Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN TERHADAP DUA KELOMPOK METODE PERHITUNGAN KINERJA

BEJANA PENGUAPAN QUADRUPLE EFEK STANDAR


DI INDUSTRI GULA
(STUDY ON TWO GROUPS METHOD OF PERFORMANCE CALCULATION OF
STANDRAD QUADRUPLE EFFECT EVAPORATOR IN SUGAR INDUSTRY)

Bambang Eddy Santoso dan Sunantyo

ABSTRAK

Bejana penguapan merupakan salah satu dari jenis peralatan proses industri kimia
dalam satuan operasi teknik kimia yang berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi bahan
dari konsentrasi rendah menjadi konsentrasi tinggi. Salah satu industri yang selalu
menggunakan satuan operasi bejana penguapan selama prosesnya adalah industri gula. Di
industri gula satuan operasi bejana penguapan digunakan untuk meningkatkan
konsentrasi nira encer dari konsentrasi (brix) rendah (< 15 %) menjadi nira kental yang
mempunyai brix tinggi (> 60 %). Sistem operasional bejana penguapan secara kontinyu,
dengan jumlah efek tripple, quadruple atau quintuple efek. Pada umumnya pabrik gula di
Indonesia menggunakan quadruple efek yaitu dalam sistem operasionalnya bekerja 4 efek
(badan bejana) yang dipasang seri, masukan nira encer ke badan bejana penguapan
pertama searah dengan masuknya uap pemanas. Metode perhitungan kinerja bejana
penguapan dijumpai 6 macam metode, yaitu menurut metode Geankoplis, Honig, Chen &
Chou, Hugot, Landheer, Anonymous. Dari ke enam metode perhitungan tersebut, maka
dalam studi ini dikelompokkan ke dalam 2 kelompok metode dasar yaitu kelompok I
(Geankoplis, Honig dan Chen & Chou) dimana metode perhitungan berdasarkan neraca
masa + neraca panas, dan kelompok II (Hugot, Landheer dan Anonymous) metode
perhitungannya berdasarkan “pressure drops distribution” + neraca masa. Dengan data
kondisi bahan baku baik kualitas maupun kuantitasnya yang dipandang berpengaruh
terhadap kinerja bejana penguapan dibuat sama yaitu kapasitas giling 250 ton tebu/jam,
nira encer % tebu = 100, brix nira encer = 13 % dan brix nira kental yang diharapkan =
65 %. Suhu nira encer masuk badan bejana penguapan pertama 100 oC, tekanan uap
pemanas dari uap bekas ke badan bejana penguapan pertama = 1,33 kg/cm2 dan vakum
dalam ruang uap badan bejana penguapan terakhir = 65,6 cmHg. Koefisien perpindahan
panas untuk kedua metode tersebut sama. Hasil uji perhitungan menurut metode I
menunjukkan kebutuhan uap bekas sebagai pemanas badan bejana penguapan pertama
sebanyak 62 310 kg/jam, total luas permukaan pemanas 3786 m2 atau rata-rata per badan
bejana = 947 m2 dan ekonomi uap = 321 %. Sedangkan menurut metode II menunjukkan
kebutuhan uap bekas sebanyak 50 000 kg/jam, total luas permukaan pemanas 3878 m2
atau rata-rata per badan bejana = 970 m2 dan ekonomi uap = 400 %. Jika kedua metode
tersebut dibandingkan, maka metode II dipandang lebih menguntungkan ditinjau dari
jumlah kebutuhan uap dan ekonomi uapnya. Sebagai saran dari kajian ini, perlu
dilakukan perhitungan lebih lanjut terhadap bejana penguapan dengan sistem penyadapan
penuh ke pemanas pendahuluan dan pan masak.
Kata kunci: bejana penguapan standar, kebutuhan uap pemanas (bekas),
luas permukaan pemanas, ekonomi uap.

