuban) berfungsi sebagai perisai untuk melindungi

bayi dari tekanan kontraksi uterus. Selama selaput ketuban masih utuh, bayi

akan terlindungi dari infeksi dan sebagian anoksia dan fetal distres yang bisa

terjadi selama kontraksi hipertonik.

Amniotomi adalah tindakan membuka selaput amnion dengan jalan

membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat

gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion.

Indikasi amniotomi jika ketuban belum pecah dan pembukaan lengkap,

akselerasi persalinan, persalinan pervaginam menggunakan instrumen, solusio

plasenta.

Keuntungan Amniotomi :

a) Melakukan pengamatan ada tidaknya meconium

b) Menentukan punctum maksimum denyut jantung janin (DJJ) akan lebih

jelas

c) Mempercepat proses persalinan

Kerugian Amniotomi :

a) Timbul trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada

tulang kepala

b) Menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotik berkurang

(JNPK-KN, 2013)
65

C. NIFAS

1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. puerperium yaitu

dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous melahirkan. Jadi puerpurium

berarti masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali, mulai

dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti

sebelum hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama

post partum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus

terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi

(Rini & D, 2017)

2. Tahapan Masa nifas

Tahapan masa nifas menurut (Sukma, Hidayati, & Jamil, 2017) yaitu :

a. Puerperium Dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan –

jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja

setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial

Kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8

minggu.

c. Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna.


66

3. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Masa Nifas

Perubahan fisiologis dan psikologis masa nifas menurut (Haerati,

2018) dan (Huda, 2017) yaitu :

a. Perubahan Fisiologis

1) Perubahan uterus

Involusi uteri adalah proses uterus kembali ke kondisi sebelum

hamil. Uterus biasanya berada di organ pelvik pada hari ke 10

setelah persalinan. Involusi uteri lebih lambat pada multipara.

Penurunan ukuran uterus dipengaruhi oleh proses autolis protein

dan sitoplasma miomatreium. Hasil dari menurunkan ukuran uterus

harus kehilangan sel – sel dalam jumlah besar.

Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan endometrium

akan myometrium pada tempat plasenta diserap oleh sel – sel

granulosa sehingga selaput basal endometrium kembali dibentuk

(Heryani, 2012 )

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusio

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat 500 gr
simpisis
2 minggu Tidak teraba diatas 350 gr
simpisis
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal seperti 30 gr
sebelum hamil
Sumber : Astutik, 2015 : 5
67

2) Pengeluaran Lokia

Lokia adalah cairan atau secret yang berasal dari cavum

ureri dan vagina selama masa nifas. Macam – macam lokia :

a) Lokia rubra (crueanta) : berwarna merah karena berisi darah

segar dan sisa – sisa selaput ketuban, set – set desidua, verniks

caseosa, lanugo, dan mekoneum selama 2 hari pasca

persalinan.

b) Lokia sanguilenta : berwarna merah kuning berisi darah dan

lender yang keluar pada hari ke 3 sampai ke 7 masa persalinan.

c) Lokia serosa : lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah

jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi

pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.

d) Lokia alba : dimulai dari hari ke-14, berbentuk seperti cairan

putih serta terdiri atas leukosit dan sel – sel desidua.

Selain lokia diatas, ada jenis lokia yang tidak normal, yaitu :

a) Lokia purulenta : ini terjadi karena infeksi, keluar cairan

seperti nanah berbau busuk.

b) Lochiastatis : lokia tidak lancar keluarnya (Astutik, 2015 : 59)

3) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama – sama uterus. Setelah

persalinan, ostium uteri eksterna dapat dimasuki oleh hingga 3 jari

tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks akan menutup (Astutik,

2015 : 59)
68
69

4) Vulva dan Vagina

a) Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam

beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini

tetap berada dalam keadaan kendur.

b) Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan

tidk hamil.

c) Setelah 3 minggu vulva dan vagina secara berangsur – angsur

akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol

(Astutik, 2015 : 60).

5) Perineum

a) Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak

maju.

b) Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah kembali

seperti keadaan sebelum hamil walaupun tetap lebih kendur

daripada keadaan sebelum melahirkan. Untuk

mengembalikan tonus otot perineum, maka pada masa nifas

perlu dilakukan senam kegel (Astutik, 2015 : 60).

6) Payudara / Laktasi

ASI dihasilkan oleh kerja gabungan antara hormone dan

refleks. Kelenjar hipofise didasar otak menghasilkan hormone

prolactin akan membuat sel kelenjar payudara menghasilkan ASI.


70

Prolactin adalah hormone pertama yang bertanggung jawab dalam

proses laktasi. Dengan rangsangan hisapan bayi mengeluarkan

prolactin dari adeno hipofise dan oksitosin dari neurohipofise. Pada

saat yang sama akan menstimulasi saraf melalui tulang belakang ke

hipotalamus untuk menekan pengeluaran faktor penghambat

terhadap laktasi.

7) Perubahan Lain

Perubahan lain Suhu badan wanita inpartu tidak lebih 37,5 ºC

sesudah partus dapat naik 0,5 ºC dari keadaan normal tetapi tidak

melebihi 38 ºC, sesudah 12 jam pertama melahirkan umumnya

suhu badan akan kembali normal. Bila suhu badan >38 ºC mungkin

ada infeksi.

Mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang-

kadang sangat menggangu selama 2-3 hari postpartum, perasaan

ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui, perasaan

sakit pun timbul masih terdapat sisa-sisa plasenta atau gumpalan

darah dalam kavum uteri. Nadi berkisar umumnya 60-80

kali/menit, setelah melahirkan akan terjadi bradikardi. Bila terdapat

takikardi sedangkan badan tidak panas mungkin ada perdarahan

berlebihan. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil

dibanding suhu badan (Heryani, 2012: 7).


71

4. Perubahan Psikologis

Proses adaptasi psikologis pada seorang ibu sudah dimulai sejak

masa kehamilan. Seorang wanita setelah sebelumnya menjalani fase

sebagai anak kemudian berubah menjadi istri, dan sebentar lagi dia siap

menjadi seorang ibu. Proses adaptasi ini memerlukan waktu untuk bisa

menguasai perasaan dan pikirannya.

Hesty (2012) menyatakan Reva Rubin membagi periode ini

menjadi 3 bagian, antara lain :

a. Periode taking in

Periode taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini

terjadi 1 – 2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya

pasif dan terganggu, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan

tubuhnya. Ketidaknyamanan fisik yang sering muncul dirasakan

oleh ibu pada periode ini adalah rasa mules, nyeri pada luka

jahitan, kurang tidur dan kelelahan. Gangguan psikologis yang

mungkin dirasakan ibu :

1) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan

tentang bayinya misal jenis kelamin tertentu, warna kulit,

ataupun jenis rambut.

2) Ketidaknyamanan sehingga akibat dari perubahan fisik yang

dialami ibu seperti rasa mules karena rahim berkontraksi untuk

kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka

jahitan.
72

3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat

bayi dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan

merasa tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan

hanya tanggung jawab ibu semata.

b. Fase taking hold

Fase taking hold berlangsung mulai hari ke-3 smapai hari ke-10

pasca melahirkan. Pada fase ini ibu akan merasa

ketidakmampuannya dan tanggung jawabnya dalam merawat

bayinya dan perasaan ibu sangat sensitive. Kita harus berhati – hati

dalam menjaga komunikasi dengan ibu.

Dukungan moril sangat diperlukan ibu untuk menumbuhkan

rasa percaya diri dalam tugas barunya sebagai orangtua. Tugas kita

sebagai tenaga kesehatan adalah mengajarkan cara merawat bayi,

cara menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas,

memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan seperti gizi,

istirahat, dan kebersihan diri.

c. Fase letting go

Fase ini adalah fase dimana seorang wanita sudah mau dan

mampu menerima tanggung jawab dan peran barunya sebagai

seorang ibu. Ibu menyadari tugasnya dalam merawat bayi dan ia

harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat

tergantung kepadanya, seperti kebutuhan bayi untuk disusui


73

sekalipun di malam hari. Sehingga ibu sudah siap terjaga dimalam

hari untuk menyusui bayinya. Dukungan suami dan keluarga masih

sangat diperlukan. Ibu harus mendapatkan istirahat yang cukup

untuk dapat merawat bayinya dengan baik. Pada sebagian ibu

nifas, depresi post partum biasanya terjadi pada fase ini.

5. Kebutuhan Ibu Masa Nifas

a. Kebutuhan gizi ibu menyusui

Setelah melahirkan, kebutuhan nutrisi ibu akan meningkat karena

ibu harus menyediakan makanan bagi bayinya melalui produksi ASI.

Kualitas dan jumlah makanan akan sangat mempengaruhi produksi

ASI. Bagi ibu masa nifas yang menyusui dalam hal nutrisi harus :

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup.

3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk

minum setiap kali menyusui).

4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya

selama 40 hari pasca bersalin.

5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI (Ai Yeyeh dkk, 2011)

b. Ambulasi dini (early ambulation)

Ambulasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin

membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan


74

membimbingnya untuk berjalan (Sulistyowati, 2009). Tujuan

dilakukannya ambulasi dini pada ibu pasca bersalin adalah

untuk membantu menguatkan otot – otot perut dan dengan

demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik,

mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah atau

memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh.

Keuntungan early ambulation adalah, sebagai berikut :

1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

3) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara

merawat anaknya selama ibu masih berada di rumah sakit,

misalnya memandikan, mengganti pakaian dan memberi

makan.

c. Kebersihan diri

Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh.

Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin

dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk

membersihkan daerah di vulva terlebih dahulu, dari depan ke

belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.

Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali dalam sehari. Kain dapat digunaan uang

jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah sinar

matahari atau disetrika.


75

d. Eliminasi

1) Buang air kecil (BAK)

a) Dalam 6 jam ibu nifas harus sudah bisa BAK spontan,

kebanyakan ibu bisa berkemih spontan dalam waktu 8

jam.

b) Urin dalam jumlah yang banyak akan diproduksi dalam

waktu 12 – 36 jam setelah melahirkan.

c) Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam

waktu 6 minggu (Hesty dkk, 2012).

2) Buang air besar (BAB)

a) BAB biasanya tertunda selama 2 – 3 hari, karena edema

persalinan, diit cairan, obat – obatan analgetik, dan

perineum yang sangat sakit.

b) Bila lebih dari 3 hari belum BAB bisa diberikan obat

laksantia.

c) Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam

regulasi BAB.

d) Asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi serat sangat

dianjurkan (Hesty dkk, 2012).

e. Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri

begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu


76

atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri (Ai Yeyeh

dkk, 2012).

f. Keluarga Berencana

Idealnya pasangan suami istri harus menunggu sekurang –

kurangnya dua tahun sebelum ibu hamil kembali. Sebelum

menggunakan KB, tenaga kesehatan harus menjelaskan kepada

ibu beberapa hal, seperti bagaimana metode ini dapat mencegah

kehamilan dan efektivitasnya, kekurangannya, efek samping,

bagaimana menggunakan metode itu, kapan metode itu dapat

mulai digunakan untuk wanita pascasalin yang menyusui.

g. Latihan / senam nifas

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami

perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor,

longgarnya liang senggama dan otot dasar panggul. Oleh

karena itu, latihan fisik tertentu diperlukan ibu untuk

mengembalikan kondisi ibu seperti sebelum hamil. Latihan

fisik yang bisa ibu lakukan adalah senam nifas. Senam nifas

adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan

setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan

gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan

keadaan ibu. Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang

maksimal, sebaiknya senam nifas dilakukan seawal mungkin


77

dengan catatan ibu menjalani persalinan dengan normal dan

tidak ada penyulit post partum.

6. Tanda Bahaya Ibu Nifas

Tanda bahaya ibu nifas menurut (Bahiyatun, 2013) yaitu :

a. Perdarahan per vagina

Perdarahan per vaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin

didefinisikan sebagai perdarahan pascapersalinan. Terdapat

beberapa masalah mengenai definisi ini, yaitu :

1) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang

sebenarnya, kadang – kadang hanya setengah dari biasanya.

Darah tersebut bercampur cairan amnion atau urine. Darah

tersebar pada spon, handuk, dan kain di dalam ember dan

lantai.

2) Volume darah yang hilang juga bervariasi. Kekurangan

darah dapat diketahui dari kadar hemoglobin ibu. Seorang

ibu dengan kadar Hb normal dapat menyesuaikan diri

terhadap kehilangan darah yang mungkin dapat

menyebabkan anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak

anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan

darah.

3) Perdarahan dapat terjadi secara lambat dalam jangka waktu

beberapa jam dan kondisi ini mungkin tidak dikenali

sampai terjadi syok.


78

Penilaian risiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan

terjadinya perdarahan pascapersalinan. Penanganan aktif kala III,

sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin. Hal ini

dapat menurunkan insiden perdarahan pascapersalinan akibat

atonia uteri. Semua ibu pascapersalinan harus dipantau dengan

ketat untuk kemungkinan perdarahan fase persalinan.

b. Infeksi Masa Nifas

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi pascapersalinan.

Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka

kematian ibu (AKI). Infeksi alat genital merupaan komplikais masa

nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinary payudara dan

pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala

umum infeksi dapat dilihat dari suhu pembegkakan takikardia dan

malaise. Gejala lokalnya berupa uterus lembek, kemerahan, rasa

nyeri pada payudara, atau adanya dysuria.

Ibu berisiko infeksi postpartum karena adanya luka pada bekas

pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital, termasuk

episiotomy pada perineum, dinding vagina, dan serviks. Infeksi

pascaseksio sesaria mungkin terjadi. Penyebab infeksi adalah

bakteri endogen dan eksogen. Faktor predisposisi meliputi nutrisi

yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan lama, rupture membrane,

episiotomy, dan seksio sesaria. Gejala klinis endometritis tampak

pada hari ke – 3 postpartum disertai suhu yang mencapai 39ºC dan


79

takikardia, sakit kepala, kadang terdapat uterus yang lembek. Ibu

yang mengalami kondisi ini harus diisolasi.


80

c. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, dan Penglihatan Kabur

Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala

hebat atau penglihatan kabur. Penanganna terhadap gangguan

ini meliputi:

1) Jika ibu sadar, periksa nadi, tekanan darah, dan pernapasan.

2) Jika ibu tidak bernapas, periksa dan lakuukan ventilasi

dengan masker dan balon. Lakukan intubasi jika perlu. Dan

jika pernapasan dangkal, periksa dan bebaskan jalan napas

serta diberi oksigen 4 – 6 liter per menit.

3) Jika pasien tidak sadar / koma, bebaskan jalan napas,

baringkan miring, ukur suhu, periksa apakah ada kaku

tengkuk.

d. Pembengkakan Wajah aatau Ekstremitas

Bila terjadi gejala ini, periksa adanya varises, periksa

kemerahan pada betis, dan periksa apakah tulang kering,

pergelangan kaki, atau kaki mengalami edema (perhatikan adanya

edema putting, jika ada).

e. Demam, Muntah, dan Nyeri Berkemih

Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal

dari flora normal perineum. Telah terdapat bukti bahwa beberapa

galur Escherichia coli memiliki pili yang meningkatkan

virulensinya.
81

Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap

tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma

persalinan atau analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan

kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tida nyaman

yang menimbulkan oleh episiotomy yang lebar, laserasi periutertra,

atau hematoma dinding vagina.

Setelah melahirkan terutama saat infus oksitosin dihentikan,

terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urine dan

distensi kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi

untuk mengeluarkan air kemih sering menyebabkan infeksi saluran

kemih.

f. Payudara Bengkak

Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat dapat

menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, dan

akhirnya terjadi mastitis. Putting lecet akan memudahkan

masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.

g. Kehilangan Nafsu Makan Yang Lama

7. Kunjungan Nifas

Kunjungan nifas menurut (Islami & Aisyaroh, 2012), yaitu :

a. Kunjungan pertama, 6 – 8 jam pascapartum

Tujuan kunjungan :

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.


