DOSEN PENGAMPU:
Dr. Nurmayani, M. Ag.
OLEH:
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan dan kemudahan kepada kami
sehingga mampu menyelesaikan tugas Critical Journal Review ini. Tugas ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Tugas Critical Journal Review ini disusun dengan harapan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kita semua. Kami menyadari bahwa tugas Critical Journal
Review ini masih jauh dari kesempurnaan, apabila dalam tugas ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, kami memohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan
pemahaman yang masih terbatas, karena keterbatasan ilmu dan pemahaman yang belum
seberapa.
Karena itu kami sangat menantikan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun guna menyempurnakan tugas ini. Kami berharap semoga tugas Critical
Journal Review ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Atas perhatiannya kami mengucapkan
terima kasih.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Tahun : 2019
Halaman : 13-24
ISSN :-
Jurnal Pembanding 2
Judul : 7 Domains of Spiritual Intelligence from Islamic Perspective
Penulis : Elmi Bin Baharuddina dan Zainab Binti Ismail
Penerbit : Elsevier
Volume :1
Nomor :1
Tahun : 2015
Halaman : 568-577
ISSN :-
Doi : 10.1016/j.sbspro.2015.11.075
3
2.2. Ringkasan Isi Jurnal
2.2.1. Ringkasan Jurnal Utama
Jurnal Utama 1
Pada jurnal ini lebih terfokus membahas dimensi-dimensi manusia. Dengan
menggunakan teknik library research dan analisis deskriptif, jurnal ini menguraikan
tentang elemen-elemen Psikologi dalam Alquran meliputi an-Nafs, al- ‘Aql, al-Qalb, al-
Ruh dan al-Fitrah. Nafs berarti jiwa atau sesuatu yang ada di dalam diri manusia. Sa’id
Hawwa menjelaskan bahwa nafs berarti istilah yang meliputi kekuatan atau daya marah
dan keinginan (syahwat) dalam diri manusia. Sedangkan definisi yang digunakan oleh
sufi, mereka memaknai bahwa al-Nafs merupakan sumber dari sifat-sifat tercela dalam
diri manusia. Maka dari itu manusia diperintahkan untuk menjaga kesucian nafs. Secara
eksplisit Alquran juga menyebutkan tiga tingkatan nafs yaitu nafs al-mutmainnah (Q.S.
Al-Fajr/89:27-28), nafs al-lawwamah (Q.S. Al-Qiyamah/75: 1-2), dan nafs al-ammarah
(Q.S. Yusuf/12: 53). Nafs memiliki beberapa sifat dan karakteristik yang berbeda sesuai
dengan kondisinya.
Akal dan hati merupakan dimensi insani psikis manusia. akal adalah daya untuk
memperoleh pengetahuan karenanya akal mempunyai daya untuk mengabstraksikan
benda-benda yang ditangkap panca indera. Dalam Al-Qur’an fungsi akal merupakan
sebagai daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu, sebagai dorongan moral
daya untuk mengambil pelajaran. Orang yang menggunakan akalnya pada dasarnya
adalah orang yang mampu mengikat hawa nafsunya, sehingga hawa nafsunya tidak dapat
menguasai dirinya. Sementara hati atau Al-Qalb adalah sesuatu rahasia yang halus
(latifah), yang bersifat rohaniah yang sangat berhubungan dengan jasmani. Latifah
tersebut adalah hakikat manusia itu sendiri itulah bagian manusia yang dapat memahami,
mengetahui dan menyadari.
Al-Ruh sebagai dimensi spritual psikis manusia. Ruh merupakan ciptaan langsung
Allah swt tidak seperti jasmani, ruh bersifat abadi, tidak pernah sakit dan tidak pernah
mengalami kematian. Ruhani menjadikan manusia mempunyai sifat rabbaniyah,
kesucian. Al-Fitrah sebagai identitas esensial psikis manusia. Fitrah berarti kondisi
penciptaan manusia yang mempunyai kecenderungan untuk menerima kebenaran. Secara
fitri, manusia cenderung dan berusaha mencari serta menerima kebenaran walaupun
4
hanya bersemayam dalam hati kecilnya. Kelima elemen psikologi tersebut baik nafs, akal,
ruh, qalb, dan Fitrah agar dapat berjalan dengan baik dan berfungsi secara maksimal
sesuai potensinya masing-masing menghendaki agar senantiasa selalu dibersihkan dan
dijaga dari berbagai bentuk kemaksiatan.
Jurnal Utama 2
Penulisan jurnal ini mencoba memberikan gambaran tentang konsep jiwa dalam Alquran.
