Anda di halaman 1dari 16

PERCOBAAN 2

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KUALITAS DASAR KUALITAS DAYA

Oleh :

Judul : Membandingkan Meter Analog Dan True Rms Pada


Pengukuran Beban Linier 3 Fasa
Nama : Dhifa Haris Mohammad
NRP : 1310197023
Kelas : 3 D4 ID PLN
Dosen : Indhana Sudiharto, ST. MT

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
I. Tujuan Praktikum
1. Praktikan dapat memahami prinsip dasar pengukuran daya beban linier tiga fasa.
2. Praktikan dapat menganalisa dan menyimpulkan hasil praktikum.

II. Dasar Teori Penunjang


Wattmeter 3 fasa terbuat dari:

Dalam pengukuran daya dalam suatu sistem 3 fasa memerlukan dua atau lebih
wattmeter. Kemudian daya total dapat diperoleh dengan menjumlahkan pembacaan dari
masing-masing wattmeter secara aljabar. Teorema Blondel menyatakan bahwa daya nyata
dapat diukur dangan mengurangi satu elemen wattmeter dari sejumlah kawat-kawat dalam
setiap 3 fasa. Dengan persyaratan bahwa satu kawat dapat dibuat “common” terhadap
semua rangkaian potensial. Gambar 3. Menunjukkan sambungan dua wattmeter untuk
mengukur kosumsi daya oleh sebuah beban3 fasa yang seimbang yang dihubungkan secara
delta.

Kumparan arus wattmeter 1 dihubungkan dalam jaringan A, dan kumparan


tegangan dihubungkan antara hantaran (jala-jala) A dan C. Kumparan arus wattmeter 2
dihubungkan hantaran B, dan kumparan tegangannya dihubungkan antara hantaran B
dan C. Daya total yang dipakai oleh beban seimbang 3 fasa sama dengan penjumlahan
aljabar dari kedua pembacaan wattmeter.
Gambar 3. Dua wattmeter dihubungkan untuk mengukur daya total dalam system 3
fasa, 3 kawat

Gambar 4. Diagram vasor tegangan dan arus dalam system 3 fasa, 3 kawat

NB : sudut antara tegangan dan arus dinyatakan dengan θ

Diagram phasor gambar 4 tegangan fasa Vac, Vab, dan Vba dan arus 3 fasa Iac,
Ibc, dan Ica. Beban yang dihubungkan secara delta dianggap induktif, dan arus fasa
ketinggalan dari tegangan fasa sebesar sudut θ. Kumparan arus wattmeter 1 membawa
arus anatara Ia’a yang merupakan penjumlahan vector dari arus-arus fasa Iac dan I AB.
Kumparan potensial wattmeter 1 dihubungkan dengan tegangan VAC. Dengan cara yang
sama kumparan arus wattmeter 2 membawa arus antara I B’B yang merupakan
penjumlahan vektor dari arus-arus fasa IBA dan IBC. Sedangkan tegangan pada kumparan
potensial wattmeter 2 dihubungkan dengan tegangan V BC. Karena beban adalah
seimbang, tegangan-tegangan fasa dan arus-arus fasa sama besarnya dan dituliskan.
Vac =Vbc = V dan Iac = Ibc = Iba = I

Daya dinyatakan oleh arus dan tegangan masing-masing wattmeter adalah :

W1 = Vac.Ia’a.cos(30°- θ) = VIcos(30°- θ) (2.1)

W2 = Vbc.Ib’b.cos(30°+ θ) = VIcos(30°+ θ) (2.2)

W1 + W2 = VIcos(30°- θ) + (30°+ θ)

= (cos 30° cosθ + sin 30° sinθ + cos 30° cosθ - sin 30° sinθ) (2.3)

= √ 3VIcosθ

Persamaan (2.3) merupakan pernyatan daya total sebuah rangkaian 3 fasa dan
karena itu

kedua wattmeter pada gambar 3a secara tepat mengukur daya total tersebut.
Dapat ditunjukkan bahwa penjumlahan aljabar dari pembacaan kedua wattmeter akan
memberikan daya yang benar untuk setiap: kondisi tidak seimbang, faktor daya atau
bentuk gelombang.

Jika kawat netral dari sistem tiga fasa juga tersedia seperti halnya pada beban
yang tersambung dalam hubungan bintang 4 kawat, sesuai dengan teorema Blondel ,
diperlukan tiga wattmeter untuk melakukan pengukuran daya nyata total.