82

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,

rujuk bila perdarahan berlanjut.

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu

anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri.

4) Pemberian ASI awal.

5) Memberi supervise kepada ibu bagaimana teknik

melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

6) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

b. Kunjungan kedua, 6 hari pascapartum

Tujuan kunjungan :

1) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal.

2) Evaluasi adanya tanda – tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal.

3) Memastikan ibu cukup makan, minum, dan istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada

tanda – tanda adanya penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai hal – hal

berkaitan dengan asuhan pada bayi.

c. Kunjungan ketiga, 2 minggu pascapartum

Tujuan kunjungan :

1) Sama seperti kunjungan kedua.

d. Kunjungan keempat, 6 minggu pascapartum


83

Tujuan kunjungan :

1) Menanyakan kepada ibu tentang penyulit – penyulit yang

ia alami.

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

3) Menganjurkan ibu membawa bayinya ke posyandu atau

puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi.

D. BAYI BARU LAHIR

1. Pengertian

Sholichah, dkk(2017) mendefinisikan bayi baru lahir adalah bayi

yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran. Bayi baru lahir

normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala

melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37

minggu sampai dengan 42 minggu denag berat badan 2.500 gram, nilai

APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan. Bayi yang baru mengalami proses

kelahiran dan berusia 0-28 hari. Masa neonatal adalah masa sejak lahir

sampai dengan 4 minggu (28 hari), sesudah kelahiran dimana ada 3

masa yaitu neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan

usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah usia kurang dari 7 hari

dan neonatus lanjut adalah usia 7-28 hari. (Sholichah, 2017)

2. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir

Menurut Kumalasari, dkk (2015), ciri-ciri bayi baru lahir antara lain :

a. Berat badan 2.500-4.000 gram

b. Panjang badan lahir 48-52 cm


84

c. Lingkar dada 30-38 cm

d. Lingkar kepala 33-35 cm

e. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit

f. Pernapasan +/- 40-60 kali/menit

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

cukup

h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna

i. Kuku agak panjang dan lemas

j. Genetalia : Pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi

labia minora, pada bayi laki-laki testis sudah turun, skrotum

sudah ada.

k. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

l. Reflek moro/gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

m. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama.

Mekonium berwarna hitam kecoklatan. (Kumalasari, Panduan

Praktik Klinik, Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi

Baru Lahir, dan Kontrasepsi, 2015)

3. Klasifikasi Bayi Baru Lahir

Klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan usia gestasi menurut

Proverawati, dkk dalam Buda (2012), yaitu :

a. Bayi Premature
85

Yaitu bayi yang lahir kurang 37 minggu lengkap (<259 hari),

dengan berat badan antara 1.000-2.499 gram

b. Bayi Mature

Yaitu bayi yang lahir mulai dari 37 minggu sampai kurang dari

42 minggu lengkap (259 hari sampai 293 hari), dengan berat

antara 2.500-4.000 gram

c. Bayi Postmature

Yaitu bayi yang lahir 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari).

(Proverawati, 2012)

4. Tahapan Bayi Baru Lahir

Beberapa tahapan yang terjadi pada bayi baru lahir menurut

Dwiendra,dkk (2014), yaitu :

a. Tahapan I

Tahapan ini terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit

pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar

untuk pemeriksaan fisik dan scoring gray untuk interaksi ibu dan

bayi.

b. Tahapan II

Tahapan ini disebut tahap transional reaktivitas. Pada tahap II ini

dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya

perubahan perilaku.

c. Tahapan III
86

Tahapan ini disebut tahap periodik. Pada tahap ini dilakukan

pengkajian setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan

seluruh tubuh. (Dwiendra, 2014)

5. Mekanisme Kehilangan Panas Pada Bayi

Mekanisme kehilangan panas pada bayi menurut Dwiendra,

dkk (2014) adalah :


87

a. Evaporasi

Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban

pada permukaan tubuh oleh panas bayi sendiri karena setelah lahir,

tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga dapat

terjadi pada bayi yang cepat di mandikan dan tubuhnya tidak

segera dikeringkan dan diselimuti.

b. Konduksi

Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi

dengan permukaan bayi.

c. Konveksi

Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara

sekitar yang lebih dingin.

d. Radiasi

Kehilangan panas tubuh yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat

benda-benda yang mempunyai susu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh

bayi. (Dwiendra, 2014)

6. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Diluar Uterus

Beberapa adaptasi fisiologis yang terjadi setelah bayi lahir menurut

Buda, dkk (2011), yaitu :

a. Sistem Pernapasan

Pada saat di dalam rahim janin mendapatkan O2dan

melepaskan CO2melalui plasenta. Paru-paru janin mengandung cairan

yang disebut surfaktan. Surfaktan berfungsi untuk mengurangi


88

tekanan permukaan alveoli dan menstabilkan dinding alveoli sehingga

tidak kolpas. Pada proses persalinan pervaginam terjadi tekanan

mekanik dalam dada yang mengakibatkan pengempisan paru-paru dan

tekanan negatif pada intra toraks sehingga merangsang udara masuk.

Ketika tali pusat dipotong maka akan terjadi pengurangan O2 dan

akumuklasi CO2 dalam darah bayi, sehingga akan merangsang pusat

pernapasan untuk memulai pernapasan pertama. Pernapasan pertama

bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru dan

mengembangkan jaringan alveoli paru-paru untuk pertama kali

sehingga merangsang udara masuk.

Ketika bernapas, udara memenuhi paru-paru dan sisa surfaktan

diserap oleh pembuluh darah dan limfe sehingga semua alveoli terisi

oleh udara pada saat ini maka terjadi peningkatan tekanan O2 dalam

alveolar sehingga pembuluh darah paru-paru meningkat dan

memperlancar pertukaran gas dalam alveoli sehingga terjadi

perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasimluar rahim. Pernapasan

bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan dan iramanya serta

bervariasi 30-60 kali per menit, sebagaimana kecepatan nadi,

kecepatan pernapasan juga dipengaruhi oleh menangis. Pernapasan

mudah dilihat atau diamati dengan melihat pergerakan abdomen

karena pernapasan neonatus sebagian besar dibantu oloeh diafragma

dan otot-otot abdomen.

b. Sistem Sirkulasi Darah


89

Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan yang mencolok

setelah bayi lahir. Foramen oavle, duktus arterious dan duktus venosus

menutup. Arteri umbilikus dan vena umbilikalis dan arteri kepatika

menjadi ligamen. Nafas pertama yang di lakukan oleh bayi baru lahir

membuat paru-paru berkembang dan menurunkan resistensi vaskuler

pulmuner, sehingga darah mengalir, tekanan arteri pulmoner menurun.

Rangkaian peristiwa merupakan mekanisme besar yang menyebabkan

tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah pulmoner kembali

meningkat ke jantung dan masuk ke kanan bagian kiri sehingga

tekanan dalam atrium kiri meningkat. Perubahan tekanan ini

menyebabkan foramen ovale menutup. Selama bebarapa hari pertama

kehidupan, tangisan dapat mengembalikan aliran darah melalui

foramen ovale sementara dan mengakibatkan sianosis ringan.

Frekuensi jantung bayi rata-rata 140 x/menit saat lahir, dengan

variasi berkisar antara 120-140 x/menit. Frekuensi saat bayi tidur

berbeda dari frekuensi saat bayi bangun. Pada sasat usi satu minggu

frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 128 x/menit dan 163 x/menit

saat bangun. Aritmia sinus (denyut jantung yang tidak teratur pada

usia ini dapat dipersepsikan sebagai suatu fenomena fisiologis dan

sebagai indikasi fungsi jantung yang baik). Ketika dilahirkan bayi

memiliki kadar haemoglobin fetal type (HbF). Jumlah HbF yang

tinggi ketika didalam rahim diperlukan untuk meningkatkan kapasiitas

pengangkutanO2 dalam darah saat darah yang teroksigenasi dari


90

plasenta bercampur dengan darah dari bagian bawah. Keadaan ini

tidak berlangsung lama, ketika bayi lahir banyak sel darah merah tidak

diperlukan sehingga terjadi hemolisis sel darah merah. Hal ini

menyebabkan ikterus fisiologi pada bayi baru lahir dalam 2-3 hari

pertama kelahiran.

c. Sistem Pencernaan

Bayi lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna,

memetabolisme dan mengabsorpsi protein dan karbohidrat sederhana

serta mengelmusi lemak. Mekonium merupakan sampah pencernaan

yang di sekresikan oleh bayi baru lahir. Mekonium diakumulasikan

dalam usus saat umur kehamilan 16 minggu. Warnanya hijau

kehitaman dan lembut, terdiri dari mucus, sel epitel, cairan amnion

yang tertelan, asam lemak dan pigmen empedu. Mekonium

dikeluarkan seluruhnya sekitar 2-3 hari setelah bayi lahir. Mekonium

pertama dikeluarkan dalam waktu 24 jam setelah bayi lahir. Ketika

bayi sudah mendapatkan makanan, feses bayi berubah emnjadi kuning

kecoklatan, mekonium yang dikeluarkan menandakan anus yang

berfungsi sedangkan feses yang berubah warna menandakan seluruh

saluran gastrointestinal berfungsi Dalam waktu 4 atau 5 hari feses

akan menjadin kuning. Bayi yang diberi ASI, fesesnya lembut, kuning

terang dan tidak bau. Sedangkan bayi yang diberi susu formula

berwarna pucat dan agak berbau. Bayi yang diberi ASI dapat BAB

sebanayak 5 kali atau lebih dalam sehari, ASI sudah mulai banyak
91

diproduksi pada hari ke-4 atau ke-5 persalinan. Walaupun demikian

setelah 3-4 minggu, bayi hanya BAB 1 kali dalam 2 hari. Sedangkan

bayi yang diberi susu formula lebih sering BAB tetapi lebih cenderung

mengalami konstipasi. Kapasitas lambung bayi baru lahir sekitar 15-

30 ml dan meningkat dengan cepat pada minggu pertama kehidupan.

Pengosongan lambung pada bayi baru lahir sekitar 2,5-3 jam.

Imaturitas hati yang fisiologis menghasilkan produksi

glukoronil transferese yang rendah untuk konjugasi bilirubin dan juga

tingginya jumlah sel darah merah yang mengalami hemolisis

mengakibatkn ikterus fisiologis yang dapat terlihat pada hari ketiga

atau kelima. Simpanan glikogen cepat berkurang sehingga early

feeding diperlukan untuk mempertahankan glukosa darah normal.

Early feeding diperlukan untuk menstimulasi fungsi liver dan

membantu pembentukan vitamin K.

d. Sistem Pengaturan Suhu

Tubuh bayi baru lahir memiliki pengaturan suhu tubuh yang

belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk

mempertahankan suhu tubuh bayi agar tidak terjadi penurunan dengan

penatalaksanaan yang tepat misalnya dengan cara mencegah

hipotermi. Proses kehilangan panas dari kulit bayi dapat melalui

proses konveksi, evaporasi, konduksi, dan radiasi. Hal ini dapat

dihindari jika bayi dilahirkan dalam lingkungan yang hangat dengan

suhu sekitar 21-24oC, dikeringkan dan dibungkus dengan hangat.


92

Bayi baru lahir tidak akan menglami kedinginan dan dapat

meningkatkan produksi panas dengan cara ini. Simpanan lemak coklat

sudah tersedia pada saat bayi dilahirkan, tetapi suhu tubuh bayi

menurun lebih banyak energi yang di gunakan untuk memproduksi

panas ketika diperlukan saja.. lemak coklat diproduksi dibawah bahu,

dibelakang sternum dileher disekitar ginjal dan kelenjar supra renal.

Intake makanan yang adekuat juga penting untuk memproduksi.

Jika suhu tubuh bayi menurun lebih banyak energi digunakan

untuk memproduksi panas dari pada untuk pertumbuhan dan akan

terjadi peningkatan penggunaan O2. Bayi baru lahir yang kedinginan

akan terlihat tidak aktif dan dia akan mempertahankan panas tubuhnya

dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernapasannya serta menangis.

Sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan

hipoglikemi yang akan ditimbulkan dari efek hipotermia begitu juga

hipoksia dan hyperbilirubinemia. Suhu yang tidak stabil juag

mengindikasikan terjadinya infeksi sehingga setiap tindakan yang

dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi

baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37,5oC.

e. Sistem Ginjal

Janin mengeluarkan urin dalam cairan amnion selama

kehamilan. Walaupun ginjal pada bayi sudah berfungsi, tapi belum

sempurna untuk menjalankan fungsinya. Kemampuan filtrasi

glomerular masih sangat rendah, maka kemampuan untuk menyaring


93

urine belum sempurna. Sehingga cairan dalam jumlah yang banyak

diperlukan untuk mengeluarkan zat padat. Jika bayi mengalami

dehidrasi ekskresi zat padat seperti urea dan sodium klorida akan

terganggu. Bayi baru lahir harus BAK dalam waktu 24 jam setelah

lahir. Awalnya urine yang keluar sekitar 20-30 ml/hari dan meningkat

menjadi 100-200 ml/hari pada akhir minggu pertama ketika intake

cairan mneingkat.

f. Sistem Adaptasi Imunologi

Dalam rahim janin mendapatkan perlindungan infeksi oleh

kantong ketuban yang masih utuh dan barier plasenta, walaupun

demkaian ada mkroorganisme tertentu yang dapat melewati plasenta

dan menginfeksi janin. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infkesi

terutama yang masuk melalui mukosa yang berhubungan dengan

sistem pernapasan dan gastrointestinal. Bayi mempunyai beberapa

immunoglobin seperti IgG. IgA dan IgM. Selama trimester akhir

kehamilan terjadi transfer transparental imunoglobulin IgG dari ibu ke

janin. Hal inio memberikan perlindungan pada janin untuk

memberikan pertahanan terhadap infeksi yang didapatkan dari

antibody itu. Antibodi yang terbentuk memberikan kekebalan pasif

pada bayi sekitar 6 bulan, sedangkan IgM dan IgM dan IgA tidak

mampu untuk melewati barier plasenta tetapi dapat dihasilkan oleh

janin beberapa hari setelah lahir.


94

Tingkat imunoglobulin IgG bayi sama atau kadang lebih tinggi

dari ibunya, hal ini disebabkan karena adanya kekebalan pasif selama

bulan pertama kehidupan. Sedangkan IgM dan IgA rata-rata 20% dari

orang dewasa yang dibutuhkan selama 2 tahun untuk sama dengan

orang dewasa. Tingkat IgM dan IgA yang relatif rendah dapat

memudahkan terjadinya atau masuknya infeksi. IgA dapat

memberikan perlindungan terhadap infeksi pada saluran pernapasan,

gastrointestinal, dan mata. ASI terutama kolostrum dapat memberikan

kekebalan pasif pada bayi sebagai perlindungan terhadap infeksi

dalam bentuk Lactobacillua bifidus, lactoferin, lysozym dan

pengeluaran IgA. Pemberian ASI juga membantu perkembangbiakan

bakteri tertentu dalam usus yang akan mengakibatkan suasana asam

yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Pleh karena itu

setiap tindakan pada bayi harus berprinsip untuk mncegah terjadinya

infeksi.

g. Sistem Reproduksi

Spermatogenesis pada bayi laki-laki belum terjadi sampai

mencapai pubertas, tetapi pada bayi perempuan sudah terbentuk

folikel primodial yang mengandung ovum pada saat lahir. Pada kedua

jenis kelamin ini pengambilan estrogen dari ibu untuk pertumbuhan

payudara yang kadang-kadang disertai secret pada hari keempat atau

kelima. Hal ini tidak membutuhkan perawatan karena akan hilang

dengan sendirinya. Pada bayi perempuan kadang terjadi


95

pseudomenstruasi dan labia mayora sudah terbentuk menutupi labia

mayora. Pada laki-laki testis sudah turun kedalam skrotum akhir 36

minggu kehamilan.

h. Sistem Rangka Tubuh

Pertumbuhan otot lebih banyak terjadi dengan hipertropi

dibandingkan dengan hiperplasia. Pemajangan dan pengerasan tulang

yang belom sempurna dapat memefasilitasi pertumbuhan episis.