Konsep Jiwa dalam Alquran menggunakan beberapa istilah di antaranya Alquran
menggunakan istilah An-Nafs-nufus-anfus (jiwa), Alquran juga sering menggunakan Ar-
Ruh-rih (roh), ada kata Al-Aqlu (akal) dan kata Al-Qalb/qalbu (hati). Namun dalam jurnal
ini diberikan batasan pembahasan yaitu hanya hanya hakikat An-Nafs dan Ar-Ruh saja.
Konsep tentang nafs dalam Alqur’an banyak variasi maknanya. Hal itu disebabkan karena
berasal dari bervariasinya makna kata-kata nafs itu sendiri dalam sumbernya, yaitu
berbagai ayat dalam Alqur’an. Quraish Shihab berpendapat, bahwa kata nafs dalam
Alqur’an mempunyai aneka makna, sekali diartikan sebagai totalitas manusia (QS:5;32),
tetapi di tempat lain nafs menunjuk kepada apa yang terdapat dalam diri manusia yang
menghasilkan tingkah laku (QS:13;11). Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa nafs
dalam konteks pembicaraan manusia, menunjuk kepada sisi dalam manusia yang
berpotensi baik dan buruk.
nafs sebagai totalitas kemanusiaan yang di dalam psikologi setara dengan istilah
individualitas. Konsep nafs mengandung makna kedirian yang terdiri dari potensi
ketakwaan dan potensi kekufuran, namun Allah menegaskan bahwa potensi ketakwaan
lebih mudah dikembangkan manusia dari pada potensi kekufuran, hanya pengaruh
lingkungan lebih mendorong manusia untuk mengembangkan potensi kekufurannya. Para
ahli tasawuf membagi perkembangan jiwa menjadi tiga tingkatan yaitu pada tingkat
pertama yang disebut dengan jiwa hayawaniyah/ kebinatangan (nafs ammarah) berdasar
pada Surat Yusuf (12) ayat 53. Tingkat kedua, disebut dengan jiwa kemanusiaan (nafs
lawwamah) berdasarkan pada Surat al-Qayimah (73: 2). Tingkat ketiga disebut jiwa
ketenangan (nafs muthmainnah) berdasarkan pada Surat al- Fajr (89) ayat 27-28.
Selain Nafs Allah juga menganugerahi manusia dengan Ruh. Kata Ruh disebutkan
dalam Alquran sebanyak 24 kali. Ruh adalah urusan ketuhanan yang menkjubkan, yang
melemahkan kebanyakan akal dan paham dari pada mengetahui hakikatnya. Adanya ruh
dalam diri manusia menyebabkan manusia menjadi makhluk yang istimewa, unik, dan
5
mulia. Inilah yang disebut sebagai khalaqan akhar, yaitu makhluk yang istimewa yang
berbeda dengan makhluk lainnya. Allah menjelaskan hal ini dalam QS. Al-Mu’minun 14.
An-nafs dan Ar-Ruh dua zat yang berbeda karakter dan fungsinya, namun
keduanya ada di dalam jasad manusia yang menjadikan manusia itu hidup dan berkarakter
serta berkehendak.
2.2.1. Ringkasan Jurnal Pembanding
Jurnal Pembanding 1
Dimensi kemanusiaan adalah hal ikhwal yang berhubungan dengan misi kehidupan
yang dilalui oleh manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang mesti dikembangkan
secara serasi dan seimbang melalui pendidikan terutama pendidikan keluarga (rumah
tangga) yang kemudian dilanjutkan melalui jenis dan jenjang pendidikan formal lainnya
di samping pendidikan nonformal lainnya yang akan mewarnai perilaku kehidupan
melalui pengembangan dimensi-dimensi tersebut. Di sisi lain dimensi-dimensi
kemanusiaan adalah bentuk perbedaan ukuran, postur badan termasuk sifat, sikap, bakat,
dan kemampuan, yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Dalam
kajian Pendidikan Islam ada tujuh macam dimensi-dimensi kemanusiaan yang mesti
dikembangkan secara seimbang dan berkesinambungan di antaranya adalah sebagai
berikut: 1) dimensi fisik; 2) dimensi akal; 3) dimensi iman; 4) dimensi akhlak; 5) dimensi
kejiwaan; 6) dimensi keindahan, dan 7) dimensi sosial-kemasyarakatan.
Dalam pandangan al- Qur’an bahwa manusia memiliki tiga aspek pembentukan
totalitas manusia yang secara tegas dapat dibedakan, namun secara pasti tidak dapat
dipisahkan. Ketiga aspek tersebut adalah Pertama aspek jasmaniah (fisik biologis), Kedua
aspek nafsiah (psikis dan psikologis), Ketiga aspek rohaniah (spiritual, trasendental).
