Disusun Oleh
DAFTAR ISI...............................................................................................................................1
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................2
BAB I...........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................3
B. TUJUAN DAN MANFAAT BENCHMARKING..................................................5
1. Tujuan.......................................................................................................................5
2. Manfaat.....................................................................................................................5
B. WAKTU DAN TEMPAT.........................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................7
LOKUS KUNJUNGAN.............................................................................................................7
A. PT. PAL INDONESIA (PERSERO).......................................................................7
B. DINAS KEBERSIHAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA SURABAYA
12
BAB III......................................................................................................................................13
ANALISIS BEST PRACTICE..................................................................................................13
A. PT. PAL INDONESIA (PERSERO)......................................................................13
1. VISI DAN MISI.......................................................................................................13
2. PRODUK UNGGULAN..........................................................................................13
3. INOVASI YANG DIKEMBANGKAN....................................................................14
4. CARA MELAKSANAKAN INOVASI.....................................................................16
5. BUDAYA KERJA INOVATIF................................................................................17
6. SISTEM REWARD BAGI INOVATOR.................................................................18
B. DINAS KEBERSIHAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA SURABAYA
18
1. VISI DAN MISI.......................................................................................................18
BAB IV......................................................................................................................................19
PENUTUP.................................................................................................................................19
A. LATAR BELAKANG
Benchmarking merupakan sebuah pengukuran dari kualitas kebijakan
organisasi, produk, program, strategi, dan lainnya, untuk memberikan wawasan
yang diperlukan untuk membantu manajemen dalam memahami proses dan
produknya baik dengan cara membandingkannya dengan industri serupa ataupun
yang berbeda.
Mengutip dari Shopify (30/4/2019), bencmarking juga bisa dijelaskan
sebagai proses mengukur kinerja produk, layanan, atau proses perusahaan terhadap
orang-orang dari bisnis lain yang dianggap sebagai yang terbaik di industri, alias
yang terbaik dikelasnya. Istilah tersebut digunakan sebagai peluang internal untuk
perbaikan. Sedangkan menurut Robert C. Camp (1989), Gregory H. Watson (1993)
dan American Productivity & Quality Centre, (1998) mendefinisikan benchmarking
sebagai suatu proses pencarian berbagai ide secara terus-menerus. Proses ini juga
merupakan suatu alat untuk menekankan bahwa perbaikan dapat menyediakan
pengetahuan yang berharga untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja organisasi
secara signifikan melalui pembelajaran dari organisasi lain.
Menurut para cendekiawan yang mendalami tentang benchmarking biasanya
sepakat bahwa paling tidak ada empat pentahapan yang harus dipenuhi dalam
melakukan benchmarking.
Pertama, memahami secara rinci proses produksi atau produk saat ini.
Artinya pelaku benchmarking harus sudah mengetahui dengan baik berbagai inputs
(masukan) yang digunakan oleh organisasi sektor publiknya dalam menghasilkan
layanan, barang, dan jasa publik tertentu. Pada saat yang sama harus sudah memahami
dengan baik, cara, metode, dan pendekatan yang dilakukan oleh organisasinya dalam
menghasilkan produk tertentu. Pada saat yang sama ia pun harus sudah memahami
dengan baik, cara, metode, dan pendekatan yang dilakukan oleh organisasinya dalam
menghasilkan produk tertentu.
Kedua, menganalisis proses produksi atau produk lainnya yang berkinerja
baik. Tentunya hal ini didapat dari unit atau organisasi lainnya, baik pada sektor publik,
swasta, maupun sektor nirlaba.
Ketiga, membandingkan proses produksi atau produk sendiri dengan proses
produksi atau produk yang berkinerja baik. Pada pentahapan ini, pelaku benchmarking
mengkonfrontasikan atau menghadap-hadapkan secara langsung proses dan produk di
tempat kerjanya dengan proses dan produk di tempal lain, yang telah melakukan praktek
terbaik dalam proses maupun produknya. Semua data dan informasi kinerja yang
diperbandingkan haruslah yang handal dan valid. Pembandingan ini harus dilakukan
secara objektif sehingga realitas keunggulan dari tempat lain dapat dipahami secara
tepat dan lengkap untuk digunakan dalam memperbaiki kinerja unit kerja tertentu.