Tulang yang berada dibawah tengkorak tidak mengalami pengerasan.

Hal ini penting untuk pertumbuhan otak dan memudahkan proses

moulase pada waktu persalinan. Moulase dapat hilang beberapa hari

setelah kelahiran. Fontanela posterior menutup setelah 6-8 minggu,

sedangkan fontanela anterior membuka ampai 18 bulan. Pengkajian

terhadap hidrasi dan tekanan intrakaranial dapat dilakukan palpasi

fontanel.

i. Sistem Saraf

Jika dibandingkan dengan sistem tubuh lainnya, sistem syaraf

belum matang secara anatomi dan fisiologi. Hal ini mengakibatkan

kontrol yang minim oleh koetex serebi terhadap sebagian besar batang

otak dan aktivitas refleks tulang belakang pada bulan pertama

kehidupan walaupun sudah terjadi interaksi sosial. Adanya aktivitas

refleks yang terdapat pada bayi baru lahir menandakan adanya

kerjasama antara sistem syaraf dan sistem muskuloskeletal. Refleks

tersebut antara lain :


96

1) Reflek Morro

Reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar dan

melebarkan jari-jari lalu mengembalikan dengan tarikan yang

cepat seakan-akan memeluk seseorang. Reflek dapat diperoleh

dengan memukul permukaan yang rata yanga ada di dekatnya

dimana dia terbaring dengan posisi terlentang. Bayi seharusnya

membentangkan dan menarik tangannya secara sistematis. Jari-

jari akan meregang dengan ibu jari dan telunjuk membentuk huruf

C, kemudian tangan terlipat dengan gerakan memeluk dan

kembali pada posisi rileks. Kaki juga dapat mengikuti gerakan

serupa. Reflek morro biasanya ada pada saat lahir dan hilang

setelah usia 3-4 bulan.

2) Reflek rooting

Reflek ini timbul karena adanya stimulasi taktil pada pipi dan

daerah mulut, bayi akan memutar kepala seakan-akan mencari

putting susu. Reklek rooting ini berkaitan erat dengan reflek

menghisap dan dapat dilihat jika pipi atau susut mulut dengan

pelan disentuh bayi, akan mengok secara spontan kearah

sentuhan, mulutnya akan terbuka dan mukai menghisap. Reflek

ini biasanya menghilang pada usia 7 bulan.

3) Reflek Sucking

Reflek ini timbul bersama dengan reflek rooting untuk menghisap

putting susu dan menelan ASI.


97

4) Reflek Batuk dan Bersin

Reflek ini timbul bersama dengan reflek rooting untuk menghisap

putting susu dan menelan ASI.

5) Reflek Graps

Reflek yang timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan

bayi maka bayi akan menutup telapak tangannya. Respon yang

sama dapat diperoleh ketika telapak kaki di gores dekat ujung

jarin kaki, menyebabkan jari kaki menekuk. Ketika jari-jari kaki

diletakkan pada telapak tangan bayi, bayi akan menggenggam erat

jari-jari. Genggaman telapak tangan biasanya berlangsung sampai

usia 3-4 bulan. Jari kaki akan menekuknke bawah, reflek ini

menurun pada usia 8 bulan, tapi masih dapat dilihat sampai usia 1

tahun.

6) Reflek Walking dan Stapping

Reflek ini timbul bila bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan

spontan kaki melangkah kedepan walaupun bayi tersebut belum

bisa berjalan. Reflek ini terkadang sulit diperoleh sebab tidak

semua bayi koopertif. Meskipun secara terus-menerus reflek ini

dapat dilihat. Menginjak biasanya berangsur-angsur menghilang

pada usia 4 bulan.

7) Reflek Tonic Neck

Reflek bayi juka mengangkat leher dan menoleh kekanan atau ke

kiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini tidak dapat dilihat pada
98

bayi yang berusia 1 hari, meskipun sekali reflek ini dapat diamati

sampai bayi berusia 3-4 bulan.

8) Reflek Babinski

Reflek bila ada rangsangan pada telapak kaki akan bergerak ketas

dan jari-jari lain membuka. Reflek ini biasanya hilang setelah

bayi berusia 1 tahun.

9) Reflek Galant/ membengkokkan Badan

Ketika bayi tengkurap goreskan pada punggung menyebabkan

pelvis membengkokan kesamping. Jika punggung digores dengan

keeas kira-kira 5 cm dari tulang belakang dengan gerakan ke

bawah, bayi merespon dengan membengkokan badan kesisi yang

di gores. Refleks ini berkurang pada usia 2-3 bulan.

10) Reflek Bauer/ Melangkah

Reflek ini terlihat pada bayi aterm dengan posisi tengkurap,

pemeriksa menekan telapak kaki. Bayi akan merespon dengan

membuat gerakan merangkak. Reflek ini menghilang pada usia 6

minggu.

11) Intergumentary Sistem

Kulit bayi sangat sensitif terhadap infeksi oleh karena itu penting

untuk menjaga keutuhan kulit. Masuknya mikroorganisme dapat

menyebabkan infeksi. Oleh karena itu IgA tidak ada pada saat

lahir dan baru terbentuk sekitar 2 minggu setelah lahir, maka

imunitas kulit dan usus berkurang. Kelenjar keringat sudah ada


99

pada saat lahir tapi kadang-kadang belum berfungsi secara efisien.

Verniks kaseosa yang melindungi kalit bayi dan diproduksi oleh

kelenjar sebasea sedangkan bintik-bintik putih kecil yang

dinamakan milia sudah ada pada waktu lahir. Pengelupasan kulit

hanya dimulai beberapa hari setelah lahir, sedangkan jika kulit

bayi sudah mengelupas pada saat lahir hal ini mengindikasikan

bahwa sudah terjadi serotinus, IUGR atau infeksi intrauterin

seperti sifilis. (Buda, 2012)

7. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal

Asuhan segera bayi baru lahir menurut Kumalasari, dkk (2015)

adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir dimulai sejak

proses persalinan hingga kelahiran bayi (dalam satu jam pertama

kehidupan). Dengan memegang prinsip asuhan segera, aman, dan

bersih untuk bayi baru lahir. Asuhan segera yang dilakukan dengan

memperhatikan aspek-aspek berikut :

a. Selalu menjaga bayi tetap kering dan hangat

b. Usahakan kontak kulit ibu dengan bayi (skin to skin), segera

setelah melahirkan badan :

1) Secepat mungkin menilai pernapasan, serta bayi diletakan

diatss perut ibu


100

2) Dengan kain bersih dan kering membersihkan muka bayi

dari lendir dan darah untuk mencegah jalan udara terhalang

3) Bayi sudah harus menangis/bernapas secara spontan dalam

waktu 30 detik setelah lahir, jika bayi belum menangis

bernapas dalam waktu 30 detik, segera cari bantuan, lalu

mulai melakukan langkah-langkah resusitasi

c. Jaga bayi tetap hangat (kontak skin to skin antara ibu dan bayi)

1) Mengganti handuk/kain yang basah dengan handuk kering, lalu

segera bungkus bayi dengan selimut

2) Memastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi

tiap 15 menit :

a) Bila keadaan tubuh bayi dingin segera periksa suhu axilla

bayi

b) Bila suhu <36,5oC segera untuk

menghangatkannya

d. Menilai Pernapasan

Periksa pernapasan dan warna kulit bayi tiap 5 menit :

1) Bila bayi tidak segera menangis, segera lakukan : resusitasi

2) Bila bayi mengalami sianosis/sukar bernapas (frekuensi nafas

<30 atau >60 x/menit) segera beri O2 kateter nasal.

e. Perawatan Mata

Pemberian obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1% untuk

mencegah penyakit mata karena klamidia (penyakit menular


101

seksual yang dapat menginfeksi mata bayi), salep diberikan pada

jam pertama setelah kelahiran.

f. Asuhan Bayi Baru Lahir

Dalam waktu 24 jam, tindakan penanganan yang dilakukan yaitu :

1) Melanjutkan penanganan pernapasan

2) Pertahannkan suhu bayi tetap normal (36,5-37,5oC)

3) Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam

4) Bungkus bayi dengan kain kering dan hangar, kepala

tertutup

Tabel 2.5

Sistem Penilaian APGAR

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2


Appeatance Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) seluruh tubuh esktermitas biru kemerahan
Pulse (denyut Tidak ada <100 >100
jantung)
Grimace (tonus Tidak ada Ekstremitas sedikit Gerakan
otot) fleksi kuat/melawan
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis
(pernapasan) teratur
Sumber : Dwiendra, dkk ( 2014 )

Keterangan :

Nilai 1-3 : asfiksia berat

Nilai 4-6 : asfiksia sedang


102

Nilai 7-10 : asfiksia ringan (normal)

g. Pemeriksaan Fisik

1) Menggunakan tempat yang hangat dan bersih untuk

pemeriksaan

2) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan

sarung tangan dan bertindak lembut

3) Melakukan inspeksi (lihat), auskultasi (dengar) dan palpasi

(raba/rasakan tiap-tiap) daerah dari kepala sampai dengan kaki,

bila ada masalah segera cari bantuan dan rekam hasil

pemeriksaan

h. Berikan vitamin K untuk mencegah terjadinya karena defisiensi

vitamin K pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir normal dan cukup

bulan perlu diberikan vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari.

Bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dosis 0,5-1 mg.

i. Perawatan Lain

1) Perawatan tali pusat, dengan memastikan tali pusat dalam

keadaan kering

2) Dalam waktu 24 jam bila ibu dan bayi belum pulang, beri

imunisasi BCG, Polio dan Hepatitis B

3) Ajarkan cara perawatan bayi, seperti :

a) Memberikan ASI sesuai kebutuhan tiap 2-3 jam atau sesering mungkin

b) Pertahankan bayi tetap bersama ibu

c) Jaga bayi agar tetap bersih, hangat dan kering


103

d) Pegang, sayang dan nikmati kehidupan bersama bayi

e) Pastikan bayi tetap hangat dan jangan memandikan bayi

hingga 24 jam setelah persalinan. Jaga kontak kulit

antara ibu dan bayi serta tutupi kepala bayi dengan topi

4) Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah

kesehatan pada ibu :

a) Keluhan tentang bayinya

b) Penyakit ibu yang mungkin berdampkan pada bayi (TBC,

demam saat persalinan, KPD >18 jam, hepatitis b atau C,

siphilis, HIV/AIDS, penggunaan obat)

c) Cara, waktu, tempat bersalin dan tindakan yang diberikan

pada bayi jika ada

d) Warna air ketuban

e) Riwayat bayi buang air kecil dan besar

f) Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap

5) Lakukan pemeriksaan fisik dengan prinsip sebagai berikut :

a) Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak

menangis)

b) Pemeriksaan tidak harus beruntutan, dahulukan menilai

pernapasan dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung

serta perut. (Kumalasari, Panduan Praktik Klinik, Perawatan

Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir, dan

Kontrasepsi, 2015).
104

8. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir

menurut Karwati dalam Buda, dkk (2011), yaitu :

a. Pernapasan >60x /menit

b. Kehangatan (suhu) >37,5oC

c. Warna kuning (24 jam pertama), biru/pucat, atau memar

d. Adanya tanda-tanda infeksi, ditandai dengan :

1) Suhu tinggi, merah, bengkak (nanah, bau busuk), pernapasan

sulit

2) Tali pusat memerah, bengkak, keluar cairan/nanah, bau busuk,

dan berdarah

3) Tinja/kemih dalam waktu 24 jam, lembek dan sering, warna

hijau tua, ada lendir dan darah pada tinja

4) Aktifkitas terlihat menggigil, tangis lemah, kejang dan lemas

(Karwati dalam buda, 2011)

9. Kunjungan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan yang sesuai

standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada

neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0-28 hari, baik difasilitas

kesehatan maupun kunjungan rumah. Pelaksnaan kunjungan neonatus

menurut (Karwati dalam buda, 2011) diantaranya :

a. Kunjungan neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48

jam setelah lahir


105

b. Kunjungan neonatal ke 2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari

ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah lahir

c. Kunjungan neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari

ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.

10. Inisiasi Menyusui Dini

Menurut Prawirohadjo(2014) segera setelah dilahirkan bayi

diletakkan didada atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk

memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan puting ibu.

Manfaat IMD bagi bagi adalah membantu stabilisasi pernapasan,

mengendalikan suhu tubuh bayi lebi baik dari inkubator, menjaga

kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi

nosokomial. Kadar bilirubin bayi akan lebih cepat normal karena

pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga data menurunkan insiden

ikterus bayi baru lahir. Kontak kulit dan kulit juga membuat bayi lebih

tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik dengan demikian berat

bayi cepat meningkat. Bagi ibu IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran

hormon oksitosin, prolaktin, dan secara psikologis dapat menguatkan

ikatan batin antara ibu dan bayi. (Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan Sarwono

Prawirohardjo, 2014)

11. Imunisasi

Menurut Wahyuni dalam Aprilianti (2016), imunisasi merupakan

cara atau transfer antibodi secara pasif. Imunisasi berfungsi untuk

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,


106

sehingga kelak ia terpajan antigen yang serupa tidak terjadi sakit.

Beberapa jenis imunisasi dasar : (Aprilianti, 2016)

a. BCG ( Bacille Calmatte Guerin )

Vaksin BCG adalah vaksin untuk mecegah penyakit tuberkolosis atau

TBC dari bakteri Mycobacterium tuberculosis yang disebut juga

bakteri tahan asam (BTA). Bakteri ini dapat menyerang berbagai alat

atau organ tubuh penting seperti paru, tulang, selaput otak, usus,

kelenjar getah bening dan lain sebagainya.

b. Hepatitis

Hepatitis merupakan penyakit peradangan atau infeksi hari pada

manusia yang disebabkan oleh virus hepatitis B.

c. DPT

Difteri adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxinmediated disease

dan disebabkan oleh kuman corynebacterium diptheriae. Bila

terinfeksi basil diphtheriae dinasofaring kuman akan memproduksi

toksin yang akan menghambat sintesis protein seluler yang dapat

menyumbat jalan nafas. Pertusis atau batuk rejan/batuk seratus hari

adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri Bordetela

pertuis. Tetanus adalah suatu penyakit akut, bersifat fatal disebabkan

oleh eksotoksin produksi clostrodium tetani. Kuman ini banyak

tersebar didalam kotoran dan debu jalanan, usus, tinja kuda, domba,

anjing, kucing, dan tikus.

d. Polio
107

Vaksin virus polio berisi suku sabin yang dilemahkan. Penyakit yang

akan ditimbulkan adalah meningitis aseptis non paralatik dan paralisis

flaksid atau lumpuh layu.

e. Campak

Penyebab penyakit campak adalah virus yang masuk dalam genus

virus morbili. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang bersifat

akut dan menular lewat udara melalui sistem pernapasan, terutama

percikan ludah seorang penderita.

