Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

GLOBALISASI, PERBANKAN DAN DUNIA USAHA


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
PEREKONOMIAN DIINDONESIA

Dosen Pengampu:
Bakhrul Huda, M.E.I

Disusun Oleh:
Dita Nurdianti (G74219091)
Mashuda Salahuddin Ridwan (G04219042)
Nur Fatikhata Alfani (G74219111)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVESITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya ucapkan atas kehadirat tuhan Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada saya, sehingga dalam kesempatan
yang berbahagia ini saya masih diberi nikmat dan karunia oleh-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam menyusun makalah ini saya berterimakasih kepada Bakhrul Huda,
M.E.I selaku dosen Perekonomian di Indonesia yang memberikan kesempatan saya
untuk menyelesaikan tugas ini.
Tak ada gading yang tak retak. Seperti ungkapan tersebut penyusun menyadari
makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Terlepas
dari kekurangan makalah ini, penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Amin, akhir kata saya ucapkan terimakasih.

Surabaya, 13 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama
dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian
pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya
peran negara atau batas-batas negara. Pengertian Menurut asal katanya, kata
"globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi
adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia,
produk, pemikiran dan aspek-aspek kebudayaan. Kemajauan infrastruktur transportasi
dan telekomonikasi termasuk kemunculan telegraf dan internet, merupakan faktor
utama dalam globalisasi yang semakin mendorong, saling ketergantungan
(interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya.
Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial atau proses sejarah atau
proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat
satu sama lain yang mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-
eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya
masyarakat. Disisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang
diusung oleh negara- negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan
negatif atau curiga terhadapnya.
Krisis nilai tukar kemudian merambah dengan cepat kesektor perbankan
Indonesia yang ternyata memang lemah. Kepanikan terpicu dan dengan cepat meluas
karena masyarakat dan bank-bank komersional yang mengelolah sebagian besar
rupiah yang beredar tidak lagi percaya terhadap rupiah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi globalisasi?
2. Bagaimana sistem bretton wood sebagai titik tolak, awal kejatuhan dan pasca
runtuhnya sistem bretton wood?
3. Bagaimana over ekspansi perbankan?
4. Bagaimana karakteristik perusahaan yang tangguh?
5. Bagaimana hubungan buruh-pengusaha?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui definisi globalisasi.
2. Mengetahui sistem bretton wood sebagai titik tolak, awal kejatuhan dan pasca
runtuhnya sistem bretton wood.
3. Mengetahui over ekspansi perbankan.
4. Mengetahui karakteristik perusaahan yang tangguh.
5. Mengetahui hubungan buruh-pengusaha.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Globasasi
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena
pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran dan aspek-aspek kebudayaan.
Kemajauan infrastruktur transportasi dan telekomonikasi termasuk kemunculan
telegraf dan internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin
mendorong, saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya.