Aspek jasmaniah adalah seluruh organ fisik biologi, sistem syaraf, kelenjar, sel manusia
yang terbentuk dari unsur material. Aspek nafsiah adalah keselu- ruhan kualitas
kemanusiaan berupa piki- ran, perasaan kemauan yang muncul dari dimensi al-nafs, al-
aql, dan al-qlb. Aspek ruhaniah adalah potensi luhur batin manusia yang bersumber dari
dimensi al- ruh, dan al- fithrah. Aspek ruhaniah ini memiliki dua dimensi psikis dari
Allah. Karena itu aspek ruhaniah senantiasa menampilkan dua hal, yaitu sisi asal dan sisi
keberadaannya. Sisi asal berasaskan pada wilayah emperis dan historis. Keberadaannya
sebagai aspek psikis manusia. Jadi, proses aktualisasi potensi luhur batin manusia itu
merupakan sisi emperik dan tranendensi sifat-sifat Allah.
6
Jurnal Pembanding 2
Kecerdasan spiritual merupakan elemen kunci dalam menghadapi tantangan saat ini.
Studi ini mendeskripsikan domain kecerdasan spiritual menurut perspektif Islam.
Penelitian ini menekankan pada pembentukan teori induktif. Ini didasarkan pada data
primer dari wawancara dan kajian pustaka sekunder tentang data penelitian ilmiah, artikel
jurnal, dokumen yang berkaitan dengan domain kecerdasan spiritual dalam Islam. Hasil
penelitian menemukan bahwa ada tujuh domain kecerdasan spiritual menurut Islam
perspektif itu adalah al-ruh, al-qalb, al-nafs, al-aql, iman, ibadah dan akhlak.
Kesimpulannya, 7 domain kecerdasan spiritual penting untuk dipraktekkan oleh
kehidupan Muslim sebagai pedoman untuk menyembah Pencipta kita, Allah.
Kecerdasan spiritual Islam adalah kekuatan batin manusia yang berasal dari jiwa, hati,
perasaan, keyakinan yang dalam, latihan ketekunan berdasarkan petunjuk Allah dan
moralitas yang baik. Jadi, selanjutnya studi tentang domain kecerdasan spiritual
diperlukan untuk memastikan pentingnya disempurnakan dengan baik. Penelitian ini
membahas tentang domain kecerdasan spiritual menurut perspektif Islam.
7
BAB III
ANALISIS ISI JURNAL
Jurnal Pembanding 1
Keunggulan yang terdapat pada jurnal pembanding ini yaitu materi yang disampaikan
sangat jelas dan sangat rinci sehingga dapat membuat permbaca lebih mendalami materi
yang disajikan
Jurnal Pembanding 2
Pada jurnal ini djielaskan secara detail dan ringkas mengenai dimensi kecerdasan
Manusia berdasrakan Study Literatur Al-Qur’an Al Karim serta penelitian-penelitian
terdahulu. Jurnal ini sudah bertaraf internasional.
8
Jurnal Pembanding 1
Kelemahan dari jurnal ini yaitu menggunakan bahasa yang lumayan rumit yang
dapat membuat pembaca sedikit sulit untuk memahami materinya dan juga kelemahan
lain dari jurnal ini yaitu dalam pemaparan materinya kurang banyak hadist dan ayat
pendukung.
Jurnal Pembanding 2
Jurnal ini sudah hampir sempurna, hanya saja sistematika penulisan sedikit
berantakan.Serta pemaparan materi banyak yang mengulang kata-kata yang sebelumnya,
sehingga sedikit ada kerancuan ketika kita membaca jurnal ini. Walaupun demikian jurnal
ini tetap masih sangat layak digunakan Mahasiswa untuk mempelajari Dimensi-Dimensi
manusia.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala
yang multi dimensi dan kompleks. Manusia adalah keturunan Nabi Adam ‘Alaihissalam
yang diciptakan berdasarkan kehendak dan kekuasaan-Nya tanpa melalui proses biologis
sebagaimana lazimnya manusia-manusia keturunanya. Beberapa istilah dimensi manusia
antara lain al-jasad, al-ruh, al-‘aql dan al-nafs. Eksistensi manusia dengan keragaman
dimensi yang dimiliknya merupakan suatu sistem yang inheran dan padu bukan terpisah-
pisah.
4.2. Saran
Dalam menuntut ilmu syar’i/ilmu agama sangat penting untuk belajar dari sumber
yang bersanad jelas, diperlukan bahan bacaan yang shahih/benar agar terhindar dari
penyimpangan dalam memahami ilmu agama. Maka dari itu membaca beberapa jurnal
dari sumber yang berbeda sangat disarankan agar kita dapat menganalisis dan
membandingkannya sehingga memperoleh informasi yang benar.
10
DAFTAR PUSTAKA
11