Tabel 2.6

Jadwal Imunisasi

Usia Vaksin
Saat Lahir Hepatitis B-1 Polio 0
1 bulan Hepatitis B-2
0-2 bulan BCG
2 bulan DPT-1 Polio-1
4 bulan DPT-2 Polio-2
6 bulan DPT-3 Polio Hepatitis B-3
9 bulan Campak
Sumber : Wahyuni dalam Aprilianti ( 2016 )

12. Profilaksi Mata


108

Menurut Prawirohardjo (2014), pemberian antibiotik profilaksis

terbukti dapat mencegah terjadinya konjungtivitis. Provilaksis mata yang

sering digunakan yaitu salep mata eritrosimin, chlorampenicol dan

tetrasiklin. Salep mata ini efektif untuk mencegah konjungtivitis berupa

iritasi dan kerusakan mata. (Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan Sarwono

Prawirohardjo, 2014)

13. Pemberian HbO

Menurut JNPK-KR (2013), imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk

mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-

bayi. Imunisasi hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah pemberian

vitamin K1, pada saat bayi berumur 2 jam. (JNPK-KN, 2013).

E. KELUARGA BERENCANA ( KB)

1. Pengertian

KB pasca persalinan merupakan upaya pencegahan kehamilan dengan

menggunakan alat dan obat kontrasepsi segera setelah melahirkan

sampai dengan 42 hari/ 6 minggu setelah melahirkan (BKKBN, 2017).

2. Pentingnya KB pasca persalinan

Pelayanan KB selama tahun pertama pasca persalinan berdampak

pada komponen pelayanan kesehatan ibu dan anak serta kesehatan


109

reproduksi. Alasan pentingnya pengguanaan KB pasca persalinan,

yaitu:

a. Periode paling reseptif dalam menerima kontrasepsi perempuan

lebih reseptif menerima metode kontrasepsi hanya setelah

melahirkan terutama pada 48 jam pertama dengan penyedia

layanan kesehatan yang ada memberikan kesempatan untuk

konseling dan menyediakan metode kontrasepsi yang aman dan

sesuai pilihan mereka sebelum meninggalkan rumah.

b. Resiko kehamilan setelah melahirkan untuk perempuan yang

tidak menyusui, kehamilan dapat segera terjadi setelah 4 minggu

kelahiran. Tetapi untuk perempuan yang tidak menggunakan

metode 10 LAM, kemungkinan akan menjadi subur sebelum

menstruasi. Untuk perempuan yang menggunakan metode LAM

kemungkinan bisa hamil setelah 6 bulan melahirkan.

c. Unmet need pada sebuah penelitian oleh Ross dan Frankenberg

(1993) mengungkapkan bahwa perempuan dalam periode

postpartum memiliki resiko unmet need untuk kontrasepsi, dan

banyak dari unmet need dari semua wanita selama usia reproduksi

pada umumnya selama periode postpartum.

d. Memastikan waktu yang sehat dan jarak kehamilan interval

kehamilan kurang dari 24 bulan berhubungan dengan resiko

tinggi berdampak buruk pada ibu, janin, dan bayinya. Penyediaan


110

konseling KB dan pelayanan setelah melahirkan dapat

memastikan waktu yang sehat dan jarak kehamilan.

e. Memastikan waktu kehamilan yang aman setelah aborsi jarak

kurang dari 6 bulan antara aborsi dan kehamilan berikutnya

berhubungan dengan tingginya resiko dampak buruk pada

kesehatan ibu, janin, dan bayi. Penyediaan konseling KB dan

pelayanan setelah aborsi dapat memastikan jarak kurang dari 6

bulan untuk kehamilan berikutnya.

3. Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan

Metode kontrasepsi postpartum yang efektif digunakan oleh

perempuan postpartum sesuai waktu yang tepat dapat dilihat pada

tabel berikut:

Metode Waktu persalinan Ciri khusus Manfaat


kontraseps
i
MAL  Mulai segera  Manfaat  Harus
pasca kesehatan benarbenar
persalinan bagi ibu dan ASI ekslusif
 Efektifitas bayi  Efektifitas
tinggi sampai 6  Memberikan berkurang
bulan waktu untuk jika mulai
pascapersalina memilih suplementasi
n dan belum metode
haid kontrasepsi
lain
Kontaseps  Jika  Selama 6-8  Kontrasepsi
i menyusui: minggu Kombinasi
kombinasi  Jangan Pasca merupakan
dipakai persalinan, pilihan
sebelum 6-8 kontrasepsi terakhir pada
minggu pasca kombinasi klien
persalinan akan menyusu
 Sebaiknya mengurangi  Dapat
tidak dipakai ASI dan diberikan
dalam waktu mempengaru pada klien
6 minggu6 hi tumbuh dengan
111

bulan kembang riwayat


pascapersalin bayi. preeklampsia
an  Selama 3 atau
 Jika memakai minggu hipertensi
MAL tunda pascaperslina dalam
sampai 6 n kehamilan
bulan  Meningkatka  Sesudah
n resiko 3minggu
masalah pascapersalin
pembekuan an tidak
darah meningkatka
 Jika klien n risiko
tidak pembekuan
mendapat darah
haid dan
sudah
berhubungan
seksual,
mulailah
kontrasepsi
kombinasi
setelah yakin
tidak ada
kehamilan
AKDR  Dapat  Tidak ada  Konseling
dipasang pengaruh perlu
langsung terhadap ASI dilakukan
pasca  Efek sewaktu
persalinan, samping asuhan
sewaktu lebih sedikit antenatal
seksio pada klien  Angka
sesarea, atau menyusui pencabutan
48 jam pasca AKDR tahun
persalinan pertama lebih
 Jika tidak, tinggi pada
insersiditund klien
a sampai 4-6 menyusui
minggu  Ekspulsi
pascapersalin spontan lebih
an tinggi (6-
 Jika laktasi 10%) pada
atau haid pemasangan
sudah dapat, pasca
insersi plasenta lahir
dilakukan  Sesudah 4-6
sesudah minggu pasca
yakin tidak persalinan
ada teknik sama
kehamilan dengan
pemasangan
112

waktu
interval.
Kondom/  Dapat  Tidak ada  Sebaiknya
Spermicid digunakan pengaruh pakai
al setiap saat terhadap kondom yang
pasca laktasi diberi pelican
persalinan  Sebagai cara
sementara
sambil
memilih
metode lain
Koitus  Dapat  Tidak ada  Beberapa
Interuptus/ digunakan pengaruh pasangan
Abstinensi setiap waktu terhadap tidak sanggup
a laktasi atau untuk
tumbuh abstinensi
kembang  Perlu
bayi konseling
 Abstinensia
 100% efektif
Kontrasep  Dapat  Tidak ada  Perlu anestesi
si mantap: dilakukan pengaruh local
Tubektom dalam 48 jam terhadap  Konseling
i pascapersalin laktasi atau harus sudah
an tumbuh dilakukan
 Jika tidak, kembang sewaktu
tunggu bayi asuhan
sampai 6  Minilaparato antenatal
minggu pasca mi pasca
persalinan persalinan
paling
mudah
dilakukan
dalam 48 jam
pasca
persalinan
Vasektomi  Dapat  Tidak segera  Merupakan
dilakukan efektif salah satu
setiap waktu karena perlu cara KB
paling sedikit untuk pria
20 ejakulasi
(±3 bulan)
sampai
benar-benar
steril

4. Manfaat KB
113

Manfaat KB Pasca Persalinan Menurut USAID (2011:4),

penggunaan KB pada perempuan postpartum dapat berdampak

signifikan pada:

a. Mengurangi angka kematian dan kesakitan pada ibu.

b. Mengurangi angka kematian dan kesakitan pada bayi.

c. Mencegah resiko atau kehamilan yang tidak diinginkan.

d. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan pada perempuan

mudan dan tua, ketika besarnya resiko kematian ibu dan bayi

e. Mengurangi kejadian aborsi, khususnya aborsi tidak aman.

f. Memungkinkan perempuan ntuk mengatur jarak kehamilan.

g. Mengurangi kasus penularan HIV/AIDS dari ibu ke janin.


114

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Antenatal Care

No reg : 16/22
Nama pengkaji : Rachmatiah, SST
Hari/Tanggal : 07 Agustus 2022
Waktu Pengkajian : 16.41 WIB

I. PENGKAJIAN

1. DATA SUBJEKTIF

a. Identitas

Nama ibu : Ny.D.A Nama Suami : Tn.I.V

Umur : 27 th Umur : 29 th

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMK Pendidikan : D3

Suku/Bangsa : Sunda Suku/Bangsa : Sunda

Alamat : Jl.Depkes II 02/07 Alamat : Jl.Depkes II 02/07


Alamat Kantor: -
b. Keluhan Utama No Hp : 0857 1970 3849

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu hanya akan memeriksakan

kehamilannya

c. Riwayat Kehamilan Sekarang

Kehamilan : Ibu mengatakan kehamilan kedua


115

HPHT : 20 – 12 - 2021 TP : 27 - 09 - 2021

Siklus Haid : 28 hari

Pergerakan Janin yang pertama kali : +/- Usia 16 minggu

Pergerakan Janin yang dirasakan dalam 24 jam terakhir : >10 kali

Tanda-tanda bahaya/penyulit : Tidak ada

Obat yang dikonsumsi (termasuk jamu) : Tidak

mengkonsumsi

Kekhawatiran-kekhawatiran khusus : Tidak ada

d. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu :

No Tgl/ Usia Jenis Tempat Penyulit Jenis BB Keadaan Nifas


Th Kehamilan Persali Persalina Kelamin /PB Anak
Lahir n an n
Anak /Penolon
g

1. 2018 Aterm N BPM/Bd - P 3.300gr/48cm Sehat Baik


2. 2021 Hamil ini - - - - - - -

e. Riwayat Kesehatan / Penyakit

Riwayat Kesehatan yang diderita sekarang /dulu : ibu mengatakan

tidak pernah menderita penyakit menular dan menahun.


116

Riwayat Kesehatan keluarga : Kedua orangtua tidak memiliki

Riwayat penyakit

f. Riwayat Pernikahan

Status Pernikahan: Suami yang ke : 1 (satu)

Istri yang ke : 1 (satu)

Lamanya Pernikahan : 5 tahun

g. Riwayat Psikososial

Respon ibu / keluarga terhadap kehamilan : Senang

Jenis kelamin yang diharapkan : Laki-laki

Bentuk dukungan keluarga : Menemani

periksa

Adat istiadat yang berhubungan dengan kehamilan : Tidak ada

Keputusan dalam keluarga : Suami dan

istri

Rencana persalinan

- Tempat ` : TPMB

- Penolong persalinan : Bidan

- Pendampingan persalinan : Suami

- Persiapan persalinan :Sudah

Dipersiapkan seperti pakaian, Dana, kendaraan, dll

h. Riwayat KB Terakhir

Jenis kontrasepsi : suntik 3

bulan
117

Lama Penggunaan : 1 tahun

i. Aktivitas sehari-hari

a. Nutrisi

Pola makan (frekuensi) : 3 x sehari

Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi, lauk, sayur,

buah, susu

Jenis Makanan yang tidak disukai : Tidak ada

Perubahan porsi makan : Meningkat

Alergi terhadap makanan (Jenis) : Tidak ada

b. Eliminasi

BAB Frekuensi : 1x sehari

Konsistensi : Lunak

BAK Frekuensi : 6 x sehari

Warna : Kuning jernih

c. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Tidur malam : Cukup

Tidur siang : Cukup

Masalah : Tidak ada

Aktivitas : Melakukan

pekerjaan

Rumah tangga

d. Kebiasaan Hidup Sehari-hari


118

Obat-obatan/Jamu : Tidak

mengkonsumsi

Alergi terhadap obat : Tidak ada

Merokok : Tidak sebagai

perokok Aktif dan pasif

Minuman beralkohol : Tidak

mengkonsumsi

NAPZA : Tidak

mengkonsumsi

e. Hubungan Seksual

Hubungan seks dalam kehamilan : 1 x dalam seminggu

Keluhan : Tidak ada

f. Personal Hygiene

Mandi : 2 x sehari

Ganti pakaian dalam dan luar : 3 x sehari

Irigasi Vagina : Tidak dilakukan

2. DATA OBJEKTIF

a. Keadaan Umum

1) Kesadaraan : Composmentis

2) Ekspresi Wajah : Senang

3) Keadaan Emosional : Stabil


119

4) Lila : 26 cm

5) Berat Badan

BB Sebelum hamil : 53kg

BB Sekarang : 80kg

6) Tinggi Badan : 157 cm

53 kg
7) IMT : = 21,5/ideal
157 M ²

b. Tanda vital

1) Tekanan darah : 110/70 mmhg

2) Nadi : 81x/m

3) Suhu : 36,50C

4) Pernafasan : 22x/m

c. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

(a) Kepala

Rambut : Bersih

Kontriksi rambut : Kuat

Distribusi Rambut : Merata, Tebal

(b) Muka

Kloasma gravidarum : Tidak ada

Oedema : Tidak

Pucat/Tidak : Tidak

(c) Mata
120

Kelopak mata : tidak ada oedema

Palpebral, tidak lesi,

Tidak ada kelainan

Konjungtiva : merah muda

Screla : putih

(d) Hidung

Pengeluaran : Tidak ada

Polip : Tidak ada

(e) Telingga

Pengeluaran : Tidak ada

Kondisi : Bersih,Tidak ada

serumen

(f) Mulu/Gigi

Gusi : Tidak berdarah

Stomatitis : Tidak ada

Caries : Tidak ada

(g) Dada

Payudara : Bentuk simetris

Puting Susu : Bersih, menonjol

Areola : Hiperpigmentasi

(h) Ekstremitas

Ektremitas Atas

Telapak tangan ka/ki : Tidak pucat


121

Kuku : Tidak

kuning,kebiruan,

Ektremitas Bawah

Kuku : Tidak

kuning,kebiruan

(i) Perut

Bekas luka oprasi : Tidak ada

Bentuk Perut : Memanjang

Strie : Tidak ada

(j) Genitalia : tidak dilakukan

pemeriksaan

2) Palpasi

(a) Kepala : tidak ada benjolan

(b) Leher

Vena jugularis : tidak ada

pembesaran

Kelenjar getah bening : tidak ada

pembesaran

Kelenjar tiroid : tidak ada

pembesaran

(c) Dada

Mammae : simetris
122

Massa : tidak ada

Konsistensi : lunak

Pengeluaran Colostrum : Tidak ada

(d) Perut

Bekas luka operasi : Tidak ada

Kontraksi : Tidak ada

TFU (Mc Donald) : 28 cm

PALPASI SECARA LEOPOLD

Leopold I : TFU : 3 jari dibawah

Procxypoideus

teraba bagian besar

janin, agak bulat,

lunak, dan tidak

melenting (bokong)

Leopold II

Puka : teraba bagian

memanjang, keras

seperti papan

(punggung).

Puki : Teraba bagian kecil

janin (Ekstremitas

janin)
123

Leopold III : teraba bagian besar

janin, bulat, keras, dan

tidak melenting (kepala)

kepala sudah masuk

PAP

Leopold IV : Tangan Divergen

(teraba 4/5 bagian).

Perhitungan taksiran berat janin

TBJ : (TFU-12)x155 =

(28–12) x 155 = 20 x

155

TBJ : 2480gram

Auskultasi :

DJJ

Puntum maksimum : terdengar jelas disatu titik,

Tempat : Kuadrat kiri bawah

Frekuensi : 145 x/menit/Teratur

Dada

Paru – paru

Wheezing : tidak ada

Ronchi : tidak ada

Jantung

Irama : teratur
124

Frekuensi : 84 x/m

Intensitas : kuat

(e) Ekstremitas

Oedema

- Tangan kanan/kiri : tidak ada

- Kaki kanan/kiri : tidak ada

Varices kanan/kiri : tidak ada

Turgor Kulit baik, kembali dalam waktu 1-2 detik setelah

ditekan

(f) Punggung

Bentuk : Normal

3) Perkusi

(a) Pinggang : CVAT negatif

(b) Kaki ka/ki : reflek patela positif

d. Pemeriksaan Penunjang

tanggal : 1 Januari 2021

a) Darah

Hb : 11,8gram

GDS : 110 gr/dl

HIV : Non Reaktif

HbsAg : Non Reaktif

Golongan darah : B Rh (+)

SIFILIS : Non Reaktif


125

b) Urine

protein urine : Non Reaktif

c) Pemeriksaan USG

Dilakukan Tanggal 5 juli 2022 dengan hasil jenis kelamin laki-

laki, posisi janin normal, tidak terlilit tali pusat, air ketuban

banyak.