III. Rangkaian Percobaan


1. Metode I (Menggunakan Wattmeter, Cosphi meter, AM, VM)

Gambar 1. Rangkaian Pengukuran Beban Linier 3 fasa (lampu)

Gambar 2. Rangkaian Pengukuran Beban Linier 3 fasa (lampu dan ballast)

Gambar 3. Rangkaian Pengukuran Beban Linier 3 fasa (lampu dan kapasitor)


Gambar 4. Rangkaian Pengukuran Beban Linier 3 fasa (lampu, ballast dan kapasitor)

Untuk beban tiga phasa:


 Daya Aktif (Active Power)
P =√ 3VL-L x ILine x Cos phi (Watt)
P = penunjukan wattmeter (Watt)
 Daya Reaktif (Reactive Power) :
Q = √ 3VL-L x ILine x Sin phi (KVar)
 Daya Nyata (Apparent Power) :
S = √ 3VI (VA)

IV. Peralatan dan Bahan


1. Beban linier 3 fasa yang dipakai :
a. Lampu hubungan delta
b. Lampu seri ballast hubungan delta
c. Lampu paralel kapsitor hubungan delta
d. Lampu seri ballast parallel kapasitor hubungan delta
2. Voltmeter AC
3. Ammeter AC
4. Wattmetr 3 phasa
5. Cos phi meter
6. Variac 3 phasa

V. Langkah – Langkah Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian metode I (gambar 1), kemudian ukur
tegangan, arus, daya dari penunjukkan wattmeter dan power faktor (cosF).
3. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian metode I (gambar 2), kemudian ukur
tegangan, arus, daya dari penunjukkan wattmeter dan power faktor (cosF).
4. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian metode I (gambar 3), kemudian ukur
tegangan, arus, daya dari penunjukkan wattmeter dan power faktor (cosF).
5. Tentukan prosentasi perbedaan hasil pengukuran.

 HASIL PENGUKURAN

Tabel Data Hasil Percobaan

Beban lampu yang digunakan 60W/220V, sehingga didapatkan nilai R :


2 2
V
R= = 220 = 806,67 ohm, kemudian nilai L = 200 mH ,C = 50 uF
P 60

Cos P Praktik
Beban VL-L (V) ILine (A) S (VA) Q (VAR) P (Watt) THDi THDv
phi (W)

R 380 9,82 0,86 6463,3 3297,8 6133,5 6364,1 0,00094 0,00090

R+L 380 7,29 0,35 4798,1 775,3 4798 2735,3 0,00066 0,00090
R//C 380 14,2 0,96 9346,1 2616,8 9344,8 6364,1 0,00086 0,00090
(R+L)//C 380 8,16 0,95 5370,7 1676,5 5370 3387,1 0,00088 0,00090
 Perhitungan daya nyata (S) :

S = √ 3 x VL-L x ILine
 Beban R
S = √ 3 x VL-L x ILine

S = √ 3 x 380 x 9,32 = 6463,32 (VA)

 Beban R+L
S = √ 3 x VL-L x ILine

S = √ 3 x 380 x 7,29 = 4798,1 (VA)

 Beban R//C
S = √ 3 x VL-L x ILine

S = √ 3 x 380 x 14,2 = 9346,1(VA)

 Beban (R+L)//C
S = √ 3 x VL-L x ILine

S = √ 3 x 380 x 8,16 = 5370,7 (VA)

 Perhitungan daya reaktif (Q) :

Q = √ 3 x VL-L x ILine x sin phi


 Beban R
Q = √ 3 x VL-L x ILine x sin phi

Q = √ 3 x 380 x 9,82 = 3297,8 (VAR)

 Beban R+L
Q = √ 3 x VL-L x ILine x sin phi

Q = √ 3 x 380 x 7,29 = 775,3 (VAR)


 Beban R//C
Q = √ 3 x VL-L x ILine x sin phi

Q = √ 3 x 380 x 14,2 = 2616,8 (VAR)

 Beban (R+L)//C
Q = √ 3 x VL-L x ILine x sin phi

Q = √ 3 x 380 x 8,16 = 1676,5 (VAR)

 Perhitungan daya aktif (P) :

P = √ 3 x VL-L x ILine x cos phi


 Beban R
P = √ 3 x VL-L x ILine x cos phi

P = √ 3 x 380 x 9,82 x 0,86 = 6133,5 (W)

 Beban R+L
P = √ 3 x VL-L x ILine x cos phi

P = √ 3 x 380 x 7,29 x 0,35 = 4798 (W)

 Beban R//C
P = √ 3 x VL-L x ILine x cos phi

P = √ 3 x 380 x 14,2 x 0,96 = 9344,8 (W)

 Beban (R+L)//C
P = √ 3 x VL-L x ILine x cos phi

P = √ 3 x 380 x 8,16 x 0,95 = 5370 (W)