1
PENDAHULUAN

Bejana penguapan merupakan salah satu dari jenis peralatan proses industri kimia
dalam satuan operasi teknik kimia yang berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi bahan
dari konsentrasi rendah menjadi konsentrasi tinggi. Salah satu industri yang selalu
menggunakan satuan operasi bejana penguapan selama prosesnya adalah industri gula. Di
industri gula satuan operasi bejana penguapan digunakan untuk meningkatkan
konsentrasi nira encer dari konsentrasi (brix) rendah (< 15 %) menjadi nira kental yang
mempunyai brix tinggi (> 60 %). Sistem operasional bejana penguapan secara kontinyu,
dengan jumlah efek single, double, tripple, quadruple atau quintuple efek. Pada umumnya
pabrik gula di Indonesia menggunakan quadruple efek yaitu dalam sistem operasionalnya
bekerja 4 efek (badan bejana) yang dipasang seri, sedangkan masukan nira encer ke
badan bejana penguapan pertama searah dengan masuknya uap pemanas. Hal ini
dimaksudkan untuk menghemat pemakaian uap. Pabrik gula dengan kapasitas giling
6000 ton tebu per hari, maka air yang diuapkan untuk mendapatkan nira kental adalah
sekitar 190 ton/jam. Dapat dibayangkan apabila menggunakan single efek dibutuhkan
190 ton/jam uap pemanas. Jika digunakan double efek dibutuhkan 95 ton/jam uap
pemanas, untuk tripple efek dibutuhkan 63,5 ton/jam uap pemanas; 47,5 ton/jam uap
pemanas untuk quadruple efek dan 38 ton/jam uap pemanas untuk quintuple efek. Jadi
semakin tinggi efeknya, penghematan pemakaian uap semakin tinggi pula.
Di samping pemakaian uap, hal yang penting lainnya adalah luas permukaan
pemanas, yaitu luas dari permukaan pemanas dalam bejana penguapan yang dipakai
untuk memindahkan panas dari uap pemanas ke nira sehingga air yang harus diuapkan
dalam jumlah dan waktu tertentu (misalnya 190 ton/jam) dapat dicapai dengan baik. Ada
beberapa metode unbtuk menghitung pemakaian uap pemanas ke badan bejana
penguapan pertama dan luas permukaan pemanas. Namun pada prinsipnya ada dua
metode dasar yang digunakan, yaitu berdasarkan “pressure drops distribution + neraca
masa” dan “berdasarkan neraca masa + neraca panas”. Untuk melihat keefektifan metode,
hasil perhitungan dari kedua metode tersebut dibandingkan dengan parameter (1)
pemakaian uap pemanas ke badan bejana penguapan pertama, (2) luas permukaan
pemanas dan (3) ekonomi uap. Perhitungan yang menghasilkan pemakaian uap dan luas
permukaan pemanas yang terkecil serta ekonomi uap yang terbesar adalah yang paling
efektif.

BAHAN DAN METODE

Perhitungan dalam bejana penguapan pada umumnya digunakan untuk menaksir


kebutuhan uap pemanas pada bejana penguapan pertama, luas permukaan pemanas dan
ekonomi uap. Dibedakan metode I dan metode II. Dalam metode I perhitungan
didasarkan kepada neraca masa dan neraca panas. Kontributor metode ini a.l. Honig
(1963), Gean Koplis (1983) dan Chen & Chou (1993). Sedangkan dalam metode II
perhitungan didasarkan kepada pressure drops distribution dan neraca masa. Kontributor
metode ini a.l. Landheer (1979), Hugot (1986) dan banyak digunakan dalam kalangan
praktisi pabrik gula.

2
Untuk menghitung kebutuhan uap untuk memanaskan bejana penguapan I, luas
permukaan pemanas dan ekonomi uap diperlukan data dan asumsi-asumsi sebagai
berikut:
• Bejana penguapan quadruple efek standar, yaitu tanpa pemakaian “pre evaporator”
dan penyadapan uap nira dari efek.
• Pabrik gula dengan kecepatan giling 6000 ton tebu per hari (atau 250 ton tebu per
jam).
• Nira encer yang akan diuapkan mempunyai kepekatan (brix) 13,00 %, dengan
kecepatan alir 100 % tebu, suhu nira encer 100 oC.
• Nira kental yang ingin dihasilkan mempunyai kepekatan 65 %.
• Menggunakan uap bekas untuk memanasi nira encer di bejana penguapan pertama
dengan tekanan = 1,33 Ato (atau 125 oC)
• Vakum ruangan pada bejana penguapan terakhir sebesar 65 cmHg (atau 52 oC).
• Koefisien pemindahan panas (heat transfer coefficient) untuk kedua metode tersebut
sama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Neraca tekanan, masa, panas, dan suhu di masing-masing bejana untuk setiap
metode disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Neraca dalam perhitungan bejana penguapan quadruple efek standar