II. ANALISA

G2P1A0 hamil 35 minggu

Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala.

III. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 07 Agustus 2022 jam : 16.41

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan kondisi ibu saat ini

dalam batas normal, hasil pemeriksaan usia kehamilan ibu saat

ini 35 minggu, dan tapsiran persalinan ibu tanggal 27 Agustus

2022. Ibu mengerti.

2. Memberitahu ibu agar tetap mengkonsumsi makanan yang

bergizi seimbang seperti sayur, lauk pauk, Susu dan buah. Ibu

bersedia mengkonsumsi.

3. Memberitahu ibu agar istirahat yang cukup, Minimal 7 jam

dimalan hari dan 2 jam di siang hari. Ibu mengerti.

4. Memberitahu ibu agar selalu menjaga personal hygiene nya.

Ibu mengerti.
126

5. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan

trimester III seperti sakit kepala hebat, pandangan mata kabur,

edema wajah, dan ektremitas, nyeri ulu hati yang hebat,

kurangnya pergerakan janin, dan keluar darah banyak dari

kemaluan. Ibu mengerti.

6. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan, seperti mulas

yang sudah sering dan teratur, keluar lendir darah dan keluar

air-air. (Ibu mengerti).

7. Memberikan terapi obat Vit Fe 1x1,Vit kalsium1x1,vit B1 2x1

dan menganjurkan ibu untuk konsumsi redokson.Ibu bersedia

8. Menjadwalkan kunjungan ulang pada tanggal 23 Agustus 2022.

Ibu bersedia kunjungan ulang.

KUNJUNGAN KE II ANC

Tanggal : 23 Agustus 2022

Jam : 16.41 WIB

S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu hanya akan memeriksakan

kehamilannya

O : keadaan umum :

Kesadaraan : Composmentis

Ekspresi Wajah : Senang

Keadaan Emosional : Stabil


127

Berat Badan : 80kg

Tekanan darah : 110/80 mmhg

Nadi : 82x/m

Suhu : 36,70C

Pernafasan : 21x/m

Palpasi :

Bekas luka operasi : Tidak ada

Kontraksi : Tidak ada

TFU (Mc Donald) : 32 cm

PALPASI SECARA LEOPOLD

Leopold I : TFU : 3 jari dibawah

Procxypoideus teraba

bagian besar janin, agak

bulat, lunak, dan tidak

melenting (bokong)

Leopold II

Puka : teraba bagian memanjang,

keras seperti papan

(punggung).

Puki : Teraba bagian- bagian kecil

janin (Ekstremitas janin )

Leopold III : teraba bagian besar janin,

bulat, keras, dan tidak


128

melenting (kepala)kepala

sudah masuk PAP

Leopold IV : Tangan Divergen (teraba 4/5

bagian).

Perhitungan taksiran berat janin

TBJ : (TFU-12)x155 = (32–12) x

155 = 20 x 155

TBJ : 3100gram

Auskultasi :

DJJ

Puntum maksimum : terdengar jelas disatu titik,

Tempat : Kuadrat kiri bawah

Frekuensi : 145 x/menit/Teratur

Dada

Paru – paru

Wheezing : tidak ada

Ronchi : tidak ada

Jantung

Irama : teratur

Frekuensi : 84 x/m

Intensitas : kuat

IV. ANALISA

G2P1A0 hamil 37 minggu


129

Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala.

V. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 23 Agustus 2022 jam : 16.41

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan kondisi ibu saat ini

dalam batas normal, hasil pemeriksaan usia kehamilan ibu saat

ini 37 minggu, dan tapsiran persalinan ibu tanggal 27 Agustus

2022. Ibu mengerti.

2. Memberitahu ibu agar tetap mengkonsumsi makanan yang

bergizi seimbang seperti sayur, lauk pauk, Susu dan buah. Ibu

bersedia mengkonsumsi.

3. Memberitahu ibu agar istirahat yang cukup, Minimal 7 jam

dimalan hari dan 2 jam di siang hari. Ibu mengerti.

4. Memberitahu ibu agar selalu menjaga personal hygiene nya.

Ibu mengerti.

5. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan

trimester III seperti sakit kepala hebat, pandangan mata kabur,

edema wajah, dan ektremitas, nyeri ulu hati yang hebat,

kurangnya pergerakan janin, dan keluar darah banyak dari

kemaluan. Ibu mengerti.

6. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan, seperti mulas

yang sudah sering dan teratur, keluar lendir darah dan keluar

air-air. (Ibu mengerti).


130

7. Memberikan terapi obat Vit Fe 1x1,Vit kalsium1x1,vit B1 2x1

dan menganjurkan ibu untuk konsumsi redokson.Ibu bersedia

8. Menjadwalkan kunjungan ulang pada tanggal 30 Agustus

2022. Ibu bersedia kunjungan ulang.

B. DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL CARE

Nama Pengkaji : Rachmatiah, SST

Tanggal/Waktu : 05 – 09 - 2022 /21.00 WIB

Tepat pengkajian : BPM Rachmatiah, SST

I. PENGKAJIAN

1. DATA SUBJEKTIF

Anamnesa pada tanggal : 05 – 09 - 2022 Pukul : 21.00 WIB

Oleh : Rachmatiah, SST

a. Keluhan utama saat masuk :

Ibu mengeluh sudah keluar lendir darah dan mules sejak pukul

16.00, belum keluar air-air.

b. Tanda-tanda persalinan

Mules: Iya, sejak tanggal: 05 – 09 - 2022,Pukul : 16.00 WIB

Frekuensi : 2x / 10 menit / Sering

Lokasi ketidak nyamanan : Nyeri di pinggang

Pengeluaran pervaginam

Darah lendir : Sudah ada


131

Air ketuban : jumlah: - warna : - bau : -

Darah : Tidak ada

c. Riwayat kehamilan sekarang HPHT : 20 – 11- 2021

HPL : 27 – 08 - 2022

d. ANC : >4 kali

Tempat : BPM, oleh : Bidan

Kelainan/gangguan : Tidak ada

e. Riwayat imunisasi TT : Lengkap

f. Pergerakan janin dalam 24 jam : Aktif, >10 kali

g. Makan dan minum terakhir : Pukul 17.00 WIB

h. BAB/BAK terakhir : BAB : 08.00 WIB, BAK :

20.45 WIB

i. Istirahat/tidur : Cukup ( 6 jam malam hari, 1

jam siang hari )

2. DATA OBJEKTIF

1. Keadaan Umum

Kesadaraan : Composmentis

Keadaan : Baik

Keadaan Emosional : Stabil

Tanda vital

Tekanan darah : 110/80 mmhg

Nadi : 80x/m
132

Suhu : 36,70C

Pernafasan : 22x/m

2. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

(a) Kepala

Rambut : Bersih

(b) Muka

Kloasma gravidarum : Tidak ada

Oedema : Tidak

Pucat/Tidak : Tidak

(c) Mata

Kelopak mata : tidak ada oedema palpebra, tidak

lesi,

tidak ada kelainan

Konjungtiva : merah muda

Screla : putih

(d) Hidung

Pengeluaran : Tidak ada

Polip : Tidak ada

(e) Dada

Payudara : Bentuk simetris

Puting susu : Bersih,menonjol

Areola : Hiperpigmentasi
133

(f) Ekstremitas

Ektremitas Atas

Telapak tangan ka/ki : Tidak pucat

Kuku : Tidak kuning,kebiruan,

Ektremitas Bawah

Kuku : Tidak kuning,kebiruan

(g) Perut

Bekas luka oprasi : Tidak ada

Kontraksi : ada

(h) Genitalia

Vagina : pengeluaran lendir bercampur darah

Anus : Tidak ada haemoroid

2) Palpasi

(a) Perut

Leopold I : teraba bagian bsar janin, agak

bulat, lunak, dan tidak melenting

(bokong) TFU 34 cm.

TFU : Setinggi procxypoideus

Leopold II

Puka : teraba bagian memanjang, keras

seperti papan (punggung).

Puki : Teraba bagian- bagian kecil janin


134

(Ekstremitas janin )

Leopold III : teraba bagian bulat, keras, dan

tidak melenting di bagian (kepala)

Teraba 4/5 bagian

Leopold IV : bagian terbawah janin sudah masuk

pintu atas panggul dan tidak dapat

digerakkan (Divergen).

Perhitungan taksiran berat janin

TBJ : (TFU-12)x155 = (34–12)x 155 =

20 x 155

TBJ : 3410 gram

Auskultasi :

DJJ

Puntum maksimum: Terdengar jelas di satu titk, 3 jari

dibawah pusat sebelah sebelah kiri.

Frekuensi : 140 x/menit / Teratur

Irama : Teratur

(b) Ekstremitas

Oedema

- Tangan kanan/kiri : tidak ada

- Kaki kanan/kiri : tidak ada

Varices kanan/kiri : tidak ada

Turgor Kulit baik, kembali dalam waktu 1-2 detik setelah ditekan
135

(c) Genitalia

Vagina : Normal

Portio : Tebal Lunak

Pembukaan : 4cm

Ketuban : Utuh

Persentasi : Kepala

Penurunan : Hodge II

Molase : Tidak ada

Posisi : UUK Depan

Kesan panggul : Normal

Pelepasan : Lendir darah

3) Perkusi

(a) Kaki ka/ki : reflek positif

3. Pemeriksaan Penunjang

(a) Labotorium : Tidak dilakukan

(b) USG : Tidak dilakukan

II. ANALISA

G2P1A0 Hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif

Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala

III. PENATALAKSANAAN

Tanggal :05 – 09 - 2022 Jam : 21.00 WIB


136

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan ibu dan bayi dalam

keadaan baik dengan usia kehamilan 38 minggu, pembukaan 4

cm, ketuban masih utuh, djj bayi normal, TD: 110/80 MmHg.

Ibu mengerti.

2. Menganjurkan ibu untuk relaksasi, tidur dengan posisi miring

ke kiri, dan memberitahu ibu untuk tidak mengejan dahulu

sebelum pembukaan lengkap. Ibu mengerti.

3. Memberitahu ibu agar tetap memenuhi nutrisinya untuk sumber

tenaga saat meneran. Ibu mengerti.

4. Menghadirkan pendamping untuk ibu. Suami sudah

mendampingi.

5. Memberikan support dan motivasi kepada ibu, sehingga ibu

merasa diperhatikan dan lebih bersemangat dalam menjalani

proses persalinan.

6. Melakukan observasi TTV, HIS, DJJ, dan kemajuan persalinan.

7. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan.

LEMBAR OBSERVASI

Jam TD N Rr S DJJ HIS VT Ulang


2x10'35 port tebal lembut, f 4cm, ket.
21.00 110/80 80 22 36,7 140
" + prekep,H-II,3/5 Bagian
3x10'35
21.30
  136 "  
137

3x10'35
22.00   142
"  
3x10'35
22.30   134
"  
3x10'40
23.00   145
"  
4x10'40
136
23.30 "  
4x10'40
24.00
  148 "  
4x10'40
00.30   145
"  
4x10'45 portio Tipis lunak f 8cm,
01.00 100/70 82 18 36,5  145
" Ket +H-II-III,
4x10'45
01.30 147  
"
5x10'50 portio tdk teraba ,f10cm Ket-
02.00   149
" prekep,HIII+,0/5 bagian

SOAP KALA I

Tanggal : 05 – 09 - 2022

Jam : 21.00 WIB

S : Ibu mengatakan sudah keluar lendir darah dan mules mules sejak jam

16.00 WIB

O : Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Emosional : Stabil

TTV

TD : 110/80 mmHg

N : 86 x/menit

Rr : 24 x/menit

S : 36,7oC
138

DJJ : 148 x/menit / Teratur

His : 2x10’35” / Sedang

VT :

Vagina : Normal

Portio : Tebal Lunak

Pembukaan : 4cm

Ketuban : Utuh

Persentasi : Kepala

Penurunan : Hodge II

Molase : Tidak ada

Posisi : UUK Depan Denominator

Kesan panggul : Normal

Pelepasan : Lendir darah

A : G2P1A0 hamil 38 minggu inpartu kala I fase aktif

janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala

P :

Tanggal: 05 – 09 - 2021 Jam : 21.00 WIB

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dan

bayi dalam keadaan baik dengan DJJ : 132 x/menit,

pembukaan 4 cm, dan ketuban negative, kecuali TD :

110/80 mmHg. Ibu mengerti

2. Mengajarkan ibu teknik relaksasi yang baik dan benar. Ibu

mengerti.
139

3. Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring ke kiri

agar kepala bayi semakin turun.Ibu mengerti.

4. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap memenuhi

nutrisinya disela-sela his sebagai sumber tenaga ketika

meneran. Ibu mengerti.

5. Memberitahu ibu agar tidak menahan BAK karena akan

memperlambat proses turunnya kepala.Ibu mengerti.

6. Melakukan observasi TTV, His, DJJ, dan kemajuan

persalian. Sudah dilakukan

7. Memberitahu ibu dan keluarga hasil observasi semuanya

baik

8. Mengajarkan ibu tehnik meneran yang baik dan benar.Ibu

mengerti.

9. Memberikan dukungan motivasi kepada ibu untuk

menghadapi proses persalinannya.

10. Melakukan observasi TTV, His, DJJ, dan kemajuan

persalinan.

11. Menyiapkan partus set dan hecting set. Alat sudah siap.

12. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan.

Pendokumentasian sudah dilakukan

SOAP KALA II

Tanggal : 06 September 2022


140

Jam : 02.00 WIB

S : Ibu mengatakan sudah ada rasa ingin meneran

O : Keadaan Umum : Baik

TTV : TD: 110/70mmHg, N: 76x/menit,

R: 22x/menit, S : 36,8oC

HIS : 4x10’45” / kuat

DJJ : 148x/menit / Teratur

Inspeksi : Adanya tekanan pada anus, vulva membuka,

dan perineum menonjol

Periksa Dalam

Vagina : Normal

Portio : Tidak teraba

Pembukaan : 10 cm

Ketuban : Negatif

Presentasi : Kepala

Penurunan : H III+

Posisi : UUK depan

Moulage : Tidak ada

Kesan Panggul : Normal

Pelepasan : Lendir Darah

A : G2P0A0 hamil 38 minggu partus kala II

Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala


141

P :

Tanggal : 06 September 2022 Jam : 02.00 WIB

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dan bayi

dalam keadaan baik dengan DJJ : 132 x/menit, his 4x10’45”,

pembukaan 10 cm, ketuban negative, kecuali TD ibu masih tinggi

110/70 mmHg. Ibu mengerti.

2. Melakukan TTV, His, DJJ. Sudah dilakukan

3. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

oksitosin; Alat pertolongan telah lengkap, ampul oksitosin telah

dipatahkan dan spuit berisi oksitosin telah dimasukkan ke dalam

partus set.

4. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa pembukaan

sudah lengkap dan mempersilakan ibu untuk mengejan diwaktu his

kuat. Ibu mengerti.

5. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman untuk melahirkan; Ibu

memilih posisi ibu setengah duduk (semi fowler).