1. Sistem Bretton Wood Sebagai Titik Tolak


Pada awalnya, mata uang suatu negara ditentukan nilainya secara tetap
terhadap alat tukar lain yang diterima dan disepakati banyak negara, berupa emas,
special drawwing rights (SDR), ataupun mata uang kuat suatu negara. Pematokan
dengan emas banyak dilakukan dalam sistem nilai tukar duni pada abad 19 sampai
pecahnya perang dunia satu tahun 1914, sedangkan SDR merupakan suatu alat
pembayaran diciptakan oleh IMF pada tahun 1970-an dan sering juga disebut
sebagai ‘kertas emas’ yang berperan sebagai hak tarik suatu negara terhadap
lembaga keuangan multirateral ini. Nilai nominal yang tertera dalam SDR disebut
dengan istilah par value yanag menentukan nilai tukarnya mengacu kepada
sekeranjang mata uang kuat lainnya seperti dolar AS, euro, yen ataupun
poundsterling dengan bobot tertentu.
Dalam sistem yang selanjutnya dikenal istilah bretton wood dan dianut sejak
berdirinya IMF tahun 1944 sampai awal 1970-an, negara-negara disorong untuk
menentukan nilai tukar mata uangnya terhadap USD secara tetap dengan suatu
mekanisme penyesuaian. Menetapkan USD sebagai acuan ini sering disebut
sebagai intervention currency karena fungsinya sebagai jangkar yang diacu mata
uang negara lain. Teknik acuan yang digunakan adalah mematok nilai tukar USD
terhadap harga emas secara tetap pada nilai tertentu.
Sitem nilai tukar tetap bretton wood ini dimaksutkan untuk meminimalkan
ketidakpastian hubungan perdagangan antara negara sebagai akibat timbulnya
fluktuasi nilai tukar yang terlalu besar, sedanglan mekanisme penyesuaian nilai
tukar ditunjukkan untuk mengatasi gejolak temporer yang berakibat pada ketidak
seimbangan neraca pembayaran suatu negara, seingga menuntut koreksi yang
lebih besar dari suatu rentang (band) yang telah ditetapkan, misalnya plus-minus
satu persen dari par value atau apabiila ketidak seimbangan tersebut telah
dianggap struktural. Mekanisme penyesuaian ini didukung oleh berbagai macam
fasilitas pinjaman siaga atau stand-by arragement.
Melalui fasilitas pinjaman siaga yang ditawarkan, diharapkan dapat
mengurangi hasrat suatu negara untuk menempuh kebijakan devaluasi sebagai
jalan pintas untuk menyelesaikan masalah ketidak seimbangan neraca
pembayarannya, oleh karena itu apabila situasi perekonomian dunia memburuk
dan banyak negara menghadapi masalah ketidak keseimbangan neraca
pembayaran, maka kemungkinan untuk menjadi peran devaluasi sebagaimana
terjadi saat depresi ekonomi dunia tahun 1930-an dapat terhindarkan. Peran
devaluasi untuk saling menyelamatkan neraca pembayaran (compotitive
devaluations) yang dilakukan banyak negara pada tahun 1930-an ini dikenal
sebagai ‘beggar thy neighbors’ policy.
Istilah beggar thy neighbors’ policy digunakan untuk menggambarkan suatu
kondisi dimana banyak negara berebut melemahkan nilai mata uangnya untuk
mendorong ekspornya. Apabila tindakaan devaluasi ini kemudian diikuti oelh
berantai oleh negara-negara lain dengan melakukan hal yang sama, maka tidak
akan ada satupun negara yang diuntungkan, sebaliknya negara-negara tersebut
akan mengalami kerugian sebagai akibat menciutnya perdagangan internasional.
Bretton woods system berfungsi baik hingga perang vietnam. Keuntungan
sistem ini adalah dapat mengurangi tekanan perubahan kurs mata uang terhadap
mata uang dolar AS.
Namun kekurangan sistem ini adalah, Amerika serikat bisa jadi kehabisan
cadangan emasnya untuk menjaga kestabilan nilai tukar dengan menjaga nilai 35
per ons emas. Apalagi, negara-negara Eropa lebih menyukai dolar dari pada emas
sebagai cadangan devisa mereka. Bretton woos system pun berakhir pada tahun
1971, karena Amerika serikat menolang untuk terus menjadiakn dolar sebagai
penjaminan nilai tukar mata uang dengan emas. Sejak itu berlakulah sistem kurs
mengambang bebas.
2. Awal Kejatuhan Sistem Bertton Woods
Sistem nilai tukar tetap yang di seponsori IMF ini perjalan mulus hingga akhir
tahun 1960-an. Sistem ini mulai mengalami distorsi ketika pada tahun 1970 AS
tidak konsekuen melaksanakan sitem bertton woods. Keharusan AS untuk
membeli semua USD yang beredar di luar AS yang di pegang bank-bank sentral
negara lain dan membayarnya dengan cadangan emas AS dengan nilai tetap
sebesar USD 35 per uonce sesuai kesepakataan bertton woods, telah dilanggar AS
dengan menghentikan mekanisme membeliaan tersebut. Dalam kondisi demekian
akan sulit bagi IMF untuk mempertahankan apa yang dikenal sebagai par value
system atau kurs tetap bertton words yang berlaku secara universal. Kondisi ini
diperburuk dengan tindakan AS yang mendevaluasi USDnya terhadap mas pada
tahun 1972 dan kemudian di ikuti dengan pelebaran band par value dari plus-
minus 1 persen menjadi plus-minus 2 seperempat persen pada tahun 1973 atau
dikenal sebagai Smithonian Agreement. Sejak saat itu, sistem bertton woods dapat
dikatakan bubar dan beramai-ramai ditinggalkan anggota IMF.
Beberapa tahun tidak ada sistem baku yang harus di acu, akhir pada tahun
1976 dalam sidang tahunan yang dilakukan di Jamaica (dikenal sebagai Jamaica
Agreement). IMF menetapkan sistem nilai tukar mengambang sebagai nilai tukar
yang di dukung IMF, suatu pilihan sistem nilai tukar yang selanjutnya di adopsi
banyak negara pasca bubarnya sistem bretton woods.
3. Sistem Nilai Tukar Mengambang : Pascaruntuhnya Bretton Woods
Sejak runtunya sistem bretton woods awal 1970-an, banyak negara
mengambangkan nilai tukar mata uangnya, meski tidak ada satu negarapun yang
dapat dikatakan mengambangkannya secara murni. Pengembangan secara murni
berarti membiarkan nilai tukar mata uang suatu negara ditentukan oleh kekuatan
pasar, yaitu kekuatan permintaan dan penawaran mata uangnya terhadap mata
uang negara lain. Intervensi pemerintah untuk mempertahankan nilai mata
uangnya dalam rentang tertentu hampir dikatakan secara minimal. Sejak
runtuhnya bretton woods system, meskipun ada pihak yang menginginkan
kembali berlaku standar emas, berbagai negara maju di dunia menganut sistem
kurs mengambang bebas. Sistem ini menyerahkan sepenuhnya nilai tukar mata
uang pada mekanisme pasar (permintaan dan penawaran uang) tanpa campur
tangan pemerintah