No. Parameter Bejana Penguapan Ke


1 2 3 4 Kondens

METODE I
1 Uap pemanas ke badan
- kecepatan alir, Kg/Jam 62310 53562 50657 48420 47361
- tekanan, Ata 2.37 1.56 1.02 0.56 0.14
- temperatur, oC 125.0 112.0 99.6 83.6 52.0
- panas laten, Kkal/Kg 522.4 531.1 538.9 548.8 567.8
2 Nira ke badan
- kecepatan alir, Kg/Jam 250000 196438 145781 97361
- temperatur, oC 100.0 112.5 100.3 84.9
- brix , % 13.00 16.54 22.29 33.38
3 Uap nira dari badan
- kecepatan alir, Kg/Jam 53562 50657 48420 47361
- temperatur, oC 112.0 99.6 83.6 52.0
- tekanan, Ata 1.56 1.02 0.56 0.14
- panas laten, Kkal/Kg 531.1 538.9 548.8 567.8
4 Nira dari badan
- kecepatan alir, Kg/Jam 196438 145781 97361 50000
- temperatur, oC 112.5 100.3 84.9 55.7

3
Tabel 1. Neraca dalam perhitungan bejana penguapan quadruple efek standar

No. Parameter Bejana Penguapan Ke


1 2 3 4 Kondens
- brix , % 16.54 22.29 33.38 65.00
5 ΔT (Uap pemanas - nira keluar), oC 12.5 11.7 14.7 27.9
6 KTD (nira keluar - uap nira), oC 0.5 0.7 1.3 3.7
7 Keseimbangan panas (x 106 Kkal/jam)
- panas yang ditransfer (masuk) 45.5 39.7 34.5 30.3
- panas yang diterima (keluar) 45.7 39.5 34.4 30.4

METODE II
1 Uap pemanas ke badan
- kecepatan alir, Kg/Jam 50000 50000 50000 50000 50000
- tekanan, Ata 2.37 1.67 1.11 0.61 0.14
- temperatur, oC 125.0 114.5 102.5 86.2 52.0
- panas laten, Kkal/Kg 522.4 529.7 537.6 547.6 567.8
2 Nira ke badan
- kecepatan alir, Kg/Jam 250000 200000 150000 100000
- temperatur, oC 100.0 115.3 103.8 88.3
- brix , % 13.00 16.25 21.67 32.50
3 Uap nira dari badan
- kecepatan alir, Kg/Jam 50000 50000 50000 50000
- temperatur, oC 114.5 102.5 86.2 52.0
- tekanan, Ata 1.67 1.11 0.61 0.14
- panas laten, Kkal/Kg 529.7 537.6 547.6 567.8
4 Nira dari badan
- kecepatan alir, Kg/Jam 200000 150000 100000 50000
- temperatur, oC 115.3 103.8 88.3 58.1
- brix , % 16.25 21.67 32.50 65.00
5 ΔT (Uap pemanas - nira keluar), oC 9.7 10.7 14.2 28.1
6 KTD (nira keluar - uap nira), oC 0.8 1.3 2.1 6.1
7 Keseimbangan panas (x 106 Kkal/jam)
- panas yang ditransfer (masuk) 39.1 38.2 34.6 31.4
- panas yang diterima (keluar) 44.0 39.7 35.7 32.0

Catatan:
Metode I = metode berdasarkan neraca masa dan neraca panas;
kontributor: Gean Koplis, Honig, Chen & Chou
Metode II = metode berdasarkan pressure drops distribution dan neraca panas
kontributor: Hugot, Landheer, Pabrik Gula
Koefisien perpindahan panas (Heat transfer coefficient) untuk kedua metode sama, yaitu:

4
- bejana penguapan pertama = 2776 Kkal/M2/jam/oC
- bejana penguapan kedua = 2552 Kkal/M2/jam/oC
- bejana penguapan ketiga = 1952 Kkal/M2/jam/oC
- bejana penguapan keempat = 1008 Kkal/M2/jam/oC