6. Mengingatkan ibu kembali teknik meneran yang baik dan benar.ibu

mengerti.

7. Memberitahu suami agar tetap memenuhi nutrisi ibu disela-sela

his.Suami mengerti.

8. Meletakkan kain diatas perut ibu, menggunakan celemek, mencuci

tangan dan menggunakan sarung tangan steril pada kedua tangan,

mengisi spuit dengan oksitosin dan memasukannya kembali dalam


142

partus set kemudian memakai sarung tangan steril pada tangan

satunya.

9. Membimbing ibu untuk meneran ketika ada dorongan yang kuat

untuk meneran; Ibu meneran ketika ada kontraksi yang kuat.

10. Memberikan pujian kepada ibu karena sudah meneran dengan baik

dan benar.

11. Meletakkan duk steril yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.

12. Melindungi perineum ibu ketika kepala bayi tampak dengan

diameter 5-6 cm membuka vulva dengan satu tangan yang dilapisi

dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala

bayi untuk menahan defleksi dan membantu lahirnya kepala sambil

menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat

dangkal.

13. Mengecek ada lilitan tali pusat,menunggu hingga kepala janin

selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan, tidak ada lilitan

tali pusat

14. Memegang secara bipariental. Dengan lembut menggerakan kepala

kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus

pubis dan kemudian sanggah susur.Bayi lahir spontan pervaginam

pukul 2.30 WIB bayi segera menangis, warna kulit kemerahan, tonus

otot aktif, jenis kelamin laki-laki, A/S : 8/10

15. Lap muka bayi dengan kasa, meletakkan bayi diatas perut ibu,

melakukan penilaian selintas bayi baru lahir, sambil Mengeringkan


143

tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali

bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Mengganti handuk

basah dengan handuk/kain yang kering.

Kala III

Tanggal : 06 september 2022

Jam : 02.30 WIB

S : Ibu merasakan mulas pada perutnya

O :Pemeriksaan Umum Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, TD :

100/70 MmHg

Pemeriksaan fisik Abdomen : TFU : sepusat, kontraksi baik. Kandung

Kemih : Kosong

Genitalia : sudah terlihat tanda – tanda pelepasan plasenta.

Bayi lahir spontan segera menangis 02.30 WIB JK : Lk , A/S 8 /

A : Diagnosis : P2A0 inpartu kala III

P : Tanggal : 06 September 2022 Jam : 02.30 WIB

1. Memeriksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi lagi dalam uterus;

Tidak ada bayi kedua dalam uterus

2. Melakukan manajemen aktif kala III, memberitahu ibu bahwa ibu

akan disuntikkan oksitosin agar rahim berkontraksi dengan baik. Ibu

bersedia untuk disuntik oksitosin.

3. Menyuntikan oksitosin 1 menit setelah bayi lahir 10 intra unit IM di

1/3 paha kanan atas bagian distal lateral

4. Menjepit tali pusat dengan jepitan umbilical set lalu klem dan potong.
144

5. Meletakan bayi pada dada ibu IMD (selama 1 jam) dan menganjurkan

ibu untuk memperhatikan jalan nafasnya Ibu mengerti

6. Memindahkan Klem tali pusat 5-10cm didepan vulva vagina.

7. Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT). Tali pusat

bertambah panjang.

8. Melahirkan plasenta, plasenta lahir spontan pukul 02.40 Wib

9. Melakukan masese Fundus/uterus.

10. Memeriksa kelengkapan plasenta untuk memastikan bahwa seluruh

kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan memasukan

plasenta kedalam tempat yang tersedia.

11. Evaluasi adanya robekan vagina sampai perineum,jika ditemukan

hekting

12. Melanjutkan kala IV untuk observasi tanda-tanda vital pasien.

SOAP KALA IV

Tanggal : 06 September 2022

Jam : 02.40 WIB

S : Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya dan ibu masih merasakan mules

pada perutnya.

O:

1. Pemeriksaan Umum: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.

Tanda-tanda Vital tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit,

pernafasan 23 x/menit, suhu 36,7°C.

2. Pemeriksaan fisik:
145

Payudara : Puting susu ibu menonjol, tampak pengeluaran ASI, dan

konsistensi payudara tegang berisi.

Abdomen : Tinggi fundus uteri ibu setinggi 1 jari bawah pusat, kontraksi

rahim baik dengan konsistensi yang keras serta kandung kemih

teraba kosong.

Genitalia : pengeluaran darah 80cc.

A: Diagnosis : P2A0 inpartu kala IV

P:

Tanggal 06 September 2022

1. Melakukan pemeriksaan pada jalan lahir untuk melihat ada laserasi

atau tidak.

2. Melakukan evaluasi perdarahan kala III perdarahan ± 80cc

3. Merapihkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk didekontaminasi 10 menit.

4. Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan

perdarahan, Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu

36,7℃, TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik.

5. Memeriksa TFU ibu, yaitu TFU ibu 2 jari di bawah pusat. KU baik,

Kesadaran Komposmentis, TD 110/70 mmHg, Suhu 36,7C, Nadi

82x/menit, respirasi 23x/menit, perdarahan 30cc.

6. Membersihkan ibu dan bantu ibu merapihkan pakaian.

7. Melakukan pemanatauan TTV, Perdarahan, kandung kemih,

Kontraksi uterus, TFU, 4x setiap 15 menit pada jam pertama, dan


146

setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan, dan hasilnya

kontraksi uterus ibu baik, TFU dlm batas normal, kontraksi baik,

kandung kemih kosong.

8. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan jangan banyak pikiran.

9. Memberikan makanan dan minuman kepada ibu untuk menggantikan

cairan yang hilang selama persalinan,dan ibu sudah mau minum serta

makan.

10. Melengkapi partograf.

Tabel Pemantauan Kala IV

Wakt Kandung
TD Nadi T TFU UC Perd
u Kemih
110/70 80 36,7 1 jari ± 25
02.40 baik Kosong
mmHg x/menit 0C bwh pst cc
110/80 82 1 jari ± 25
02.55 baik Kosong
mmHg x/menit - bwh pst cc
110/70 82 1 jari ± 20
03.10 baik Kosong
mmHg x/menit - bwh pst cc
110/80 80 2 jari ± 20
03.25 baik Kosong
mmHg x/menit - bwh pst cc
120/70 80 36,6 2 jari ± 15
03.55 baik Kosong
mmHg x/menit 0C bwh pst cc
120/80 80 2 jari ± 10
04.25 baik Kosong
mmHg x/menit - bwh pst cc
147

C. DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN POST NATAL CARE

Nama Pengkaji : Rachmatiah, SST

Tanggal/Waktu : 06 September 2022/10.40 WIB

Tepat pengkajian : BPM Rachmatiah, SST

I. PENGKAJIAN

1. DATA SUBJEKTIF

a. Identitas

Anamnesa pada tanggal : 06 September 2022 Pukul : 10.40 WIB

b. Keluhan utama pada saat masuk

Ibu merasakan masih mulas dan nyeri pada luka jahitannya

c. Antenatal

Pemeriksaan di : BPM

Kelainan/komplikasi : tidak ada

Usia kehamilan : 38 minggu

Para :2

d. Persalinan

Persalinan lahir tanggal : 06 September, Jam: 02.30 WIB

Jenis kelamin : Laki-laki, BB 3.150 gram, TB: 48

cm

Perdarahan kala III : 200 ml

Perdarahan kala IV : 150 ml

Perdarahan Total : 350 ml


148

Perdarahan selama operasi : - ml

Jenis persalinan : Spontan

Placenta : Spontan

Perineum : Ruptur grade II

Anestesi : Lydocain

Jahitan : Delujur

Infus cairan : - ml

Tranfusi darah : - ml

e. Pola Eliminasi

BAK : 3x dalam 6 jam setelah persalinan

BAB : Sudah BAB dalam 6 jam persalinan

2. DATA OBJEKTIF

1) Keadaan Umum

Kesadaraan : Composmentis

Keadaan : Baik

Keadaan Emosional : Stabil

Tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmhg

Nadi : 84x/m

Suhu : 36,70C

Pernafasan : 24x/m
149

2) Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

(a) Muka

Pucat/Tidak : Tidak

(b) Mata

Konjungtiva : merah muda

Screla : putih

(c) Telinga

Serumen : tidak ada

Cairan : tidak ada

(d) Hidung

Pengeluaran : Tidak ada

Polip : Tidak ada

(e) Dada

Payudara : Bentuk simetris

Puting susu : Bersih, menonjol

Areola : Hiperpigmentasi

(f) Ekstremitas

Telapak tangan ka/ki : Tidak pucat

(g) Genitalia

Lochea : Perdarahan +/- 1 pembalut

Vulva : Tidak ada kelainan

Perineum : Ruptur grade II


150

Penyembuhan luka : Baik, masih basah

Palpasi

(a) Leher

Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada

(b) Dada

Pengeluaran : colostrum ASI

Benjolan : Tidak ada

(c) Perut

TFU : 2 jari dibawah pusat

Kontraksi : Baik

Kandung kemih : Kosong

(d) Ekstremitas

Oedema

Tangan kanan/kiri : tidak ada

Kaki kanan/kiri : tidak ada

Turgor Kulit baik, kembali dalam waktu 1-2 detik setelah ditekan

3) Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium : Tidak dilakukan

II. ANALISA

P2A0 Postpartum 6 jam


151

III. PLANNING

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam

keadaan baik dengan TD: 120/80 mmHg, N: 84 x/menit, R: 24

x/menit, S: 36,7oC, kontraksi baik, Ibu mengerti.

2. Memberitahu ibu bahwa mulesnya saat ini adalah hal yang wajar

karena pemulihan rahim ke bentuk semula dan juga harus teraba

bulat dan keras agar tidak terjadi perdarahan, nyeri pada luka

jahitan ibu juga hal yang wajar karena luka jahitan ibu masih

basah.Ibu mengerti.

3. Memberitahu ibu agar selalu menjaga personal hygiene nya yaitu

mengganti pembalut setiap habis BAB/BAK atau jika sudah

merasa tidak nyaman. Ibu mengerti.

4. Memberitahu ibu untuk tetap mengkonsumsi makan makanan

bergizi dan cukup air putih.Ibu mengerti.

5. Memberitahu ibu untuk cukup istirahat. Ibu mengerti.

6. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi. Ibu bersedia.

7. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI dini untuk bayinya. Ibu

bersedia.

8. Menjelaskan manfaat ASI dini untuk bayinya.ibu mengerti.


152

NIFAS 6 HARI

Tanggal : 13 – 09 - 2022

Jam : 18.45 WIB

S: Ibu mengatakan tidak ada keluhan

O: Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Emosional : Stabil

Tanda Vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Denyut nadi : 78 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,8oC

pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Muka : Tidak oedem

Mata

Konjungtiva : merah muda

Sklera : putih

Dada (Mamae)

Putting Susu : Menonjol

Simetris : Iya

Ekstermitas

Varices : Tidak ada


153

Genetalia

Lochea : Sanguilenta

Palpasi

Dada (Mamae)

Pengeluaran : ASI banyak

Pembengkakan : Tidak ada

Perut

TFU : Pertengahan pusat simfisis

Kontraksi : Baik

Kandung Kemih : Tidak penuh

Ekstremitas

Tangan Ka/ki

Edema : Tidak ada

Kaki ka/ki

Edema : Tidak ada

Genetalia

Perineum : basah

Anus : Tidak haemoroid

Auskultasi : Tidak dilakukan

Perkusi

Refleks Patella : Ka/ki positif

A: P2A0 Nifas 6 hari

P: Tanggal: 13 – 09 - 2022 Jam: 18.45 WIB


154

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan

baik dengan TD: 110/80 mmHg, N: 78 x/menit, Rr: 20 x/menit, S:

36,8oC, kontraksi baik, TFU pertengahan pusat simfisis. Ibu mengerti.

2. Memberitahu ibu agar tetap menjaga personal hygienenya yaitu dengan

mengganti pembalut setelah BAB/BAK atau jika sudah merasa tidak

nyaman. Ibu mengerti.

3. Memberitahu agar tetap mengkonsumsi makanan bergizi dan cukup air

putih. Ibu mengerti.

4. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap memberikan ASI Eksklusif

kepada bayinya tanpa tambahan makanan apapun selama 6 bulan. Ibu

mengerti.

5. Memberitahu ibu cara menyusui yang baik dan benar. Ibu mengerti.

6. Memberitahu ibu cara perawatan payudara. Ibu mengerti.

7. Menjadwalkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 20 – 09 - 2022

dan atau apabila ada keluhan. Ibu bersedia untuk datang kunjungan

ulang.

NIFAS 2 MINGGU

Tanggal : 20 – 09 - 2022

Jam : 16.10 WIB

S: Ibu mengatakan tidak ada keluhan

O: Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Emosional : Stabil


155

Tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Denyut nadi : 74 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,7oC

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Muka : Tidak oedem

Mata

Konjungtiva : merah muda

Sklera : putih

Dada (Mamae)

Puting Susu : Menonjol, Tidak lecet

Simetris : Iya

Ekstermitas

Varices : Tidak ada

Genetalia

Lochea : Serosa

Palpasi

Dada (Mamae)

Pengeluaran : ASI banyak

Pembengkakan : Tidak ada

Perut
156

TFU : Tidak teraba

Kandung Kemih : Tidak penuh

Ekstremitas

Tangan Ka/ki

Edema : Tidak ada

Kaki kaki

Edema : Tidak ada

Genetalia

Perineum : kering

Anus : Tidak haemoroid

Auskultasi : Tidak dilakukan

Perkusi

Refleks Patella : Ka/ki positif

A: P2A0 Nifas 2 minggu

P: Tanggal: 20- 09- 2022 Jam : 16.10 WIB

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan

baik dengan TD: 120/80 mmHg, N: 74 x/menit, Rr: 20x/menit, S:

36,7oC, TFU tidak teraba.Ibu mengerti.

2. Memberitahu ibu agar tetap menjaga personal hygienenya yaitu denga

mengganti pembalut setelah BAB/BAK atau jika sudah merasa tidak

nyaman. Ibu mengerti.

3. Mengingatkan ibu kembali agar tetap mengkonsumsi makanan bergizi

dan tidak ada pantangan makanan.Ibu mengerti.


157

4. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda-tanda bahaya nifas. Ibu

mengerti.

5. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap memberikan ASI Eksklusif

kepada bayinya tanpa tambahan makanan apapun selama 6 bulan. Ibu

mengerti.

6. Mengingatkan ibu untuk terus menjaga personal hyigenennya.Ibu

mengerti

7. Memberikan konseling KB dan menjelaskan apa saja KB yang cocok

untuk ibu selama menyusui. Ibu mengerti.

8. Memberitahu ibu, untuk melakukan pemeriksaab kembali pada

tanggal 19 – 10- 2022. Ibu bersedia

KUNJUNGAN RUMAH NIFAS 6 MINGGU

Tanggal : 19 – 10 - 2022

Jam : 10.30 WIB

S: Ibu mengatakan tidak ada keluhan

O: Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Emosional : Stabil

Tanda Vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Denyut nadi : 81 x/menit

Pernapasan : 19 x/menit

Suhu : 36,8oC
158

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Muka : Tidak oedem

Mata

Konjungtiva : merah muda

Sklera : putih

Dada (Mamae)

Putting susu : Menonjol

Simetris : Iya

Ekstermitas

Varices : Tidak ada

Genetalia

Lochea : Tidak ada

Palpasi

Dada (Mamae)

Pengeluaran : ASI banyak

Pembengkakan : Tidak ada

Perut

TFU : Tidak teraba

Ekstremitas

Tangan Ka/ki

Edema : Tidak ada

Kaki kaki
159

Edema : Tidak ada

Genetalia

Perineum : kering

Anus : Tidak haemoroid

Auskultasi : Tidak dilakukan

Perkusi

Refleks Patella : Ka/ki positif

A: P2A0 Nifas 6 minggu

P: Tanggal : 19 – 10 – 2022 Jam : 10.30 WIB

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan

baik dengan TD: 110/80 mmHg, N: 81 x/menit, Rr: 19 x/menit, S:

36,8oC, TFU tidak teraba. Ibu mengerti.

