Anda di halaman 1dari 4

Makna puisi hujan bulan juni

Berdasarkan bedah Puisi “Hujan Bulan Juni” Sapardi Djoko Damono, makna
puisi itu lebih banyak berkaitan dengan ketabahan dan kesabaran sebuah
kasih sayang.

Pada larik kata “Tidak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni,” Sapardi
menggambarkan hujan sebagai kasih sayang.

Sedangkan melalui kata itu, dia ingin menggambarkan soal ketabahan atau
kesabaran dari hujan tidak turun ke bumi pada Bulan Juni.

Dalam kalender tahunan, Juni pada umumnya digambarkan sudah masuk


musim kemarau sehingga mustahil hujan turun di bulan itu, sehingga
mengandung makna tentang ketabahan, kesabaran seseorang untuk tidak
menyampaikan sayang dan rindunya pada orang yang dicintainya.

Sedangkan, larik “Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni” digunakan
Sapardi untuk menggambarkan bahwa dia mampu dengan ketabahannya
menahan tidak menyampaikan sayang juga rindunya.

Sementara larik, “Dihapusnya jejak jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan


itu” menggambarkan Sapardi ingin menghapus keraguan, prasangka jelek
yang hinggap di hatinya dalam menanti orang yang dicintainya

Ada pun, pada larik “Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni” Sapardi
ingin menggambarkan dia pandai menyimpan, menyembunyikan rasa
sayangnya, rindunya pada orang yang dia cintai.

Tema : Ketuhanan

Puisi sehabis mengantar jenazah

Makna keseluruhan sendiri (total of meaning) dari puisi yang memiliki tema
tentang kematian ini adalah bagaimana pada akhirnya setiap manusia di
dunia ini akan kembali pada penciptanya melalui pintu kematian. Seangkuh
apapun manusia di dunia ini, mereka tidak akan mampu menolak datangnya
kematian karena semua yang ada di dunia ini akan “pulang”, ini disimbolkan
pada Pulanglah dengan payung di tangan. Dan dari setiap kematian yang
datang maka tidak akan ada yang ditinggalkan bagi mereka yang masih
hidup kecuali kenangan yang dimiliki oleh mereka terhadap yang telah mati.
Karena setelah mati maka kehidupan akan tetap berjalan seperti biasa. Ini
dapat dilihat pada penggalan Anak – anak kembali bermain di jalanan basah
"Waktu lonceng berbunyi percakapan merendah kita kembali menanti nanti, Kau
berbisik: siapa lagi akan tiba siapa lagi menjemputmu berangkat, kekal dalam
rahasia, kita pun memulai percakapan kembali seakan abadi, menanti lonceng
berbunyi," bunyi penggalan puisi tersebut.

Puisi tema kematian itu seolah-olah menggambarkan dingin, sunyi, dan


gelapnya saat ajal jemput. Nuansa kehilangan itu seperti mewakili perasaan
Mutia Ayu saat ini. Ia terus berjuang menghadapi masa berdukanya sejak
Glenn Fredly meninggal pada 8 April 2020 akibat meningitis atau radang selaput
otak. 

Terlebih lagi, Mutia Ayu tanpa Glenn jelang satu tahun pernikahan pada 19 Agustus


2020 nanti. Unggahan penggalan puisi itu disertai foto Mutia Ayu tanpa Glenn di hari
pernikahan pada 19 Agustus 2019.

Ia tampak berdiri di antara dua pintu coklat dan tak melihat kamera. Di hari
istimewanya, Mutia Ayu mengenakan kebaya modern brokat putih dipadu dengan
rok motif batik. Ia melengkapi penampilannya dengan bros tiga tingkat warna coklat,
anting, hingga headpeice atau hiasan kepala dan veil panjang warna putih.

Feeling (rasa ) yang terdapat dalam puisi ini adalah lebih pada kesan
memberikan informasi dan mengingatkan manusia tentang adanya kematian
tanpa adanya kesan menggurui para pembacanya.

Pada unggahan Mutia Ayu ini, warganet ramai mendoakan untuk


kekuatan ibu Gewa Atlana Syamayim Latuihamallo. "Tetap semangat Mama Gewa,"
tulis akun @sihotangmarlina. Tak sedikit pula yang menyampaikan rasa sayang
mereka kepada bayi Gewa yang berusia empat bulan pada 28 Juni 2020 mendatang.

Ungkapan rindu lewat kutipan buku, puisi atau lagu kerap dilakukan Mutia Ayu. Salah
satu contoh untuk kutipan buku, ia memilih tema Rela dalam buku Dear  God Journal
- Perjalanan menuju kepada hati Tuhan  karya Vonny Evelyn Jingga.

"Oh my God, akhirnya datang juga buku yang aku tunggu-tunggu. Thank u so


much mbak Vonny, ini bukunya bagus banget," ucap Mutia Ayu sembari
menunjukkan bukunya dalam Instagram Stories pada 18 April 2020.

Kemudian ia membacakan cuplikan kalimat yang disukainya dalam buku tersebut.


Nasihat tentang rela yang disampaikan dalam bentuk percakapan manusia dengan
Tuhan. Manusia mempertanyakan mengapa satu hal yang sangat diinginkannya
diambil. Tuhan pun mengingatkan indahnya bersikap rela.

Anda mungkin juga menyukai