Dari Tabel 1 tampak bahwa jumlah berat uap pemanas ke dan dari badan setiap
bejana penguapan untuk metode II selalu konstan, sedangkan untuk metode I bervariasi
dari besar (bejana badan I) sampai terkecil (bejana badan akhir). Hal ini disebabkan
adanya anggapan bahwa metode II air yang dapat diuapkan dalam bejana penguapan
standar adalah sama, ekonomi uap selalu bulat sesuai dengan jumlah efek, misalnya
untuk quadruple efek ekoni uap = 400 % (= 4 x 100 %). Sedangkan pada metode I
digunakan neraca masa dan panas sehingga jumlah masa atau panas yang masuk atau
ditransfer sama dengan jumlah masa atau panas yang keluar atau diterima. Terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap uap pemanas yang dibutuhkan ke badan dari kedua
metode tersebut, metode I lebih besar daripada metode II.
Penurunan tekanan (pressure drops) uap pemanas bejana penguapan I sampai ke
uap pemanas bejana penguapan IV (terakhir) sebesar 2,23 Ata (2,37 Ata - 0,14 Ata)
didistribusikan ke efek I, II, III dan IV berturut-turut sebesar 0,81; 0,54; 0,46 dan 0,42
poin Ata untuk metode I, sebesar 0,70; 056; 0,50 dan 0,47 poin Ata untuk metode II.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap distribusi pressure drops diantara
kedua metode tersebut.
Brix nira keluar per badan bejana berturut-turut dari badan I, II, III dan IV untuk
metode I adalah 16,54; 22,29; 33,38; dan 65 %; sedangkan untuk metode II 6,25; 21,67;
32,50 dan 65 %. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap brix nira keluar per
badan untuk kedua metode tersebut..
Jumlah panas yang ditransfer di setiap badan bejana pada metode I seimbang
dengan jumlah panas yang diterima di setiap badan bejana. Sebaliknya pada metode II
jumlah panas yang ditransfer di setiap badan bejana tidak simbang dengan jumlah panas
yang diterima di setiap badan bejana, bahkan cenderung panas yang ditransfer < panas
yang diterima. Hal ini disebabkan oleh metode I berdasarkan neraca panas sedangkan
metode II berdasarkan pressure drops distribustion.
Jumlah berat uap pemanas (uap bekas) yang dibutuhkan sebagai pemanas badan
bejana penguapan I, luas permukaan pemanas rata-rata per badan bejana dan ekonomi
uap dari kedua metode disajikan pada Tabel 2.

5
Tabel 2. Uap pemanas dibutuhkan, luas permukaan pemanas dan ekonomi uap

Uraian Metode I Metode II

1. Uap pemanas dibutuhkan ke badan bejana


penguapan pertama, Kg/jam 62310 (a) 50000 (b)

2. Luas permukaan pemanas rata-rata per


badan bejana , M2 947 (a) 970 (a)

3. Ekonomi uap, % 321 (b) 400 (a)

Catatan:
Huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda pada taraf 5 % (uji Newman Keuls)
Koefisien perpindahan panas (Heat transfer coefficient) untuk kedua metode sama, yaitu:
- bejana penguapan pertama = 2776 Kkal/M2/jam/oC
- bejana penguapan kedua = 2552 Kkal/M2/jam/oC
- bejana penguapan ketiga = 1952 Kkal/M2/jam/oC
- bejana penguapan keempat = 1008 Kkal/M2/jam/oC

Jumlah uap yang dibutuhkan untuk memanasi nira encer pada badan bejana
penguapan pertama pada metode I berbeda lebih tinggi daripada metode II. Ekonomi uap
menurut metode I berbeda lebih rendah dibandingkan dengan metode II. Sebaliknya luas
permukaan pemanas rata-rata per badan bejana untuk kedua metode tidak begitu berbeda.
Di samping itu metode I model perhitungannya cukup sulit sedangkan metode II cukup
mudah, seperti disajikan pada Lampiran I.

KESIMPULAN DAN SARAN

• Ditinjau dari keseimbangan panas, maka metode I lebih baik daripada metode II.
• Ditinjau dari jumlah uap pemanas (uap bekas) yang dibutuhkan untuk memanasi nira
encer dalam badan bejana penguapan I, maka metode II lebih menguntungkan
dibanding metode I karena dalam metode II dibutuhkan uap bekas yang lebih kecil
daripada metode I.
• Ditinjau dari ekonomi uap maka metode II lebih menguntungkan dibanding metode I,
karena ekonomi uap metode II lebih besar daripada metode I.
• Ditinjau dari luas permukaan pemanas rata-rata per badan bejana yang dibutuhkan
dengan target brix nira kental tercapai maka untuk kedua metode menghasilkan luas
permukaan pemanas yang tidak berbeda secara signifikan.
• Perlu dilakukan perhitungan lebih lanjut terhadap bejana penguapan dengan sistem
penyadapan penuh ke pemanas pendahuluan (pemanas nira) dan pemanas pan masak.