2. Mengingatkan ibu agar tetap mengkonsumsi makanan bergizi dan

cukup air putih. Ibu mengerti

3. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap memberikan ASI Eksklusif

kepada bayinya tanpa tambahan makanan apapun selama 6 bulan. Ibu

mengerti.

4. Mengingatkan ibu cara menyusui yang baik dan benar dan menyusui

bayinya sesering mungkin. Ibu mengerti.

5. Mengingatkan ibu kembali cara perawatan payudara. Ibu mengerti.

6. Mengingatkan ibu kembali untuk terus menjaga kebersihan

7. Mengingatkan ibu kembali untuk menggunakan KB. Ibu berpikir

untuk menggunakan KB suntik 3 bulan


160

D. DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS

Nama Pengkaji : Septi Marantika

Tanggal/Waktu : 06 – 09 - 2022 /02.30 WIB

Tepat pengkajian : BPM Rachmatiah

I. PENGKAJIAN

1. DATA SUBJEKTIF

a. Identitas

Nama : By.Ny.D.A

Tgl/Jam/ Lahir : 06 – 09 - 2022 /02.30 WIB

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Anamnesa pada tanggal: 06 – 09 - 2022, Pukul: 02.30 WIB

b. Pada Ibu

1) Riwayat Kehamilan Sekarang

Keluhan

Trimester I : Tidak ada keluhan

Trimester II : Tidak ada keluhan

Trimester III : Ibu mengatakan nyeri pinggang, sakit kepala dan

sedikit sesak

2) Riwayat penyakit dalam kehamilan

Kardiovaskuler : Tidak ada

3) Riwayat komplikasi kehamilan

Pendarahan : Tidak ada


161

Preeklampsia : Tidak ada

Eklampsia : Tidak ada

Lain-lain : Tidak ada

4) Riwayat Persalinan Sekarang

Jenis Persalinan : Normal

Ditolong Oleh : Bidan

Lama Persalinan : 11 jam, 40 menit

Kala I : 11 Jam 00 menit

Kala II : Jam, 30 Menit

Kala III : - Jam, 10 Menit

Jumlah air ketuban : +/- 1.000 cc

Komplikasi Persalinan : Tidak ada

2. DATA OBJEKTIF

1) Pemeriksaan Umum

Suhu : 36,60cc

Pernafasan : 42x/menit

Nadi : 140x/menit

Keaktifan : Aktif

Tangisan : Kuat

2) Antropometri

Lingkar Kepala : 32cm

Lingkar Dada : 31cm


162

Lingkar perut : 31

Lingkar Lila : 11cm

Berat Badan : 3150 gram

Panjang Badan : 49 cm

3) Pemeriksaan Fisik Secara Sistematis

a) Kepala : Tidak ada cepal hematoma, tidak ada caput

succedeneum

b) Muka : Simetris, tidak ada edema, tidak ada down sindrom

c) Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih

d) Hidung : Simetris, terdapat 2 lubang, tidak ada cuping

hidung

e) Mulut : Tidak ada labiopalatoskizis

f) Telinga : Ada 2 daun telinga

g) Leher : Tidak ada kaku kuduk

h) Dada : Tidak ada rektraksi dinding dada

i) Perut : Tidak ada omfalikel dan hisprung

j) Tali Pusat : Tidak ada perdarahan atau tanda infeksi

k) Punggung : Tidak ada spina bifida

l) Ekstermitas : Simetris,lengkap, tidak ada polidaktili dan

sindaktili

m)Genetalia : Testis sudah turun dalam skrotum

n) Anus : Positif

4) Reflek (cek reflek)


163

Reflek Morro : Positif

Reflek Rooting : Positif

Reflek Tonic Neck : Positif

Reflek Grafs /Plantar : Positif

Reflek Suching : Positif

Reflek Babysky : Positif

5) Eliminasi

Miksi : Positif

Mekonium : Positif

II. ANALISA

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 1 jam

III. PENATALAKSANAAN

1. Mengobservasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi. Bayi

menangis kuat.

2. Mengidentifikasi bayi. Jenis kelamin laki-laki, BB 3.150 gram,

PB 49 cm, anus +, cacat –

3. Memberikan vitamin K 1 mg via IM. Vitamin K sudah diberian

dipaha sebelah kiri bayi.

4. Memberikan salep mata gentamycin 0,3 % pada masing-masing

mata bayi.
164

5. Memasangkan peneng pada lengan bayi berwarna biru sebagai

identitas. Sudah diberikan.

6. Melakukan bounding attacment, dan beritahu ibu agar memberian

ASI kepada bayinya sesering mungkin.

7. Memberikan hepatitis B1 via IM setelah 1 jam. sudah diberikan

dipaha sebelah kanan bayi.

NEONATUS 2 JAM

Tanggal : 06 – 09 - 2022

Jam : 04.30 WIB

S: Ibu mengatakan bayi tidak ada keluhan

O: TTV

Hr : 138x/menit

Rr : 52x.menit,

S : 36,9occ

BB : 3150 gram,

Mata : Tidak kuning

Diare : Tidak diare

Tali pusat : baik tidak ada perdarahan atau infeksi

A: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 jam

P: Tanggal : 06 – 09 – 2022 Jam : 04.40 WIB


165

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam

keadaan baik dengan BB 3.400 gram, PB 49 cm, S 36,9oC, mata

tidak ikterik, tali pusat tidak ada perdarahan atau tanda-tanda infeksi.

Ibu mengerti.

2. Memberikan imunisasi Hb-0 kepada bayi setelah 1 jam pemberian

vitamin K.

3. Melakukan rooming-in antara ibu dan bayinya.

4. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada bayi seperti demam,

tidak mau menyusu, diare, muntah, hipotermi, nafas cepat, selalu

mengantuk, tali pusat berdarah dan berbau. Ibu mengerti.

5. Menjaga kebersihan (mengganti ppok)

NEONATUS 6 JAM

Tanggal : 06 – 09 - 2022

Jam : 10.40 WIB

S: Ibu mengatakan bayi tidak ada keluhan

O: TTV

Hr :140x/menit

Rr : 56x.menit

S : 36,7 cc,

BB : 3400 gram

Mata : Tidak kuning

Diare : Tidak diare


166

Tali pusat : baik tidak ada perdarahan atau infeksi

A: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam

P: Tanggal : 06 – 09 - 2022 Jam:10.40 WIB

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam

keadaan baik dengan BB 3.400 gram, PB 49 cm, S 36,7oC, mata

tidak ikterik, tali pusat tidak ada perdarahan atau tanda-tanda infeksi.

Ibu mengerti.

2. Memandikan bayi dengan air hangat, mengeringkan serta

menghangatkan dengan pakaian bayi yang bersih.

3. Memberitahu ibu agar menyusui bayinya sesering mungkin.Ibu

mengerti.

4. Memberitahu ibu agar bayi hanya diberi ASI saja tanpa makanan

tambahan lainnya selama 6 bulan. Ibu mengerti.

5. Menjelaskan kepada ibu manfaat ASI untuk bayinya.Ibu mengerti.

6. Memberitahu ibu cara melakukan perawatan tali pusat yang baik dan

benar. Ibu mengerti.

7. Memberitahu ibu tanda bahaya bayi baru lahir seperti demam, tidak

mau menyusu, hipotermi, nafas cepat, selalu mengantuk, tali pusat

berdarah dan berbau.Ibu mengerti.

8. Memberitahu ibu cara perawatan kebersihan bayi seperti mengganti

popok atau saat mandi

9. Memberitahu ibu untuk Menjaga kehangatan bayi yang baik dan

benar.Ibu mengerti.
167

NEONATUS 6 HARI

Tanggal : 13 – 09 – 2022

Jam : 18.45 WIB

S: Ibu mengatakan bayi tidak ada keluhan

O: TTV

HR : 142 x/menit

Rr : 49 x/menit

S : 36,7oC

BB : 3.550 gram,

Mata : Tidak Kuning

Diare : Tidak diare

Tali pusat : Sudah puput

A: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 hari

P:

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam

keadaan baik dengan BB 3.550 gram, PB 49 cm, S 36,7oC, mata

tidak ikterik.Ibu mengerti.

2. Memberitahu ibu agar menjemur bayinya dipagi hari pada pukul 8-9

selama 15 menit.Ibu mengerti.

3. Mengingatkan ibu kembali untuk sering menyusui bayinya.ibu

mengerti.
168

4. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap menerapkan ASI Eksklusif

selama 6 bulan tanpa makanan tambahan apapun untuk bayinya.ibu

mengerti.

5. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir

seperti demam, tidak mau menyusu, hipotermi, nafas cepat, selalu

mengantuk, tali pusat berdarah dan berbau. Ibu mengerti.

6. Menjadwalkan bayi ibu untuk kunjungan ulang pada tanngal 20 – 09

– 2022 dan atau apabila ada keluhan. Ibu bersedia kunjungan ulang.

NEONATUS 2 MINGGU

Tanggal : 06 – 09 - 2022

Jam : 16.10 WIB

S: Ibu mengatakan bayi tidak ada keluhan

O: TTV

BB : 3.750 gram

HR : 146 x/menit

RR : 46 x/menit

S : 36,9oC

Mata : Tidak kuning

Diare : Tidak diare

Tali pusat : Baik, tidak ada perdarahan atau tanda infeksi

A: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 minggu

P: Tanggal : 06 - 09 – 2022 Jam : 16.10 WIB


169

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam

keadaan baik dengan BB 3.750 gram, PB 49 cm, S 36,9oC, mata

tidak kuning. Ibu mengerti.

2. Mengingatkan ibu kembali tentang perawatan bayi. Ibu mengerti.

3. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda bahaya pada bayi seperti

demam, tidak mau menyusu, hipotermi, nafas cepat, selalu

mengantuk, tali pusat berdarah dan berbau. Ibu mengerti.

4. Mengingatkan ibu kembali agar tetap memberikan ASI Eksklusif

kepada bayinya selama 6 bulan. Ibu mengerti.

5. Memberitahu ibu jika akan melakukan kunjungan rumah pada

tanggal 19 – 10 – 2022. Ibu bersedia.

6. Menjadwalkan bayi ibu untuk imunisasi BCG 2 minggu kemudian

pada tanggal 05 – 10 – 2022 yaitu ketika bayi berumur 1 bulan. Ibu

mengerti.

KUNJUNGAN RUMAH 6 MINGGU

Tanggal : 19 – 10 – 2022

Jam : 10.30 WIB

S : Ibu mengatakan bayi tidak ada keluhan

O : TTV :

BB : 4.350 gram

HR 138 x/menit

RR : 49 x/menit
170

S : 36,9oC

Mata : Tidak Kuning

Diare : Tidak diare

A : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 minggu

P : Tanggal : 19 – 10 – 2022 Jam : 10.30

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam

keadaan baik dengan BB 4.350 gram, PB 50 cm, S 36,9oC, mata

tidak ikterik. Ibu mengerti.

2. Mengingatkan ibu kembali cara perawatan bayi yang baik dan benar.

Ibu mengerti.

3. Mengingatkan ibu kembali cara mejaga suhu kehangatan bayi yang

baik dan benar. Ibu mengerti.

4. Mengingatkan ibu kembali cara menyusui yang baik dan benar. Ibu

mengerti.

5. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda bahaya pada bayi seperti

demam, tidak mau menyusu, hipotermi, nafas cepat, selalu

mengantuk, tali pusat berdarah dan berbau. Ibu mengerti.

E. ASUHAN KEBIDANA KELUARGA BERENCANA

Tanggal pengkajian : 19 – 10 – 2022

Jam : 10.30 WIB

Tempat pengkajian : PMB rachmatiah

Data Subjectif
171

ibu mengatakan ingin menggunakan kntasepsi 3 bulan (depo progesteron)

setelah melahirkan anak ke-2 pada tanggal 06-09-2022

Data objectif

Pemeriksaan fisik:

Tanda vital : TD : 110/80 MmHg

: suhu : 36,8 C

: RR : 24 x/mnt

: Pls : 82 x/mnt

BB : 72 Kg

TB : 156 Cm

Analisis

Ny. D.A P2A0 umur 27 tahun, Akseptor KB suntik 3 bulan

Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan ( ibu sudah mengetahui

tentang keadaannya)

2. Menginformasikan kepada ibu tentang KB yang akan digunakan (ibu

telah memilih suntik KB 3 bulan)

3. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik KB 3 bulan yang akan

digunakan secara IM dibagian bokong ibu. (ibu bersedia disuntik)

4. Memberitahu kepada ibu tentang efek samping sepertiperubahan pola

haid dan berat badan, sakit kepala / pusing, penurunan libido/ hasrat

seksual (ibu sudah mengetahui efek sampingnya)


172

5. Menganjurkan ibu kembali apabila ada keluhan dan suntik ulang pada

tanggal yang sudah dijadwalkan ( ibu sudah mengerti dan bersedia

datang kembali untuk mendapatkan suntikan ulang)


173

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini dilakukan asuhan kebidanan secara komprehensif dimuli dari

masa kehamilan, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir pada Ny. D.A di BPM.

RACHMATIAH, SST.

A. KEHAMILAN

Pada kasus di atas di dapat Ny. D.A hamil anak ke-2, Selama kehamilan

NyD.A sudah melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 8 kali yaitu 3 kali

pada trimester I, 2 kali pada trimester II, dan 3 kali pada trimester III. Menurut

(Kemenkes RI, 2020) Pemantau kesehatan ibu yang berkesinambungan dan

berkualitas serta melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur ke petugas

kesehatan, dengan cara melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang

berkualitas minimal 6x dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan

3x di Trimester 3. Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di Trimester

1 dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3. Hal ini berarti Ny.D.A mengikuti

anjuran yang diberikan bidan untuk melakukan kunjungan selama kehamilan.

Saat awal kehamilan sampai pemeriksaan akhir kehamilan Ny.D.A sudah

melakukan pengukuran TB,BB,TD, LILA,TFU, DJJ, sudah mendapatkan

imunisasi TT lengkap, sudah melakukan pemeriksaan laboratorium berupa cek

Hb, golongan darah, dan protein urine. Hal ini brarti sesuai dengan standar

pelayanan antenatal 10T yaitu, Pengukuran berat badan dan pengukur tinggi

badan (T1), Pengukura tekanan darah (T2), Pengukuran lingkar lengan atas

(LILA) (T3), Pengukuran Tinggi fundus uteri (T4), Penentuan letak janin dan
174

denyut jantung janin (DJJ) (T5), Tetanus toxoid (T6), Tablet Fe (minimal 90

tablet selama kehamilan) (T7),Tes laboratorium, minimal tes hemoglobin darah

(Hb) yang dilakuakan minimal 2 kali yaitu pada saat kunjungan awal dan

trimester III, Pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila

belum pernah dilakukan) (T8),Tatalaksana khusus sesuai indikasi (T9),Temu

wicara (pemberian konseling termasuk KB pasca salin) (T10) (Kemenkes RI,

2020). Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ny.D.A tidak terdapat kesenjangan

antara teori dan praktik. Ibu juga mengatakan sering buang air kecil, yang mana

menurut teori (Manuaba, 2012) salah satu perubahan fisiologi pada kehamilan

trimester III yaitu perubahan system perkemihan, akibat dari turunnya kepala

bayi, menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan juga akibat dari

hemodelusi yang menyebebkan metabolisme air makin lancar sehingga

pembentukan urine akan bertambah. Selain mengatakan sering BAK ibu juga

mengatakan ada kehawatiran dan rasa takut dalam menghadapi persalinannya,

khawatir akan bayi yang dilahirkanya dalam keadaan tidak normal, takut akan

rasa sakit yang timbul pada saat persalinannya, yang di rasakan Ny.D.A

merupakam perubahan psikologis pada kehamilan trimester III hal ini juga sesuai

dngan teori menurut (Natalia, 2017).