Keempat, setelah menjalankan tahap ketiga dengan baik, maka telah terbuka
jalan untuk menerapkan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan untuk mendekati
proses produksi, ataupun produk yang berkinerja baik tersebut. Tahapan ini perlu
dilakukan secara realistis, artinya mungkin tidak bisa juga dilakukan perubahan secara
drastis dalam memperbaiki proses dan produk, tetapi dijalankan secara bertahap namun
terus meningkat.
Dari empat pentahapan di atas terlihat jelas bahwa upaya mencari
rujukan/patokan dan upaya perbaikan hanya berada pada area, input, proses, dan output.
Padahal setiap organisasi sektor publik di Indonesia, hal pencapaian kinerjanya sudah
sampai pada level outcome (hasil), baik pada immediate outcome, intermediate
outcome, dan final outcome. Hal ini sejalan dengan konsep outcome oriented
government yang telah dibakukan dalam Perpres No. 29 Tahun 2014 tentang SAKIP,
dan Permen Pan RB. No. 53 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Perjanjian
Kinerja dan Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah. Artinya dukungan regulatif untuk
menerapkan konsep pemerintah yang berorientasi pada hasil adalah kuat. Oleh karena
itu, pada saat melakukan benchmarking perlu pula didiskusikan secara mendalam
kesuksesan organisasi sektor publik rujukan dalam mencapai indikator berbagai kinerja
outcome-nya.
Dengan demikian, pemerintah secara sengaja perlu mendorong seluruh
kementerian, SKPD, Satker dan unit kerja mandiri, untuk melakukan benchmarking
dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya sampai pada level final
outcome.
Oleh karena itu, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam
melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III Angkatan
1 Tahun 2019 mengharuskan setiap pejabat eselon IV hingga eselon I untuk melakukan
benchmarking pada saat melakukan diklat kepemimpinan. Sehingga pada saat proses
kediklatan, para peserta secara sengaja dapat menerobos kebuntuan/kemandekan
instansinya dalam mencapai indikator kinerja outcome. Melalui benchmarking dapat
diterima dan didukung semua pihak terkait, sehingga memberikan kebermanfaatan bagi
peningkatan kinerja instansinya, dan berhasil menciptakan social values.
Gambar 1.
Kondisi dan luas wilayah yang dimiliki Indonesia ini tentu menyimpan
potensi ekonomi yang tinggi. Sekaligus membutuhkan strategi pertahanan yang
solid dan integral. Sebagai negara maritim, posisi geografis Indonesia yang
berada di daerah tropis, berada di posisi silang antar dua benua (Asia dan
Australia), dan dua samudera (Hindia dan Pasifik), tentu memiliki potensi dan
peluang pengembangan industri kelautan yang bila dieksplorasi dapat menjadi
kekuatan ekonomi nasional.
Setidaknya sektor kelautan ini dapat memberikan dampak positif yang
luas terhadap pengembangan industri berikut ini :
1. Industri transportasi
2. Industri maritim dan perkapalan
3. Industri lepas pantai
4. Industri perikanan
5. Industri pariwisata
6. Industri pertambangan minyak lepas pantai, gas bumi serta sumber daya mineral
lainnya.
Komitmen pemerintah di dalam pengembangan sektor kelautan yang
diwujudkan dalam program Indonesia sebagai poros maritim dunia dan
program tol laut, berdampak langsung pada optimalisasi industri kelautan
nasional, yang pada gilirannya akan memberikan harapan baru sebagai sektor
yang memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
nasional.
PT. PAL INDONESIA (PERSERO) sebagai salah satu industri strategis
yang memproduksi alat utama sistem pertahanan Indonesia khususnya untuk
matra laut, keberadaannya tentu memiliki peran penting dan strategis dalam
mendukung pengembangan industri kelautan nasional.