B. Perbankan
1. Over Ekspansi Perbankan
Krisis  perbankan di Indonesia dewasa ini tergolong paling parah dan relative
termahal didunia sepanjang abad lalu. Beban biaya yang ditanggung oleh
perekonomian mencapai 47% dari Produk Domestik Bruto yang diakibatkan
gelombang krisis yang berawal pada bulan Juni 1997.
Ketidak beresan sector perbankan sebenarnya sudah tampak jauh sebelumnya
berupa meningkatnya kasus kredit macet. Masalah kredit macet merupakan contoh
percikan dari lingkungan usaha penuh KKN. Salah satu penyebabnya adalah
diduga karena adanya kolusi antara pengelola bank dan debitor. Padahal sektor
perbankan adalah usaha yang sangat mengandalkan pada kepercayaan masyarakat.
Dipihak lain permasalahan pokok  yang di hadapi sektor perbankan Indonesia
adalah:

a). Semakin besarnya jumlah kredit macet banyak pengamat menilai jumlahnya
telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.

b). Masih lemahnya manajemen perbankan nasional termasuk pengawasan oleh


Bank Indonesia.

c). Menyalurkan KUK cenderung kurang mencapai sasaran, kebanyakan bank


hanya mengejar target yang telah ditentukan pemerintah (otoritas moneter),
sehingga alokasinya tidak selektif yang diharapkan yakni memperluas akses bagi
pengusaha lemah atau kecil untuk memperoleh kredit.

d). Penyaluran kredit untuk sektor-sektor yang produktif dan kompetitif semakin
terbatas karena adanya praktik monopoli, Oligopoli, rent seeking dan ketidak
pastian penyaluran kredit khususnya untuk proyek-proyek besar yang  banyak.