Adapun tanda-tanda bahaya kehamilan yang bisa terjadi selama kehamilan

menurut (Tyastuti, 2016). Yaitu perdarahan pervaginam, sakit kepala hebat,

penglihatan mata kabur, bengkak pada muka dan ekstremitas, keluar cairan

pervaginam, geraan janin berkurang/tidak dirasakan. Dari tanda-tanda bahaya

kehamilan di atas saat dilakukan pemeriksaan, Ny.D.A tidak mengeluh Sakit


175

kepala, juga penglihatan mata kabur serta dari pemeriksaan objektif TD Ny.D.A

110/80, dan dari hasil LAB protein urine Ny.D.A adalah Reaktif.

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny.D.A G2P0A0 di BPM.R.

penulis akan membahas dan menguraikan isi dari laporan kasus ini, khususnya

tijauan kasus untuk melihat kesenjangan – kesenjangan yang terjadi pada asuhan

kebidanan pada ibu hamil. Pada pembahaan ini penulis juga membandingkan

teori – teori yang ada dengan asuhan kebidanan yang telah di berikan pada

Ny.D.A G2P0A0.

B. PERSALINAN

Ny.D.A merupakan hamil anak ke 2 dengan usia usia kehamilan 38

minggu maka diidentifikasi Ny.D.A didiagnosanya adalah kehamilan aterem. Hal

ini sejalan dengan teori menurut (Sukarta, 2019). Persalinan dan kelahiran normal

adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42

minggu).

KALA I

Ny.D.A G2P0A0 hamil 38 minggu datang ke BPM.R. pada tanggal 05 –

09 – 2022 pukul 21.00 WIB dengan keluhan Ibu mengeluh sudah keluar lendir

darah dan mules sejak pukul 16.00, belum keluar air-air. TD 110/80, His

2x10’35”, keadaan umum baik dan saat dilakukan pemeriksaan dalam portio tebal

lunak, pembukaan 4 cm, Maka Ny.D.A sudah memasuki kala 1 fase aktif.

Pada pukul 01.00 WIB dilakukan kembali pesmeriksaan dalam portio tipis

lunak, pembukaan 8 cm ketuban masih utuh. Persalinan kala I Ny.D.A berlangsug


176

11 jam. Disimpulkan bahwa kala I Ny.D.A tidak terjadi kesenjangan antar teori

dan praktek dilahan.

KALA II

Pada tanggal 06- 09 – 2022 Puku 02.00 WIB Ny.D.A mengatakan mulas

semakin sering dan dilakukan pemeriksaan, His 4x10'45", pemeriksaan dalam

kembali sudah pembukaan lengkap (10 cm) sudah masuk dalam inpartu kala II.

Pukul 02.30 WIB bayi lahir spontan, jenis kelamin laki – laki, segera menangis,

warna kulit kemerahan, tonus otot aktif. Dalam kala II persalinan Ny.D.A

lamanya 30 menit, sedangkan menurut (Rukiyah A. , 2012) Disimpulkan bahwa

kala II Ny.D.A tidak terjadi kesenjangan antar teori dan praktek dilahan.

KALA III

Pada Ny.D.A kala III berlangsung selama 10 menit pada pukul 02.40 WIB

plasenta lahir spontan, lengkap dan kontraksi uterus baik, hal ini sesuai dengan

teori menurut (Damayanti, dkk, 2014) bahwa kala III persalinan berlangsung

setelah kala II yang tidak lebih dari 30 menit. Kala III Ny.D.A tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik.

KALA IV

Kala IV persalinan adalah dimulai dari lahirnya plasenta sampai dua jam post

partum (Kumalasari, 2015). Selama kala IV pada Ny.D.A sudah dilakukan

pemantauan selama 2 jam, setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada

jam kedua dengan hasil pemeriksaan TTV normal, tinggi fundus uteri 2 jari

dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, dan perdarahan

masih dalam jumlah normal +/- 100 cc. Sampai 2 jam postpartum kondisi Ny.D.A
177

dalam keadaan baik. Kala IV Ny.D.A tidak terdapat Kesenjangan antara teori dan

praktik.

C. NIFAS

Selama masa nifas tinggi fundus uteri Ny.D.A dalam batas normal sesuai.

Ny.D.A dilakukan 4 kali pemeriksaan pada saat nifas 6 jam setelah persalinan, 6

hari setelah persalinan, 2 minggu setelas persalinan, 6 minggu setelah persalinan

(Islami & Aisyaroh, 2012). Setelah pemeriksaan nifas tidak ditemukan tanda –

tanda bahaya dan komplikasi pada Ny.D.A semua dalam keadaan normal. Hal ini

sesuai dengan teori yang dinyatakan bahwa kunjungan nifas dilakukan untuk

menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah yang terjadi (aprilianti, 2016).

Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu nifas yaitu penulis telah

memberikan penkes terhadap Ny.D.A tentang kebersihan diri seperti menjaga

personal hygne dan vulva hygne, pola istirahat seperti jika bayi tidur sebaiknya

ibu juga tidur dan beristirahat, sehingga jika bayi terbangun pada malam hari

Ny.D.A sudah tidak merasakan lelah dan mengantuk, tentang pola makan yang

baik dan benar seperti mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam, tidak ada

pantangan makanan apapun untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, menyusui

sesering mungkin minimal 2 jam sekali dibangunkan untuk menyusui bayinya,

perawatan payudara seperti menganjurkan Ny.D.A menjaga payudara tetap bersih

dan kering, menggunakan bra yang dapat menyokong payudara, apabila putting

susu lecet oleskan ASI sebelum dan susdah menyusui, berhubungan seksual fisik
178

atau kapan waktunya fisik telah kembali siap untuk memulai hubungan seksual.

Dalam hal ini sesuai dengan teori asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny.D.A

D. BAYI BARU LAHIR

Pada kasus Ny.D.A lahir dengan usia kehamilan 38 minggu dengan berat

badan bayi 3.150 gram. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37

minggu sampai dengan 42 minggu denag berat badan 2.500 gram (Sholichah, 2017).

Dalam hal ini sesuai dengan teori asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi

baru lahir normal seperti yang tertera diatas

Perawatan bayi baru lahir pada By. Ny.D.A segera sesudah lahir adalah

mencegah infeksi yaitu membersihkan jalan lahir, memotong dan merawat tali

pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, memberikan vitamin K, memberikan

salep mat, identifikasi bayi dan pemantauan bayi baru lahir. Pelayanan BBL

sesuai standar kualitas meliputi mencegah infeksi yaitu membersihkan jalan lahir,

memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi,

memberikan vitamin K, memberikan salep mat, identifikasi bayi dan pemantauan

bayi baru lahir (Kumalasari, Panduan Praktik Klinik, Perawatan Antenatal,

Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir, dan Kontrasepsi, 2015). Pada bayi Ny.D.A

perawatan bayi baru lahir sudah dilakukan sesuai teori yang disebutkan diatas.

E. KELUARGA BERENCANA

Penulis memberi pengetahuan tentang KB suntik 3 bulan yaitu tidak

berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI,

mengurangi resiko kanker endometrium, dapat mengurangi resiko penyakit


179

radang panggul dan kerugiannya yaitu perubahan pola haid (haid tidak teratur atau

memanjang dalam 3 bulan pertama, haid jarang, tidak haid dalam 1 tahun), sakit

kepala, kenaikan berat badan, penurunan hasrat seksual, perubahan suasana

perasaan (Kemenkes RI, 2013)

Dilakukan penyuntikan KB suntik 3 bulan kepada Ny.D.A pada tanggal

19-10-2022, setelah dilakukan penyuntikan penulis memberitahu kepada ibu

untuk kembali tanggal 11-01-2023 untuk penyuntikan 3 bulan kemudian.

Memberitahu kepada Ny.D.A untuk tidak lupa tanggal kembali untuk melakukan

penyuntikan ulang dan apabila ibu merasakan keluhan dianjurkan untuk datang ke

PMB kembali
180

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.D.A dapat

disimpulkan :

1. Penulis dapat melakukan hasil pengkajian data S dan O didapatkan

kehamilan Ny.D.A, Persalinan secara fisiologis, masa nifas dan BBL

berjalan secara fisiologis

2. Diagnosa masa kehamilan TM 3 Ny.D.A normal, persalinan diagnose

fisiologis, Masa nifas dan BBL diagnosa fisiologis.

3. Penatalaksanaan pada kehamilan Ny.D.A yang dilakukan sesuai

prosedur, bersalin dengan fisiologis dilakukan sesuai prosedur , masa

nifas, dan bayi baru lahir dilakukan asuhan kebidanan nifas normal

dan asuhan BBL esensial

4. Evaluasi asuhan yang diberikan pada Ny.D.A dilakukan pada

kehamilan dengan fisiologis, persalinan dengan fisiologis, masa nifas

fisiologi, dan asuhan bayi baru lahir

B. SARAN

1. TPMB

Dengan adanya laporan asuhan kebidanan komprehensif ini diharapkan

BPM.R mendokumentasi setiap asuhan sesuai standar


181

2. Institusi Pendidikan

 Diharapkan kepada Institusi Pendidikan untuk selalu pemperbaharui

buku buku bacaan yang berkaitan dengan kebidanan yang sudah tidak

bisa digunakan sebagai referensi karena dilihat dari segi tahun terbitan

yang sudah lama, sebagai sumber referensi mahasiswa dalam

melaksanakan asuhan kebidanan

 Diharapkan untuk menstandarkan seluruh pembimbing maupun

penguji.


182

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, L. (2017). Asuhan Kebidanan Dengan Hipertensi Gestasional. Lia Amalia.

Aprilianti, W. (2016). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dan Neonatus. Ciamis: Nuha
Medika.

Astuti, K. E. (2016). Konsep Kebidanan Dan Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan .


Jakarta.

Banjarnahor, E. S. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ny, Ri G1p0a0 Masa Hamil Sampai
Dengan Pelayanan Keluarga Berencana Di Praktek Mandiri Bidan (Pmb)
Suryani Jl. Luku I Kecamatan Medan Johor Kota Madya Medan Tahun 2018.
Medan: Poltekes Medan.

Damayanti, D. (2014). Buku Ajar Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Bersalin Dan Bayi
Baru Lahir Edisi 1. Yogyakarta: Deepulish.

Dwiendra, D. (2014). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Atau Balita Dan Anak
Prasekolah Untuk Para Bidan. Edisi 1. Yogyakarta: Deepulish.

Ernawaty. (2016). Identifikasi Ibu Hamil Yang Tidak Melakukan Antenatal Care (Anc)
Pada Trimester I Di Poli Kia Puskesmas Lepo - Lepo Kota Kendari Tahun 2016.
Kendari: Politeknik Kesehatan Kendari.

Fatimah, & Nuryaningsih. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta.

Fatkhiyah, N., & Izzatul, A. (2019). Keteraturan Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah
Kerja Puskesmas Slawi Kabupaten Tegal. Indonesia Jurnal Kebidanan, 21-22.

Fauziah, R. (2018). Dengan Hipertensi Gestasional Di Rsud Leuwiliang. Jurnal


Kebidanan.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. (2020, April 05). Protokol Petunjuk
Praktis Layanan Kesehatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir Selama Pandemi Covid-19.
P. 4.

Haerati, N. (2018). Manajemen Asuhan Kebidanan Postnatal Care Pada Ny. "H" Dengan
Bendungan Payudara Di Rsud Syech Yusuf Gowa Tanggal 05 Juli - 12 Agustus
Tahun 2018. Makasar: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Alauddin Makasar.

Huda, I. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny "K" Post Partum Hari Ketiga
Dengan Bendungan Asi Di Puskesmas/Rsp 1 Jumpadang Baru Makassar
Tanggal 30 April - 03 Mei 2017. Makassar: Prodi Kebidanan Fakultas
183

Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (Uin) Alauddin


Makasar 2017.

Islami, & Aisyaroh, N. (2012). Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengurangan


Ketidaknyamanan Fisik Yang Terjadi Pada Ibu Selama Masa Nifas. Jurnal
Unissula, 6.

Ita Amalia. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Gestasional Di


Puskesmas Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2019 . Jurnal
Kesehatan.

Jnpk-Kn. (2013). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pelatihan Klinik Asuhan


Persalinan, Nifas, Dan Byi Baru Lahir Normal. Jakarta.

Jnpk-Kn. (2013). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan, Nifas, Dan Bayi Baru Lahir
Normal. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes Ri. (2018, Agustus 12). Pentingnya Pemeriksaan Kehamilan (Anc) Di Fasilitas
Kesehatan.

Kementerian Kesehatan Ri. (2018). Angka Kematian Ibu Di Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Pelayanan Kesehatan Ibu Di


Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Unicef.

Khairoh, M., B, A. R., & Ummah, K. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan .
Surabaya: Cv. Jakad Publishing.

Kumalasari, D. (2015). Panduan Praktik Klinik, Perawatan Antenatal, Intranatal,


Postnatal, Bayi Baru Lahir, Dan Kontrasepsi. Jakarta: Salemba Medika.

Lestari, M. A. (2018). Analisis Penatalaksaan Asuhan Kebidanan Pada Ny. T Dengan


Kehamilan Postterm Dan Hipertensi Gestasional Di Rumah Sakit Umum Daerah
Subang. Jurnal Kebidanan.

Nuraeni, D. E. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi


Gestasional Pada Ibu Hamil Di Uptd Puskesmas Dtp Sumberjaya Kabupaten
Majalengka. Vol.1 No.1, Desember 2020, 2.

Nuryaningsih, F. D. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Palewang, F. H., Nurfaini, & Nur, A. F. (2019). Kualitas Anc Terhadap Plasenta Ringan.
Mutu Pelayanan Kebidanan, Ta 2019/2020, 4.

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Pt Bina Pustaka.

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : Ybpsp.


184

Rini, S., & D, F. K. (2017). Panduan Asuhan Nifas Dan Evidence Based Practice.
Yogyakarta: Deepublish.

Rukiyah, A. (2012). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Egc.

Rukiyah, D. (2012). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Egc.

Sandra, D. (2018). Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Pada Ny E Masa Hamil


Sampai Dengan Keluarga Berencana Di Pmb Rb Fauziah Katini S.St Pulung
Ponorogo. Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Sholichah, N. (2017). Perawatan Antenatal Dan Neonatus Ii. Jakarta: Salemba Medika.

Sukma, F., Hidayati, E., & Jamil, S. N. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta.

Sumiaty, S. M. (2013). Konsep Kebidanan. Jakarta: Inmedia. Retrieved From


Http//Www.Penerbitinmedia.Com

Supritiningsih. ( 2015). Panduan Ilmu Kebidanan Kehamilan . Jakarta: Nuha Medika.

Sukarta, A. R. (2019). Pengaruh Posisi Mengedang Terhadap Lama Kala Ii Persalinan.


Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan.

Syaiful, Y. F. (2019). Asuhan Keperwatan Kehamilan. Surabaya: Cv. Jakad Publishing.

Syaiful, Y., & Fatmawati, L. (2019). Asuhan Keperawatan Kehamilan. Surabaya.

Vita, D. (2014). Pelayanan Kebidanan Ibu Bersalin. Jakarta: Egc.


185

LAMPIRAN

ANC
186

INC

PNC
187

BBL

KB

PARTOGRAF
188

Anda mungkin juga menyukai