Grafik Hasil Percobaan


Beban R
Beban R + L

Beban R//C
Beban (R + L)//C
 ANALISA DATA HASIL PERCOBAAN

Pada percobaan pertama Praktikum Kualitas Daya yang berjudul membandingkan


Meter Analog dan True RMS pada pengukuran beban linear tiga fasa. Pada percobaan ini
digunakan 4 rangkaian yang terdapat perbedaan pada sisi beban. Dimana rangkaian
dibebani dengan beban R, dengan beban R//L dan dengan beban R//C serta beban (R +
L) // C. Pada praktikum ini juga digunakan 2 macam metode pengukuran, diantaranya
adalah pengukuran dengan menggunakan power meter. Sedangkan lainnya menggunakan
alat ukur wattmeter, cos phi meter, amperemeter dan voltmeter. Keterbatasan alat ukur
power meter pada software simulasi membuat hanya menggunakan metode kedua.

Untuk komponen yang digunakan pada percobaan kali ini diantaranya adalah;
Beban lampu yang digunakan 60W/220V, sehingga didapatkan nilai R :
2 2
V
R= = 220 = 806,67 ohm, kemudian nilai L = 200 mH ,C = 50 uF. Dengan alat ukur
P 60
meliputi Voltmeter, ammeter dan power factor. Dengan diberikan input tegangan AC
sebesar 220 VAC. Pada rangkaian percobaan yang pertama digunakan beban berupa
resistor terhubung secara delta, pada rangkaian percobaan yang kedua digunakan beban
berupa resistor yang diseri dengan inductor, pada rangkaian percobaan yang ketiga
digunakan beban resistor yang diparalel dengan kapasitor. Sedangkan pada rangkaian
percobaan yang ke empat digunakan beban berupa nilai resistor yang diseri dengan
inductor kemudian diparalel dengan kapasitor.
Pada hasil percobaan pertama dengan beban resistor maka didapatkan nilai
pengukuran tegangan (V) sebesar 380 V, nilai arus (I) sebesar 9,82A, nilai power factor
(pf) sebesar 0,86 dan nilai daya (w) yang digunakan sebesar 6364,1 watt. Kemudian pada
hasil percobaan kedua dengan beban resistor yang diseri dengan inductor maka
didapatkan nilai pengukuran tegangan (V) sebesar 380 V, nilai arus (I) sebesar 7,29 A,
nilai power factor (pf) sebesar 0,35 dan nilai daya (w) yang digunakan sebesar 4798 watt.
Sedangkan pada hasil percobaan ketiga dengan beban resistor yang diparalel dengan
kapasitor maka didapatkan nilai pengukuran tegangan (V) sebesar 380 V, nilai arus (I)
sebesar 14,2 A, nilai power factor (pf) sebesar 0,96 dan nilai daya (w) yang digunakan
sebesar 9344,8 watt. Pada hasil percobaan pertama dengan beban resistor maka
didapatkan nilai pengukuran tegangan (V) sebesar 380 V, nilai arus (I) sebesar 8,16 A,
nilai power factor (pf) sebesar 0,95 dan nilai daya (w) yang digunakan sebesar 3387,1
watt. Dari ke empat percobaan yang dilakukan dengan beban yang berbeda maka dapat
dilihat bahwasanya tegangan yang terukur pada ketiga rangkaian sama yaitu 380 V,
dengan arus paling besar saat rangkaian dibebani dengan beban resistor//kapasitor.
Sedangkan nilai power factor yang terbaca nilai nya paling besar Ketika digunakan beban
resistor yang diparalel dengan kapasitor. Semakin rendah nilai power factor akan
mengakibatkan nilai S(daya semu) akan semakin besar jika dibandingkan dengan daya
yang dikonsumsi (W).
Sedangkan nilai pengukuran THDv dari ke empat rangkaian sama yaitu sebesar
0,0009V dengan pengamatan pada frekuensi yang sama yaitu 50 Hz. Sedangkan nilai
THDi yang diukur nilainya bervariasi dengan nilai terbesarnya Ketika beban yang
digunakan beban berupa resistor.

 KESIMPULAN

Setelah dilakukan serangkaian percobaan maka dapat diambil beberapa garis besar
berupa, nilai power factor yang didapatkan nilainya paling besar Ketika digunakan beban
berupa resistor yang diparalel dengan kapasitor. Nilai cos phi merupakan nilai
perbandingan antara daya semu (S) dengan daya real yang terpakai (W) oleh beban.
dimana semakin besar nilai cos phi maka berdampak pada semakin besarnya nilai daya
real yang terpakai (W) oleh beban. Sehingga dapat diatikan bahwasanya semakin besar
nilai cos phi maka semakin besar pula nilai efisiensi dari rangkaian. Pada perbandingan
nilai cos phi secara teori dengan praktik juga didapatkan nilai yang sangat kecil errornya.

Anda mungkin juga menyukai