Untuk melakukan penyelamatan terhadap kehancuran total perbankan nasional


telah krisis, tampaknya tidak ada pilihan lain bagi pemerintah kecuali dengan
mengeluarkan keputusan untuk menjamin sepenuhnya seluruh produk perbankan.
Dengan demikian, pemerintah telah menempuh kebijakan dengan cara mengambil
alih segala konsekuensi dari dampak krisis ekonomi yang mulai melanda
Indonesia pada paru kedua tahun 1997 terhadap sektor perbankan sekaligus
menangung beban atas kebobrokan dari sepak terjang dunia perbankan, terutama
setelah pemerintah merabilitasikan sektor ini pada oktober 1988.
C. Dunia Usaha
1. Karateristik Perusahaan Tangguh
Secara sederhana suatu perusahaan dapat di kategorikan berkelas dunia kalau
mampu menjadi salah satu pelaku utama di suatu industri. Keutamaan yang di
perolehnya bisa karena pangsa pasar perusahaan tersebut cukup berarti atau
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menentukan harga barang di pasar
(marketleander). Seandainya perusahaan tersebut menjadi ‘trend setter’ di
lingkungan indusrinya, maka dengan definisi itu berarti sedikit perusahaan yang
perdikat kelas dunia.
Pengertian lainnya yang lebih mudah dan berlaku untuk perusahaan-
perusahaan yang mampu bersaing dipasar internasional secara berkelanjutan yaitu
perusahaan yang mampu beradaptasi dilingkungan yang selalu berubah, dimana
perusahaan mampu untuk mempertahankan pangsa pasarnya dengan bertopang
pada pedoman/landasan yang kokoh karena memiliki kopetensi dalam harga dan
kualitas.
Kopetensi harga terbentuk dari kemampuan berekspensi sampai tingkat
produksi yang optimal yaitu pada tingkat yang menghasilkan biaya rata-rata
jangka panjang atau rendah.
Untuk mencapai keberhasilan dalam bidang apa pun termasuk perusahaan atau
organisasi merupakan satu hal yang tidak dapat dipungkiri mempunyai andil
besar. Tetapi tidak mudah untuk membentuk tim yang solid yang berorientasi
pada tujuan dan visi yang sama, terbuka atas segala ide, dan mengutamakan
kepentingan bersama. Melihat pentingnya kerjasama tersebut bagi kemajuan
perusahaan.
2. Hubungan Buruh dan Pengusaha
Salah satu buah reformasi bagi buruh atau pekerja adalah diratifikasinya
beberapa konvensi ILO (international Labour Organization) yang menjamin hak-
hak buruh. Diantara yang terpenting adalah ILO nomor 87 tentang kebebasan
berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi yang disahkan melalui
Keppres nomor 83 tanggal 5 juni 1998. Kebebasan berserikat dan  berkumpul ini
paling  tidak menjadi salah satu  cara meningkatkan posisi tawar buruh atau
pekerja terhadap pengusaha maupun pemerintah dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan maupun pemenuhan-pemenuhan hak pekerja lainnya. Seperti;
keselamatan kerja.
Bekerjanya seseorang pada orang lain maksudnya adalah seorang bekerja
dengan bergantung pada orang lain, yang memberi perintah dan mengurusnya,
sehingga orang tersebut harus tunduk pada orang lain yang memberikannya
pekerjaan tersebut.
Orang yang bekerja pada pihak lain disebut dengan istilah pekerja/buruh
muncul sebagia pengganti istilah buruh. Pada zaman feodal atau zaman
penjajahan belanda dahulu yang dimaksudkan dengan buruh adalah orang-orang
pekerja keras kuli, mandor,tukang, dan lain-lain.
3. Ledakaan Pengangguran dan Penanggulangan.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja
sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,
atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para
pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah
dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyakarat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Mengetahui jumlah penduduk suatu daerah atau negara sangatlah penting,
walaupun angka yang diperoleh tidak tepat dengan kenyataan atau sebenarnya.
Angka jumlah penduduk yang diperoleh walaupun telah melalui sensus penduduk
merupakan angka atau jumlah penduduk yang mendekati kebenaran. Hal ini
disebabkan karena sifat dinamis penduduk, sepertinya adanya kelahiran, kematian,
dan migrasi, yang bisa berubah sewaktu-waktu.
Angka atau jumlah penduduk sangat penting untuk diketahui dalam suatu
wilayah atau negara sebab berhubungan dengan kebijakan dalam perencanaan-
perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 hingga tahun 2010, jumlah
penduduk Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup serius, walaupun
pertumbuhan mengalami penurunan. Peningkatan jumlah penduduk yang cepet
sering disebut Ledakan Penduduk.
Seorang ahli kependudukan dari bangsa Inggris, Thomas Robert Malthus
mengatakan bahwa penyebab terjadinya ledakan penduduk suatu daerah atau
negara akibat kemiskinan. Secara logika dapat dikatakan bahwa penghuni bumi
ini terus bertambah sedangkan ruang pemukiman di bumi tetap tidak bertambah.
Penigkatan pertumbuhan penduduk normalnya harus diimbangi dengan
pertumbahan bahan pangan, sandang dan papan. Ketidak seimbangan antara
bahan pangan, sandangan dan papan dengan pertambahnya penduduk akan
mengakibatkan lingkungan hidup semakin rusak dan tingkat produktivitasnya
SDA semakin berkurang karena dipaksakan terus pemanfaatannya untuk
pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?
id=idZlSdIAMF4C&pg=PA274&dq=sistem+bretton+wood&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi9
96KwgtDnAhV9xzgGHWGjAbMQ6AEIKTAA

https://books.google.co.id/books?
id=eozpQf58pvUC&q=buah+reformasi+yang+harus+dimanfaatkan+hubungan+buruh+pengu
saha&dq=buah+reformasi+yang+harus+dimanfaatkan+hubungan+buruh+pengusaha&hl=id&
sa=X&ved=0ahUKEwjA3tO_q9DnAhWzxzgGHSQmCr0Q6AEILzAB

https://journal.uii.ac.id/JEP/article/view/6992

https://books.google.co.id/books?id=Qb-
NDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hubungan+buruh+dan+pengusaha&hl=id&sa=X&
ved=0ahUKEwi2rKKep9XnAhWRTX0KHW1wAMgQ6AEILzAB

https://books.google.co.id/books?
id=WpBeDwAAQBAJ&pg=PA8&dq=sistem+bretton+wood+sebagai+tolak+ukur&hl=id&sa
=X&ved=0ahUKEwiC4KPnt9XnAhUTWCsKHXF1DJwQ6AEIKTAA

Anda mungkin juga menyukai