Pendirian PT. PAL INDONESIA (PERSERO) bermula dari sebuah
galangan kapal yang bernama MARINE ESTABLISHMENT (ME) dan
diresmikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1939. Pada masa pendudukan
Jepang, perusahaan ini beralih nama menjadi Kaigun SE 2124.
Setelah kemerdekaan, Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan
ini dan mengubah namanya menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL).
Kemudian pada tanggal 15 April 1980, berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 4 Tahun 1980, status perusahaan PT. PAL INDONESIA (PERSERO)
berubah dari Perusahaan Umum menjadi Perseroan Terbatas.
Peran PT. PAL INDONESIA (PERSERO) semakin kuat setelah
dikeluarkannya UU No. 16 Tahun 2012 tentang industri pertahanan di mana
BUMN strategis diberi ruang yang lebih luas. Berdasarkan UU tersebut PT.
PAL INDONESIA (PERSERO) secara profesional mengemban amanah
sekaligus kewajiban untuk berperan aktif dalam mendukung pemenuhan
kebutuhan alutista matra laut dan berperan sebagai pemandu utama (lead
integrator) matra laut
Sesuai tujuan awal pendiriannya sebagai pusat keunggulan industria
maritim nasional, PT. PAL INDONESIA (PERSERO) telah membuktikan
reputasinya sebagai kekuatan utama di dalam pengembangan industria maritim
nasional. Di dalam upaya memperkuat pondasi bagi pengembangan industri
maritim, PT. PAL INDONESIA (PERSERO) senantiasa bekerja keras untuk
menyampaikan dan menyebarluaskan pengetahuan, teknologi, serta
keterampilan kepada masyarakat luas terkait industri maritim nasional tersebut.
Usaha PT. PAL INDONESIA (PERSERO) ini merupakan langkah
besar Indonesia untuk memasuki industri global bidang pertahanan. Dengan
posisinya sebagai pemandu utama alutista matra laut, maka pada masa
mendatang PT. PAL INDONESIA (PERSERO) akan terus meningkatkan
kemampuannya untuk dapat berperan dalam Driving Synergy to Global
Maritime Access. Peran penting dari PT. PAL INDONESIA (PERSERO) ini
akan membawa industri maritim Indonesia kepada pemenuhan pasar maritim
secara global.
PT. PAL INDONESIA (PERSERO) berlokasi di Ujung, Surabaya.
Dengan kegiatan bisnis utamanya meliputi :
1. Memproduksi kapal perang dan kapal niaga
2. Memberikan jasa perbaikan dan pemeliharaan kapal
3. Rekayasa umum dengan spesifikasi tertentu berdasarkan kebutuhan klien
Saat ini kemampuan dan kualitas rancang bangun dari PT. PAL INDONESIA
(PERSERO) telah diakui pasar internasional. Kapal-kapal produksi PT. PAL
INDONESIA (PERSERO) telah melayari perairan internasional di seluruh dunia.
Sebagai perusahaan galangan kapal dengan pengalaman lebih dari tiga dasawarsa, PT.
PAL INDONESIA (PERSERO) bersama karyawan sejumlah 1.300 personil, telah
menguasai pembangunan beragam produk-produk berkualitas sebagai berikut :
4) REKAYASA UMUM
Pada saat ini PT. PAL INDONESIA (PERSERO) telah menguasai
teknologi produksi komponen pendukung industri pembangkit tenaga listrik
dan konstruksi lepas pantai. Kemampuan ini akan terus ditingkatkan sampai
pada taraf kemampuan modular dan EPCIC.
Produk-produk yang pernah dikerjakan, antara lain : Steam Turbine
Assembly sampai dengan 600 MW, Komponen Balance of Plant dan Boiler
sampai dengan 600 MW, Compressor Module 40 MW, Barge Mounted Power
Plant 30 MW, Pressure Vessels dan Heat Exchangers, Generator Stator Frame
s/d 600 MW, dan Wellhead Platform sampai dengan 3000 ton.