6
DAFTAR PUSTAKA

Chen, J. C. P. and Chou, C. C. 1993. Cane sugar handbook. 12nd ed. Chapter VI. John
Willey & Sons Inc. New York.

Geankoplis, J. C. 1983. Transport process and unit operatioss. 2nd ed p: 351-360. Allyen
& Bacon Inc. Massachusetts.

Honig, P. 1963. Principles of sugar technology. Vol. III. Chapter II.

Hugut, E. 1986. Handbook of cane sugar enginering. 3rd ed. Elseiver. Amsterdam.

Landheer, A. 1979. Pesawat industri gula (terjemahan) LPP. Yogyakarta.

Mc Cabe, W. L. 1987. Operasi teknik kimia I . Bab VI. (terjemahan). Erlangga. Jakarta.

Pa’i. 1993. Tinjauan operasional stasiun penguapan pabrik gula Gempolkrep kapasitas
5000 TCD. Laporan teknis intern.

7
LAMPIRAN I

MODEL PERHITUNGAN METODE I


Dalam merencanakan bejana penguapan standard multiple effect harus ada data
yang diketahui, yaitu data tentang:
• Feeding
- kecepatan alir nira encer (L0)
- brix nira encer (B0)
- suhu nira encer (T0)
• Uap panas jenuh sebagai pemanas bejana penguapan I
- tekanan (PS0) atau suhu (TS0)
• Uap nira dari bejana penguapan terakhir
- vakum (PSn) atau suhu (TSn)
• Target
- nira kental dengan brix Bn %
• Tabel Uap
- panas entalpi (Hsi)
- panas laten (rSi)
• Koefisien menyeluruh panas yang ditransfer (Ui)
- Ui masing-masing efek

Langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut:


o
Langkah 1 : Tn = T0 + KTDn C
2 o
= T0 + (1,78 . B0 + 6,22 B0 C
Langkah 2 : (a) Ln = L0 . B0 : Bn kg/jam
(b) Σ Vi = L0 - Ln kg/jam
(c) Jika Vi = Σ Vi : n kg/jam
-----> Li = Li-1 - Σ Vi : n kg/jam
(d) Bi = (L0 . B0 : Li %
(e) KTDi = 1,78 . Bi - 6,22 Bi2 o
C
Langkah 3. (a) Σ ΔTi = TS0 - Tn - Σ KTDi o
C
(b) ΔTi = (1/Ui : Σ 1/Ui ) . Σ Δ Ti o
C
o
(c) Ti = TSi + KTDi C
= TSi-1 - ΔTi o
C
o
Langkah 4 : (a) Cpi = 0,56 - 0,31 Bi C
o
(b) Vi = Li-1 - Li C
(c) dibuat neraca panas setiap efek dengan persamaan sbb:
Li -1 . Cpi -1 . Ti -1 + Vi -1 . rSi -1 = Li . Cpi . Ti + Vi . HSi
dengan i = 1, 2, ..., n efek
Penyelesaian dengan persamaan normal dari 4.(c) akan didapat V0, Vi, dan Li

Jika nilai Vi ini berbeda dengna Vi pada poin 2.(c), maka ulangi perhitungan
mulai dari 2.(c) dengan memasukkan nilai Vi baru. Sebaliknya jika nilai Vi sama dengna
Vi pada poin 2.(c) maka perhitungan dilanjutkan ke langkah 5.

