Anda di halaman 1dari 2

BIG DATA TANPA KEMISKINAN

NAMA : STEVEN DAVID HUTAGALUNG

NRP : 1222200004
PRODI : ARSITEKTUR
ANALISAH BIG DATA TANPA KEMISIKINAN
Mengamati percakapan di lini massa Twitter masyarakat Indonesia memiliki keasikannya
tersendiri. Betul, dengan sendirinya dalam prosesnya akan di dapati, bila hanya sekedar
trending topic serta isu-isu yang menjadi viral saat ini, pasti! Menjadi lebih terdahulu tahu hal
viral seperti itu bukanlah sesuatu yang menyemangati atau sumber keasikan seperti yang
disampaikan kalimat di awal paragraf di atas. Keasikannya di dasari oleh keriangan yang
ditimbulkan dalam proses mengamati proses pertumbuhan dan kedewasaan masyarakat.
Layaknya orang tua dalam mengamati tumbuh kembang anak-anaknya. Kesenangan timbul
bila pertumbuhan terjadi sesuai dengan tahap perkembangan yang diharapkan. Sebaliknya
bila terjadi kemunduran dalam tahap pertumbuhan yang semestinya dan sewajarnya serta
seharusnya berlangsung, kebahagian sedikit terengut untuk sementara waktu.

Pengamatan atau observasi terhadap suatu topik, bila dilakukan dalam waktu yang panjang
atau minimal dalam kurun waktu tertentu, ternyata memberikan apa yang saya mengerti
sebagai "insight" atau "feeling" dan sensitivitas terhadap topik observasi. Ada hal yang
menarik yang ingin dibagikan dan ungkapkan melalui tulisan ini. Ada sesuatu hal yang
sebetulnya dalam pengamatan saya adalah topik sangat tidak populer. Hari-hari ini topik "itu"
bisa-bisanya menjadi trending percakapan lini massa alias "people talks" atau "wisdom of the
crowds" pada lini massa Twitter.

Topik percakapan tentang Topik Kemiskinan sedang ramai terjadi pada periode observasi
yang saya amati. Topik kemiskinan biasanya bukan topik yang seksi di lini massa Twitter.
Topik kemiskinan selalu kering dalam narasi dan hampir tidak dipahami oleh banyak orang.
Ada apa gerangan yang terjadi? Tulisan ini mencoba mendalami fenomena sesaat seperti ini.

Tentunya pengamatan dilakukan tidak menggunakan dengan cara manual, tetapi


menggunakan perangkat observasi media sosial besutan drone emprit academic. Sebagai
informasi pendahuluan, Tangkapan layar data observasi yang digunakan dalam tulisan ini
bersumber dari percakapan Twitter dari tanggal 27 November 2019 - 4 Desember 2019
sampai Pukul 11 Siang ini.

Era "Me News" Era "You Tube" Era " I News"


Masyarakat punya cara pandang serta keunikannya sendiri dalam memperbincangkan
beragam hal. Biasanya, topik yang menarik bila substansi bahasannya  dekat, relevan, faktual,
serta menyentuh perasaan serta emosi baik bagi diri sendiri dan orang dekat di sekitarnya.
Bisa jadi pengertian dan definisi yang dimengerti rata-rata masyarakat berbeda dengan
golongan atau kelas masyarakat lainnya atau berbeda dengan pengertian yang di pakai
akademik bahkan pemerintah sekalipun.

Era informasi hanya bisa di narasikan sepihak oleh penguasa sudah berakhir. Masyarakat
awam sekalipun sudah mampu membangun narasi informasinya secara mandiri tidak
BIG DATA TANPA KEMISKINAN
tergantung atau dikendalikan oleh narasi penguasa belaka. Kontrol terhadap apa-apa saja
yang boleh masyarakat dengar, lihat, pikir di era lampau sudah tidak relevan lagi seiring
dengan jaman digital yang tiba-tiba muncul dan hampir tak mungkin dapat di kontrol
penguasa. Oleh karena itu celah atau kesenjangan dalam cara pandang yang di akibatkan oleh
keunikan yang ada dalam masyarakat sudah sejatinya menjadi faktor pembeda. Tetapi bukan
berarti menjadi sumber perbedaan yang dibesar-besarkan sehingga menjadi masalah baru.

Anda mungkin juga menyukai