8
Langkah 5 : (a) Qi = Vi -1 . rSi kkal
(b) Ai = Qi : (Ui . ΔTi ) m2
Am = (Σ Ai ) : n m2

Jika nilai Ai berbeda dengan nilai rata-rata Am maka perhitungan dimulai lagi ke
poin 3.(c) dengan menggunakan nilai ΔTi yang baru (= ΔTi‘) :
ΔTi‘ = ΔTi . (Ai : Am) . (Σ Δ Ti : Σ Δ Ti‘) o
C
Sebaliknya jika Ai tidak berbeda nyata dengan Am, maka perhitungan dilanjutkan ke
langkah 6.
Langkah 6 : Konsumsi uap = V0 kg/jam
Uap yang dihasilkan setiap efek = Vi kg/jam
Ekonomi uap (steam economy) = Σ Vi : V0 kali
Luas permukaan pemanas setiap efek = Ai m2
Koefisien penguapan masing-masing efek = Vi : Ai
kg/m2.jam

MODEL PERHITUNGAN METODE II


Dalam merencanakan bejana penguapan standard multiple effect harus ada data
yang diketahui, yaitu data tentang:
• Feeding
- kecepatan alir nira encer = L0 Kg/jam
- brix nira encer = B0
- suhu nira encer = T0 oC
• Target
- brix nira kental diharapkan = BN
• Uap panas jenuh sebagai pemanas bejana penguapan I
- tekanan Ube = PS0 kg/cm2 atau suhu = TS0 oC
• Uap nira dari bejana penguapan terakhir
- Vakum ruang uap = PSN cmHg atau suhu = TSN oC
• Tabel Uap
- panas entalpi (Hsi)
- panas laten (rSi)

Langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut:

Langkah I. Total air yang diuapkan (E)


E = L0 x { 1 - (B0 : BN)} kg uap per jam

9
Langkah 2. Pemilihan temperatur berdasarkan pressure drops distribution (Hugot, 1986)

Uap Nira Uap KTD Nira ΔT


o o o o
(Kg/jam) (Kg/jam) Ata C C C C

Uap Bekas V0 L0 PS0 TS0 KTD0 T0


Bejana Peng. I V1 L1 PS1 TS1 KTD1 T1 ΔT1
Bejana Peng. II V2 L2 PS2 TS2 KTD2 T2 ΔT2
Bejana Peng. ... VK LK PSK TSK KTDK T3 ΔT3
Bejana terakhir VN LN PSN TSN KTDN T4 ΔT4

Langkah 3. Perhitungan brix nira


Bi = ( L0 . B0 ) : Li
Bi’ = (Bi-1 + Bi) : 2

Langkah 4. Perhitungan koefisien penguapan jenis (Ci)


Ci = 0,001. (100 - Bi’) (Tsi-1 - 54)

Langkah 5. Luas permukaan pemanas (A)


Ai = Vi : (Ci ΔTi)

Langkah 6. Kapasitas penguapan (ti)


ti = Ai . ΔTi = Vi : Ci

Langkah 7. Perhitungan Hasil Bagi Berulang-ulang ®


Bejana 4 r4 = DT3 : DT4 = SQRT(t3 : 2 t4)
Bejana 3 r3 = DT2 : DT3 = SQRT{(1+ 1/r4) t2 : 2 (t3 + t4r4)}
Bejana 2 r2 = DT1 : DT2 = SQRT{(1+ 1/r4 + 1/r3r4) t2 : 2 (t2 + t3r3 + t4r4r3)}
Bejana 1 r1 = DT : DT1 = 1 + 1/r2 + 1/r2r3 + 1/r2r3r4

Langkah 8. Perhitungan temperatur drop nyata baru (ΔT")


Bejana 1 DT1" = DT' : r1
Bejana 2 DT2" = DT1" : r2
Bejana 3 DT3" = DT2" : r3
Bejana 4 DT4" = DT3" : r4

Langkah 9. Koreksi temperatur drop yang didapat ( pada langkah 8 )

Bejana 1 DT1' = DT1" + (DT' x 0,008)


Bejana 2 DT2' = DT2" + (DT' x 0,006)
Bejana 3 DT3' = DT3" + (DT' x 0,003)
Bejana 4 DT4' = DT4" - (DT' x 0,017)

Langkah 10.
• Membuat tabel pemilihan temperatur terkoreksi berdasarkan hasil langkah 9
(seperti tabel pada langkah 2)

10
• Menghitung koefisien penguapan jenis (Ci) terkoreksi
• Menghitung luas permukaan pemanas terkoreksi

Langkah 11.
Dapat ditentukan:
• Uap pemanas yang dibutuhkan
• Luas permukaan pemanas
• ekonomi uap.

ooooOOOOOooooo

11

Anda mungkin juga menyukai